Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dihaturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
nikmat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, karena atas berkat rahmatNya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.

Berikut ini penulis akan mempersembahkan makalah yang berjudul PERAN


PANCASILA BAGI PEMUDA GUNA MEMBANGUN RASA NASIONALISME DI ERA
MODERN yang menurut penulis dapat memberikan manfaat bagi kita semua
karena kita dapat mengetahui peranan Pancasila bagi para pemuda di era
modern.

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf dan mohon
dimaklumi apabila dalam makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang
salah atau kurang tepat bagi para pembaca makalah ini.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terimakasih pada pihak yang membantu dan semoga Allah SWT memberikan
rahmat-Nya agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 8 Desember 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar . i
BAB I

PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang 1

2.

Rumusan Masalah ... 1

3.

Tujuan . 2

4.

Manfaat ....... 2

BAB II

PEMBAHASAN

1.

Bagaimana Sejarah Lahirnya Pancasila ? ... 3

2.

Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan

Hidup bangsa .. 5
3.

Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi

Generasi Muda ....... 6


4.

Upaya Penananman nilai-nilai Pancasila

pada Generasi Muda ... 9


5.

Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai

Pancasila pada Generasi Muda .. 16


BAB III

PENUTUP

1.

Kesimpulan . 18

2.

Saran ... 18

DAFTAR PUSTAKA ... 20

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak generasi tua kini menanyakan dan menyadari bahwa nilai-nilai Pancasila
belum diimplementasikan pada generasi muda Indonesia, khususnya pada era
modern sekarang. Padahal jika dilihat dari sisi historis, generasi muda Indonesia
memiliki peran yang sangat penting utamanya dilihat dari segi perjuangan
hingga Indonesia merdeka.

Diawali dengan angkatan 28, para pemuda memiliki satu visi yaitu ingin
menyatakan keinginannya untuk bersatu tanpa memandang dari golongan
maupun etnis manapun, maka dari itu muncullah Sumpah Pemuda. Berawal dari
Sumpah Pemuda itu, pandangan para pemuda di Indonesia menjadi revolusioner
dan memiliki nasionalisme yang kuat. Pada tahun 1945, tepatnya pada sekitar
proklamasi, terdapat terdapat peristiwa bersejarah yang juga dipelopori oleh
para pemuda. Karena adanya perbedaan pendapat dengan golongan tua, maka
golongan muda berupaya agar proklamasi segera dilaksanakan dengan cara
menculik Soekarno ke Rengasdengklok dengan alasan agar tidak terpengaruh
oleh Jepang di saat itu.
Bercermin pada peristiwa perjuangan bangsa yang didalangi oleh generasi
muda, menunjukan bahwa pada saat itu jiwa generasi muda telah tertanam nilainilai Pancasila yang bersifat nasional yang mendasari cita-cita bangsa.
Menanamkan nilai-nilai Pancasila pada jiwa generasi muda kini sangatlah
penting, karena dengan jiwa Pancasila bangsa Indonesia tidak akan mudah
terpengaruh oleh kebudayaan dan ideologi bangsa lain. Apalagi pada era modern
kini kebudayaan bangsa lain dapat dengan mudah merasuki jiwa generasi muda,
oleh karena itu generasi muda kini harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
dan kepribadian Pancasila.
1.2 Rumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan beberapa masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara menanamkan nilai-nilai Pancasila guna membangun rasa
nasionalisme pada generasi muda di era modern ? ;
2.
Mengapa penting dilakukan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
Pancasila pada generasi muda di era modern ?.

1.3 Tujuan
1
Untuk mengetahui pentingnya peran nila-nilai Pancasila pada generasi
muda di era modern guna membangun rasa nasionalisme ;
2.
Mengetahui cara-cara pengimplementasian nilai-nilai Pancasila pada
generasi muda guna membangun rasa nasionalisme ;
3.
Untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Pancasila, program studi Ilmu
Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga.

1.4 Manfaat.
1.
Mengetahui solusi penanaman nilai-nilai Pancasila pada generasi muda
Indonesia guna membangun rasa nasionalisme bangsa di era modern ;
2.
Mengetahui faktor-faktor penyebab lunturnya nilai-nilai Pancasila pada
generasi muda Indonesia di era modern ;

3.
Mengetahui pentingnya menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi
muda di era modern ;
4.
Mengetahui perbedaan kepribadian dan jiwa nilai-nilai Pancasila yang
tertanam pada generasi muda Indonesia pada masa perjuangan dan pada
generasi muda di era modern.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana Sejarah Lahirnya Pancasila ?
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, dalam pengertian historisnya adalah
hasil dari pemikiran dan penggalian kembali oleh para pendiri negara (The
Founding Fathers) untuk menemukan landasan atau pijakan yang kokoh untuk di
atasnya didirikan negara Indonesia merdeka1. Sebagai suatu negara yang baru
merdeka, Indonesia memerlukan ideologi atau landasan dalam bernegara yang
jelas. Dikarenakan pada tahun-tahun setelah Indonesia merdeka timbul dua kubu
besar yaitu, blok barat dengan paham liberal kapitalis dan blok timur dengan
paham sosialis komunisnya.
Bangsa Indonesia telah berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa dan dasar negara yang disepakati sejak tanggal 18
Agustus 1945 2. Sebelum disepakati, pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei- 1 Juni
1945 ada beberapa usulan dasar negara dari para pendiri bangsa. Terdapat tiga
pendiri bangsa dengan usulannya, yakni : Mr. Muhammad Yamin, Prof. Dr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dan selanjutnya konsep-konsep itu di olah kembali
oleh Panitia Kecil yang terdiri dari delapan orang, antara lain. Ir. Soekarno
sebagai
ketua
dengan
anggota-anggota
Bung
Hatta,
Soetardjo
3
Kartohadikusoemo, K.H. Wachid Hasyim, A.A Maramis .
Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Kecil lalu mengadakan pertemuan dengan
badan penyidik. Dari pertemuan ini berhasil dibentuk kembali Panitia Sembilan
yang terdiri dari Bung Karno, Bung Hatta, Moh Yamin, Ahmad Subarjo, A.A.
Maramis, K.H Abdulkahar Muzakhir, K.H. Wachid Hasyim, Abikusno Tjokrosuyoso,
dan H. Agus Salim.Pada akhirnya Panitia Sembilan mencapai kesesuaian dalam
menetapkan rumusan pembukaan hokum dasar, yang dikenal dengan Piagam
Jakarta .

Dalam susunan konsep pada Piagam Jakarta tersebut yang menyerupai pada
sila Pancasila kini. Namun sebelum ditetapkan dan disahkan ada perubahan
pada sila pertama dengan menghapuskan kata-kata , dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pmeluknya sehingga tinggal kata-kata
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa saja . Perubahan itu terjadi karena adanya reaksi
dari Indonesia Timur, dimana disana agama Nasrani berkembang cukup luas,
Indonesia memiliki berbagai keyakinan, tidak hanya Islam meskipun mayoritas.
Mengingat pula agama Hindu dan Budha pernah tersebar luas dengan dibuktikan
adanya kerajaan besar yang pernah berdiri di Nusantara.
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus
1945, seperti tersebut diatas bersidang dan mengesahkan UUD Negara Republik
Indonesia, yang meliputi Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan tentang
pokok-pokok pikiran di dalamnya . Di dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum
bunyi sila-sila Pancasila pada alinea ke IV, yakni : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sejarah lahirnya pancasila tentu terdapat pula peran para generasi
muda. Seperti tercantum pada latar belakang makalah. Generasi muda Indonesia
telah memikirkan perlunya dasar negara yang harus dibudayakan, dihayati, dan
diamalkan pada kehidupan yang nyata. Sehubung dengan kekhasan jiwa
pemuda yang setiap langkah lakunya dilakukan dengan kenyataan ayng ada di
sekitarnya, dan kemurnian serta keberanian dalam menyerap nilai-nilai dan
gagasan baru (H. Muzayin Ar, M.Ed, 1990 : 3)
Perjalanan panjang melahirkan kembali Pancasila oleh para pendiri bangsa
tentu tidaklah mudah, banyak berbagai macam hambatan di dalamnya.
Hambatan itu pula tidak terjadi saat proses dirumuskan hingga disahkannya
Pancasila, namun hambatan itu selalu ada dalam setiap zaman dan memiliki
hambatan yang berbeda-beda. Hambatan ini merupakan tugas dari segala
lapisan masyarakat, utamanya generasi muda. Perlunya penhayatan dan
pengamalan kembali nilai-nilai Pancasila pada generasi muda sangatlah perlu
guna menghargai jasa para pendiri bangsa dan juga perlu guna menumbuhkan
rasa
nasionalisme
dalam
jiwa
generasi
muda
kini.

2.2 Pancasila Sebagai Pandangan dan Tujuan Hidup bangsa.


Sebagai suatu negara Indonesia telah mengikrarkan bahwa falsafah atau ideologi
bangsanya adalah ideologi Pancasila. Segala hal telah tertanam dalam nilai-nilai
Pancasila, termasuk tujuan bangsa, cita-cita bangsa, hingga pedoman
berperilaku. Selain itu Pancasila juga merupakan cerminan jiwa dan kepribadian
bangsa Indonesia.

Sebagai pandangan hidup bangsa Pancasila sebenarnya telah berabad-abad


mewarnai dan membentuk sikap dan cara hidup rakyat Indonesia yang terdiri
dari berbagai suku yang mendiami tidak kurang dari 13.660 pulau di wilayah
Indonesia4. Disebut sebagai jiwa dan kepribadian bangsa, Pancasila juga
memberikan suatu kekhasan yang dimiliki bangsa Indonesia dan merupakan
pembeda dari bangsa lain. Salah satu ciri khas dalam bersikap yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia adalah sikap toleransi dan terdapat banyak ciri khas bangsa
Indonesia yang tercantum dalam nilai-nilai Pancasila.
Pandangan hidup bangsa termasuk di dalamnya adalah tujuan bangsa. Dalam
nilai-nilai Pancasila juga telah tertanam intisari tujuan bangsa Indonesia, salah
satunya adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila
. Hal tersebut tertanam dalam sila ke-5 yang berbunyi Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Peran generasi muda dalam mewujudkan tujuan dan
penghayatan Pancasila sebagai pedoman dalam berbangsa sangatlah penting
utamanya dalam membentuk jiwa nasionalisme. Setelah memahami apa saja
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila, yang harus dilakukan adalah dengan
membudayakan dan mengamalkan nilai-nilai yang ada dalam sila-sila Pancasila
itu dalam kehidupan sehari-hari.

Ibid, hlm : 13.

Namun pada Era Reformasi dibarengi masuknya pengaruh globalisasi, nilai-nilai


Pancasila sebagai pandangan dan tujuan hidup bangsa seakan terlupakan.
Namun masyarakat utamanya generasi muda tidak menyadari bahwa hal itu
sangat krusial untuk merusak pandangan serta tujuan bangsa. Dalam kehidupan
sosial, masyarakat kehilangan kendali atas dirinya, akibatnya terjadi konflikkonflik yang pada akhirnya melemahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan
bangsa. Dalam bidang budaya, kesadaran masyarakat atas keluhuran budaya
bangsa Indonesia mulai luntur, yang pada akhirnya terjadi disorientasi
kepribadian bangsa yang diikuti dengan rusaknya moral generasi muda 5. Terlihat
dari merosotnya nasionalisme para generasi muda dan perilaku yang cenderung
meniru kebudayaan bangsa lain.
Perlu adanya kesadaran untuk mengatasi kemerosotan nilai pandangan dan
tujuan bangsa ini guna memprkokoh jati diri bangsa Indonesia yang sesuai
dengan Pancasila. Dalam upaya ini perlu diupayakan secara serius suatu
penelitian mengenai aspek-aspek sosial budaya dan lainnya pada masyarakat
Indonesia, dan kemudian diikuti dengan suatu program aksi pembentukan dan
pemasyarakatan nilai-nilai budaya baru, yang sesuai dengan Pancasila dan

UUD 1945 sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan zaman dimasa


mendatang 6. Serta dapat meluruskan kembali Pancasila sebagai pandangan dan
tujuan hidup bangsa.

Modul Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila , 2013, hlm : 18

Universitas Mercu Buana dan LEMHANAS, Aktualisasi Pengamalan Pancasila dan


UUD 1945 Dalam Era Globalisasi, 1995, hlm : xxv.

2.3 Modal Historis Perjuangan Bangsa Bagi Generasi Muda

Dalam proses pembentukan identitas dan nasionalisme di Indonesia di awali


dengan masa perjuangan bangsa melawan penjajah Belanda. Perjuangan
tersebut dahulu dilakukan secara kedaerahan atau melakukan gerakan
perlawanan secara lokal, seperti : Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Sultan
Hasanudin, dan lain-lain. Perlawanan semacam ini dinilai banyak mengalami
kegagalan dan bangsa Indonesia banyak mengalami merugikan.
Pada permulaan tahun 1900-an, mulailah muncul
gerakan nasional yang diwujudkan dalam bentuk organisasi-organisasi politik.
Organisasi ini juga dipelopori oleh para generasi muda yang telah mendapatkan
pendidikan tinggi, antara lain pendidikan Kedokteran, sekolah dokter terkenal
adalah STOVIA yang bertepat di Jakarta. Para pelajar di STOVIA sering bertukar
pikiran dengan pelajar lain mengenai penderitaan rakyat oleh penjajahan
Belanda.
Dengan pertukaran pikiran itu para pelajar Indonesia mulai muncul
pemikiran, gagasan, dan cita-cita untuk melakukan perjuangan. Tokoh yang
terkenal pada masa ini adalah Dr. Sutomo, bersama Dr. Wahidin Sudiro Husodo
pada tanggal 20 Mei 1908 mendirikan Budi Utomo, organisasi modern pertama
yang ada di Indonesia. Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pengajaran
dan kebudayaan di Indonesia, dan hal ini mengawali kebangkitan nasional.
Pada Era Kebangkitan ini, masih belum ada Bangsa (Nation) Indonesia, yang
ada baru idea, gagasan, cita-cita untuk membentuk suatu bangsa yang bersatu
dalam suatu wilayah tertentu dengan cita-cita yang sama. ( Edi Purwinarto, 2008
: 44)
Gagasan itu barulah terwujud pada tahun 1928, dimana para organisasi
pemuda dari suku dan daerah yang berbeda-beda, seperti Jong Java, Jong
Celebes, Jong Borneo, Jong Ambon dan yang lainnya. Organisasi itu berkumpul
dan melakukan kongres pertama yang bersifat Nasional dan menyerukan dan
bersumpah bahwa hanya ada satu bangsa yaitu bangsa Indonesia, satu bahasa
yaitu bahsa Indonesia, dan satu tanah air yaitu Indonesia. Dalam kongres ini pula
pertama kalinya dinyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, yang diciptakan
oleh W.R Supratman.

Mengenai kongres pemuda yang kemudian dikenal dengan Sumpah


Pemuda, Edi Purwinarto (2008 : 44-45) mengatakan sebagai berikut :

Meskipun Sumpah Pemuda telah menjadi pondasi awal terbentuknya suatu


bangsa, namun secara de jure dan de facto, bangsa Indonesia dengan suatu
Negara yang merdeka belum ada, masyarakat Indonesia masih merupakan
rakyat yang terjajah dengan status Nederlands Onderdaan (kaula budak kerajaan
Belanda), karena pihak penjajah tidak menginginkan adanya persatuan dan
pembentukan suatu bangsa di wilayah jajahannya, mereka tetap memandang
persatuan para pemuda sebagai kelompok-kelompok etnis, yang satu dengan
lainnya diadu domba, dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok kecil, namun
ikrar bersama para pemuda ini amat besar artinya bagi perjuangan rakyat
Indonesia sebagai pembangkit semangat dan mendorong untuk secepatnya
merealisasikan cita-cita merdeka yang dirintis sejak tahun 1908.
Dilanjutkan pada saat proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, yang
mana juga terdapat peran generasi muda. Terdapat perbedaan pendapat antara
golongan tua dan muda saat itu. Golongan tua terdiri dari Bung Karno, Bung
Hatta, dan golongan muda terdiri dari Syahrir, Sukarni dan lainnya. Pada
akhirnya perbedaan pendapat itu memunculkan peristiwa penculikan Sukarno
dan Hatta ke daerah Rengasdengklok. Maksud dari penculikan ini adalah,
generasi muda menginginkan agar proklamasi segera terlaksana, dan agar
terbebas dari pengaruh Jepang.
Setelah kemerdekaan Indonesia, generasi muda juga memegang peranan
penting dalam proses revolusi di Indonesia. Pada masa akhir orde lama
kepemimpinan Sukarno, pergerakan mahasiswa dikenal dengan mahasiswa
angkatan 66 dan bekerjasama dengan berbagai organisasi pergerakan lainnya
berhasil menggulingkan rezim Sukarno, dengan tuntutan TRITURA (Tri Tuntutan
Rakyat) yang berisi : turunkan harga, bubarkan PKI,dan rombakan kabinet.
Keberhasilan para generasi muda itu kembali ada pada akhir orde baru menuju
Reformasi tepatnya pada tahun 1998 yang kemudian dijuluki dengan angkatan
98 . Para generasi muda melakukan beberapa aksi yaitu penumpasan KKN
sekaligus penggulingan presiden Suharto. Saat peristiwa ini juga terdapat
kejadian dimana ada penembakan pada mahasiswa Universitas Trisakti saat
melakukan demonstrasi.
Dengan rentetan peristiwa perjuangan bangsa serta peran penting generasi
muda di dalamnya, semangat nasionalisme pula telah tercermin dalam generasi
muda terdahulu. Semangat generasi muda terdahulu sangat erat dengan
semangat nasionalisme.
Kaitan erat semangat generasi muda dengan smangat nasionalisme, seperti
yang dituliskan I Basis Susilo ( 2008 : 84), dalam buku Pemuda dan
Nasionalisme bahwa,
mengaitkan kebangsaan dengan kaum muda memang
pada tempatnya, karena sejarah bangsa kita dan bangsa-bangsa lain telah
menunjukan betapa erat hubungannya antara kaum muda dengan kebangsaan.
Ukuran tinggi rendahnya kadar kebangsaan masyarakat umumnya ada pada diri
kaum mudanya !.
2.4 Upaya Penananman nilai-nilai Pancasila pada Generasi Muda.

Pandangan hidup suatu bangsa mempunyai arti yang menuntun, karena dengan
pandangan hidup yang dipegang secara teguh, bangsa tersebut mmiliki
landasan fundamental yang menjadi pegagan dalam memcahkan segala
masalah yang dihadapi ( H. Muzayin Ar, 1990 : 15). Tidak adanya pandangan
hidup maka suatu bangsa akan dapat dengan mudah dimasuki oleh pandangan
hidup bangsa lain, dan suatu bangsa akan dapat pula terombang-ambing dalam
menghadapi permasalahannya sendiri, pergaulan antar bangsa di dunia maupun
permasalahan umat manusia pada umumnya 7.
Bangsa Indonesia berhasil merumuskan dan menentukan Pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu Pancasila harus ditanamkan pada
setiap rakyat Indonesia, dan khususnya pada generasi muda sebagai penerus
bangsa. Sebelum dapat merealisasikan Nilai-nilai Pancasila, agar lebih mudah
dengan menguraikan nilai dasar Pancasila yang terdapat dalam masing-masing
sila, sebagai berikut :
a.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam pelaksanaan di setiap bidang wajib adanya landasan oleh keimanan dan
ketaqwaan. Didalam kehidupan masyarakat Indonesia juga telah berkembang
berbagai Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME. Agama dan kepercayaan
tersebut telah menjadi budaya batin bangsa yang mendidik kita semua untuk
saling menghormati antar sesama anggota masyarakat.
H.Muzayin Ar, (1990 : 23) mengatakan bahwa, masyarakat yang berbeda
agama dan kepercayaan. Juga mengajarkan kita saling kerjasama dan

Universitas Mercu Buana dan LEMHANAS, Aktualisasi Pengamalan Pancasila dan


UUD 1945 Dalam Era Globalisasi, 1995, hlm : 1.

bantu membantu dalam usaha-usaha memajukan kesejahteraan negara dan


bangsa serta masyarakat. Oleh karena itu bangsa Indonesia terkenal sebagai
bangsa yang berwatak sosialistis-religious artinya suka bergotong royong yang
dijiwai oleh ajaran agamanya.
Memiliki suatu kepercayaan tentu saja sudah menjadi hak azasi manusia,
setiap orang berhak memilih dan memercayai suatu ajaran Agama sesuai
dengan kehendaknya. Tidak boleh ada paksaan dari pihak manapun untuk
mempercayai suatu agama atau kepercayaan, dan merupakan masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan YME yang di yakininya.
Serta setiap individu harus mentaati dan melaksanakan setiap ajaranNya serta
menjauhi laranganNya.

Berdasarkan sila Ketuhanan, maka peran para generasi muda dapat


diimplementasikan dalam kehidupan di era modern kini, seperti :
1)
Meyakini dengan benar bahwa Tuhan YME adalah pencipta alam semesta
beserta isinya, termasuk manusia,
2)
Iman (percaya) dan taqwa dengan keyakinan yang dipilih, dan
dimplementasikan dalam perbuatan sehari-hari yang berupa ibadah dan berupa
amalan-amalan baik kepada sesama,
3)
Berupaya untuk selalu mempelajari ajaran Tuhan pada kitabNya guna
memperluas pemahaman tentang ajaran agama,
4)
Berlaku hormat terhadap pemeluk agama lain dengan
merendahkan dan menilai salah terhadap ajaran agama lain,

cara

tidak

5)
Berupaya untuk memperkuat kerukunan antar umat beragama selaku
warganegara yang sama yaitu warganegara Indonesia,
6)
Memberikan kebebasan kepada orang lain tentang hak memilih agama
yang diyakinininya,
7)
Berupaya membangun kerjasama dengan umat beragama lain dalam
bidang-bidang sosial dan pembangunan nasional.
Menjauhi segala ideologi yang mengatas namakan agama juga dirasa perlu.
Di era modern kini ideology dari bangsa manapun dapat dengan mudah masuk
kedalam Bangsa Indonesia. Dengan penanaman nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan para generasi muda dapat memfilter ideologi yang tidak sesuai itu.
b.

Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kesadaran akan kehendak tentang kemanusiaan adalah jiwa yang merasakan


bahwa manusia itu ingin selalu berhubungan. Manusia yang satu memerlukan
manusia lainnya dan sebaliknya, maka manusia harus bermasyarakat ( H.A.W
Wijaya 2000 : 15). Hidup manusia tidak lepas dari hubungan dengan manusia
lain, tanpa berhubungan ataupun bermasyarakat manusia tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Dengan ini pula manusia disebut sebagai makhluk sosial.
Dalam sila ini, Bangsa Indonesia mengutarakan pentingnya memandang
persamaan manusia, seperti persamaan hakikat, martabat, hak, dan kewajiban.
Utamanya dalam menggunakan hak azasi manusia. Hak azasi ini diakui oleh
undang-undang, tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia. Dalam sila ini
diperlukan pula peraturan-peraturan untuk membatasi agar tidak sampai terjadi
kesewenang-wenangan terhadap orang lain.
Banyak
hal
yang
dapat
dilakukan
para
generasi
muda
untuk
mengimplementasikan nilai-nilai sila ini pada kehidupan sehari-hari utamanya
pada era modern kini, seperti :
1)
Mengakui persamaan derajat dan persamaan hak serta kewajiban antar
sesama,
2)
Tidak membedakan perlakuan terhadap sesama karena disebabkan oleh
perbedaan suku, keturunan, warna kulit, agama, dan status sosial,

3)

Mengembangkan sikap tenggang rasa,

4)

Saling mencintai, menghargai, dan menghormati sesama manusia,

5)
Melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan
membantu meringankan beban penderitaan orang lain,
6)

dengan

tujuan

Berani membela kebenaran dengan dasar keadilan.

Di era modern ini, Pancasila mampu menjadi pedoman, utamanya bagi para
generasi muda untuk menumbuhkan rasa kemanusiaan, sesuai dengan sila ke-2.
Diharapkan pula pada penanaman nilai Pancasila dengan upayanya,
menghapuskan
permasalahan-permasalahan
dengan
latar
belakang
kemanusiaan.
c.

Persatuan Indonesia

Mengacu pada semboyan Bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika, yang berasal
dari bahasa Sansekerta dengan mengutip dari kitab Sutasoma, karangan Mpu
Tantular. Semboyan itu berarti berbeda-beda tapi tetap satu jua,
mencerminkan bahwa Bangsa Indonesia adalah bangsa kepulauan dengan
berbagai kemajemukan di dalamnya dan dapat bersatu.
Bangsa Indonesia bukan merupakan bangsa yang dimiliki oleh suatu etnis
tertentu saja, Bangsa Indonesia adalah milik bersama. Dalam memersatukan
Indonesia peran generasi muda juga berpengaruh, pada Kongres Sumpah
Pemuda para pemuda dari berbagai etnis bersepakat untuk bersatu, dan
peristiwa itu menjadi landasan awal terwujudnya persatuan Indonesia.
Pada Sila ini dapat ditanamkan nilai-nilai kesatuan dalam berbangsa. Dimana
kesatuan itu meliputi : Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya. Bangsa
Indonesia juga merupakan bangsa yang berbeda dengan bangsa lain dan
memiliki kekhasan sendiri. Tercermin dari bersatunya Indonesia dengan
perbedaan- perbedaan yang ada. Dalam hal ini pula rasa nasionalisme sangat
diperlukan guna memperkokoh persatuan Indonesia.
Upaya yang dapat diamalkan para generasi muda saat ini dapat dilakukan dalam
berkehidupan berbangsa dan bertanah air, diantara lain :
1)

Memiliki kebanggaan berbangsa dan bertanah air Indonesia,

2)

Ikut serta dalam upaya bela negara,

3)

Berperan aktif dalam usaha pembangunan nasional,

4)

Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara,

5)
Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan,
6)
Mengikuti jejak-jejak para pahlawan bangsa yang telah berjasa membela
tannah air dengan berbagai kegiatan,
7)

Memiliki jiwa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi.

Pada era modern ini, penanaman rasa nasionalisme pada generasi muda adalah
faktor terpenting guna mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa.

Melihat dari pembahasan sisi historis diatas, bahwa tekad untuk memersatukan
Indonesia dan rasa nasionalisme para generasi muda terdahulu dapat dijadikan
sumber inspirasi dan motivasi guna membangun rasa nasionalisme.
Oleh karenanya, generasi muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa
yang besar terpanggil untuk melestarikan dan mengembangkan jiwa persatuan
tersebut disertai dengan sikap rela berkorban untuk kepentingan nasional serta
memupuk rasa kebangsaan sbagai bangsa Indonesia dimanapun ia berada
(H.Muzayin Ar, 1990 : 27).
d.
Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Masyarakat Indonesia terdahulu telah mengenal sistem bermusyawarah dalam
menyelesaikan masalah-masalah utamanya yang mnyangkut kepentingan
bersama,
yang sampai saat ini masih berkembang di daerah pedesaan. Seperti dalam
pemilihan kepala desa, maka masyarakat melakukan musyawarah untuk
menentukan kepala desa yang baru.
Pentingnya musyawarah dan mufakat, H.A.W Widjaja ( 2000 : 16 )
berpendapat bahwa, dalam musyawarah dan mufakat kepentingan manusia
sebagai pribadi dan masyarakat dijamin. Kepentingan manusia pribadi akan
dikalahkan, bila bertentangan dengan kepentingan umum. Kebebasan dijamin
sesuai dengan mufakat. Segala sesuatu diambil secara musyawarah untuk
mendapatkan mufakat.
Sila
Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan, pada intinya adalah merujuk pada sistem
demokrasi yang di anut oleh bangsa Indonesia. Demokrasi di Indonesia juga
dapat diartikan sebagai pemerintah dari rakyat, oleh rakyat,dan untuk rakyat.
Dan ciri khas kepribadian bangsa kita salah satunya adalah, tindakan bersama
baru dapat diambil bilamana telah diputuskan bersama.
Sistem-sistem pengambilan keputusan dengan bersama, atau sesuai dengan
kepribadian khas bangsa Indonesia itulah yang disebut dengan Demokrasi
Pancasila, yaitu suatu sistem demokrasi yang dijiwai dan diintegrasikan dengan
nilai sila-sila Pancasila. Dalam pelaksanaannya demokrasi ini harus dijiwai oleh
sila Ketuhanan YME, yang diliputi oleh rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
yang disemangati dengan rasa Persatuan Indonesia, serta ditunjukan kea rah
pencapaian Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ( Muzayin Ar 1990 :
29).
Peran generasi muda juga dapat terimplementasikan dalam sila ini. Utamanya
pada aktivitas-aktivitas yang bersinggungan dengan kepentingan orang banyak.
Upaya pengamalan nilai-nilai sila ini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan
seperti, :
1)
Berupaya untuk menutamakan musyawarah hingga mencapai
mufakat dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama ,
2)

kata

Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain dalam bermusyawarah,

3)
Menutamakan kepentingan bersama, berbangsa dan bernegara diatas
kepentingan individu,
4)
Berupaya untuk melaksanakan hasil musyawarah dengan tulus, ikhlas dan
bertanggung jawab,
5)
Menjunjung tinggi rasa Keimanan, kemanusiaan, persatuan, dan keadilan
dalam bermusyawarah,
Pada era modern kini, kecenderungan generasi muda untuk tidak
memusyawarahkan setiap masalah sangat tinggi. Dengan kemajuan teknologi
para generasi muda termanjakan dengan proses instant dalam bertindak dan
dalam beraktivitas. Generasi Muda juga akan tertanam rasa nasionalisme jika
mewujudkan sila ini. Sifat musyawarah dan gotong royong yang merupakan ciri
khas bangsa Indonesia, dan jika setiap permasalahan di selesaikan dengan
musyawarah maka akan tergerus konflik-konflik atas nama individu.
e.

Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Bangsa Indonesia jika dilihat dari segi geografisnya terletak di antara dua
Samudera dan dua Benua, serta Indonesia terletak pada garis khatulistiwa yang
cenderung beriklim tropis. Keadaan yang seperti itulah membuat kekayaan alam
Indonesia melimpah. Maka dari itu pula rakyat Indonesia harus berupaya agar
tercipta kesejahteraan yang adil dan merata.
Keadilan sosial juga berarti keadilan yang berlaku bagi setiap hubungan manusia
dan masyarakat. Sesama anggota masyarakat adil juga diartikan apabila setiap
warga negara dapat menikmati hasil yang sesuai dengan fungsi dan peranannya
dalam masyarakat. Dapat dikatakan pula sila keadilan sosial ini melandasi segala
ikhtiar dalam upaya terciptanya pemerataan rasa keadilan utnuk kepentingan
kesejahteraan bersama.
Keadilan disini juga dapat diartikan sebagai keberhasilan pemerataan
pembangunan. Peran pemerintah dalam pembangunan nasional juga sangat
penting, utamanya dalam pembuatan kebijakan dan aturan perundangundangan. Begitupun dengan peran generasi muda, dengan melakukan
perbuatan yang bermanfaat bagi sesama anggota masyarakat, tidak berbuat
merugikan kepentingan orang banyak, serta tidak berpola hidup konsumtif juga
telah membantu mewujudkan keberhasilan pemerataan keadilan.
Pengamalan sila ini pada generasi muda, seperti sila-sila lainnya juga dapat
dilakukan pada kehidupan sehari-hari, seperti :
1)

Mengembangkan sikap-sikap adil dalam setiap perbuatan,

2)
Berlaku adil dalam memperlakukan orang lain tanpa memandang suku,
warna kulit, agama, status sosial,
3)

Saling menghormati hak-hak orang lain,

4)
Berusaha menghindarkan segala bentuk permusuhan dan perpecahan
serta sikap hidup yang mementingkan diri sendiri,
5)

Menumbuhkan rasa suka bekerja keras,

6)

Menanamkan sikap suka rela membantu orang lain dalam masyarakat,

7)

Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum,

8)
Melakukan
umum,

perbuatan-perbuatan

yang

bermanfaat

bagi

kepentingan

9)
Menjauhi sikap hidup konsumtif dan mewah dan senantiasa untuk hidup
sederhana.
Dengan pengamalan sila ke lima ini oleh berbagai pihak maka akan
terminimalisir terjadinya kemiskinan, keterbelakangan, dan penindasan di
Indonesia, terjadinya banyak eksploitasi di Indonesia juga karena kurangnya
pengamalan sila keadilan. Keadilan juga merupakan watak khas kehidupan
bangsa yang telah diwariskan oleh nenek moyang bangsa Indonesia dan harus
dikembangkan serta dilestarikan oleh generasi muda guna mmbangun rasa
nasionalisme.
Upaya penanaman nilai-nilai Pancasila tidak boleh dipisahkan antara satu
dengan yang lainnya karena merupakan satu kebulatan yang utuh. Tidak akan
dirasakan kegunaannya dalam masyarakat apabila tidak dihayati dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan dilandasi dengan
komitmen.
Pengamalan nilai-nilai Pancasila ini juga merupakan tugas bersama. Namun agar
tetap lestari dan dapat dikembangkan, peran generasi muda sangat penting.
Pada era modern kini tidak ada yang memfilter segala budaya modern yang
masuk kedalam bangsa Indonesia kecuali Pancasila. Hanya dengan pengamalan
dan peghayatan Pancasilalah yang dapat membangun jiwa nasionalisme dan
patriotisme pada generasi muda.
2.5 Pentingnya Menanamkan Nilai-Nilai Pancasila pada Generasi Muda.
Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia dengan cita-cita yang
telah disepakati dan diyakini bersama untuk direalisasikan dalam tindakan,
sikap, dan perilaku hidup bermasyarakat, berbangsa serta bernegara. Melalui
cita-cita bersama tersebut bangsa Indonesia mengerahkan pross pembangunan
guna masyarakat yang adil dan makmur.
Namun pada rezim Orde Baru orientasi bangsa cenderung berubah ke arah
pembangunan ekonomi kapitalis dan adanya pihak militer yang cenderung
otoristik. Hal itu semua menurut Penulis menyebabkan arah perkembangan
Pancasila menjadi tertutup. Pemerintah hanya fokus terhadap perkembangan
ekonomi yang cenderung kapitalis dan di motori oleh para konglomerat dan
pihak asing.
Pada saat itu pula peran Pancasila seakan luntur. Dengan adnya pembatasanpembatasan kebebasan berpikir, berpendapat, dan berkumpul (berserikat). Para
generasi muda yang memerjuangkan nasib masyarakat banyak cenderung
tersisihkan. Konsekuensi dari situasi dan kondisi tersebut menyebabkan generasi
muda pada awal reformasi cenderung menjauhi Pancasila. ( Hariyono 2014 :13)
Generasi muda yang terlahir di akhir era Orde Baru dan Reformasi tentu memiliki
sisi historis yang berbeda. Pada tiap zaman yang ditapaki oleh generasi muda
tentu memiliki tantangan zaman yang berbeda-beda, dan tentu pula tidak dapat
hidup pada zaman generasi sebelumnya. Tapi, nilai-nilai dalam Pancasila dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara perlu untuk dijadikan sumber keteladanan


bagi para generasi muda guna menghadapi tantangan di masa depan.
Pentingnya menjadikan Pancasila dan nasionalisme didalamnya menjadi bahan
inspirasi yang sangat essensial, karena di era modern ini informasi dan
komunikasi berlangsung tanpa batas waktu serta tempat. Sehingga generasi
muda cendrung mudah untuk mendapatkan pengaruh asing, baik yang positif
maupun negatif. Pancasila dan nasionalisme disini dapat dijadikan sebagai filter
dalam menyaring pengaruh asing yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Bangsa
Indonesia.
Kesadaran terhadap generasi muda tentang nilai-nilai dasar yang berkaitan
dengan Pancasila dan Nasionalisme Indonesia sangatlah perlu dibutuhkan di era
modern. Memang konskuensi dalam era modern ini adalah terbentuknya
generasi muda yang cerdas, canggih dan kompeten. Namun kita sadari pula jika
ketiga aspek itu jika tidak didasari oleh landasan yang kokoh, maka akan
membahayakan orang lain dan kepentingan bangsa. Landasan karakter para
generasi muda harus tergali dan terinspirasi dari sistem nilai Pancasila.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pancasila dan nasionalisme berdasarkan uraian sebelumnya merupakan prinsip
yang tidak bisa dipisahkan, utamanya dalam berkehidupan berbangsa dan
bernegara Bangsa Indonesia. Pancasila dan nasionalisme juga merupakan roh
dan jiwa bangsa yang tergali kembali oleh para pendiri bangsa Indonesia dengan
peran para generasi muda.
Sejarah menunjukan bahwa dalam perjalanan perjuangan bangsa Indonesia,
peran generasi muda dalam menyatukan bangsa hingga memerdekakan
Indonesia sangat menonjol. Pada saat itu para generasi muda dapat dikatakan
berhasil dalam menggelorakan nasionalisme dan merealisasikan nilai-nilai
Pancasila. Mereka juga telah menenempatkan Pancasila sebagai dasar dalam

menentukan segala arah gerak dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan
bertanah air.
Pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila terhadap
generasi muda dapat dilakukan dengan banyak aktifitas yang dicontohkan dalam
pembahasan diatas. Pengamalan itu dapat berjalan dengan baik jika ada
komitmen dalam diri generasi muda., dan hal ini menjadi penting di era modern
kini serta tidak dapat terlaksana dalam satu dua hari saja, akan tetapi akan
memakan waktu lama karena harus melalui serangkaian proses.
Di era modern kini tantangan yang dihadapi generasi muda jauh lebih kompleks
dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Untuk itu pengamalan terhadap
nilai-nilai Pancasila sangat penting. Selain sebagai landasan dalam beraktifitas
Pancasila juga dapat menjadi filter dalam menyaring pengaruh asing yang sesuai
dengan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia.
3.2 Saran
Sebagian besar generasi muda Indonesia sejatinya masih memiliki hati yang
murni dan kemauan kuat untuk memperjuangkan bangsa Indonesia kedepan.
Kaum muda selalu memberikan harapan. Dari harapan itulah mereka berjuang
(Hariyono 2014 : 207). Semoga para generasi muda Indonesia tidak ditidurkan
dengan segala kemegahan era modern kini, namun tetap menjadi generasi
muda yang berjiwa Pancasila dan nasionalis selalu berpikiran optimis untuk
menggapai cita-cita luhur bangsa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Adam, C. 1982. Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Jakarta :
Gunung Agung.
Ar, Muzayin. 1990. Ideologi Pancasila Bimbingan Ke Arah Penghayatan dan
Pengamalan Bagi Remaja. Jakarta : Golden Terayon Press.
__________ . 1995. Aktualisasi Pengamalan Pancasila dan UUD 1945 dalam Era
Globalisasi. Jakarta. Universitas Mercu Buana dan Lembaga Ketahanan Nasional.
Hariyono.
2014. Ideologi
Pancasila
Indonesia. Malang : Intrans Publishing.

Roh

Progresif

Nasionalisme

Kaelan, Achmad Zubaidi. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan ; untuk Perguruan


Tinggi.Yogyakarta : Paradigma.
Panujua, Redi. 2002. Dr Sutomo Pahlawan Bangsaku. Yogyakarta : Pustaka
pelajar.
Raillon, Francois. 1985. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia. Jakarta : LP3ES
Ricklefs, M.C. 1989. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta : Universitas Gadjah
Mada Press.
Widjaja, H.A.W . 2000. Penerapan
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Nilai-Nilai

Pancasila

dan

HAM

__________. 2013. Modul Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila. Jakarta.

di

Anda mungkin juga menyukai