Lapres CONVAP Kel H
Lapres CONVAP Kel H
Condensing Vapor
page 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kondensasi atau pengembunan adalah
perubahan wujud
benda ke
wujud yang lebih padat, seperti gas (atau uap) menjadi cairan. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak dijumpai peristiwa kondensasi. Proses
kondensasi ini dapat dijumpai di alam sekitar kita. Proses terbentuknya awan
merupakan proses kondensasi. Uap air yang naik akibat sinar matahari akan
terkondensasi di udara, hal ini dikarenakan udara di atas permukaan bumi
lebih rendah dari titik embun uap air. Proses kondensasi inilah yang
menyebabkan terjadinya awan.
Dalam proses industri juga terjadi peristiwa kondensasi. Misalnya
pada alat kondensor yang berfungsi mengkondensasikan uap bekas dari
turbin menjadi titik-titik air (air kondensat) dan air yang terkondensasi
menjadi air ditampung pada Hotwell.
Dalam praktikum condensing vapor kali ini bertujuan untuk
menentukan koefisien perpindahan panas (koefisien pengembunan) dari uap
pada pipa pengembunan vertical dan horizontal dengan menggunakan
persamaan Nusselt.
Condensing Vapor
page 2
I.2. Tujuan
1. Menentukan koefisien perpindahan panas dari uap yang melewati
condenser.
2. Mengetahui
perbedaan
drop
wise
condensation
dan
film
wise
condensation.
3. Mengamati jenis embun yang terbentuk dengan berbagai variasi seperti
diameter pipa, letak pipa dan laju alir fluida.
I.3. Manfaat
1. Agar praktikan dapat mengetahui peristiwa perpindahan panas dan
perpindahan fase dari uap menjadi liquid.
2. Agar praktikan dapat membedakan drop wise condensation dan film wise
condensation.
3. Agar praktikan dpat menilai besarnya koefisien perpindahan panas.
Condensing Vapor
page 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Secara Umum
Kondensasi adalah proses melepaskan kalor dari suatu sistem yang
menyebabkan uap (vapour) berubah menjadi cair (liquid). Kondensasi
memainkan peranan yang penting di alam semesta, dimana kondensasi
menjadi bagian penting dari siklus air, begitu pula perannya penting dalam
industri. Proses kondensasi merupakan proses yang cukup komplek, yang
terjadi dalam banyak contoh kasus.
Karena prosesnya yang beragam, proses kondensasi diklasifikasikan
menjadi beberapa macam berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya:
1) Jenis kondensasi: homogenous, heterogenous, dropwise, film, atau direct
contact.
2) Kondisi uap: satu komponen, banyak komponen dengan semua
komponen
mampu
terkondensasi,
banyak
komponen
beserta
Condensing Vapor
page 4
Condensing Vapor
page 5
Condensing Vapor
page 6
Pada
kenyataannya,
sebagian
besar
proses
kondensasi
Condensing Vapor
page 7
kalor
kondensasinya
jauh
lebih
besar
dibandingkan
Condensing Vapor
page 8
dua
lairan
fluida
dapat
dicampur.
Namun,
aplikasi
Condensing Vapor
page 9
Pada Fig. 12.2 kecepatan dimana panas lewat dari uap air melalui
lapisan kondensaasi dan ke permukaan per unit area diberikan sebagai berikut
Q
A
'
k (t t)
y'
= w = h (t-t)
k (t ' t)
y '
Condensing Vapor
page 10
= 0.943 (
kf 3 f 2 g 1/4
)
f t f L
W=
k ( t ' t ) r dx
y '
Condensing Vapor
kf 3 f 2 g
f t f Do
kf 3 f 2 g 1/4
)
f t f L
page 11
Condensing Vapor
page 12
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Air
Uap air
d. Stopwatch
b. Beaker Glass
c. Termometer
Condensing Vapor
page 13
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Term
m. III.3 Alat
omete
rn.
(T1=a
iro.
masu
p.
Kran k)
Untuk
Uap Keluar
q.
r.
s.
Kran Untuk
Uap Masuk
t.
u.
Co
nde
v.
nso
r
w.
Kran
Untuk
x.
Meng
eluark
y.
an Air
Panas
Termo
meter
(T2=a
ir)
z.
aa.
ab.
K
ra
Kran 2 Untuk Mengalirkan airTke dalam
n
Bejana Penguap er
Kr U
m
an nt
o
Un u
m
tuk k
et
Me M
er
ng e
(
alir n
T
g
alatkacondensing
vapour
2
n el
=
ste u
am
ac.
ad.
ae.
af.
Stopwatch
ag.
ah.
III.4 Prosedur
1. Isi tangki penampung air pendingin sampai overflow
2. Panaskan tangki pembangkit uap yang telah berisi air bagian hingga
tekanan 20 Psi. Tunggu hingga terbentuk uap yang cukup
3. Kemudian atur tekanan 13 Psi dengan bukaan kran 3/4.
4. Selanjutnya alirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap. Bersamaan
dengan itu, alirkan juga air pendingin dengan cara membuka pula kran
aliran air pendingin ke pipa pengembunan
5. Catat suhu uap masuk dan suhu uap keluar
6. Catat pula suhu air pendingin masuk dan suhu air pendingin keluar
7. Catat volume air pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap 5 detik dan
amati jenis (embun) yang terbentuk pada kondensor
8. Ulangi percobaan diatas dengan variasi bukaan kran yaitu 1, 1 dan 2 .
9. serta variasi tekanan uap pada tangki pemanas yaitu 9 Psi, 11 Psi dan 18
Psi
ai.
aj. BAB IV
ak. HASIL DAN PEMBAHASAN
al.
am.
Bu
an.
p
bg.
9
bf.
1
br.
1
cc.
1
cm.
1
ap. T Uap(C)
aw. t
1
ay. t
1
(
m
a
s
u
k
)
(
m
a
s
u
k
)
bj. 7
7
.
3
3
bu. 8
4
.
3
bh. 3
0
bs. 3
0
cd. 3
0
ax.
t2
bi.
46.
bt.
52.
ce.
58.
cn.
9
co. 3
0
cp.
53
cy.
1
cz. 3
0
da.
54.
cf. 9
7
cq. 8
5
.
3
db. 9
0
.
6
7
az.
t2
bk.
59.
bv.
65
cg.
73
cr.
62
dc.
78.
aq.
V
bl.
48
ar. V
k
o
n
d
e
n
s
at
(
m
l)
at.
(c
as.
W
bm.
46
bn.
5
bx. 5
0
by.
5
ch.
61
ci. 5
7.
3
cj.
5
cs.
60
ct. 5
0.
3
cu.
5
dd.
65
de. 5
4
df.
5
bw.
53
bd.
U
bo.
9.
bz.
1
ck.
11
cv.
1
dg.
1
dj.
1
dl.
59.
dk. 3
0
du.
9
dv. 3
0
dw.
56
dm.
96
dx. 8
9
dn.
80.
dy.
69.
do.
71
dz.
71
dp. 5
8
ea. 5
2.
6
7
dq.
5
eb.
5
dt.
2
ef.
1
eg. 3
0
eq.
1
eh.
60
es.
62.
er. 3
0
ei. 9
4
.
3
et. 9
8
.
3
ej.
81.
eu.
85.
ek.
76
ev.
80
em.
5
ew. 6
0
fm. 1
gb. 1
gq. 1
fd. Te
kan
an
(Ps
i)
fn. 9
fs. 11
fx. 13
gc. 9
gh. 11
gm.
13
gr. 9
gw.11
hb. 13
fe. Q Air
Pendi
ngin
(ml/s)
ff. Q
Konde
nsat
(ml/s)
fo. 48
ft. 90,6
fy. 90,2
gd. 100
gi. 91,8
fp. 10
fu. 10,4
fz. 10,6
ge. 10,8
gj. 10,8
gn. 91,6
gs. 150
gx. 92,4
hc. 92,8
go. 11,2
gt. 11,2
gy. 11,2
hd. 11,8
ec.
1
en.
11
el. 5
7
fa.
fc. B
u
k
a
a
n
dr.
11
fg. Koefisien
Perpindah
an Panas
Pengembu
nan
(Btu/ft2hr
F)
fq. 10,75276
fv. 10,74582
ga. 10,49992
gf. 10,85418
gk. 10,82296
gp. 10,70412
gu. 10,98325
gz. 10,92439
he. 10,88750
ex.
5
ey.
1
hf.
h (Btu/ft2hrf)
Bukaan 1
10.8
10.6
Bukaan 1 1/4
Bukaan 1 1/2
10.4
10.2
8.5
p (Psi)
hh. Gambar 7. Grafik P vs h
hi.
hj. Dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan
maka nilai koefisien perpindahan panas yang didapat cenderung menurun. Hal
ini dapat dilihat pada bukaan kran 1 , untuk tekanan 9 Psi didapatkan nilai
koefisien perpindahan panas pengembunan sebesar 10,75276 Btu/ft2 hr F.
Untuk tekanan 11 Psi didapatkan nilai koefisien perpindahan panas
pengembunan sebesar
dan air dingin akan semakain kecil hal ini mempengaruhi volume kondenst dan
nilai koefisien perpindahan panas pengembunan juga semakin kecil semenara
itu pada literatur dari Mc. Cabe, semakin tinggi tekanan maka semakin besar
temperature kondensasi. Temperatur berpengaruh pada nilai koefisien
perpindahan panas pengembunan yang didapat. Semakin besar temperature,
maka nilai koefisien perpindahan panas pengembunan yang didapat semakin
menurun. Pada praktikum ini, hasil yang kami dapat sesuai dengan literatur.
hk.Dari keempat bukaan kran, dapat dilihat bahwa semakin besar
bukaan kran maka nilai koefisien perpindahan panas pengembunan yang
didapat semakin besar pula. Hal ini dapat dilihat pada bukaan kran 1
didapatkan nilai koefisien perpindahan panas pengembunan yang paling kecil.
Semakin besar bukaan kran, maka semakin besar debit aliran fluida. Untuk
debit aliran air pendingin, sesuai dengan pernyataan diatas. Sedangkan untuk
debit aliran kondensat juga sudah sesuai dengan pernyataan diatas.
hl.
(koefisien
perpindahan
panas)
berbanding
lurus
dengan
bahwa hasil praktikum sudah sesuai dengan rumus yang diterapkan = 0.943 (
kf 3 f 2 g 1/4
)
f t f L
hm.
hn. BAB V
ho. SIMPULAN DAN SARAN
hp. V.1 Simpulan
hq.
hu.
hv.
DAFTAR PUSTAKA
2014
Tugas
Kimia
Fisika
ie. APPENDIX
if. Bukaan Kran 1, P = 9 Psi
ig. L= 44 cm=1,4435 ft
Q air pendingin =
Q kondensat =
Volume
t
Volume
t
240
5
50
5
= 48 ml/s
= 10 ml/s
= 0,943 (
iq.
= 0,943 (
kf 3 f 2 g 1/4
)
f t f L
0,37613 x 61,46912 x 1000 x 4,169 1/4
)
1,1956 x 28,8 x 1,4435