Anda di halaman 1dari 10

Tugas Kelompok Pendidikan Pancasila

Paradigma pembangunan

nama anggota klompok:


Anisah Natasya 0115101201
Darma Suci Wulandarni 0115101204
Dwi Prayoga Putra Gea 0115101199
Rizal Permanakusumah 0115101200
Selvina Hutabilian 0115101205
Alifya Rahmadan 0115101203
Vici Rezekia 011510197

Hani Intania 0115101198BAB

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama dalam
kaitanya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secra terminologis tokoh yang mengembangkan istilah
tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas s. Khun dalm bukunnya yang berjudul the
stucture of scientific revolution (1970:49). Inti sari pengertian paradigma adlalah suatu assumsiassumsi dasar dan assumsi-assumsi teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai). Sehingga
merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuna sehingga
sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara bangsa
indonesia melaksankan pembangunan nasional. Hal ini sebagai perwujudan prtaktis dalam
meningkatkan harkat dan martabatnya. Tujuan negara yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945
yang rinciannya adalah sebagai berikut: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
indonesia, hal ini dalam kapasitasnya tujuan negara hukum formal adapun ruimusan memajukan
kesejahterhan umum memcedarkan kehidupan bnagsa hal ini dalam penhgertian negara hukum
material.yang secra keseluruhan sebgai manifestasi tujuan khusun atau nasional.

b. Rumusan Masalah
1. apa itu pancasila sebagai paradigma pembangunan ?
2. bagaimana pancasila berfungsi sebagai pembangunan sebuah negara ?
3. dapat mencangkup apa saja pancasila dalam membangun sebuah bangsa ?

c. Tujuan
1. memahami pancasila sebagai dasar dalam membangun negara
2. menjelaskan apa kegunaan pancasila sebgai dasar pembangunan Indonesia
3. sudahkan kita dengan benar menjalakan pancasila sebagai dasar pembangunan indonesia

BAB II
Tinjauan teoritis
Secara filosofis hakikat kehidupan pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional
mengandung suatu konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai- nilai sila- sila Pancasila. Oleh karena hakikat nilai sila- sila Pancasila
mendasarkan diri pada dasar ontologis manusia sebagai subjek pendukung pokok sila- sila Pancasila
sekaligus sebagai pendukung pokok Negara. Hal ini berdasarkan pada kenyataan objektif bahwa
Pancasila Dasar Negara dan Negara adalah organisasi (Persekutuan hidup) manusia. Oleh karena itu,
Negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui pembangunan Nasional untuk mewujudkan
tujuan seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar- dasar hakikat manusia Monopluralis.
Unsur- unsur hakikat manusia Monopluralis menliputi susunan kodrat manusia. Rohani
(jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia mahluk individu dan mahluk sosial serta kedudukan kodrat
manusia sebagai mahluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh
karena pembangunan Nasional sebagai upaya praksis untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka
pembangunan haruslah mendasarkan pada paradigma hakikat manusia Monopluralis tersebut.

BAB III
ISI

1. Pancasila Sebagai Paradigma pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( Iptek


)
Pancasila sebagai paradigma pembangunan iptek mengandung pengertian bahwa pancasila
memberikan dasar nilai bagi pembangunan Iptek demi kesejahteran manusia. Dengan kata
lain, dalam pengembangan Iptek, pancasila harus dijadikan sumber nilai, kerangka berfikir
serta dasar moralitas. Adapun hakekat pancasila sebagai paradigma pembangunan Iptek
adalah sebagai berikut:
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
memberikan dasar atau landasan bahwa pembangunan Iptek tidak hanya memikirkan apa
yang ditemukan atau diciptakan, tetapi juga harus mempertimbangkan maksud dan akibat
bagi manusia dan lingkungannya. Pengolahan diimbangi dengan melestarikan.
Sila ini menempatkan manusia dialam semesta bukan sebagai pusatnya, melainkan sebagai
bagian sistematik dari alam yang diolahnya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradap
memberikan landasan bahwa pembngunan Iptek harus bersifat beradap dan diabadikan
untuk peningkatan harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, pembangunan Iptek harus
didasarkan kepada tujuan dasarnya untuk mewujudkan kesejahteraan manusia serta
peningkatan harkat dan martabat manusia.
3. Sila persatuan Indonesia
memberikan arahan bahwa pembangunan iptek hendaknya dapat mengembangkan
nasionalisme, kebesaran bangsa dan keluhuran bangsa sebagai bagian umat manusia.
4. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
mendasari pembangunan iptek secara demokratis. Artinya, setiap ilmuwan harus memiliki
kebebasan untuk mengembangkan Iptek. Selain itu dalam pembangunan Iptek, setiap
ilmuwan harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus ,memiliki sikap
terbuka, artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan teori
lainnya.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
mengkomplementasikan pembangunan iptek haruslah menjaga keseimbngan keadilan dalam
kehidupan kemabusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya
sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

2 .Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Politik


Warga Indonesia sebagai warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku
politik bukan sekadar sebagai objek politik. Karena pancasila bertolak dari kodrat manusia
maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem
politik Indonesia yang bertolak dari manusia sebagai subyek harus mampu menempatkan
kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan dari rakyat
oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai
paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter. Berdasarkan hal terebut, sistem
politik Indonesia harus dikembangkan atas asas kerakyatan yaitu terletak pada sila ke IV
Pancasila. Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral
daripada sila-sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik
Indonesia dikembangkan atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan. Perilaku politik baik dari warga negara maupun
penyelenggara negara dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan
perilaku politik yang santun dan bermoral
3. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hukum
Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung
jawab tidak hanya oleh penyelenggara negara saja tetapi juga rakyat Indonesia secara
keseluruhan. Atas dasar tersebut sistem dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh
komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata) Sistem pertahanan yang bersifat
semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah,
dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan
pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari
rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan negara
dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah
diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara
bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan
dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dengan ditetapkannya UUD I945 NKRI telah memiliki sebuah
konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi,
yaitu :
(1) adanya perlindungan terhadap HAM,
(2) adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar dan
(3) adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar sesuai
dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila, Pembukaan UUD 1945
merupakan bagian dai UUD 1945 atau merupakan bagian dari hukum positif. Dalam
kedudukan yang demikian, ia mengandung segi positif dan segi negatif. Segi positifnya,
Pancasila dapat dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat
diubah oleh MPR sesuai dengan ketentuan pasal 37 UUD 1945.

4. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan
pembangunan ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem
ekonomi harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan yaitu pada sila ke I Pancasila
dan kemanusiaan yaitu pada sila ke II Pancasila. Pancasila bertolak dari manusia sebagai
totalitas dan manusia sebagai subjek. Sistem ekonomi yang berdasar pancasila adalah sistem
ekonomi kerakyatan yang berasaskan kekeluargaan. Sistem ekonomi yang mendasarkan pada
moralitas dan humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperi kemanusiaan.
Sistem ekonomi yang baik adalah sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik
selaku makhluk individu, sosial, makhluk pribadi maupun sebagai makhluk Tuhan. Sistem
ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain. Sistem ekonomi
demikian juga berbeda degan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu.
Kebijakan ekonomi memiliki tujuan untuk men sejahterakan rakyat dan harus mampu
mewujudkan perekonomian nasional yang lebih berkeadilan bagi seluruh warga masyarakat
(tidak seperti selama orde baru yang telah berpihak pada ekonomi besar/konglomerat). Politik
ekonomi kerakyatan lebih memberikan kesempatan, dukungan dan pengembangan ekonomi
rakyat yang mencakup koperasi, usaha kecil dan usaha menengah sebagai pilar utama
pembangunan ekonomi nasional Oleh sebab itu, perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ekonomi kerakyatan akan mampu
mengembangkan program-program konkret pemerintah daerah di era otonomi daerah yang
lebih mandiri dan lebih mampu mewujudkan keadilan dan pemerataan pembangunan daerah.
Dengan demikian ekonomi kerakyatan akan mampu memberdayakan daerah/rakyat dalam
berekonomi sehingga lebih adil, demokratis, transparan, dan inspiratif. Dalam ekonomi
kerakyatan pemerintah pusat ( negara ) yang demokratis berperan memaksakan pematuhan
peraturan-peraturan yang bersifat melindungi warga atau meningkatkan kepastian hukum.
Oleh karena itu, sistem ekonomi harus dikembangkan menjadi sistem dan pembangunan
ekonomi yang bertujuan pada kesejahteraan rakyat secara keseluruhan. Sistem ekonomi
Indonesia juga tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral kemanusiaan. Pembangunan
ekonomi harus mampu menghindarkan diri dari bentuk-bentuk persaingan bebas, monopoli
dan bentuk lainnya yang hanya akan menimbulkan penindasan ketidakadilan, penderitaan,
dan kesengsaraan warga negara. Ekonomi pancasila juga memiliki arti bahwa pihak swasta
yang bisa mandiri dilindungi hak-haknya untuk mengembangkan usahanya, sedangkan untuk
pihak-pihak yang masih belum bisa mengembangkan usahanya akan dibantu oleh pemerintah
dalam mengembangkan usahanya.
6. Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Sosial Budaya
Dalam pengembangan sosial budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu nilai-nilai
Pancasila itu sendiri. Prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis, artinya
nilai-nilai Pancasila mendasarkan pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Dalam rangka pengembangan sosial budaya,
Pancasila sebagai kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk universalitas melepaskan
simbol-simbol dari keterikatan struktur, dan transedentalisasi meningkatkan derajat
kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual.
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistis karena memang pancasila]a bertolak
dari hakikat dan kedudukan kodrat manusia itu sendiri. Hal ini sebagaimana tertuang dalam
sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu, pembangunan sosial budaya harus

mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia, yaitu mnenjadi manusia yang berbudaya
dan beradab. Pembangunan sosial budaya yang menghasilkan manusia-manusia biadab,
kejam, brutal dan bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi manusia adil
dan beradab. Manusia tidak cukup sebagai manusia secara fisik, tetapi harus mampu
meningkatkan derajat kemanusiaan nya Manusia harus dapat mengembangkan dirinya dari
tingkat homo menjadi human. Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial budaya
dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai sosial dan budaya-budaya yang beragam
di seluruh wilayah Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai bangsa. Perlu
ada pengakuan dan penghargaan terhadap budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok
bangsa Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima sebagai warga bangsa.
Dengan demikian, pembangunan sosial budaya tidak menciptakan kesenjangan,
kecemburuan, diskriminasi, dan ketidakadilan sosial. Paradigma baru dalam pembangunan
nasional berupa paradigma pembangunan berkelanjutan yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti
yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi
individu secara berimbang (Sila Kedua). Hak budaya komuniti dapat sebagai
perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak asasi individu. Paradigma ini
dapat mengatasi sistem perencanaan yang sentralistik dan yang mengabaikan kemajemukan
masyarakat dan keanekaragaman kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, era otonomi
daerah tidak akan mengarah pada otonomi suku bangsa tetapi justru akan memadukan
pembangunan lokal daerah dengan pembangunan regional dan pembangunan nasional (Sila
Keempat), sehingga ia akan menjamin keseimbangan dan kemerataan (Sila Kelima) dalam
rangka memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa yang akan sanggup menegakkan
kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI (Sila Ketiga). Pembangunan nasional bidang
kebudayaan, harus dilandasi dengan berpikir tentang masalah persatuan dan kesatuan bangsa.
Negara harus menjalankan pemerintahan yang serba efektif harus menghilangkan mental
birokrasi serta mau membangun sistem budaya dalam hal norma maupun pengembangan
iptek dengan melalukan pemberdayaan kebudayaan lokal guna
memfungsikan etos budaya bangsa yang majemuk. Kehidupan setiap insan harus
dipertahankan dengan baik dalam menghadapi segala tantangan dan hambatan serta dapat
membangun dirinya sendiri menjadi masyarakat yang berkeadilan, demokrasi, inovatif, dan
mencapai kemajuan kehidupan yang beradab.
7.Pancasila Sebagai Paradigma di Bidang Hubungan Antar Umat Beragama
Pada reformasi dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia terjadi konflik sosial
yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama. Hal ini
menunjukan kemunduran bangsa Indonesia ke arah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan. Oleh karena itu merupakan salah satu tugas berat bangsa Indonesia untuk
mengembalikan suasana kehidupan beraga yang penuh perdamaian, saling menghargai, saling
menghormati dan saling mencintai sebagai sesame umat manusia yang beradab. Pancasila
telah memberikan dasar-dasar nilai yang fundamental bagi bangsa Indonesia untuk hidup
secara damai dalam kehidupan beragama di negara Idonesia, Dalam pengertian ini maka
negara menegaskan dalam pokok pikiran ke IV bahwa "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa", atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab". Ini berarti bahwa kehidupan
dalam negara mendasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan. Negara memberikan kebebasan
kepada warganya untuk memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini menunjukan bahwa dalam Negara Indonesia
memberikan kebebasan atas kehidupan beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas
demokrasi dibidang agama Oleh karena itu kehidupan beragama dalam Negara Indonesia

dewasa ini harus dikembangkan ke arah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi,
saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab
8.Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan Keamanan
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan Keamanan merupakan salah
satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak
hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat Indonesia secara keseluruhan. Atas
dasar tersebut, sistem pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh komponen
bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).Sistem pertahanan yang bersifat semesta
melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta
dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah,
dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan
pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan
dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah pertahanan
negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma
pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang
dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa
Indonesia untuk menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB IV
KESIMPULAN
Dengan membahas Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan, kita dapat
menjadikannya sebagai pedoman dan mengamalkan pancasila untuk mewujudkan
pembangunan indonesia dalam berbagai bidang.
SARAN
Adapun saran penulis setelah membuat makalah ini diharapkan kita dapat benar-benar
menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan keseharian kita dalam berbagai macam aspek
terutama dalam mewujudkan pembangunan bangsa ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://daminialfarisi.blogspot.co.id/2014/11/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan.html
Kaelan,,Pendidikan pancasila, 2003,Sleman Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai