Anda di halaman 1dari 9

I.

II.
III.
IV.

Judul Percobaan
Tujuan Percobaan
Tanggal Percobaan
Kajian Teori

: Penentuan Kadar Glukosa Dalam Darah


:Menentukan Kadar Glukosa Dalam Darah
:28Oktober 2014
:

Glukosa merupakan suatu gula monosakarida dan termasuk salah satu


karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi tubuh.
Bentuk alami glukosa disebut juga dekstrosa. Glukosa memiliki rumus empiris
C6H12O6 yang juga dapat ditulis sebagai (CH 2O)6 dan memiliki berat molekul
180,18. Termasuk dalam heksosa yaitu monosakarida yang mengandung enam
atom karbon. Glukosa merupakan aldehid (mengandung gugus OH), lima atom
karbon dan satu oksigenya membentuk cincin (cincin piranosa). Yaitu bentuk
paling stabil untuk aldosa berkarbon enam. Dalam cincin ini tiap karbon terikat
pada gugus samping hidroksil dan hydrogen, kecuali atom kelimanya, yang
terikat pada enam atom karbon ke enam di luar cincin, yaitu membentuk
CH2OH. Berikut gambar struktur glukosa.

Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa
serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui
darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam
biologi. Dikarenakan glukosa dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik.
Sehingga akan m udah tersedia bagi biokimia primitive. Hal yang lebih penting
bagi organism tingkat atas adalah kecenderungan glukosa

dibandingkan

dengan heksosa lainya yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan
gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikolisasi) mereduksi atau bahkan
merusak fungsi berbagai enzim.
Penentuan kadar glukosa dalam darah, dapat menggunakan metode
sprektometer

absorpsi,

yaitu

instrument

untuk

mengukur

absorbansi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu

oleh atom / molekul. Darah mengandung albumin yang harus dihilangkan pada
uji glukosa, albumin diendapkan dengan aquades,Ba(OH) 2 dan juga ZnSO4.
Kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh aktivitas tubuh, kesehatan dan
faktorgenetik.Glukosa akan diuraikan dalam sel untuk menghasilkan tenaga.
Gula darah meningkat setelah kita makan atau minum sesuatu yang bukan air
putih.
Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana basa, yang hasil
reduksinya akan bereaksi dengan arsenomolibdat menghasilkan warna biru.
Larutan ini diukur absorbansinya pada =660 nm. Dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer menyatakan:
Dimana

: A A=k=c
absorbansi
(serapan cahaya)
l
k
= koefisien ekstinsi molar larutan
l
= tebal kuvet
c
= konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi.
Konsentrasi glukosa darah merupakan faktor yang sangat penting untuk
kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90
mg/100ml. keadaan dimana glukosa berada dibawah 70-90mg/100ml disebut
hipoglisemia, sedangkan diatas 90mg/100ml disebut hiperglisemia.
Hipoglisemia dapat disebabkan oleh:
Pelepasan insulin yang berlebihan oelh pankreas
Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
Kelaianan pada penyimpanan karbohidra atau pembentukan glukosa di
hati.
Deproteinasi serum darah
Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam serum
darah agar tidak mengganggu uji uji yang akan dilakukan selanjutnya. Protein
adalah senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan
menggumpal bila dipanaskan, karena itulah dilakukan pemanasan dan
penambahan asam asetat pada larutan serum darah dan air kemudian terjadi
endapan . endapan yang terjadi kemudian disaring dan hasil saringan (filtrat)

diambil untuk digunakan pada uji selanjutnya. Protein akan mengalami koagulasi
apabila dipanaskan pada suhu 50 0 C atau lebih. Koagulasi ini akan terjadi apabila
larutan protein telah mencapai titik isoelektriknya. Protein terdenaturasi pada titik
isoelektriknya masih dapat larut pada pH diluar titik isoelektrik tersebut. Titik
isoelektrik dalam darah adalah 4,88 (poedjiadi,1992).
Metode biuret
Metode Biuret merupakan salah satu cara yang terbaik untuk menentukan kadar
protein suatu larutan. Dalam larutan basa, Cu2+ akan membentuk kompleks
dengan ikatan peptida suatu protein, sehingga menghasilkan warna ungu yang
dapat didentifikasi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520nm.
Absorbansi ini berbanding langsung dengan kosentrasi protein dan tidak
tergantung jenis protein karena seluruh protein pada dasrnya mempunyai jumlah
ikatan peptida yang sama persatuan berat. Hal-hal yang mengganggu percobaan
ini adalahadanya urea (mengandung gugus -CO-NH-) dan gula preduksi yang
bereaksi dengan CU2+
Uji biuret ini dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ikatan peptide
dalam suatu senyawa sehingga uji biuret dapat dipakai untuk menunjukan adanya
senyawa protein. Langkah pengujian yang dapat dilakukan adalah larutan sampel
yang diduga mengandung protein ditetesi dengan larutan NaOH kemudian diberi
beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Apabila larutan berubah menjadi arna unggu
maka larutan tersebut mengandung protein.

Menghitung absorbansi larutan


Jika anda membaca bagian tentang bagaimana spektrometer serapan bekerja, anda
akan mengetahui bahwa serangkaian panjang gelombang sinar akan melewati
suatu larutan (sel sampel) dan wadah lain yang identik yang hanya berisi pelarut
(sel pembanding/referens).

Untuk tiap panjang gelombang sinar yang melewati spektrometer, intensitas sinar
yang melewati sel pembanding dihitung. Biasanya disebut sebagai I o dengan I
adalah intensitas.
Intensitas sinar yang melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang
yang sama disimbolkan I.
Jika I lebih kecil dari Io, berarti sampel menyerap sejumlah sinar. Selanjutnya
perhitungan sederhana dilakukan oleh komputer untuk mengubahnya menjadi apa
yang disebut dengan absorbansi dengan I adalah intensitas. Intensitas sinar yang
melewati sel sampel juga dihitung untuk panjang gelombang yang sama
disimbolkan dengan A.
Hubungan antara A (absorbansi) dan kedua intensitas adalah:

Umumnya berdasarkan diagram di atas, anda akan mendapatkan absorbansi


berkisar dari 0 hingga 1, tetapi dapat pula lebih tinggi dari itu.
Absorbansi 0 pada suatu panjang gelombang artinya tidak ada sinar dengan
panjang gelombang tertentu yang diserap. Intensitas berkas sampel dan
pembanding sama, jadi perbandingan Io/I adalah 1. Log10 dari satu adalah nol.
Absorbansi 1 terjadi ketika 90 % sinar pada suatu panjang gelombang diserap
10 % lainnya tidak diserap.
Dalam hal ini, Io/I is 100/I0 (=10) dan log10 of 10 adalah 1.
Absorbansi tidak cocok dipakai untuk membuat perbandingan
Pentingnya konsentrasi
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang
beinteraksi dengan sinar. Bayangkan anda memiliki zat warna organik yang

kuat/tajam. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan diperoleh
absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi
dengam sinar.
Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat
warnanya. Absorbansinya sangat rendah.
Seandainya anda ingin membandingkan zat warna tersebut dengan senyawa lain,
namun anda tidak mengetahui konsentrasinya, maka anda tidak akan dapat
membuat perbandingan dengan baik tentang senyawa mana yang menyerap sinar
lebih banyak.
Pentingnya bentuk wadah
Seandainya sekarang anda memiliki larutan zat warna yang sangat encer dalam
wadah yang berbentuk tabung sedemikian sehingga yang dilewati sinar
panjangnya 1cm. Absorbansi tidak akan terlalu tinggi. Selain itu, seandainya anda
melewatkan sinar melalui tabung sepanjang 100 cm yang berisi larutan yang
sama. Sinar akan lebih banyak diserap karena sinar berinteraksi dengan lebih
banyak molekul.
Sekali lagi, jika anda ingin membandingkan diantara larutan yang ada, anda juga
harus memperhatikan panjang larutan yang dilalui sinar.
Konsentrasi dan panjang larutan menjadi pertimbangan dalam hukum BeerLambert.
Hukum Beer-Lambert
Seperti apakah hukum Beer-Lambert
Anda akan mendapatkan berbagai simbol untuk beberapa istilah dalam persamaan
khususnya untuk konsentrasi dan panjang larutan. Saya akan menggunakan
bentuk yang mudah dimengerti dimana konsentrasi larutan adalah "c" dan panjang
adalah "l".

Anda seharusnya mengenali bagian kiri persamaan seperti pada definisi


absorbansi, A. Anda juga mendapatkan persamaan yang menyatakan A:

Ini lebih mudah diingat daripada yang sebelumnya, tetapi anda harus tetap
memahami persamaan untuk absorbansi. Baik juga untuk memahaminya dalam
bentuk ini:

Huruf Yunani epsilon dalam persamaan ini disebut absorptivitas molar atau
kadang-kadang disebut dengan koefisien absorpsi molar.

Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV
dan Visible. Alat ini menggunakan dua buah sumber cahaya yang berbeda, yaitu
sumber cahaya UV dan sumber cahaya Visible. Larutan yang dianalisis diukur
serapan sinar ultra violet atau sinar tampaknya. Konsentrasi larutan yang
dianalisis akan sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terapat
dalam larutan tersebut.Warna yang diserap oleh suatu senyawa merupakan warna
komplementer dari warna yang teramati. Sinar dari sumber cahaya akan dibagi
menjadi

dua berkas

oleh

cermin yang berputar pada

bagian dalam

spektrofotometer. Berkas pertama akan melewati kuvet berisi blanko, sementara


berkas kedua akan melewati kuvet berisi sampel. Blanko dan sampel akan
diperiksa secara bersamaan. Adanya blanko, berguna untuk menstabilkan absorbsi
akibat perubahan voltase dari sumber cahaya (sentrabd,2007).

V. Alat dan Bahan


:
Alat :
1. Spektronik 20
2. Gelas kimia 400ml
3. Kompor listrik
4. Tabung sentrifuge
5. Alat sentrifuge
6. Gelas ukur 10ml
7. Pipet tetes
8. Tabung reksi
9. Rak tabung reaksi
Bahan :
1. Larutan Ba(OH)2 0,3 N
2. Larutan standar 1,0 mg/l
3. Larutan ZnSO4.7H2O 5%
4. Pereaksi arsenomolibdat
5. Larutan Cu alkalis

VI.
Alur Percobaan
1. Deprotenasi Filtrat Darah
Dimasukkan tabung sentrifus yang berisi 1,9 ml aquades
3 tetes darah
Dicampurkan menggunakan pengaduk
Ditambahkan 1,5 ml Ba(OH)2 0,3N
Diaduk hingga merata
Ditambahkan 1,5 ml ZnSO4 5%
Dicampurkan dengan baik
Didiamkan selama 5 menit
Disentrifus selama 10 menit
Didekantasi

Residu

Filtrat

Diuji dengan biuret (2 tetes)

Filtrat darah bebas protein


2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
1 ml Filtrat darah bebas protein

Dimasukkan tabung reaksi


Ditambah 1 ml pereaksi Cu alkalis
Dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit
Dimasukkan dalam air dingin selama 10 menit
Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat
Diaduk sampai merata
Dibaca absorbansinya dalam = 660nm
absorbansi

3. Penentuan Kurva Standar

1 ml
larutan
glukosa 0,2

1 ml
1 ml
1 ml
1 ml
larutan
larutan
larutan
larutan
glukosa 0,4
glukosa 0,6
glukosa 0,8
glukosa 1,0
Pada masing-masing larutan:
Dimasukkan tabung reaksi
Ditambah 1 ml pereaksi Cu alkalis
Dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit
Dimasukkan dalam air dingin selama 10 menit
Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat
Diaduk sampai merata
Dibaca absorbansinya dalam = 66onm

absorbansi
4. Penentuan Larutan Blanko

1 ml
Dimasukkan tabung reaksi
Ditambah 1 ml pereaksi Cu alkalis
Dimasukkan dalam air mendidih selama 20 menit
Dimasukkan dalam air dingin selama 10 menit
Ditambah 1 ml pereaksi arsenomolibdat
Diaduk sampai merata
absorbansi
Dibaca absorbansinya dalam = 66onm

Anda mungkin juga menyukai