MAKALAH
oleh
Kelompok 6
MAKALAH
diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Wilayah Pertanian dan Perkebunan dengan dosen pengajar Ns. Kushariadi,
M.Kep.
oleh:
Kelompok 6
Indah Dwi Haryati
NIM 132310101005
Tri Astutik
NIM 132310101017
Indra Kurniawan
NIM 132310101021
NIM 132310101045
NIM 132310101047
NIM 132310101056
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Alat Pelindung Dri di
Puskesmas. Makalah ini disusun untuk melengkapi serta memenuhi tugas
kelompok mata kuliah yang telah diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Wilayah Pertanian dan Perkebunan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
ii
iii
DAFTAR ISI...............................................................................................
iv
BAB 1. PENDAHULUAN..........................................................................
1.4 Manfaat...................................................................................
BAB 3. ISI...................................................................................................
3.1 Kasus.......................................................................................
BAB 4. PEMBAHASAN............................................................................
14
14
14
14
4
15
16
16
17
BAB 5. PENUTUP
18
5.1 Kesimpulan .
18
5.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja di rumah sakit dan fasilitas
medis lainnya perlu di perhatikan. Demikian pula penanganan faktor potensi
berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program
keselamatan dan kesehatan kerja disana perlu dilaksanakan, seperti misalnya
perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan
limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain
terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di rumah sakit juga concern keselamatan dan hak-hak pasien,
yang masuk kedalam program patient safety.
Merujuk kepada peraturan pemerintah berkenaan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerja, pedoman ini juga mengambil dari beberapa
sumber best practices yang berlaku secara Internasional, seperti National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), the Centers for Disease
Control (CDC), the Occupational Safety and Health Administration (OSHA), the
US Environmental Protection Agency (EPA), dan lainnya. Sebanyak 475 petugas
kesehatan yang bekerja di 10 Rumah Sakit dan 20 Puskesmas di Ethiopia
mengalami kecelakaan kerja diantaranya 144 orang (30,5%) tertusuk jarum
suntik, 122 orang (25,7%) mengalami cedera karena terkena benda tajam dan
sisanya sebanyak 209 orang (43,8%) terkena paparan darah dan cairan tubuh.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 3 juta petugas
kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit maupun Puskesmas di Ethiopia terkena
paparan darah dan cairan tubuh setiap tahunnya. Menurut CDC (Centre Of
Disease Control), hal ini dapat dipastikan mereka memiliki risiko penularan
infeksi seperti HIV, virus hepatitis B (HBV), dan virus hepatitis C (HCV).
Negara-negara berkembang di dunia yang merupakan negara dengan penghasilan
rendah seperti di Sub-Afrika menjelaskan bahwa prevalensi tertinggi pasien yang
bentuknya
yang
tidak
tepat
atau
karena
salah
dalam
penggunaanya.
g. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
h. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya.
i. Suku cadangnya mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
2.3 Dasar Hukum Alat Pelindung Diri
1. Undang-undang No.1 tahun 1970.
a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syaratsyarat untuk memberikan APD
b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau
hak tenaga kerja untuk memakai APD.
d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cumacuma.
2. Permenakertrans
No.Per.01/MEN/1981
kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga
kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang
berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung
atau pelindung muka dan pelindung pernafasan
5. UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, khususnya paragraf 5 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, pasal 86 dan 87. Pasal 86 ayat 1 berbunyi;
Setiap pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
(a) Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Aspek ekonominya adalah Pasal 86
ayat 2: Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Sedangkan kewajiban penerapannya ada dalam pasal 87:
Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan siste manajemen perusahaan.
Komponen Utama
Sarung tangan
Penggunaan
a. Digunakan bila terjadi kontak dengan
darah, dan bahan yang terkontaminasi
b. Digunakan bila terjadi kontak dengan
selaput lendir dan kulit yang terluka
c. Sarung tangan rumah tangga daur
ulang, bisa dikenakan saat menangani
sampah atau melakukan pembersihan
d. Gunakan prosedur ini mengingat resiko
terbesar adalah paparan cairan darah,
tidak mempedulikan apa yang diketahui
tentang pasien
e. Jangan didaur ulang. Sarung tangan
steril harus selalu digunakan untuk
prosedur
antiseptik
misalnya
pemebedahan.
f.
Jangan mengurangi kebutuhan cuci
tangan meskipun telah memakai sarung
tangan.
g. Penggunaan
kebersihan
sarung
tangan
komponene
kunci
tangan
dan
merupakan
dalam
suatu
lingkungan
10
Masker/ Respirator
Kesehatan lainnya).
a.melindungi selaput lendir mata, hidung, dan
mulut
saat
terjadi
kontak
atau
untuk
memeberi
perlindungan,
tetapi
mmemberikan
4.
Gaun Pelindung
sedikit
tidak
perlindungan
meyeluruh.
a. Lindungi kulit dari darah dan cairan
tubuh
b. Digunakan
untuk
menutupi
atau
atau
penyakit
menular
airbone.
c. Cegah pakaian
dicurigai
menderita
melalui
droplet/
tercemar
selama
11
5.
Topi
tubuh.
a. Digunakan untuk menutup rambut dan
kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka
selama pembedahan
b. Tujuan utama untuk
melindungi
Apron
penghalang
tahan
air
apron
dibawah
gaun
atau
melakukan
prosedur
Pelindung Kaki
12
13
BAB 3. ISI
3.1 Kasus
Sebanyak 475 petugas kesehatan yang bekerja di 10 Rumah Sakit dan 20
Puskesmas di Ethiopia mengalami kecelakaan kerja diantaranya 144 orang
(30,5%) tertusuk jarum suntik, 122 orang (25,7%) mengalami cedera karena
terkena benda tajam dan sisanya sebanyak 209 orang (43,8%) terkena paparan
darah dan cairan tubuh. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
bahwa sekitar 3 juta petugas kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit maupun
Puskesmas di Ethiopia terkena paparan darah dan cairan tubuh setiap tahunnya.
Menurut CDC (Centre Of Disease Control), hal ini dapat dipastikan mereka
memiliki risiko penularan infeksi seperti HIV, virus hepatitis B (HBV), dan virus
hepatitis C (HCV). Negara-negara berkembang di dunia yang merupakan negara
dengan penghasilan rendah seperti di Sub-Afrika menjelaskan bahwa prevalensi
tertinggi pasien yang terinfeksi HIV adalah petugas kesehatan yang mengalami
insiden kecelakaan kerja saat bekerja di Rumah Sakit maupun Puskesmas.
14
15
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah,
rahang dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan
yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk,
atau bersin dan juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi masuk kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
Masker jika tidak terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga
tidak efektif dalam mencegah dengan baik.
c. Pelindung mata
Melindungi perawat apabila terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainya
yang terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk
pelindung plastik yan jernih. Kacamata pengaman, pelindung muka.
Kacamata yang dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan lensa
normal juga dapat dipakai.
d. Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup
semua rambut.
e. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk
melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan. Gaun bedah, petama
kali digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang
terdapat di abdomen dan lengan dari petugas kesehatan sewaktu
pembedahan.
f. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di
bagian depan dari petugas kesehatan.
g. Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat
atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.
16
Pencegahan untuk kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum suntik antara lain:
1.
2.
3.
4.
2.
3.
Biarkan darah keluar bersama air yang mengalir (agar virus/kuman ikut
keluar bersama darah)
4.
5.
Jika tertusuk jarum suntik bekas pasien hepatitis B, maka segera lakukan
imunisasi pasif (suntikan imunoglobulin hepatitis B) maksimal 7 hari setelah
tertusuk jarum suntik. Sedangkan untuk HIV positif, resiko pajanan darah
0.3%
Setiap petugas kesehatan yang mengalami insiden atau kecelakaan kerja
karena tertusuk jarum setelah tindakan pada pasien atau tertusuk jarum bekas,
jarum infus, pisau bedah dan benda tajam lainnya yang berhubungan dengan
pasien segera di bawa ke unit gawat darurat untuk diberi pertolongan pertama.
Setelah mendapat pertolongan dari UGD, petugas UGD memilah apakah petugas
kesehatan tersebut perlu dirujuk atau tidak, apabila korban tertusuk jarum pasien
pederita HIV-AIDS maka petugas kesehatan tersebut perlu dirujuk. Bila petugas
kesehatan tersebut tertusuk jarum dengan pasien hepatitis atau penyakit infeksi
lain, maka petugas yang mengalami kecelakaan kerja cukup diberi pertolongan di
17
18
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Manajemen Kasus
Berdasarkan kasus di atas terkait kecelakaan kerja petugas kesehatan di rumah
sakit dan puskesmas Ethiopia, maka diperlukan pengambilan keputusan untuk
mengatasi serta mengurangi angka kejadian kecelakaan kerja yang dialami
petugas kesehatan. Menurut Peter Drucer ada beberapa tahapan desicion making
diantaranya menetapkan masalah, menganalisa masalah mengembangkan
alternatif, mengambil keputusan yang tepat dan mengambil keputusan menjadi
tindakan efektif.
4.1.1
Menetapkan masalah
Berdasarkan penelitian, ditemukan kasus sebanyak 475 petugas kesehatan
Menganalisa masalah
Kurangnya perhatian tenaga kesehatan terhadap kewaspadaan universal
19
4.1.3
Mengembangkan alternatif
20
jarum, pisau dan benda atau alat tajam lainnya selama menggunakan,
membersihkan atau mencuci peralatan, membuang sampah atau membenahi
peralatan setelah berlangsungnya prosedur atau tindakan. Untuk mencapai tujuan
ini,
menutup
kembali
jarum
suntik
setelah
dipakai,
jangan
sengaja
membengkokkan jarum suntik dengan tangan, jangan melepas jarum suntik dari
tabungnya atau melakukan apapun pada jarum suntik dengan menggunakan
tangan terbuka. Setelah semua benda tajam selesai digunakan, maka harus ditaruh
dalam wadah khusus yang tahan atau anti tusukan. Kemudian wadah kumpulan
benda tajam harus terjamin aman untuk dibawa ke tempat pemrosesan alat atau
dalam proses pemusnahan.
4.1.5
kerja terbanyak adalah karena kurangnya pengelolaan yang baik terhadap alat
kesehatan yang telah digunakan pada pasien. Hal ini diketahui dari jumlah tenaga
kesehatan yang tertusuk jarum suntik dan cedera karena terkena benda tajam lebih
banyak dibandingkan terkena paparan darah dan cairan tubuh. Oleh karena itu,
keputusan yang tepat sebagai solusi untuk kasus kecelakaan kerja sesuai kasus
diatas yaitu pentingnya menekankan cara pengelolaan alat kesehatan yang baik.
21
4.1.6
22
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perawat sangat rentan terhadap penularan infeksi, karena perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan kontak langsung dengan
darah dan cairan tubuh. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko tertular
infeksi adalah dengan menggunakan tindakan kewaspadaan universal. Oleh
karena itu, sebagai tenaga kesehatan penting memiliki pengetahuan, sikap dan
pelaksanaan tindakan kewaspadaan universal yang baik agar mengurangi risiko
tertular infeksi. Hal yang bisa dilakukan antara lain yaitu Mencuci tangan dan
menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, kaca mata, gaun, tutup kepala,
apron, alas kaki dan masker).
5.2 Saran
a. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan harus selalu waspada terhadap kemungkinan tertusuk
jarum, pisau dan benda atau alat tajam lainnya selama menggunakan,
membersihkan atau mencuci peralatan, membuang sampah atau membenahi
peralatan setelah berlangsungnya prosedur atau tindakan.
b. Institusi Kesehatan
Institusi kesehatan lebih memperhatikan keselamatan kerja pada
petugas/karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sosialisasi dan
pembuatan peraturan tentang kedisiplinan petugas kesehatan dalam mengelola
alat kesehatan (jarum, benda tajam, dan lainnya).
23
DAFTAR PUSTAKA
24