Asma Bronkial Fix
Asma Bronkial Fix
dan
signifikansi
radiologisnya
merupakan
hal
yang
masih
2.
didapatkan.
Pada tahap kedua, penelitian yang sama dilakukan dengan menggunakan
radiografi thoraks 62 subjek dengan asma ringan yang dipilih dari 4300
pekerja rumah sakit. Kriteria inklusinya adalah asma yang diderita subjek
tidak cukup berat hingga perlu dibawa masuk ke rumah sakit. Sebagian
besar subjek yang teridentifikasi pernah mengalami asma yang sangat
ringan, memerlukan sedikit atau tidak memerlukan penatalaksanaan medis;
pada beberapa kasus tidak pernah ada asma sejak masa kanak-kanak. Subjek
dengan penyakit di rongga dada lainnya dieksklusi, khususnya bagi mereka
dengan riwayat batuk dan dahak persisten, tanpa tergantung dengan adanya
wheezing atau keterbatasan toleransi aktivitas. Film dari 38 subjek normal
diselingkan di antara rangkaian foto kasus pada penelitian. Film yang telah
disamarkan dibaca sendiri-sendiri oleh dokter ahli thoraks dan ahli radiologi
pada dua kesempatan untuk masing-masing film, lagi-lagi dengan tanpa
mengetahui komposisi total film yang diamati.
Hasil
1.
Radiografi thoraks polos pada asma berat
Sebelas dari 15 film yang mengesankan adanya asma diidentifikasi dengan
benar oleh lima atau lebih observer (Tabel I), sementara satu film dianggap
sebagai normal oleh satu atau lebih observer. Tujuh dari sepuluh film normal
diidentifikasi dengan hasil yang sama oleh lima atau sepuluh observer. Hasil yang
sama didapatkan pada pembacaan kedua.
2.
Radiografi thoraks polos pada asma ringan
Interpretasi pada kasus ini benar-benar sulit (tabel II) dan analisis statistik
(Stark dan Hungerford; dalam persiapan) menyatakan tidak ada yang pengamat
yang dapat diandalkan untuk membedakan pasien asma dan pasien normal pada
kelompok ini. Variasi intraobserver (Tabel III) diperiksa dengan analisis dari
semua hasil pembacaan oleh pengamat A pada tahap 1 dan 2. Pembacaan ulangan
menunjukkan hasil yang sama pada 110 (88%) dari 125 subjek. Pada 10% film
terdapat perubahan klasifikasi dari asma ke normal dan pada 2% terjadi perubahan
dari normal ke asma pada pembacaan kedua.
Kesepakatan antara dua pengamat yang berpengalamanan (tabel IV) juga
dianalisis untuk semua hasil radiografi di tahap 1 dan 2, dengan menggunakan
hasil pembacaan kedua oleh tiap pengamat. Terdapat kesamaan pada 87 (70%).
Tabel III.
Variasi Intraobserver dalam Pembacaan Berulang pada 125 Radiografi dari
Tahap 1 dan 2 Penelitian (Pengamat A)
75
12
3.
35
Data yang didapat (Gambar 5 dan 6 dan tabel V) memperlihatkan bahwa, pada
pengelompokan bronkus berdasarkan ukuran keseluruhannya, terdapat sedikit
tumpang tindih antara kelompok normal dan kelompok asma dalam hal rasio
lumen-dinding, bronkus pasien dengan asma secara signifikan lebih kecil rasionya
kecuali pada bronkus terbesar. Dalam tiap kelompok, kecuali yang memiliki
bronkus terbesar, perbandingan antara rasio untuk subjek asma dan non-asma
sangat signifikan (p). Perbandingan berdasarkan pengukuran dinding bronkus saja
(Gambar 5), daripada rasio lumen-dinding, menunjukkan kecenderungan yang
sama namun terdapat tumpang tindih yang lebih besar antara kelompok asma dan
normal.
Telah berulang kali diamati bahwa bagian bronkus pada potongan melintang
biasanya lebih terlihat pada tomogram pasien asma daripada subjek normal;
dinding terlihat lebih tebal dan garis tepinya tergambarkan dengan lebih tajam.
Merupakan suatu hal yang luar biasa untuk menemukan lebih dari dua bronkus
yang keduanya dapat terlihat dan dapat diukur pada satu tomogram subjek normal.
4.
sebagai termasuk dalam pasien asma, dengan dua diagnosis positif palsu dari
subjek normal, suatu hubungan yang sangat signifikan. Pada analisis pengukuran
tomografi, ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada rasio
dinding-lumen bronkus antara kelompok asma yang didiagnosis oleh pengamat A
(rasio rata-rata 0.93) dan kelompok asma yang gagal didiagnosisnya (rasio ratarata 0.95). Rasio rata-rata dinding-lumen untuk kelompok normal adalah 2.20 dan
rasio rata-rata untuk keseluruhan kelompok asma adalah 0.94.
Diskusi
75
12
35
Normal
n
Asma
L/W
S.D
1.64
0.53
(S.E.
1.95
0.15)
0.47
(S.E.
2.57
0.12)
0.54
(S.E.
2.65
0.14)
0.86
(S.E.
L/W
S.D
0.80
0.34
(S.E.
0.85
0.06)
0.23
(S.E.
1.03
0.06)
0.39
(S.E.
1.21
0.08)
0.29
(S.E.
Nilai t
mm
2.5 5.0
5.1 6.5
6.6 8.0
8.1 13.0
13
16
15
12
0.25)
37
43
26
17
0.07)
p<0.05
2.23
P< 0.01
2.89
P< 0.02
2..59
0.10 > p > 0.05
1.86
menonjol yang terisolasi. Penelitian tahap kedua menyatakan bahwa dua pembaca
ahli tidak dapat diandalkan dalam mengidentifikasi subjek dengan asma yang
sangat ringan. Dengan mengombinasikan dua rangkaian ini, kami telah mencoba
untuk menyediakan indeks reproduksibilitas dan persetujuan antar pengamat,
namun terlihat jelas bahwa tiap perkiraan tersebut akan dipengaruhi sedikit
banyak oleh keparahan asma, dengan kata lain, berdasarkan komposisi penelitian,
juga berdasarkan ekspertise dari pembaca. Cukup masuk
akal untuk
menyimpulkan bahwa adanya suatu tanda tidak bisa diandalkan dalam mengenali
asma pada film yang didapat dari populasi umum, namun hubungannya yang
konsisten secara beralasan dengan asma sedang hingga berat mengesankan
perannya yang memungkinkan sebagai penunjuk keparahan. Usaha lebih lanjut
diperlukan untuk menetapkan signifikansinya yang tepat, dasar patologinya, dan
signifikansi prognostik; kesan kami, berdasarkan penggunaan tanda dari hari-kehari selama beberapa tahun adalah bahwa tanda yang terdapat pada radiografi
tersebut lebih tepat dalam menggambarkan kronisitas, atau persistensi asma,
dibandingkan keparahan suatu episode akut itu sendiri.
Pengukuran tomografi pada tahap 3 menetapkan bahwa peningkatan
ketebalan dinding bronkus dan penurunan rasio dinding-lumen secara radiologis
terlihat selama asma berat. Karena pemisahan kelompok normal dan asma dapat
dicapai dengan pengukuran rasio lumen-dinding ini, terlihat logis untuk
merekomendasikan parameter ini. Adalah hal yang tidak mungkin bahwa
perbedaan yang teramati berasal dari pengukuran bronkus yang lebih perifer dari
generasi yang berikutnya pada kelompok asma, karena bronkus yang berada pada
tempat anatomis yang sama biasanya diukur pada kedua kelompok, dan bronkus
dengan diameter eksternal yang sama menunjukkan penurunan rasio lumendinding yang bermakna (tabel V)
Suatu paradoks yang nyata timbul dari fase terakhir penelitian ini, yaitu dari
kenyataan bahwa pengukuran tomografi rasio lumen-dinding tidak berhubungan
dengan kemampuan pengamat untuk membedakan antara radiografi asma dan
normal berdasarkan penebalan dinding bronkus (film yang sudah disamarkan
menghindarkan pengamat dari penggunaan inflasi yang berlebihan sebagai
petunjuk tambahan untuk diagnosis). Barangkali pengamat menilai bronkus yang
10
berbeda dengan dua metode, dan dapat secara akurat menilai bronkus yang lebih
sedikit pada radiografi polos. Meskipun demikian, penelitian ini mengonfirmasi
temuan pada penelitian pendahuluan bahwa setengah dari subjek asma
teridentifikasi dengan fotografi thoraks dengan kesalahan yang kecil (sekitar 5%)
dengan istilah diagnosis positif palsu.
Semenjak dilakukannya penelitian ini, signifikansi fungsional bronkus yang
terlihat telah dinilai dalam dua penelitian epidemiologi terhadap kelompok dengan
pekerjaan yang sama yang fungsi paru secara keseluruhan berada dalam rentang
yang normal. Pada awalnya, Musk dkk (1977), yang mengadopsi nilai rasio
lumen-dinding yang dinilai secara visual dan berubah-ubah sebesar 1:1 sebagai
kriteria abnormalitas, dan membutuhkan setidaknya dua bronkus yang terlihat
(aapat dinilai) pada radiografi thoraks, menemukan bahwa subjek dengan rasio
yang abnormal menunjukkan bukti fungsional adanya obstruksi jalan napas
dibandingkan dengan subjek yang bronkusnya diklasifikasikan sebagai normal.
Meskipun tanda ini tidak cukup sensitif untuk mengidentifikasi satu subjek
dengan asma, tanda ini dapat memiliki tempat pada penelitian epidemiologi
sebagai petunjuk adanya abnormalitas kelompok di struktur dan fungsi jalan
napas.
11