Anda di halaman 1dari 85

Modul Pelatihan Berbasis

Kompetensi

PELATIHAN DASAR PERENCANAAN


PENGELOLAAN
KAWASAN KONSERVASI
PERAIRAN

MENJELASKAN PRINSIP-PRINSIP DASAR


PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI
PERAIRAN
A.033101.00
1.01

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN


PERIKANAN
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN
DAN PERIKANAN

PUSAT PELATIHAN KELAUTAN DAN


PERIKANAN

Jl.Medan Merdeka Timur No. 16 Gedung Mina Bahari III Lt. 8


Jakarta Pusat

Keteran
gan
Modul ini disusun dengan memanfaatkan materi pelatihan Training
for Trainers : Marine
Protected
Area
Management
yang
disampaikan oleh Tim US National Oceanic and Atmospheric
Administration dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan di
Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga (Juni/Juli
2010) dan BP3 Tegal (Juli 2010), serta rangkaian pelatihan DasarDasar
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
Perairan
yang
diselenggarakan NOAA, USAID-MPAG dan LSM peduli konservasi di
Indonesia. Penyesuaian dilakukan dengan memperhatikan Standar
Kompetensi Kerja Khusus Perencanaan Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan tahun 2013. Penyusunan konsep modul ini
didukung oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP, Direktorat Konservasi
Kawasan dan Jenis Ikan - Ditjen KP3K, dan USAID- Marine Protected
Area Governance.
Saran untuk penyempurnaan modul ini harap
disampaikan kepada: Bidang Penyelenggaraan
Pelatihan,
Pusat Pelatihan Kelautan dan
Perikanan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan
dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Gedung Mina Bahari III,
Lantai 8
Jl Merdeka Timur Nomor 16,
Jakarta Pusat
email:
bidpp.puslatkp@gmail.com

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Sambut
Kepala Pusat an
Pelatihan Kelautan dan Perikanan
Penyelenggaraan rangkaian pelatihan tentang pengelolaan kawasan
konservasi perairan adalah salah satu agenda penting dalam penyiapan
sumberdaya manusia untuk bidang kelautan dan perikanan guna
memenuhi target tahun 2020, yaitu 20 juta hektar kawasan konservasi
perairan yang dikelola secara efektif.
Seiring dengan pemenuhan
kebutuhan sumber daya manusia tersebut, Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah memiliki kebijakan untuk mendukung penyelenggaraan
program pelatihan tentang pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama para mitra telah dan
sedang melakukan upaya-upaya khusus menyiapkan tenaga-tenaga
profesional yang kompeten dalam melakukan perencanaan perikanan
berkelanjutan di kawasan konservasi perairan. Modul ini dirancang
untuk membangun salah satu unit kompetensi yang perlu dikuasai
mereka, yaitu "Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan - A.033101.001.01".
Proses penyusunan modul ini melibatkan banyak pihak. Salah satu di
antaranya adalah US NOAA yang memperkenalkan dan sekaligus
berbagi materi pelatihan ini bersama Conservation International, The
Nature Conservancy dan Worldwide Fund for Nature di bentang laut
Kepala Burung, Papua. Selanjutnya, materi pelatihan ini disebarkan
kepada auidens yang lebih luas lagi di Indonesia oleh Tim NOAA,
bersama para pelatih Indonesia dengan dukungan LSM anggota
konsorsium
pelaksana
USAID-CTSP/MPAG,
yaitu
Conservation
International, The Nature Conservancy dan Worldwide Fund for Nature,
Coral Triangle Center dan Wildlife Conservation Society.
Kepada
mereka semua, kami mengucapkan terima kasih.
Kepada Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen Kelautan
Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil, kami mengucapkan terima kasih atas
kerjasamanya dalam menyempurnakan materi pelatihan ini sehingga
substansinya relevan dengan kebijakan dan kebutuhan Ditjen KP3K.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada para pelatih
yang menyampaikan materi pelatihan ini, baik dari kalangan internal
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia maupun Direktorat
Jenderal KP3K, dengan dukungan pihak-pihak yang berpengalaman di
lapangan, terutama dari US NOAA dan kalangan LSM pemerhati
lingkungan serta perguruan tinggi.
Semoga modul pelatihan ini berguna bagi berbagai pihak, terutama
para pelatih, peserta latih dan penyelenggara pelatihan serta pihakpihak penggiat konservasi di tanah air.
Apabila terdapat ketidak-sempurnaan dalam modul
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya.
Jakarta,
2014

Desember

ini,

kami

Sambut
an
Dr
Santoso,
MPhil.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan


iv
Kawasan Konservasi Perairan

Sambut
an
Direktur Konservasi
Kawasan dan Jenis Ikan
Dalam lima tahun terakhir ini, perhatian berbagai pihak terhadap
konservasi kelautan dan perikanan semakin tinggi dan sangat
menggembirakan. Akselerasi dalam penyiapan sumber daya manusia
yang dikemas sebagai program pengembangan kapasitas pengelolaan
kawasan konservasi perairan semakin terlihat jelas setelah Deklarasi
Coral Triangle Initive dalam World Ocean Conference pada tahun 2009
di Manado.
Saat ini, kita menyaksikan adanya penyelenggaraan
program pengembangan kapasitas yang semakin terpadu yang diwarnai
dengan keterlibatan banyak pihak yang berpengalaman dan kompeten
(khususnya dari kalangan LSM lingkungan) yang bekerja sama
dengan kalangan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Modul berjudul "Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan - A.033101.001.01" ini memuat substansi dasar
yang perlu dikuasai pengelola kawasan konservasi dalam mengelola
kawasan konservasi perairan.
Ada banyak hal yang perlu ditangani
oleh para petugas di lapangan, tidak hanya terkait sumber daya
alam, tetapi juga masyarakat yang ada di dalamnya serta para
pemanfaat sumber daya yang ada di dalam kawasan.
Kepada para mitra yang telah dan sedang melakukan upaya-upaya
peningkatan pengembangan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi
perairan, di antaranya adalah US NOAA, Conservation International,
Worldwide Fund for Nature, Coral Triangle Center dan Wildlife
Conservation Society, kami mengucapkan terima kasih.
Kepada Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan BPSDM-KP, kami
juga mengucapkan terima kasih atas sinergi dan kerjasama dalam
mengembangkan perangkat dan sistem penyelenggaraan pelatihan
untuk bidang pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Output
yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah tenaga profesional yang
memiliki pengetahuan cukup untuk kemajuan keefektivan pengelolaan
semua kawasan konservasi perairan di Indonesia dan regional.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada para pelatih yang
menyampaikan materi pelatihan ini, baik dari kalangan internal Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia maupun Direktorat Jenderal
KP3K, US NOAA dan kalangan lembaga swadaya masyarakat di bidang
lingkungan serta perguruan tinggi.
Jakarta,
2014

Desember

Ir Agus Dermawan,
MSi

Sambut
an

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan

Kawasan Konservasi Perairan

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan

vi

Kawasan Konservasi Perairan

Daftar
Isi
Bab 1 KONSEP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
.............................................................. 1
1.1 Pengertian kawasan konservasi
perairan....................................................................... 1
1.1.1 Tinjauan umum tentang KKP
....................................................................................... 1
1.1.2 Pentingnya pengelolaan efektif untuk kawasan konservasi
perairan ........................ 1
1.1.3 Definisi kawasan konservasi perairan
........................................................................ 1
1.2 Keaneka-ragaman hayati dan fungsi-fungsinya
............................................................. 2
1.2.1 Biodiversitas dan kesehatan ekosistem: tujuan dan kebutuhan
akan KKP ................ 2
1.3 Tujuan dan sasaran KKP menurut IUCN
......................................................................... 3
1.3.1 Jenis-jenis KKP menurut IUCN
..................................................................................... 3
1.3.2 Penamaan kawasan konservasi perairan berdasarkan tingkat
perlindungan ............ 5
1.3.3 Tujuan-tujuan KKP menurut
IUCN............................................................................... 5
1.4 Mengidentifikan tujuan dan sasaran kawasan konservasi menurut
IUCN .................... 6
1.4.1 Jenis-jenis kawasan konservasi perairan di Indonesia
................................................ 7
1.5 Contoh instrumen kebijakan konservasi perairan
......................................................... 9
1.5.1 Instrumen kebijakan KKP di tingkat global
.................................................................. 9
1.5.2 Instrumen kebijakan KKP di tingkat regional
.............................................................. 11
1.5.3 Instrumen kebijakan KKP di tingkat nasional
.............................................................. 16
Bab 2 CARA MEMILIH LOKASI
KKP........................................................................................ 19
2.1 Pinsip-prinsip dalam memilih lokasi
KKP........................................................................ 19
2.2 Kriteria pemilihan lokasi KKP
.......................................................................................... 20
Bab 3 PENDEKATAN YANG DITERAPAN DALAM PENGELOLAAN KKP
.................................. 21
3.1 Pendekatan-pendekatan umum dalam mengelola
KKP................................................. 21
3.1.1 Pelarangan
...................................................................................................................
21
3.1.2 Pembatasan
................................................................................................................. 21

3.2 Cara memilih pendekatan yang akan diterapkan dalam mengelola


KKP....................... 22
3.3 Kaitan antara pengelolaan pesisir terpadu dan keberadaan KKP
.................................. 23
3.3.1 Konsep pengelolaan pesisir terpadu
........................................................................... 23
3.3.2 Posisi KKP dalam pengelolaan pesisir
terpadu............................................................ 25
Bab 4 JEJARING KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
............................................................ 26
4.1 Konsep jejaring KKP
........................................................................................................ 26
4.2 Atribut atau ciri jejaring KKP
.......................................................................................... 26
4.2.1 Keterkaitan
ekologi...................................................................................................... 26
4.2.2 Keterkaitan sosial
........................................................................................................ 26
4.3 Mengapa beberapa KKP perlu berjejaring?
................................................................... 27
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI
.......................... 29
A Sumber-Sumber
Perpustakaan........................................................................................... 29
A Sumber-Sumber
Perpustakaan........................................................................................... 29
B Materi Pelatih
......................................................................................................................
30
C Media Visual
.......................................................................................................................
. 30
D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan
.................................................................................... 30

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

vii

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

viii

Bab 1 KONSEP KAWASAN


KONSERVASI PERAIRAN
1.1
Pengertian
konservasi perairan

kawasan

1.1.1
Tinjauan umum
tentang KKP
Kawasan konservasi perairan (KKP) penting untuk melindungi
keanekaragaman hayati dan menjaga kesehatan dan jasa ekosistem.
KKP dapat berdiri sendiri atau dalam sebuah jaringan. KKP adalah alat
pengelolaan tambahan bagi program Pengelolaan Pesisir Terpadu
(PPT).
Terdapat ribuan KKP di seluruh dunia yang dibangun oleh masyarakat
lokal dan pemerintah atau oleh lembaga nasional. Ukuran KKP tersebut
berkisar 5-10 hektar hingga
38 juta hektar, namun sebagian besar berukuran lebih kecil dari ukuran
terluas tersebut.
Tidak ada satupun model paling tepat untuk sebuah KKP karena semua
model berbagi tujuan konservasi keanekaragaman hayati dan banyak
program KKP dalam proses pengelolaannya bergantung pada
keikutsertaan para pihak.
Meski banyak KKP telah berjalan, persentase kawasan pesisir dan laut
yang masuk dalam kawasan yang dilindungi masih relatif sedikit. Juga
masih ada kebutuhan besar untuk mempelajari pembuatan desain,
perencanaan, dan pengelolaan KKP. Menjadi sebuah kesempatan
berharga jika ada kesempatan semua pihak yang terlibat dalam
pengelolaan KKP untuk duduk bersama dan berbagi pengetahuan dan
pengalaman.
1.1.2
Pentingnya pengelolaan
kawasan konservasi perairan

efektif untuk

Pengelolaan yang efektif dibutuhkan sebuah KKP agar dapat mencapai


serangkaian tujuannya. Pengelolaan dimulai dari sebuah usulan,
berlanjut ke proses perencanaan dan penetapan, hingga menjalankan
KKP dari hari ke hari. Pengelolaan KKP yang efektif berhubungan dengan
proses dan prinsip pengelolaan pesisir dan laut, termasuk dan tidak
terbatas pada proses partisipasi berbasis masyarakat, penegakan
hukum, penurunan kemiskinan, penciptaan mata pencaharian alternatif,
wisata berkelanjutan, kapasitas institusi, pendidikan, penjangkauan, dan
membangun kepedulian.
1.1.3
Definisi
konservasi perairan

kawasan

Sebuah KKP didefinisikan oleh International Union for Conservation


of Nature (IUCN) sebagai: Suatu kawasan di wilayah intertidal atau
subtidal berikut perairan serta flora, fauna, sejarah, dan budaya yang
berasosiasi, yang telah dilindungi oleh hukum atau aturan lain
untuk
melindungi
sebagian
atau
seluruh
lingkungan
yang
berada di dalamnya.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Definisi itu dibangun dalam World Wilderness Congress (Kongres


Hidupan Liar Dunia) ke-4 dan secara formal diadopsi oleh IUCN pada
Sidang Umum ke-17 di tahun 1988; enam tahun kemudian World
Congress on National Parks (Kongres Dunia tentang Taman Nasional)
meminta kawasan laut, pesisir dan perairan tawar diintegrasi ke dalam
jaringan dunia kawasan yang dilindungi (Gubbay 1995, hlm 3).
Definisi KKP dari IUCN juga sangat luas; Marine Protected Areas
(Kawasan Konservasi Perairan=KKP) adalah istilah umum bagi suatu
kawasan yang dilindungi dengan tujuan utama mengkonservasi
keanekaragaman hayati. Di dalamnya termasuk kawasan dengan beda
tujuan, desain, pendekatan pengelolaan, serta nama. Dengan demikian,
kawasan apapun yang sesuai dengan definisi tersebut, dengan
nama perlindungan, taman,

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

ataupun cagar alam, adalah sebuah KKP. KKP dapat pula berdekatan
dengan dan/atau mencakup area daratan.
Di Indonesia, kawasan konservasi perairan (KKP) didefinisikan sebagai
sebuah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi
untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya
secara berkelanjutan.

Pegangan Peserta 1.1: Daftar istilah keanekaragaman


hayati

1.2
Keaneka-ragaman hayati dan
fungsi-fungsinya
1.2.1
Biodiversitas dan kesehatan ekosistem: tujuan
dan kebutuhan akan KKP
Biodiversitas adalah cara singkat untuk menyebut keanekaragaman
hayati, sebuah terminologi
yang mengacu pada variabilitas dan
variasi di antara makhluk hidup dan ekosistem.
Biodiversitas
bermakna variasi antar organisme dalam beragam tingkatan,
mencakup tingkat genetik, spesies (jenis), dan komunitas, serta variasi
dan variabilitas dalam habitat dan ekosistem di mana mereka berada.
Terdapat lebih banyak jumlah jenis organisme di daratan (~1,5 juta
jenis) di lautan (~250.000 yang telah diketahui). Meski demikian, lautan
memiliki lebih banyak ragam tingkat taksonomi yang lebih tinggi
(misalnya tingkat kelas dan filum). Dari sekitar 33 filum atau subfilum
dikerajaan hewan, setidaknya 32 diantaranya hidup di lautan dan
sekitar 15-nya hanya ada di lautan (Norse 1993).
Biodiversitas penting bagi fungsi ekosistem, integrasi ekosistem dan
ekologi, kesehatan ekosistem dan jasa-jasa ekosistem. Sebuah
ekosistem adalah komunitas organisme beserta habitatnya yang
berfungsi sebagai satu unit yang saling berhubungan, yaitu:
1)

fungsi-fungsi ekosistem adalah proses-proses ekologi yang


berlangsung di dalam atau antar ekosistem. Sebagai contoh
adalah pengikatan unsur hara, pertukaran unsur hara,
produktivitas, suksesi dan dekomposisi.

2) integritas ekosistem atau ekologi adalah kemampuan suatu


ekosistem untuk menaungi dan mempertahankan sebuah
komunitas dalam jangka waktu yang panjang, serta
kemampuan mempertahankan komposisi jenis dan fungsi
ekosistem yang ada di dalamnya.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

3) kesehatan ekosistem adalah kestabilan, kelentingan


terhadap tekanan, dan kemampuannya menyediakan
serangkaian jasa tertentu.
4) jasa ekosistem adalah apa yang ekosistem dapat berikan kepada
manusia. Sebagai contoh adalah makanan, air, perlindungan
pantai, pengaturan iklim dan peran ekosistem ke nilai-nilai
budaya.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Kesehatan sebuah ekosistem bergantung pada biodiversitas. Melindungi


biodiversitas adalah suatu cara menjaga kesehatan ekosistem, yang
pada gilirannya mempertahankan jasa-jasa lingkungan.
Sebaliknya, penurunan biodiversitas dapat berarti penurunan kesehatan
ekosistem yang pada akhirnya berdampak pada manusia karena jasajasa lingkungan terkena dampak negatif.
Di banyak tempat di dunia, kajian tingkat nasional, regional dan global
menunjukkan keanekaragaman hayati di daratan dan lautan menurun,
seringkali secara dramatis. KKP adalah satu cara dalam usaha
memperlambat kehilangan biodiversitas dan melindungi kesehatan
ekosistem. Kawasan yang dilindungi dikelola secara efektif dengan
tujuan melindungi seluruh habitat dan/atau ekosistem, pada akhirnya
akan lebih efektif melindungi kesehatan ekosistem daripada sejumlah
program atau strategi yang bertujuan melindungi jenis tertentu.
Latihan 1.1: Alasan untuk membentuk kawasan
konservasi perairan
Tujuan:

Memahami berbagai alasan untuk

membentuk sebuah KKP. Petunjuk: Diskusikan hal-hal di


bawah ini bersama kelompok anda:
(1) Apa saja alasan utama ketika membentuk KKP di
daerah anda?
(2) Jika kita akan memilih sebuah lokasi untuk dijadikan
kawasan konservasi, kriteria apa saja yang perlu kita
pakai? Jangan lupa mempertimbangkan kriteria biologi,
sosial, budaya dan ekonomi.
(3) Apakah ukuran luas sebuah KKP harus minimum
atau maksimum? Waktu :

45 menit

1.3
Tujuan dan sasaran KKP
menurut IUCN
1.3.1
Jenis-jenis KKP
menurut IUCN
Melalui World Commission on Protected Areas (WCPA) IUCN telah
menetapkan enam (VI) kategori kawasan yang dilindungi yang
semuanya memiliki nilai penting yang setara. Setiap
negara
memiliki tanggung jawab menentukan kawasan yang dilindungi
di negaranya sesuai kategori tersebut dengan menggunakan
panduan IUCN. Sebuah kawasan yang dilindungi dikategorikan sebagai
satu dari kategori berikut ini, tergantung pada tujuan utama
pengelolaan. Catatan: keenam kategori saat ini sedang dikaji ulang
untuk dimodifikasi.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Tabel 1. Kategori, nama dan definisi kawasan konservasi menurut IUCN


Kategori Nama
Ia

Ib

II

III

IV

VI

Definisi/Tujuan

Cagar Alam murni:


kawasan
yang
dilindungi
terutama
bagi
kepentingan
ilmu
Kawasan
Hidupan
Liar:
kawasan yang
dilindungi bagi
hidupan liar.
Taman
Nasional:
kawasan
yang dilindungi untuk
melindungi ekosistem
dan kegiatan wisata

Area di daratan dan/atau laut yang memiliki


ekosistem sangat
baik atau memiliki keterwakilan ekosistem, bentang
geologi atau fisiologi
dan/atau
jenis
serta
ditujukan
bagi
penelitian ilmiah dan/atau
Suatu area luas di darat dan atau laut yang
dilindungi dan
dikelola untuk menjaga kondisi alaminya yang
menyimpan karakteristik dan pengaruh alami, serta
tidak mengalami atau hanya sedikit mengalami
Kawasan alami di darat dan/atau laut yang
diperuntukkan bagi
(a) melindungi sebuah kesatuan ekologi dari satu
atau lebih ekosistem bagi generasi saat ini dan
akan datang; (b) melarang pemanfaatan atau
kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukkan,
dan
(c) menyediakan dasar bagi perkembangan
spiritual, ilmu pengetahuan, edukasi, rekreasi
dan wisatawan melalui cara-cara yang sesuai
Monumen
Alami: Suatu area yang memiliki satu atau lebih bentang
kawasan
alam yang
yang dilindungi untuk bernilai luar biasa atau unik karena jarang
mempertahankan
dijumpai, mewakili atau mengandung nilai estetika
atau budaya.
bentang alam
Kawasan
Kawasan di darat dan/laut yang aktif dikelola untuk
Pengelolaan
menjamin
Habitat/Jenis:
perlindungan habitat dan/atau pemenuhan
kawasan
yang kebutuhan jenis tertentu.
dilindungi
dengan
menerapkan
Perlindungan Bentang Kawasan daratan berikut pantai atau lautnya,
alam
yang karena
Darat/laut:
ditujukan interaksi manusia dan alam sepanjang waktu telah
terutama
untuk menghasilkan karakteristik unik kawasan dengan
mengkonservasi
nilai-nilai estetika, ekologi dan/atau budaya dan
bentang
alam kadang ditambah dengan keanekaragaman hayati.
darat/laut dan untuk Menjaga integrasi interaksi alami ini penting bagi
Kawasan
Kawasan memiliki sistem alami yang tidak
perlindungan
mengalami modifikasi
sumberdaya: kawasan besar,
kemudian
dikelola
untuk
menjamin
yang diutamakan bagi perlindungan dan penjagaan jangka panjang
pemanfaatan
biodiversitas di sana, serta di saat yang sama
ekosistem
alami menyediakan barang dan jasa alam secara

Sebagai tambahan, beberapa KKP dapat memiliki status internasional


sebagai tambahan status di negara asalnya. Sebagai contoh, Cadangan
Biosfer adalah kawasan perlindungan yang telah dikenal secara
internasional di bawah program UNESCO, Man and the Biosphere,
karena nilainya dalam menyediakan ilmu pengetahuan, keahlian dan
nilai-nilai kemanusiaan untukmendukung pembangunan berkelanjutan.
Demikian pula dengan Kawasan Warisan Dunia (World Heritage Sites)
yang juga dibangun UNESCO. Kawasan tersebut
ditetapkan
karenabudaya atau kondisi alam yang menonjol serta penting
sebagai warisan bersama umat manusia.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Pegangan Peserta 1.2: Matriks Kategori, nama dan definisi


kawasan konservasi menurut
IUC
N
1.3.2
Penamaan kawasan
berdasarkan tingkat perlindungan

konservasi

perairan

Sebuah negara dapat saja memiliki sistem sendiri dalam memberi nama
KKP-nya sesuai tingkat perlindungan yang dibutuhkan. Filipina
contohnya, memiliki beberapa jenis KKP sebagai berikut:
1) Marine Protected Area (Kawasan Konservasi Perairan):
kawasan laut yang dilindungi oleh peraturan perundangan
atau mekanisme lain serta dikelola berdasar aturan atau
panduan khusus dalam rangka mengatur kegiatan dan
melindungi sebagian atau seluruh lingkungan pesisir dan
laut.
2) Marine Sanctuary (Cagar Alam Laut): KKP yang melarang semua
kegiatan ekstraktif, seperti penangkapan ikan serta pengumpulan
cangkang, rumput laut, dan lain-lain. Sebuah cagar alam laut
dapat digunakan untuk mengontrol kegiatan lain termasuk akses
masuk, dengan tujuan melindungi ekosistem di area tertentu.
3) Marine Reserve (Cadangan Laut): KKP di mana Cagar Alam
diberlakukan pada sebagian area, tetapi akses dan aktifitas
tetap dikendalikan, seperti berkapal, pemasangan jangkar, dan
beragam teknik penangkapan ikan. Sebuah cadangan dapat
menerapkan zonasi yang didalamnya dapat saja terdapat cagar
alam.
4) Marine Park (Taman Laut): sebuah KKP yang mendorong kegiatan
edukasi,
rekreasi, dan perlindungan. Sebuah Taman Laut biasanya dibagi
dalam zonasi yang dapat saja mencakup kawasan cadangan
dan/atau cagar alam.
Penting untuk dicatat bahwa tingkat perlindungan sebuah cagar alam
laut, cadangan laut dan taman laut di satu negara dapat berbeda di
negara lain.
1.3.3
Tujuan-tujuan KKP
menurut IUCN
Perencanaan dan pengelolaan suatu KKP harus mengikuti tujuan yang
diinginkan. Di tingkat internasional, IUCN dalam Sidang Umumnya ke-17
tahun 1988 mengadopsi satu rangkaian tujuan KKP secara global:
1) Melindungi dan mengelola perwakilan penting sistem laut dan
estuaria untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang
serta menjaga keanekaragaman genetik;
2) Melindungi jenis dan populasi yang menurun, terancam, jarang
atau genting, dan secara khusus melindungi habitat yang
penting bagi kelangsungan hidup jenis- jenis tersebut;
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

3) Melindungi dan mengelola kawasan yang penting bagi siklus


hidup jenis-jenis yang penting secara ekonomi
4) Mencegah kegiatan-kegiatan dari luar berpengaruh merusak KKP;
5) Menyediakan kesinambungan kesejahteraan masyarakat yang
dipengaruhi oleh pembentukan KKP; mempertahankan,
melindungi, dan mengelola lokasi yang memiliki nilai sejarah
dan budaya serta nilai estetik wilayah laut dan estuari bagi
generasi saat ini dan akan datang;

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

6) Menyediakan interpretasi sistem-sistem kelautan dan estuaria


untuk kebutuhan
7) konservasi, pendidikan, dan wisata;
8) Mengakomodasi, melalui pengelolaan yang tepat serta
kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan tujuan utama
pengelolaan laut dan estuari;
9) Menyediakan penelitian dan pelatihan, monitoring dampak
kegiatan manusia pada lingkungan, termasuk dampak langsung
dan tidak langsung pembangunan dan praktek pemanfaatan
lahan di sekelilingnya.
Kongres Dunia Ke-4 Taman Nasional dan Kawasan Dilindungi: Rencana
Aksi Caracas
Tujuan-tujuan umum kawasan dilindungi:
1) Mengintegrasikan kawasan dilindungi ke dalam kerangka
perencanaan yang lebih luas.
2) Memperluas dukungan bagi kawasan dilindungi.
3) Menguatkan kapasitas untuk mengelola kawasan dilindungi.
4) Memperluas kerjasama internasional dalam pendanaan,
pengembangan, dan pengelolaan kawasan dilindungi.
Tujuan khusus bagi pengelolaan kawasan yang dilindungi:
1) Berkontribusi ke sistem global dalam rangka memasukkan
wilayah pesisir dan laut menjadi dasar dalam mengkaji kekuatan
kawasan yang dilindungi di wilayah tersebut.
2) Berpartisipasi aktif dalam program pengelolaan kawasan pesisir
dan memastikan kawasan yang dilindungi baik di laut dan darat,
digunakan sebagai perangkat dalam program pengelolaan
tersebut.
3) Membangun dan melaksanakan program yang terintegrasi untuk
KKP
Diskusi 1.1: Definisi kawasan konservasi perairan
Pertanyaan:

Apakah jenis-jenis KKP di Indonesia sudah didefinisikan

KKP secara jelas? Waktu :

30 menit

1.4
Mengidentifikan tujuan dan sasaran kawasan konservasi
menurut IUCN

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Dari kategori KKP dan tujuan secara Global berdasarkan IUCN


dapat diidentifikasi sasaran yang akan dicapai oleh sebuah KKL dengan
langkah-langkah sbb:
1) Kajilah semua aspek yang terdapat pada KKL anda dan
keunggulan potensi yang dimiliki.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

2) Pahami tujuan KKP secara global berdasar IUCN, tujuan umum


dan tujuan khusus sesuai Rencana Aksi Caracas
3) Tentukan tujuan dan sasaran KKL yang akan dicapai
Latihan 1.2 Mengenali sasaran yang ingin dicapai
KKP
Tujuan:

Memahami bahwa KKP ditetapkan dengan beragam alasan


menurut sasaran dan tujuan yang diinginkan.

Petunjuk: Dalam kelompok, kajilah sasaran contoh KKP yang telah


disediakan. Tulis hasilnya di papan tulis atau kertas flipchart.
Selanjutnya lihat tujuan-tujuan KKP dalam IUCN dan Kongres
Dunia Ke-4. Bandingkan tujuan-tujuan tersebut, seberapa sesuai
tujuan tersebut sama dengan tujuan KKP yang diberikan?
Apakah tujuan KKP tersebut tepat sama? Mengapa ya atau
mengapa tidak?
Waktu:

1.4.1

30 menit

Jenis-jenis kawasan konservasi perairan di Indonesia

Menurut sejarah dan landasan hukum pendiriannya, di Indonesia


terdapat bermacam- macam jenis kawasan konservasi perairan.
Rangkuman dari jenis-jenis kawasan tersebut disajikan pada gambar di
bawah ini.

QuickTim e and a
decom pres s or
are needed to s ee this picture.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Kategori kawasan kawasan konservasi perairan menurut nomor UU


31/2004 dan PP
60/2007 ada 4 jenis, yaitu:
1) Taman Nasional Perairan
2) Taman Wisata Perairan
3) Suaka Alam Perairan
4) Suaka Perikanan
Kawasan kawasan konservasi perairan menurut nomor UU 27/2007
adalah kawasan
Konservasi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KKP3K); ada 6 jenis kawasan,
yaitu:
1) Suaka Pesisir; Suaka Pulau Kecil
2) Taman Pesisir; Taman Pulau Kecil
3) Kawasan Konservasi Maritim (KKM):
4) Daerah Perlindungan Adat Maritim
5) Daerah Perlindungan Budaya Maritim
6) Sempadan Pantai (diatur oleh Keppres tersendiri)
Proses penetapan suatu kawasan konservasi perairan adalah seperti
pada bagan di bawah ini.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

1.5
Contoh instrumen kebijakan
konservasi perairan
Terdapat tekanan di tingkat nasional dan internasional untuk
membangun KKP dan jejaring. Di manapun kamu mencari, baik dalam
literatur ilmiah atau dalam keberlanjutan masyarakat lokal,
terdapat
pertimbangan dan kebutuhan akan KKP. Kawasan anda tidak
membentuk dan mengelola KKP dalam isolasi, sebaliknya, KKP-KKP yang
ada di dalamnya hadir dalam konteks lebih luas.
Untuk dapat membentuk dan mengelola KKP secara efektif sehingga
mereka mampu mencapai sasaran yang diharapkan, adalah penting
untuk memahami kerangka kebijakan penetapan KKP. Beberapa
panduan dan perangkat kebijakan di tingkat internasional, regional dan
lokal, termasuk yang disebutkan di bawah ini.

1.5.1
Instrumen kebijakan KKP di
tingkat global
Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the
Sea, UNCLOS, 1994,
150
negara)
UNCLOS membagi lautan ke dalam dua
wilayah berbeda:
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

1) Areas under national jurisdiction (area dalam jurisdiksi


nasional) mencakup perairan internal, perairan kepulauan, laut
teritorial, zona tambahan (contiguous zone), zona ekonomi
eksklusif (ZEE), dan landas kontinen.
2) Areas beyond the limits of national jurisdiction/high seas
(area di luar jurisdiksi nasional/laut lepas) mencakup kolom air di
luar ZEE (atau di luar laut teritorial jika ZEE belum ditetapkan)
serta dasar laut di luar batas landas kontinen.
UNCLOS juga membangun sebuah kerangka hukum untuk
menjaga lingkungan laut. Setiap negara berkewajiban melindungi dan
mempertahankan lingkungan laut. Juga harus mengambil tindakan yang
dianggap perlu untuk mengendalikan semua jenis pencemaran
(termasuk spesies introduksi), yang berarti melakukan monitoring dan
melaporkan resiko terjadinya pencemaran. Meski UNCLOS tidak secara
spesifik mewajibkan membuat KKP, namun setiap negara diwajibkan
melindungi ekosistem laut yang rapuh, serta habitat bagi jenis-jenis
yang menurun, terancam, atau genting. Juga mewajibkan melindungi
sumberdaya hayati laut di dalam maupun di luar batas negara. Di laut
lepas, negara-negara diwajibkan bekerja sama untuk melindungi dan
mengelola sumberdaya hayati laut. UNCLOS juga membuat sistem
terinci
agar
aturan-aturan tersebut
dapat
ditegakkan
serta
menciptakan kondisi sehingga setiap negara mampu menegakkan
hukum nasionalnya di perairan nasional atau di laut lepas.
Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological
Diversity, CBD, 1993, 188 negara)
CBD mewajibkan setiap negara membangun kawasan yang
dilindungi atau kawasan di mana tindakan-tindakan khusus perlu
dilakukan untuk melindungi biodiversitas; serta membuat panduan
proses seleksi dan penetapan kawasan tersebut. Negara juga diwajibkan
melindungi ekosistem dan habitat alami, yang berarti:
1) menjaga kelangsungan populasi suatu jenis di lingkungan alami

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

1
0

2) memperkenalkan pembangunan berwawasan lingkungan dan


berkelanjutan di dekat kawasan dilindungi
3) merehabilitasi dan mengembalikan ekosistem yang terdegradasi
4) memperkenalkan pemulihan jenis yang terancam
5) mencegah, mengendalikan atau memusnahkan jenis introduksi
6) menghormati, mempertahankan dan menjaga pengetahuan dan
praktek-praktek lokal
Secara khusus, CBD menyebutkan tujuan kawasan pesisir dan laut yang
dilindungi adalah: membangun dan menjaga kawasan pesisir dan
laut yang dilindungi, yang dikelola dengan efektif, berbasis ekologi, dan
berkontribusi ke jaringan global kawasan pesisir dan laut yang
dilindungi, dibangun di tingkat nasional dan regional, di mana aktivitas
manusia dikelola (......), merawat struktur dan fungsi ekosistem pesisir
dan laut agar memberikan keuntungan generasi saat ini dan akan
datang.
Konferensi Lingkungan Manusia (United Nations Conference on the
Human Environment,
1972)
Konferensi ini menghasilkan Deklarasi Lingkungan Manusia, Rencana
Aksi bagi Lingkungan Manusia, dan Resolusi Pengelolaan Keuangan dan
Kelembagaan. Secara umum, Deklarasi menyatakan sumberdaya alam
termasuk laut, harus dilindungi bagi kepentingan generasi saatini dan
akan datang.
Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United
Nations Conference on
Environment and Development = UNCED, 1992)
UNCED menelurkan Deklarasi Rio, 27 prinsip berkait dengan
perlindungan lingkungan. Deklarasi Rio menyatakan setiap negara
memiliki hak untuk memanfaatkan sumberdaya alamnya sesuai
kebijakannya, namun sekaligus memiliki tanggung jawab untuk
menjamin bahwa aktivitas mereka tidak merusak lingkungan negara lain
atau kawasan di luar jurisdiksi negaranya (misalnya laut lepas).
Deklarasi Rio memperkenalkan sejumlah prinsip yang menjadi inti dari
hukum lingkungan internasional yang ada saat ini, termasuk prinsip
kehati-hatian
(precautionary
principle);
kebutuhan
melindungi
ekosistem dunia; prinsip pencemar yang membayar (polluter-pays
principle); kebutuhan akan laporan dampak lingkungan; dan kebutuhan
untuk menyeimbangkan antara pembangunan saat ini dengan
kebutuhan generasi akan datang; serta mendorong partisipasi publik
dalam keseluruhan proses pembangunan.
Khusus untuk lingkungan laut, Agenda 21 Deklarasi Rio meminta setiap
negara mengidentifikasi dan melindungi ekosistem laut yang memiliki
biodiversitas dan produktivitas tinggi, serta habitat-habitat yang kritis.
Pertemuan Dunia tentang
Summit on Sustainable
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Pembangunan

Berkelanjutan

(World
10

Development, WSSD, 2002)


Pertemuan ini menyusul UNCED dengan mengadopsi Rencana
Implementasi
Johannesburg
(Johannesburg
Plan
of
Implementation=JPOI), yang mewajibkan setiap negara untuk:
1) Mempromosikan konservasi dan pengelolaan lautan;

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

11

2) Menjaga produktivitas dan biodiversitas kawasan pesisir dan


laut yang
penting dan rentan, termasuk pula laut lepas;
3) Membangun dan memfasiltasi beragam perangkat dan
pendekatan untuk mencapai tujuan, termasuk pendekatan
ekosistem, mengurangi praktek penangkapan ikan yang
merusak, serta membangun KKP;
4) Membangun program untuk menghentikan hilangnya
biodiversitas di laut, termasuk terumbu karang dan lahan
basah.

Sidang Umum
PBB
Sidang Umum PBB memiliki diskusi tahunan tentang laut dan telah
menghasilkan sejumlah resolusi dan rekomendasi. Setiap negara
diwajibkan membuat program- program tingkat nasional, regional dan
internasional untuk menghentikan kehilangan biodiversitas laut,
terutama ekosistem yang rapuh, serta mewajibkan negara untuk
membangun dan memfasilitasi beragam perangkat, termasuk KKP.

1.5.2
Instrumen kebijakan KKP di
tingkat regional
Terdapat latar belakang sejarah yang kuat kerjasama multilateral dalam
segitiga terumbu karang (Coral Triangle). Sebagian besar mekanisme
multilateral yang ada saat ini dibangun untuk kepentingan ekonomi,
seperti ASEAN; Asia Pacific Economic Cooperation (APEC); Brunei,
Indonesia; Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA);
dan
the Melanesia Spearhead Group (MSG). Beberapa mekanisme
multilateral secara khusus berfokus pada sumberdaya pesisir dan
kelautan, seperti the South Pacific Regional Environment
Program (SPREP), Forum Fisheries Agency (FFA), dan Regional
Fisheries Management
Organizations (RFMOs)
Akhir-akhir ini, karena kepedulian akan isu pesisir dan laut telah
meningkat, pemerintah di kawasan ini telah membentuk serangkaian
mekanisme kerjasama multilateral yang berfokus pada sumberdaya
pesisir dan laut, seperti perjanjian tiga negara pada Sulu- Sulawesi Seas
Marine Ecoregion dan the Bismarck Solomon Seas Marine Ecoregion,
serta the Arafura and Timor Seas Experts Forum (ATSEF). Sebagai
tambahan, Pertemuan ke-2
APEC
Ocean-related
Ministerial
Meeting
(AOMM2)
di
Bali
(September 2005) menghasilkan Bali Plan of Action on Oceans and
Coasts (2006), yang telah ditandatangani oleh sebagian besar
pemerintah Coral Triangle Initiative (CTI). (Diambil dari Coral Triangle
Initiative Regional Plan of Action).
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

11

Rencana Aksi Coral Triangle


Initiative
Di bulan Agustus 2007, Presiden Yudhoyono mengusulkan kepada
pimpinan lain CT, sebuah kerjasama multilateral lain untuk menjaga
sumberdaya hayati pesisir dan laut di kawasan tersebut yang disebut
Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries and Food Security
(CTI-CFF). Usulan awal berlanjut kepada serangkaian kegiatan yang
telah memberikan kemajuan:

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

12

1) Pertemuan tingkat tinggi APEC. Di pertemuan bulan


September 2007, dalam deklarasinya, 21 Kepala Negara di
kawasan Asia Pasifik menyambut CTI-CFF.
2) Pertemuan tingkat tinggi ASEAN and BIMP-EAGA. Di
November 2007, CTI-CFF disepakati oleh pimpinan negara
dalam pertemuan ketiga East Asia Summit (dihadiri pimpinan
negara ASEAN, Jepang, Cina, dan Korea); serta BIMP-EAGA
Summit (Brunei, Indonesia, Malaysia and the Philippines East
ASEAN Growth Area).
3) CTI Senior Oficials Meeting Pertama (SOM1) di Bali, Desember
2007. Pemerintah
CT6 melangsungkan oficial meeting.
4) Pendanaan Amerika Serikat: Di Oktober 2008, Amerika
berkomitmen pendanaan
$40 juta dollar untuk mendukung CTI selama 5 tahun yang
disalurkan melalui konsorsium LSM.
5) CTI Senior Oficials Meeting kedua (SOM2) di Manila, November
2008. Pemerintah
CT6 menyepakati Resolusi Manila dan Rancangan Manila Regional
Plan of Action.
6)

Townsville workshop, November 2008. Australia memfasilitasi


diskusi negara- negara CTI dan LSM tentang hambatan utama,
celah dan kesempatan seputar implementasi CTI.
7) Pertemuan CTI Coordination Committee (CCC) di bulan Mei,
September, Oktober
2008, serta di Januari 2009: CT6 pemerintah mengkaji rancangan
CTI Plan of
Action.

8) CTI Senior Officials Meeting Ketiga (SOM3) dan Ministerial


Meeting Pertama (MM1) dalam Maret 2009: CT6 menyepakati
rancangan akhir Regional CTI Plan of Action dan mengesahkan
sebuah kesepakatan tingkat menteri (Ministerial Statement).
Coral Reef Initiatives for the
Pacific (CRISP)
CRISPadalah sebuah inisiatif membangun visi bersama untuk masa
depan terumbu karang di Pasifik dan masa depan masyarakat yang
bergantung padanya. Inisiatif itu mencakup strategi dan proyek
melindungi biodiversitas seiring pembangunan ekonomi dan jasa
lingkungan tingkat lokal dan global. Inisiatif juga dirancang untuk
mengintegrasikan beragam upaya negara maju (Australia, New Zealand,
Jepang, Amerika Serika), French overseas territories serta negara
berkembang di Pasifik. CRISP disponsori oleh Perancis dan disiapkan
oleh French Development Agency (AFD).
Tujuan tematik CRISP
adalah:
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

12

1) Meningkatkan pengetahuan tentang biodiversitas, status dan


fungsi ekosistem terumbu karang.
2) Perlindungan dan pengelolaan ekosistem terumbu karang
dalam skala yang signifikan.
3) Membangun potensi ekonomi yang diperlihatkan oleh nilai
manfaat dan nilai biodiversitas ekosistem terumbu karang
4) Diseminasi informasi dan pengetahuan, peningkatan kapasitas
dan kepemimpinan melalui jejaring lokal, nasional dan
internasional.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

13

Komponen 1A CRISP, yaitu Pengelolaan Pesisir Terpadu dan Pengelolaan


daerah aliran sungai (DAS) memasukkan KKP di dalamnya.
South
Pacific
Regional
Environmental
Programme (SPREP)
SPREP adalah organisasi regional yang dibangun oleh pemerintah dan
pengelola kawasan Pasifik untuk menjaga lingkungan mereka. Ia telah
tumbuh dari sebuah program kecil di tahun 1980-an yang menjadi
bagian dari South Pacific Commission (SPC) menjadi organisasi antar
pemerintah utama di Pasifik dengan melindungi dan mengelola
lingkungan dan sumberdaya alam. SREP berbasis di Apia, Samoa
dengan memiliki lebih dari 70 karyawan.
Pemerintah dan pengelola kawasan Pasifik melihat kebutuhan akan
SREP sebagai media yang menyatukan kegiatan lingkungan di tingkat
regional. Pembentukan SREP juga memberikan tanda kepada
masyarakat global akan komitmen mereka yang kuat menuju
pembangunan berkelanjutan, terutama pada hasil WSSD berupa
Rencana Implementasi, Millennium Development Goals (MDGs) and
Declaration, Rencana aksi Barbados dan Agenda 21.
KKP adalah perangkat penting untuk mencapai kedua
sasaran, yaitu:
1) Program 1: Sasaran ekosistem pulau Negara-negara dan
wilayah kepulauan Pasifik mampu mengelola sumberdaya
pulau dan ekosistem lautan secara berkelanjutan sehingga
mendukung kehidupan dan mata pencaharian.
2) Program 2: Sasaran masa depan Pasifik Negara-negara dan
wilayah kepulauan Pasifik mampu merencanakan dan merespon
ancaman dan tekanan yang mengenai sistem-sistem pulau dan
lautan.
Deklarasi Putrajaya tentang Kerjasama Regional bagi Pembangunan
Berkelanjutan Asia
Tenggara (12 negara pesisir kawasan Asia Timur; 2003).
Dari
Deklarasi
Putrajaya,
rumusan
Strategi
Pembangunan
Berkelanjutan untuk
Lautan Asia Timur (Sustainable Development
Strategy for the Seas of East Asia = SDS-SEA) dibuat. SDS-SEA
mencoba mengatasi masalah utama (di antara banyak masalah)
pesisir
dan lautan Asia Timur. Kemudian menyediakan tataran
kerjasama di tingkat regional, subregional, nasional, dan lokal serta
lintas pemerintah, lintas institusi,dan lintas kerjasama, dalam hal:
1) Target-target untuk pembangunan berkelanjutan WSSD;
2) Implementasi beragam pendekatan pengelolaan pesisir dan
lautan terintegrasi;
3) Program aksi yang bertujuan mengatasi masalah dan
kekurangan dalam pengelolaan pesisir dan lautan.
Di saat bersamaan, SDS-SEA memfasilitasi aksi-aksi
sinergis untuk:
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

13

1) Meningkatkan keselamatan pelayaran dan perlindungan laut


dari polusi dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kapal, termasuk introduksi invasif alien spesies, serta kesiapan
dan tanggap pencemaran minyak dan bahan kimia
2) Melindungi pesisir dan laut dari polusi yang berasal dari
daratan melalui implementasi Global Programme of Action
(GPA) dan Deklarasi Montreal

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

14

3) Menurunkan secara signifikan kehilangan biodiversitas laut


serta menjaga produktivitas dan biodiversitas sumberdaya
ekosistem, jenis dan genetis pesisir dan laut
4) Memastikan bahwa stok ikan dijaga atau dipulihkan ke tingkat
secara berkelanjutan mampu mendukung generasi saat ini dan
akan datang, dengan cara menjalankan pengelolaan pesisir
terpadu, pengelolaan ekosistem, penetapkan
KKP dan menerapkan Code of Conduct for Responsible Fisheries
serta instrumen- instrument lain yang dikeluarkan FAO dan
UNCLOS termasuk melalui tindakan- tindakan melawan praktekpraktek penangkapan ikan yang merusak.
The SDS-SEA menyediakan pendekatan yang strategis dalam
membangun dan mengelola sumberdaya pesisir dan lautan secara
berkelanjutan, dengan mempertimbangkan secara maksimal beragam
pengguna, persepsi nilai serta prioritas yang dipilih pemerintah nasional
serta pihak lain pada sumberdaya tersebut. Dengan menggunakan
pendekatan
yang
terintegrasi
menuju
pelaksanaan
konvensi
internasional yang efektif, SDS-SEA bertujuan untuk (1) mengelola
sumberdaya
dan
memperkuat
sinergi dan
keterkaitan dalam
peningkatan kapasitas serta (2) memobilisasi semua pihak (termasuk
badan pemerintah, organisasi internasional, donor, institusi keuangan,
pengusaha, LSM, peneliti, akademisi, masyarakat, serta masyarakat
madani) untuk melaksanakan tanggung jawab sosial mereka serta
secara aktif berkontribusi pada program-program pembangunan
berkelanjutan. Di tingkat lokal, SDS-SEA menyediakan arahan dan
pendekatan untuk pengelola dan para pihak untuk (1) bertindak
mengatasi isu sumberdaya alam dan lingkungan lokal yang signifikan
kepada nasional, regional dan global; (2) mengidentifikasi dan
mempromosikan beragam kesempatan bagi investasi lingkungan,
dan (3) memfasilitasi opsi-opsi pendanaan berkelanjutan.
Kesepakatan Kemitraan Haikou tentang Implementasi
SDS-SEA (2006)
Membangun aturan-aturan implementasi. Kesepakatan Kemitraan
Haikou menyatakan: Kami, perwakilan negara-negara kelautan di
kawasan Asia Timur berkumpul bersama untuk menetapkan aturanaturan implementasi untuk SDS-SEA, membangun di atas dasar yang
diletakkan dalam Deklarasi Putrajaya. Pada 12 Desember 2003,
forum ini mengadopsi SDS-SEA melalui Deklarasi Putrajaya karena
memiliki tataran yang sama untuk mencapai sasaran dan tujuan
WSSD, Rencana Aksi, dan MDGs. Deklarasi Putrajaya adalah komitmen
regional pertama dalam mengimplementasi SDS-DEA.
Kesepakatan itu juga memuat: kemitraan jangka panjang untuk
mengimplementasi
SDSSEA,
menetapkan
target
prioritas
implementasi, mekanisme implementasi tingkat global, dan aksi
lanjutan yang akan dilaporkan dalam Kongres EAS 2009.
Micronesian
Challenge
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

14

Micronesian Challenge adalah sebuah komitme bersama antara


Republik Palau, Republik Kepulauan Marshall, Negara Federasi
Mikronesia, Guam, dan Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara
bahwa di tahun 2020 telah secara efektif melindungi sedikitnya 30%
sumberdaya pesisir dan 20% sumberdaya teresterial sepanjang
Mikronesia.
2

Mencakup 6,7 juta km lautan, Micronesia Challenge mewakili lebih


dari 20% wilayah pulau Pasifik, serta merupakan 5% lautan terluas
di dunia. Komitmen ini melindungi sedikitnya 66 jenis yang telah
teridentifikasi saat ini, 10% dari total luas terumbu karang, serta 462
jenis karang (atau 59% dari total karang di dunia). Setiap negara,
dalam

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

15

jurisdiksi masing-masing, memilih


memenuhi komitmen tersebut.

metode-metode

terbaik

untuk

Republic Palau dengan dukungan The Nature Conservancy


telah
membuat kerangka kerja Jaringan Kawasan yang Dilindungi (Protected
Area Network=PAN), yang menjadi dasar bagi Palau dalam
mengkonservasi
sumberdaya
alam
serta
dalam
upaya-upaya
pembangunan berkelanjutan.
PAN membangun kemitraan dengan masyarakat lokal, LSM, pemerintah
pusat, dan lembaga negara tingkat nasional. Usaha itu telah berbuah
berupa diterimanya sebuah hukum PAN yang komprehensif serta
perhitungan pendanaan yang sesuai untuk mengimplementasi PAN
dengan efektif.
Micronesians
in
Island
Conservation
Micronesians in Island Conservation adalah jaringan pembelajaran yang
dibentuk untuk memperkuat kemampuan pimpinan dan organisasi
dalam aspek teknis dan organisasi sehingga mereka menjadi lebih baik
dalam melindungi kawasan alami.
Di Mikronesia banyak pimpinan konservasi bekerja sendiri-sendiri
karena jarak antar pulau
yang
sangat
jauh
sehingga
ada
kebutuhan
untuk
mempercepat
berbagi kemampuan dasar,
pengetahuan
dan
inovasi
dalam
isu-isu
penting.
Jaringan
pembelajaran dikenal secara luas sebagai perangkat paling tepat untuk
pengembangan individu, profesional dan organisasi. Jaringan ini ikut
serta dalam retret dua tahunan pimpinan serta menyelenggerakan
kajian dan telepon konferensi untuk berkonsultasi, belajar, dan
mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari atau dimiliki.
Jaringan Locally Managed Marine Areas
(LMMA)
Jaringan LMMA adalah sebuah kelompok praktisi di seluruh dunia yang
terlibat dalam beragam proyek konservasi laut yang bergabung
untuk meningkatkan keberhasilan upaya-upaya mereka. LMMA adalah
jaring pembelajaran yang artinya proyek-proyek ada dalam jaringan
akan menggunakan strategi yang sama serta bekerja sama mencapai
tujuan. Jaringan ini tertarik mempelajari dalam kondisi apa strategi
LMMA berhasil atau tidak berhasil serta faktor penyebabnya. Anggota
berbagi pengetahuan, kemampuan, sumberdaya, dan informasi, untuk
bersama-sama belajar bagaimana meningkatkan kegiatan pengelolaan
laut dan meningkatkan dampak konservasi.
Keanggotaan jaringan sebagian besar terdiri dari proyek-proyek
konservasi yang menggunakan (atau berencana menggunakan)
pendekatan LMMA. Anggota juga mencakup:
1) Anggota masyarakat
2) Pimpinan/pemuka adat
3) Staf konservasi
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

15

4) Akademisi dan peneliti


5) Donor
6) Pengambil keputusan
Para anggota terdiri dari orang-orang dan budaya dari Asia Tenggara,
Melanesia, Mikronesia, Polinesia dan Amerika. Banyak negara memiliki
jaringan di negaranya yang

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

16

bekerja secara independen tapi semuanya tetap dalam kerangka kerja


LMMA. sebagai contoh di kawasan Pasifik selatan ada Fiji dengan FLLMA,
Indonesia, Filipina (PLLMA), Pnom Phen, Negara federasi Mikronesia
(CSP), serta Kepualuan Solomon (SILMMA)
1.5.3
Instrumen kebijakan KKP di
tingkat nasional
Papua
Nugini
Ko n st it u si Pembukaan secara umum menyebut pentingnya
adat dan pengetahuan tradisional serta menetapkan penerapan
dan pelaksanaan hukum
adat, sepanjang tidak menimbulkan
konflik dengan Konstitusi atau hukum tertulis atau tidak memiliki
efek merendahkan prinsip kemanusiaan.
Un d an g-Undang
Fauna
(Perlindungan
&
Pengendalian)
dan Undang-undang
Ko n servasi di bawah kedua UU, pembentukan atau pengaturan
kawasan dilindungi menjadi tanggung jawab Menteri, serta
dikonsultasikan dengan pemilik (kawasan) yang terkena dampak
dan pemerintah tingkat di bawahnya.
Undang-undang Taman
Nasional membolehkan tidak adanya konsultasi publik.
Organic law t en t an g Pe mer in t ah an Pro p in si d an
Pemer int ah an T in gkat Lokal menyerahkan kewenangan
penggunaan
sumberdaya
alam
dan
pembangunan
berkelanjutan ke propinsi dan pemerintah daerah lebih rendah.
Pengaturan lain adalah
Undang-Undang
Administrasi
Propinsi
(1997)
dan
Undang-Undang Administrasi Pemerintah Tingkat
Lokal (1997).
Pemerintah
Propinsi dan Lokal memiliki
wewenang untuk membentuk dan mengelola kawasan dilindungi
serta melakukan
pengelolaan
berbasis
masyarakat
untuk
kawasan laut dan perikanan dalam hak adat.
Indones
ia
Sumberdaya pesisir sebelumnya dikelola secara sektoral tanpa
sebuah peraturan perundang-undangan yang secara khusus
berhubungan dengan sumberdaya pesisir serta tidak ada definisi
baku kawasan pesisir atau sumberdaya pesisir (Patlis 2005). Sebuah
kemajuan dilakukan sejak tahun 1999 (melalui UU No 22/1999
dan No
25/1999, UU No 31/2004 tentang Perikanan, dan UU No. 32/2004
tentang Pemerintahan Daerah) untuk desentralisasi pengelolaan ke
daerah untuk memberikan peran lebih besar masyarakat lokal dalam
pengelolaan sumberdaya pesisir
Ada pula Keputusan No 10/2002 Departeman Kelautan dan
Perikanan. Terdapat 22 peraturan berkenaan dengan sumberdaya
pesisir,
termasuk
UU
No
31/2004. Peraturan tersebut
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

16

diringkaskan dalam Ginting (2002) dan DKP (2002) yang diacu oleh
Patlis (2005).
Undang-undang No 32/2004 menetapkan kawasan pesisir yang
didesentralisasi kepada pemerintah propinsi hingga 12 mil laut dari
garis pantai dan kepada pemerintah kabupaten hingga satu pertiga
perairan propinsi ke arah laut dari garis pantai. Melalui UU ini,
pemerintah pusat memiliki kewenangan dan jurisdiksi untuk
melakukan eksplorasi, konservasi, mengolah dan eksploitasi
sumberdaya dari 12 hingga 200 mil laut, khususnya dalam ZEE.
Pemerintah Pusat juga memiliki hak untuk mengimplementasi
peraturan perundangan jalur pelayaran. UU itu secara tegas
mencatat bahwa hak penangkapan ikan secara tradisional tidak
boleh dibatasi oleh batas-batas desentralisasi. Ini berarti nelayan
tradisional memiliki akses menangkap

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

17

ikan lebih jauh dari wilayah pesisir yang didesentralisasi. Berdasar UU


ini, pemerintah propinsi dan kabupaten memiliki enam tugas dalam
mengelola wilayah mereka (Pasal
18), yaitu (i) mengeksplorasi, mengeksploitasi, mengkonservasi, dan
mengelola sumberdaya pesisir; (ii) urusan administratif; (iii) urusan
penzonasian dan tata ruang; (iv) menegakkan hukum yang dibuat
oleh kedua daerah atau yang didelegasikan oleh pusat;
(v)
berpartisipasi dalam menjaga keamanan, serta (vi) berpartisipasi
dalam mempertahanankan kedaulatan negara (Siry 2006)
Peraturan Pemerintah No 60/2007 sebagai turunan UU No 31/2004,
adalah sebuah panduan
mengidentifikasi
KKP
baru
bagi
Indonesia. Panduan itu bertujuan membangun pemahaman dan
aksi bersama di antara pelaksana, pembuat kebijakan, dan para
pihak dalam melakukan identifikasi dan inventarisasi kawasan kritis
untuk diusulkan sebagai KKP. Panduan itu membantu menambah KKP
di Indonesia bagian timur melalui proses (1) identifikasi dan zonasi
kawasan yang penting secara ekologi; (2) konsultasi publik dan (3)
menyelenggarakan proses hukum untuk membangun KKP di tingkat
kabupaten dengan dukungan masyarakat (http://www.wcsmarineindonesia.org)
Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (UU Pesisir)diundangkan
disahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 17 Juli 2007.
Isi undang-undang tersebut secara singkat adalah sebagai berikut:
Bab I.
Ketentuan Umum, Bab II.
Azas dan Tujuan, Bab III.
Proses Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Bab V.
Pemanfaatan, Bab VI.
Pengawasan dan Pengendalian, Bab VII.
Penelitian dan Pengembangan, Bab VII. Pendidikan, Pelatihan dan
Penyuluhan, Bab IX. Kewenangan, Bab X.
Mitigasi dan Bencana,
Bab XI.
Hak, Kewajiban dan Peran Serta Masyarakat, Bab XII.
Pemberdayaan Masyarakat, Bab XIII. Penyelesaian Sengketa, Bab XIV.
Gugatan Perwakilan, Bab XV.
Penyidikan, Bab XVI. Sanksi
Administratif, Bab XVII. Ketentuan Pidana, Bab XVIII. Ketentuan
Peralihan, Bab XIX. Ketentuan Penutup.
Dalam undang-undang di atas, konservasi secara umum tercakup
dalam Bab V (Pemanfaatan), namun secara eksplisit dinyatakan
dalam dua bagian, yaitu:
1)

Bagian Kedua (Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan


Perairan di Sekitarnya), Pasal 23 ayat 2, yaitu konservasi
sebagai salah satu prioritas pemanfaatan pulau-pulau kecil
dan perairan di sekitarnya.

2) Bagian Ketiga (Konservasi), Pasal 28 dan Pasal 29


Bagian Keempat (Rehabilitasi) dan Keenam
prinsipnya juga memuat pesan-pesan konservasi.

(Larangan)

Selanjutnya, ada sejumlah peraturan turunan


khusus mengatur konservasi perairan, yaitu:
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

yang

pada
secara

17

Permen KP Nomor PER.17/MEN/2008 tentang Kawasan Konservasi di


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
Permen
KP
Nomor
Penetapan Kawasan
Konservasi
Perairan.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

PER.02/MEN/2009

tentang

Tata

Cara

18

Permen
KP
Nomor
Penetapan Status
Perlindungan Jenis
Ikan.

PER.03/MEN/2010

tentang

Tata

Cara

Permen
KP
Nomor
PER.04/MEN/2010
Pemanfaatan Jenis Ikan dan
Genetik
Ikan

tentang

Tata

Cara

Kepulauan
Solomon
Ko n st it u si mengakui bahwa rakyat Kepulauan Solomon
akan menghargai dan mengangkat tradisi budaya yang berbedabeda dan bahwa Parlemen akan membuat aturan untuk
melaksanakan hukum tradisionoal yang secara khusus menghargai
adat, nilai-nilai, dan aspirasi rakyat Kepulauan Solomon.
Un d an g-Und an g Pe rikan an - memberi tanggung jawab
perikanan pesisir dan lautan pada kesembilan propinsi. Parlemen
propinsi dapat menetapkan peraturan untuk menjalankan fungsi
penting pengelolaan perikanan, termasuk mengambil langkahlangkah untuk pembangunan perikanan; mendaftarkan hak
penangkapan ikan secara tradisional, batas-batas dan individu
pemilik hak tersebut; menetapkan waktu buka dan tutup untuk
penangkapan jenis tertentu atau untuk suatu area dalam perairan
propinsi; menetapkan area yang tertutup bagi penangkapan ikan;
dan membangun perlindungan laut.
Fiji

Hukum-hukum tingkat nasional yang paling relevan dengan hukum


tradisional dalam pengelolaan
qoli-qoli
adalah:
Amandemen
Konstitusi tahun 1997 dan Undang- Undang Perikanan tahun
1991. Peraturan di atas serta hukum lain yang terkait, adalah
sebagai berikut:
A man dem en Ko n st itu si t ahu n 199 7 mengakui dan
memasukkan hukum tradisional dan hak tradisional ke wilayah
daratan.
Un d an g-Und an g Perikan an t ah un 1991 potongan
pertama dari
tanggung jawab legislatif
dalam
mengelola
sumberdaya laut, dengan peran mengelola ada pada bagian
Perikanan dari Departemen Perikanan dan Kehutanan. Aturan ini
mencakup pembentukan dan pengelolaan KKP, dan menetapkan
bahwa masyarakat dapat mengontrol sumberdaya pesisir dan
laut
mereka.
Pengaturan
utama
dari
UU Perikanan yang
menunjukkan penggunaan hukum tradisional dan institusi tradisional
dalam pengelolaan kawasan pesisir mencakup
perijinan,
penegakkan aturan, Native Fisheries Comission, dan perlindungan
hak perikanan tradisional.
Bagian 13 UU Perikanan serta Regulasi 4 Peraturan Perikanan
mewajibkan pemanfaat memiliki ijin menangkap ikan di suatu

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

18

te
ru
m
bu
at
au
di
s
h
ell
fis
h

bed dalam kawasan qoliqoli yang terdaftar. Bagi penangkap ikan


komersil, ijin itu adalah syarat awal untuk mendapat sebuah ijin
untuk menangkap ikan di area tersebut. Pengecualian berlaku pada
penangkap non komersil yang menggunakan pancing dan jaring,
tembakan atau jebakan ikan yang dapat dikerjakan oleh satu
orang. Keunikan qoliqoli adalah dilindungi melalui sistem perijinan.
Penangkap ikan dari luar masyarakat setempat harus mendapat ijain
dari Komisi Kabupaten, atas persetujuan ketua yang berwenang atas
qoliqoli.
Penetapan KKP di bawah UU Perikanan - UU Perikanan dan sejumlah
Regulasi mengijinkan Menteri untuk menetapkan KKP di tempat
kegiatan penangkapan ikan

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

19

dibatasi atau dilarang. The Fifth Schedule to the Act (Regulasi 11)
mengijinkan
pembuatan
perlindungan
laut
yang
melarang
penangkapan ikan kecuali dengan jaring tangan, wading net,
tembakan atau jala dan pancing. Menteri dapat menetapkan musimmusim yang membatasi atau melarang penangkapan, juga memiliki
wewenang penuh untuk mengatur hal lain berhubung dengan
konservasi, perlindungan dan perawatan suatu stok ikan yang
memang dibutuhkan. Masyarakat dapat pula menerapkan lokasi
tabu dalam area qoliqoli yang mereka tetapkan, dengan menutup
akses bagi penangkap ikan melalui sistem perijinan diceritakan di
atas.
Berdasar UU Perikanan saat ini, tidak memungkinkan membangun
kawasan dilindung di area yang kegiatan perikanan dilarang secara
tegas. Sementara penangkap ikan komersial dan tradisional
membutuhkan ijin untuk memasuki suatu area qoliqoli, pengecualian
berlaku terhadap metode penangkapan tertentu. Ini berarti tidak
memungkinkan secara hukum bagi masyarakat untuk menetapkan
kawasan yang dilindungi tanpa penetapan Departemen. Kawasan
dilindungi yang ditetapkan oleh Menteri juga memiliki pengecualian
terhadap metode penangkapan tertentu.
Bab 2 CARA MEMILIH
LOKASI KKP
2.1

Pinsip-prinsip dalam memilih lokasi KKP

Berikut adalah empat prinsip untuk dipikirkan dalam membangun


sebuah KKP (Salm dan
Price 1995):
1) Kebutuhan dan kesanggupan suatu negara menentukan sasaran
dan lingkup program KKP. Sangat mudah untuk membuat daftar
panjang kriteria dan tujuan secara teoritis (beberapa diberikan di
bawah). Kriteria dan tujuan adalah hal-hal yang sebaiknya
dipertimbangkan beserta kebutuhan dan kemampuan negara dan
masyarakat tempat KKP akan dibangun.
2) Sasaran KKP adalah dasar dalam proses seleksi. Mengapa ingin
membangun KKP?
Adalah hal pertama yang harus ditanyakan karena jawabannya
akan membantu menentukan kriteria pemilihan lokasi dan tujuan
pengelolaan. Jika sasarannya adalah konservasi habitat penting
bagi jenis yang genting, kriteria pemilihan lokasi akan berfokus
pada proses-proses ekologi. Jika sasarannya meningkatkan
perikanan, faktor-faktor sosial dan ekonomi turut
dipertimbangkan bersama dengan prinsip ekologi. Penentuan
lokasi adalah proses yang paling sulit ketika
KKP memiliki banyak sasaran, seperti konservasi habitat,
peningkatan perikanan, dan meningkatkan kegiatan wisata.
Namun jika KKP dipilih, direncanakan dan dikelola dengan baik,
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

19

serta berdasar masukan para pihak, KKP itu akan punya


kesempatan menjadi efektif dalam mencapai sasaran.
3) Lingkup KKP di sebuah negara akan menentukan proses
pemilihan lokasi. Faktor- faktor pentingnya adalah jumlah dan
ukuran KKP yang diinginkan serta apakah ditetapkan di tingkat
nasional, propinsi atau lokal. Akan sulit membangun sebuah KKP
di area yang terisolasi secara fisik dari lingkungan di sekitarnya
atau dari proses pengelolaan pesisir yang lebih besar.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

20

4) Karena setiap negara memiliki parameter berbeda untuk sosial,


politik, ekonomi dan lingkungan, maka tidak ada satu model
keharusan dalam pemilihan lokasi. Berdasar beragam pengalaman
membangun KKP, serangkaian kriteria seleksi telah dibuat dan
dapat diadopsi pada situasi tertentu.
Evaluasi berbagai kandidat lokasi bergantung pada data. Pengumpulan,
analisis, dan sistesis data adalah langkah penting untuk menentukan
apakah satu kandidat lokasi akan terpilih.
1) Pengumpulan Data diambil dari semua sumber yang
tersedia dan sebaiknya mencakup interview, studi lapangan
dan kajian literatur. Sebuah rencana pengumpulan data akan
mencakup serangkaian survei di lapangan untuk
mengumpulkan informasi dasar sosial, biologi, dan ekologi.
2) Analisis data akan menyajikan informasi lebih dalam mengenai
area-area dengan konsentrasi sumberdaya alam dan budaya
yang tinggi serta area yang memiliki kegiatan manusia dan
ancaman-ancaman pada sumberdaya. Analisis juga mampu
menunjukkan konflik antar aktivitas yang mungkin atau telah
terjadi. Cara terbaik untuk menganalisis data adalah melalui
visualisasi dengan tumpang-tindih peta.
3) Data sintesis dibutuhkan untuk memahami hubungan spasial
antara faktor biologi (misalnya jenis organisme), proses ekologi
(seperti transportasi unsur hara), dan aktivitas manusia (misalnya
penangkapan ikan). Pemahaman ini akan menjadi lebih baik jika
peta yang ditumpang-tindih memiliki skala yang sama. Data
sintesis akan mengungkapkan kandidat-kandidat lokasi atau area
yang membutuhkan perhatian utama.
Kompilasi, analisis, dan sintesis data akan lebih menunjukkan beberapa
tempat atau kandidat lokasi yang bisa mendapat keuntungan dari KKP.
Kriteria pemilihan lokasi kemudian diterapkan pada beberapat kandidat
lokasi. Sebuah daftar umum kriteria pemilihan lokasi disajikan di bawah
ini, namun itu bukanlah sebuah resep! Kriteria tersebut dapat dan harus
diadaptasi sesuai dengan negara dan budaya di mana KKP yang berada.
2.2
Kriteria pemilihan
lokasi KKP
Lokasi-lokasi dapat dipilih jadi KKP karena mereka cocok dengan satu
atau lebih kriteria di bawah ini:
1) Relatif masih alami lokasi-lokasi masih dalam kondisi baik
2) Keterwakilan lokasi unik, termasuk penting dalam proses ekologi
seperti area
3) pemijahan, area asuhan dan/atau area dengan jenis-jenis yang
berharga

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

20

4) Biodiversitas lokasi dengan keanekaragaman jenis/ekosistem


yang tinggi; lokasi dengan jenis endemik (jenis hanya hidup di
lokasi atau region tertentu)
5) Kerentanan lokasi dengan sumberdaya/keanekaragaman yang
tinggi yang relatif rentan terhadap gangguan atau pengrusakan
6) Nilai Perikanan lokasi yang strategis untuk meningkatkan
perikanan; lokasi dengan produktifitas tinggi atau merupakan
daerah pemijahan atau asuhan

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

21

7) Nilai wisata lokasi yang jika dilindungi mampu meningkatkan


kegiatan rekreasi dan pendapatan dari wisata
8) Penerimaan sosial dapat diterima oleh semua pihak terkait
9) Kepraktisan dalam pengelolaan kelayakan dan
tingkat kemudahan melakukanpengelolaan

Pegangan Peserta 1.3: Kriteria pemilihan lokasi kawasan


konservasi perairan
Pegangan Peserta 1.4: Studi Kasus - Proses Penetapan
Jaringan KKP Nakorotubu, Fiji
Yaubula Management Unites
Nakorotubu District
Bab 3 PENDEKATAN YANG DITERAPAN DALAM
PENGELOLAAN KKP
3.1

Pendekatan-pendekatan umum dalam mengelola KKP

Terdapat beragam teknik pengelolaan yang pengelola KKP dapat


gunakan. Teknik- teknik
tersebut
secara
garis
besar dapat
dikelompokkan menjadi: cara-cara melarang aktivitas dan cara-cara
membatasi aktivitas (Kenchington and Kelleher 1995).
3.1.1

Pelarangan

1) Pelarangan mengakses suatu area tertentu adalah bentuk


aturan paling sederhana. Sebuah pengendalian dengan
mekanisme ya/tidak berarti jika seseorang dijumpai di
lokasi tersebut, ia telah melanggar aturan.
2) Pelarangan aktivitas tertentu di suatu area adalah teknik
pelarangan lain. Sebagai contoh, jika penangkapan ikan dilarang
di suatu area dan seseorang menangkap ikan di sana, ia telah
melanggar.
3.1.2

Pembatasan

Kawasan dilindungi di daratan dan di laut di seluruh dunia


seringkali mengijinkan beberapa macam aktivitas manusia di
kawasan, terutama seperti rekreasi, menikmati alam atau penelitian.
Tantangan pengelolaan adalah mendesain dan menerapkan batasanbatasan kegiatan yang diperbolehkan dalam tingkat yang tidak
membahayakan atau yang tidak membawa dampak yang tidak
dinginkan. Pembatasan juga lebih menantang daripada pelarangan -bagi
pengguna, lebih sulit untuk memahami sementara bagi pengelola lebih
sulit untuk menerapkan pembatasan tersebut. Bagaimanapun
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

21

pembatasan biasanya lebih diterima oleh pengguna


pelarangan dan mungkin lebih mudah dilaksanakan.

daripada

1) Pembatasan dengan penataan spasial adalah mengatur


aktivitas ke suatu bagian atau ke beberapa bagian KKP.
Penzonasian adalah langkah umum untuk mengimplemenasi
pengendalian keruangan. Rencana pengelolaan akan
menyebutkan jenis pemanfaatan yang diperbolehkan atau akan
merinci aktivitas yang tidak dibolehkan . Keduanya juga
mengatur lokasinya.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

22

2) Pembatasan dengan mengatur waktu digunakan ketika


pengelolaan perlu berubah sesuai waktu. Waktu-waktu yang
ditutup adalah salah satu cara, dan waktu itu dapat sesingkat
hanya satu hari atau beberapa minggu, beberapa bulan atau
bahkan tahunan.
3) Pembatasan peralatan adalah satu cara mengatur
penggunaan peralatan atau teknologi yang menghasilkan
banyak dalam waktu singkat namun merusak sumberdaya
dalam jangka panjang. Sebagai contoh, pembatasan alat
tangkap (contoh, trawl dasar tidak boleh di suatu area) atau
pembatasan penggunaan jangkar atau kecepatan tinggi oleh
kapal.
4) Pembatasan kuota adalah yang paling umum diterapkan
dalam perikanan, baik untuk rekreasi ataupun komersial. Sebuah
kuota penangkapan ikan mengatur jumlah tangkap yang
dibolehkan. Sasarannya adalah membiarkan sumberdaya dalam
jumlah cukup untuk mengganti dirinya sendiri. Apakah
membatasi jumlah ikan dapat diambil di luar KKP ataukah
membatasi jumlah turis yang boleh masuk, sistem kuota sangat
beragam dan bergantung pada konteks KKP.
5) Pembatasan ijin adalah cara yang dilakukan pengelola
dengan mengeluarkan ijin dalam bentuk dokumen resmi pada
seseorang yang akan melakukan kegiatan tertentu dalam KKP.
Ijin dapat dikeluarkan berdasar keahlian pemanfaat, alokasi
sumberdaya atau syarat lain.
Sebagian besar sistem pengelolaan KKP akan menggunakan beragam
pendekatan untuk mencapai tujuannya.
3.2
Cara memilih pendekatan yang akan diterapkan dalam
mengelola KKP
Latihan 1.3: Menentukan strategi pengelolaan yang akan
diterapkan di KKP
Judul:
KKP.

Simulasi penerapan pendekatan-pendekatan dalam mengelola

Tujuan:

Memahami berbagai pendekatan


mengelola KKP secara efektif.

yang

tepat

untuk

Tugas:

Anggaplah sebuah taplak meja di depan anda adalah sebuah


KKP dimana didalamnya terdapat terumbu karang, padang
lamun, dan ada populasi berbagai jenis ikan yang ditampilkan
sebagai potongan-potongan kertas.
Bekerjalah dalam kelompok, diskusikan teknik
pendekatan apakah yang dianggap paling tepat untuk
mengelola KKP secara efektif.
Jelaskan hasil diskusi kelompok anda di depan kelas masingmasing selama 5 menit

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

22

Waktu:

30 menit

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

23

3.3
Kaitan antara pengelolaan pesisir terpadu
dan keberadaan KKP
3.3.1
Konsep pengelolaan
pesisir terpadu
Sasaran pengelolaan pesisir adalah meningkatkan kualitas hidup
manusia
yang bergantung
pada
sumberdaya
pesisir,
serta
mempertahankan keanekaragaman hayati dan produktivitas ekosistem
pesisir. Pengelolaan sumberdaya pesisir (PSP) mencakup perencanaan,
implementasi, dan monitoring pemanfaatan sumberdaya pesisir secara
berkelanjutan.
Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) adalah sebuah proses partisipatif
pengelolaan sumberdaya pesisir.
Pengelolaan
ini
menekankan
integrasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, kepentingan
sektoral dan publik dalam menyiapkan dan mengimplementasi seluruh
rencana perlindungan dan pembangunan ekosistem dan sumberdaya
pesisir.
Mengintegrasi memberi makna menyatukan semua bagian; bersatu
dengan hal lain; membuat bagian dari unit yang lebih besar;
menyatukan. PPT menekanan kebutuhan untuk:
1) Integrasi melintasi ekosistem-ekosistem dan tidak berhenti di
ujung perairan;
2) Integrasi melintasi institusi akademis, melampaui disiplin ilmu
apapun;
3) Integrasi melintasi berbagai level pemerintah berikut badanbadan di bawahnya;
dan
4) Integrasi melintasi kebijakan-kebijakan terutama ada
tumpang tindih hukum, rencana
5) dan program.
Pengelolaan pesisir terpadu bertujuan menjembatani batas antara
pemerintah lokal, pemerintah pusat, kelompok masyarakat dan LSM.
PPT juga bertujuan meningkatkan dan mengintegrasi proses-proses
administratif, kebijakan dan pengaturan yang memberi bentuk dan
pengaruh pada pengelolaan pesisir

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

23

Gambar 1.
Siklus pengelolaan pesisir terpadu yang dimulai dari
pengumpulan data (data collection), penyusunan rencana (planning),
pelaksanaan rencana ( implementation), dan proses
pemantauan
(monitoring) (White 1997).
Yang sangat penting dalam PPT adanya kebutuhan akan pengelolaan
kolaboratif (collaborative management) atau co-management, di mana
semua pihak terkait berpartisipasi dalam pengelolaan. PSP dan PPT
yang sukses seringkali bergantung pada elemen pengelolaan kolaboratif
berikut ini:
1) Semua pihak terkait memiliki satu suara dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir
2) Berbagi tanggung jawab pengelolaan sesuai dengan kewenangan
antara organisasi
3) masyarakat dan beragam level pemerintah, meski dalam banyak
kasus pemerintah berasumsi bertanggung jawab pada semua
kebijakan dan fungsi-fungsi koordinasi
4) Tujuan-tujuan sosial, budaya, dan ekonomi adalah bagian yang
terintegrasi dalam kerangka kerja pengelolaan.
Program-program PPT biasanya dipusatkan dalam badan koordinasi atau
komite yang beranggotakan dan mewakili semua sektor dan pihak
terkait. Pertemuan rutin sebaiknya diadakan sehingga ada pertukaran
informasi dan sejumlah tindakan dapat diambil dalam mengatasi isu
yang dihadapi wilayah pesisir. Pengelola atau perwakilan KKP sebaiknya
berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Dengan demikian PPT dapat
digunakan untuk mengatasi aktivitas yang dapat berdampak negatif
pada KKP namun tidak dapat dikendalikan melalui pengelolaan KKP.
Sebagai contoh adalah polusi, limbah pertanian, pembangunan
pelabuhan atau daerah aliran sungai (DAS) dan bantaran sungai.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

24

Diskusi 1.2: Beragam Pengalaman dalam Pengelolaan


Pesisir Terpadu
Pertanyaan: Bagaimana hubungan antara pengelolaan pesisir terpadu
dengan kawasan konservasi perairan?

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

25

Waktu :

30 menit

3.3.2
Posisi KKP dalam pengelolaan
pesisir terpadu
PPT adalah sebuah kerangka kerja pengelolaan sementara KKP adalah
sebuah area berciri tertentu yang akan dikelola. Sebuah KKP dapat
dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan di luar KKP dan KKP yang
efektif akan menciptakan keuntungkan bagi wilayah pesisir yang lebih
luas.terdapat hubungan yang kuat antara KKP dengan daratan dan
perairan yang berdekatan, dalam bentuk arus, jenis yang bermigrasi,
penyebaran larva, pertukaran nutrisi, dan proses lain. KKP perlu
diintegrasikan ke pengelolaan pesisir. PPT menyediakan sebuah
kerangka kerja dengan KKP menjadi komponen pentingnya untuk
melindungi biodiversitas dan kesehatan ekosistem. KKP akan lebih
efektif dan sukses ketika diimplementasikan dalam proses-proses PPT.

Strategi &
rencana
PPT
Representati
ve system of
MPAs
Koordina
si
pendana
an

Perencanaan DAS
Analisis
dampak lingkungan
Mekanis
me
koordinas
i

KKP dalam konteks


PPT

Pendekat
an
partisipat
if

Instrumen
pengaturan

Monitoring
d
an
Instrumen
evaluasi
ekonomi

Resolu
si
konflik

Gambar 1.2 Skema pengelolaan kawasan konservasi perairan yang


menjadi bagian dari suatu wilayah yang dikelola secara terpadu
Ketika program-program PPT sudah ada, KKP perlu menjadi salah satu
pihak terkait Pengelola KKP dapat berkoordinasi dengan pengelolaan
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

25

kegiatan di luar KKP, juga dengan pembangunan yang tengah


berlangsung di kawasan pesisir. Beberapa KKP multi-fungsi yang lebih
besar dengan sendirinya serupa dengan program PPT mereka
membolehkan beragam pemanfaatan sumberdaya pesisir juga ada
pelibatan beragam pihak dalam pengelolaan. KKP-KKP ini mungkin saja
sebuah katalis untuk membuat program PPT untuk pesisir di sekitarnya
dan area dataran tinggi.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

26

Bab 4 JEJARING KAWASAN


KONSERVASI PERAIRAN
4.1
Konsep
jejaring KKP
Sebuah jaringan KKP dapat didefinisikan sebagai dua atau lebih KKP
yang bekerja bersama dan bekerja sinergi (dengan skala ukuran
yang beragam serta level perlindungan berbeda), untuk mencapai
tujuan ekologi yang lebih efektif dan komprehensif daripada bekerja
secara sendiri-sendiri. Jaringan akan pula memberikan keuntungan
sosial dan ekonomi, meski keuntungan ekonomi akan dapat tercapai
dalam jangka panjang karena ekosistem menjadi lebih baik.
Secara singkat, jejaring KKP dapat bertindak lebih untuk konservasi
biodiversitas dan perbaikan perikanan daripada KKP tunggal. Jejaring
dapat dibangun untuk tujuan ekologi yang berbeda, seperti
meningkatkan konservasi biodiversitas dan/atau perbaikan perikanan.
Konservasi biodiversitas sebuah grup KKP yang dipilih atas dasar
distribusi geografis tumbuhan dan hewan dan perwakilan habitat,
seperti juga kehadiran jenis atau populasi dengan kepentingan tertentu
(misalnya jenis yang rentan dan genting).
Sebuah grup KKP dapat dipilih
atas dasar:
1) Ukuran cadangan yang dibutuhkan untuk melindungi habitat
2) Kehadiran spesies yang jadi target pemanfaatan
3) stadium rentan hidup suatu jenis
4) konektivitas antar cadangan dan keterkaitan antar ekosistem
5) Persediaan jasa-jasa ekosistem untuk masyarakat

4.2
Atribut atau ciri
jejaring KKP
4.2.1
Keterkaitan
ekologi
KKP-KKP dalam sebuah jaring berhubungan dan berinteraksi
melalui keterkaitan ekologi hubungan alami antar KKP serta di masingmasing KKP yang meningkatkan fungsi ekologi dan keuntungan kepada
setiap KKP. Sebuah jaringan dapat menjamin fungsi ekosistem dalam
skala temporal dan spasial dimana sistems ekologi bekerja. Keterkaitan
ekologi mencakup:
1) Habitat di sekitar atau yang berhubungan (seperti terumbu
karang dan padang lamun) penyebaran larva secara teratur
dalam kolom air di antara dan dalam KKP- KKP
2) Penempelan larva secara teratur dari satu KKP ke KKP lain

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

26

3) Perpindahan hewan dewasa dalam wilayah jelajahnya dari


satu lokasi ke lokasi lain atau perpindahan karena efek
limpahan yang teratur atau acak dari KKP
4.2.2
Keterkaitan sosial
Sebuah jaringan KKP berhubungan dengan keterkaitan sosial antar KKP
seperti halnya komunikasi dan koordinasi antar pihak dalam pengaturan
dan perencanaan sebuah faktor

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

27

penting. Sebuah jaringan dapat bantu memecahkan dan mengelola


konflik penggunaan sumberdaya, dan mencegah duplikasi kegiatan.
Kedua keterkaitan, ekologi dan sosial, penting dalam jaringan KKP.

4.3
Mengapa beberapa KKP
perlu berjejaring?
Jejaring dibangun pada beragam tingkatan dan ini adalah konsep
yang amat penting karena individual KKP sering kali tidak punya
kapasitas untuk mengelola semua aspek KKP, tapi secara kolektif,
sebuah jaringan regional mungkin saja dapat. Jejaring dapat saja
berbasis sosial, biogeografi (atau biofsik), ekologi, atau pengelolaan
umum, dan lainya. Sebagai contoh di Eastern Tropical Pacific Seascape
(ETPS), KKP-KKP di empat negara (Panama, Costa Rica, Ekuador dan
Kolombia) membentuk sebuah unit pengelolaan tunggal. Presiden
negara-negara ETPS di tahun 2002 menandatangani sebuah perjanjian
untuk mengelola ETPS sebagai sebuah bentang laut. Perjanjian itu
tidak menjelaskan bagaimana mengatur batas-batas negara-negara
yang berbeda dengan kerangka kerja legal yang berbeda. Daripada
memfokuskan pada aspek hukum, mereka memilih fokus pada isu-isu
bersama memungkinkan mereka untuk membangun pendekatan
pengelolaan bersama untuk perikanan dan wisata. Dengan kata lain,
seascape itu mengadopsi sebuah pendekatan bersama untuk mengatasi
beragam isu. Hal yang sama juga pada isu-isu ekologi - sebagai contoh
bagaimana kamu mengatakan efek El Nino sepanjang bentang laut
tersebut? Jawabannya adalah dengan mengadopsi protokol monitoring
dan indikator bersama dan mengkomunikasikan hasilnya ke semua
anggota.
Keuntungan-keuntungan
jaringan KKP : A

Keuntungan

ekologi
1) Memastikan bahwa habitat laut yang paling berharga
setidaknya dilindungi sebagian
2) Memastikan bahwa jenis-jenis yang terancam,rentan atau
dieksploitasi berlebih di area tertentu akan memiliki ruang habitat
yang cukup untuk terus bereproduksi.
3) memastikan bahwa beberapa larva limpahan dari satu KKP
dapat menempel dalam wilayah jelajahnya
4) meningkatkan produksi perikanan di satu area karena produksi
dan penyebaran larva dan efek limpahan ikan dimaksimalkan
melalui perencanaan
B
Keuntungan
sosial
1) Membangun kapasitas dalam pengelolaan KKP
melintasi badan-badan pengelolaan KKP secara individu
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

27

2) Menciptakan basis informasi bersama untuk semua KKP di


suatu area atau jaringan yang membantu dalam membuat
pilihan-pilihan pengelolaan
3) Menyedikan alasan logis untuk setiap pengelola KKP dan
parapihak untuk berkoordinasi satu sama lain untuk
berbagi pengalaman
4) Menyediakan kemungkinan kemitraan pendanaan dan
administrasi antara badan pengelola KKP secara individu dengan
institusi dan sektor-sektor lain dalam sebuah jaringan.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

28

Jejaring KKP fungsional sebuah jaringan KKP akan memiliki dimensi


sosial dan ekologi yang dapat berjalin dalam pembentukan sebuah
jaringan fungsional.
Berikut ini adalah kriteria sebuah jaringan KKP
fungsional:
1) KKP tunggal sebaiknya memiliki sebuah level minimum tertentu
pengelolaan.
2) langkah pertama merencanakan jaringan KKP dengan area luas
adalah melakukan analisis habitat penting, perikanan dan
oseanografi perairan dan KKP yang ada saat ini, sebelum mencari
lokasi-lokasi potensial baru.
3) 5-10% habitat penting dari area yang direncanakan sebaiknya
dimasukkan dalam
KKP.
4) Badan pengelola KKP butuh kapasitas untuk berhubungan
dengan badan pengelolaan KKP lain, dengan pemerintah lokal,
serta dengan organisasi lain yang membantu.
5) Sebuah jaringan KKP sebaiknya dibangun dalam rencana PPT di
area tersebut.
Pendekatan global negara-negara yang akan membangun KKP
akan membutuhkan:
1) Sebuah zona inti atau zona larang tangkap yang melindung area
biodiversitas yang kritis
2) Sebuah jaringan KKP lebih luas yang multi fungsi yang
memperbolehkan beberapa aktivitas manusia di dalamnya namun
tetap menjaga fungsi dan proses penting ekosistem .
3) Sebuah sistem KKP secara national yang melekat pada program
PPT nasional.
Diskusi 1.3: Beragam pengalaman dengan jejaring
KKP
Pertanyaan:

Pengalaman apa yang Anda dapat dari bekerja dengan

jejaring KKP? Petunjuk: Setiap orang menjelaskan secara singkat,


peran dan pengalamannya dalam
mengelola jaringan KKP.
Waktu :

30 menit

Dalam BHS terdapat konektivitas biofsik. Lokasi-lokasi baru telah


ditetapkan apakah mereka unik atau dalam satu ekosistem yang
melintasi seascape? Pertimbangkan hubungan genetis terdapat jenisjenis dalam Coral Triangle yang terpisah jauh namun menunjukkan
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

28

hubungan genetis. Terdapat pula hubungan ekologi, seperti penyu yang


diberi tag di Indonesia berenang ke Monterey, California seberapa jauh
sebaiknya Anda mempertimbangkan keterkaitannya?

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

29

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK


PENCAPAIAN KOMPETENSI A

Sumber-Sumber

Perpustakaan
A
Sumber-Sumber
Perpustakaan
Modul ini disusun dengan memanfaatkan materi pelatihan Training for
Trainers : Marine Protected Area Management yang disampaikan oleh
Tim US National Oceanic and Atmospheric Administration dalam
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan di Balai Pendidikan dan
Pelatihan Perikanan Aertembaga (Juni/Juli 2010) dan BP3 Tegal (Juli
2010), serta rangkaian pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan yang diselenggarakan NOAA, USAID-MPAG dan LSM
peduli konservasi di Indonesia. Penyesuaian dilakukan dengan
memperhatikan Standar Kompetensi Kerja Khusus Perencanaan
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan tahun 2013. Penyusunan
konsep modul ini didukung oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP, Direktorat
Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan - Ditjen KP3K, dan USAID-Marine
Protected Area Governance.
Penyusunan modul ini merupakan
bagian dari upaya untuk mewujudkan pelatihan berbasis kompetensi.
Daftar
Pustaka
Sebagian besar dari materi ini diambil atau dimodifikasi dari materi
pelatihan Training for Trainers : Marine Protected Area Management
yang disampaikan oleh Tim US National Oceanic and Atmospheric
Administration dengan bahan bacaan sebagai berikut:
Coral Triangle Initiative Regional Plan of Action. Published by Interim
Regional CTI Secretariat. www.cti-secretariat.net.
Francis, J., R., Johnstone, T., vant Hof, C., van Zwol, and D.
Sadacharan. (Eds). 2001.
Training for the sustainable management of Marine Protected
Areas. A training manual for MPA managers. The Coastal Zone
Management Center, the Netherlands, The World Bank, UDSM and
WIOMSA. 209pp.
Gubbay, S. 1995. Marine protected areas past, present and future.
p.1. In S. Gubbay (ed.) Marine Protected Areas: Principles and
techniques for management. Chapman and Hall, London.
Gubbay, S. and S. Welton. 1995 The voluntary approach to conservation
of marine areas. p. 199. In Gubbay, S. (ed.) Marine Protected
Areas: principles and techniques for management. Chapman and
Hall, London.
IUCN 2004. Managing Marine Protected Areas: A Toolkit for the
Western Indian Ocean.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

29

IUCN Eastern African Regional Programme, Nairobi,


Kenya. p.172.
Kenchington, R. and G. Kelleher. 1995. Making a management plan. p.
85. In Gubbay, S. (ed.) Marine Protected Areas: Principles and
techniques for management. Chapman and Hall, London.
NOAA. Materi TOT MPA -101
Tegal
Norse, E. (ed.).
1993.
Global Marine Biological
Strategy for Building
Conservation into Decision Making. Island Press,
Washington.

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Diversity:

30

Patis, J.M. 2005. The role of law and legal institutions in determining the
sustainability of integrated coastal management projects in
Indonesia. Ocean and Coastal Management 48: 450-467.
Salm, R. and A. Price. 1995. Selection of marine protected areas.
p.15. In Gubbay, S. (ed.) Marine Protected Areas: principles and
techniques for management. Chapman and Hall, London.
Siry, H.Y.2006. Decentralized Coastal Zone Management in Malaysia
and Indonesia: A Comparative Perspective1Coastal Management,
34:267285,
White, A.T. 1997. Planning for Integrated Coastal Management: what
are the steps?
Tambuli 3, p15.
White, A.T., P.M. Alino and A. T. Meneses.
2005.
Creating and
Managing Marine Protected Areas in the Philippines.
Fisheries
Improved for Sustainable Harvest Project, Coastal Conservation
and Education Foundation, Inc. and University of the Philippines
Marine Science Institute, Cebu City, Philippines. p.83
B Materi Pelatih
Materi yang disiapkan pelatih berupa materi presentasi slide, lembar
kerja, pegangan peserta, dan poster yang diperlukan dalam proses
pelatihan.
C Media Visual
Materi modul dalam bentuk tayangan film dengan menyebutkan
judul, penerbit dan tahun penerbitan.
D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan
1.

Daftar
Peralatan/Mesin
a.

White board

b. Peta Singkap (Flip Chart)


c.

Laptop

d. Proyektor Infocus
e.
2.

Sound system wireless dan mikrofon

Daftar Bahan
a.

Modul pelatihan

b. Buku-buku referensi
c.

Bahan-bahan untuk dinamika kelompok

d. Gambar-gambar kawasan
konservasi perairan e.

Kertas koran

polos
f.

Kertas manila (plano)

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

30

g.

Kertas adhesive aneka

warna h. Taplak meja

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

31

i.

Kelengkapan

peserta j.

Alat

tulis kantor

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

31

Lampiran

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

32

Pegangan Peserta 1.1: Peristilahan dalam


Keanekaragaman Hayati
Biosfir

Seluruh bagian bumi yang menunjang


kehidupan atau total semua ekosistem di planet

Bioma

Sebuah unit ekologi yang lebih besar dari


sebuah ekoregion, biasanya dibatasi oleh rezim
iklim dan vegetasi utama. Lautan mungkin
dipertimbangkan sebagai bioma tunggal. Contoh
lain adalah hutan hujan, padang rumput, dan
tundra

Ekoregion

Sebuah unit biogeografi daratan dan/atau


perairan (berhubungan dengan distribusi geografi
hewan dan tumbuhan) berikut beragam ekosistem
dan relatif besar tetapi tetap dapat ditandai melalui
ciri- ciri yang berbeda

Jenis/Spesies

Sebuah kelompok interbreeding individu,


yang terisolasi secara reproduksi dari kelompokkelompok lain, dan merupakan unit dasar
klasifikasi biologi.

Organisme

Sebuah bentuk kehidupan tunggal, seperti


tumbuhan, hewan atau bakteri

Gen

Ada di dalam kromosom organisme. Gen


adalah satu dari beberapa unit informasi
hereditas and menyusun DNA

Ecosistem

Satu komunitas organisme beserta habitatnya,


yang dapat dibatasi oleh ciri-ciri dan karakteristik
tertentu dan berfungsi sebagai sebuah unit yang
terintegrasi

Habitat
kelompok jenis

Suatu area yang dihuni oleh jenis tertentu atau

Catatan:
Terminologi habitat dan ekosistem seringkali dapat
dibalik. Sebuah habitat menjadi ekosistem ketika
semua proses-proses ekologi dibutuhkan untuk
mendukung organisme-organisme yang di dalamnya.
Hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun,
masing-masing adalah habitat dan juga ekosistem.
Suatu area yang lebih luas yang memiliki mangrove,
terumbu, dan padang lamun yang saling berkaitan,
masing-masing juga adalah ekosistem karena
proses-proses ekologi yang terjadi antara
Menjelaskan Prinsip-Prinsipterdapat
Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

33

Prosesproses
ekologi

mangrove dengan terumbu, mangrove dengan


padang lamun, dan seterusnya
Proses-proses biologi yang terjadi di tingkat habitat
atau ekosistem. Sebagai contoh, transportasi unsur
hara dari satu area ke area lain

Endemik

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

Asli atau hanya ada di area tertentu

34

Taksonomi
(dan
diagram)

Cabang biologi yang konsentrasi pada penamaan dan


pengklasifikasian beragam bentuk kehidupan. Meski
klasifikasi sebagian besar organisme disepakati,
terdapat beberapa jenis yang sulit untuk diklasifikasi,
dan penemuan jenis baru, terutama di lautan masih
terus terjadi.

Ikhtisar level organisasi taksonomi yang diterima secara umum:


Kerajaan/Kingdom
Filum/Phylum
Kelas/Class
Bangsa/Ordo
Suku/Family
Marga/Gen
us
Jenis/Speci
es
Terdapat pula sub filum, sub kelas, sub bangsa, dan seterusnya.
Sebagai contoh, seekor blacktip grouper adalah nama umum untuk
jenis Epinephelus fasciatus, dan diklasifikasi sebagai berikut:
Kingdom: Animalia (animals)
Phylum: Chordata (vertebrates)
Class: Osteichythes (bony
fish) Subclass: Actinopterygii
(ray-finned)
Ordo: Perciformes (perch-likes)
Family: Serranidae (sea basses;
groupers) Subfamily:
Epinephelinae
Genus:
Epinephelus
Species: fasciatus

Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar


Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan

3
4

Pegangan Peserta 1.2: Matriks tujuan pengelolaan dan


kategori IUCN untuk kawasan
dilindungi
No Tujuan-tujuan pengelolaan
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Penelitian ilmiah
Perlindungan hidupan liar
Preservasi jenis/keanekaragaman genetik
Menjaga jasa-jasa lingkungan
Perlindungan karakteristik alam atau
budaya
Turisme dan rekreasi
Pendidikan
Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya
dari
ekosistem
alami budaya/tradisional
Menjaga atribut

Kategori dan tujuan


Ia Ib II III IV V
1 3 2 2 2 2
2 1 2 3 3 1 2 1 1 1 2
2 1 1 1 2
- 2 1 3 1
2 1 1 3 1
- 2 2 2 2
3 3 2 2

VI
3
2
1
1
3
3
3
1

Keterangan
1 : Obyektif utama
2 : Obyektif kedua (sekunder)
3 : Obyektif
potensial
diterapkan
Contoh-contoh KKP di setiap kategori IUCN (Gubbay 1995)
Kategori Jenis
Contoh-contoh di laut
I a dan b

Perlindungan ketat

II

Konservasi ekosistem
dan
rekreasi

III
IV

Konservasi karakteristik
alami
Konservasi
dengan
pengelolaan aktif

Konservasi bentang
darat/bentang laut
dan rekreasi

VI

Pemanfaatan
berkelanjutan
alamikawasan
Cagarekosistem
Alam ketat:

Laut Banda, Indonesia


Leigh Marine Reserve, New Zealand
Ras Mohammed National Park, Mesir
Hol Chan Marine Nature Reserve, Belize
Sandy Bay, Honduras
Watamu, Kenya
Sanganeb Atoll, Sudan
USS Monitor NMS, USA
Galapagos Marine Reserve, Ecuador
Sangalaki,
Indonesia Isole
Tremiti, Italy
Skomer,
UK France
Cote
Bleue,
Northern Sporades,
Greece Taklong
Island, Philippines
Cordell
Bank, USA
Kiunga Marine
National Reserve, Kenya

Ia:
dilindungi dikelola terutama untuk ilmu
pengetahuan
Ib: Suaka margasatwa: kawasan dilindungi dikelola terutama untuk
melindungi hidupan liar
35

Catatan: kategori tersebut saat ini tengah dikaji untuk dimodifikasi.

36

Pegangan Peserta 1.3: Kriteria pemilihan lokasi kawasan


konservasi perairan
1.

Nilai penting ekologi


a. Seberapa penting kawasan/ekosistem yang dipilih?
b. Apa nilai penting ekonomi dan ekologi jenis-jenis yang
ada di dalam kawasan, bagian mana dari siklus hidup
mereka, dll?
c. Berapa banyak penduduk menggunakan kawasan untuk
mengambil
sumberdaya dll?
d. Apakah kawasan dengan kondisi masih bagus dan
beragam (banyak jenis)? Sebagai contoh apakah mampu
pulih?
e. Keunikan apakah kawasan itu unik atau penting?
f. Apakah kawasan memiliki beragam habitat dan mencakup
satu sistem?
g. Apakah berlokasi strategis untuk berkontribusi pada
jaringan KKP?

2.

Nilai penting sosial


a. Apakah masyarakat luas akan menerima jika area
tersebut menjadi area yang tertutup?
b. Apakah dekat dengan penduduk untuk mengawasi,
dalam jangkauan pengamatan penduduk? Jika terlalu jauh
akan sulit untuk mengelola
c. Adakah jenis-jenis alat tangkap tertentu di dana? kemana
mereka akan dipindahkan?
d. Apakah semua grup yang terlibat seperti turis, nelayan,
pengumpul
punya keinginan menutup kawasan tersebut?
e. Aspek warisan, sejarah dan budaya apa saja?

3.

Nilai penting ekonomi


a. Apakah di saat ini kawasan bertindak sebagai area asuhan
ikan?
b. Apakah masyarakat memiliki cukup dana untuk
menempatkan pelampung atau membangun pos
penjagaan?
c. Apakah kawasan memiliki potensi pariwisata atau
penyelaman?

4.

Praktis
a. Ukuran, apakah layak secara biologi? Seimbangkan
ukuran berdasar aspek-aspek kelayakan dan komunitas.
b. Apakah akan menyebabkan penurunan pendapatan/mata
pencaharian masyarakat?
c. Apakah pendanaan tersedia untuk membangun dan
menjalankannya?
d. Apakah ada leading group?
36

5.

Kriteria lain
a. Urgensi seberapa besar masyarakat butuh atau
menginginkan KKP?
b. Efektivitas seberapa berguna nanti KKP bagi
masyarakat dan dapatkah dikelola?
Ukuran dan bentuk
KKP

a. Lebih baik memiliki KKP yang lebih besar (secara teoritis),


setidaknya 10 hektar

37

b.

Semua KKP adalah membantu; banyak proses masih tidak


diketahui dan bahkan dalam area lebih luas dengan kualitas habitat
rendah mungkin terdapat larva, telus dan dampak lain yang tidak
terlihat.
c. KKP yang lebih kecil akan menjaga jelajah ikan-ikan lebih kecil, KKP
lebih besar akan memungkinkan jelajah lebih besar (predator
membutuhkan cakupan lebih besar, sementara ikan damsel, ikan
anemon punya jelajah lebih kecil).
Biaya sebuah kesempatan (Opportunity Cost)
a. Sesungguhnya mahal untuk membangun, mengelola dan
mengawasi sebuah KKP. b. Karena itu dianjurkan batas minimum
10ha. Ini akan memastikan bahwa dampak
dan kembalinya tangkapan ikan di KKP dan pengorbanan
nelayan menjadi berharga.
c. Secara teori sekitar 20% area penangkapan atau habitat ikan
seharusnya cukup menjadi jaminan bagi ikan, karang, dan
invertebrata yang ada dalam kawasan
tersebut.
Desain sebuah
KKP
a. Sebaiknya masukan daratan dalam kawasan dan sebaiknya
mencakup keseluruhan area daratan tersebut (memudahkan
penegakan dan beberapa jenis kerap berpindah ke daratan, dll)
b. Sebaiknya memasukkan terumbu karang serta habitat
berasosiasi dan daerah asuhan seperti padang lamun, mangrove,
dll
Luas permukaan dan rasio volume serta konsep kebocoran (leakage
concept)
Rules of thumb: banyak kerja tak terduga, tanyakan kepada nelayan
lebih tua
Coba dan cocokan dengan karakter-karakter terumbu dan kawasan
seperti drop of, reef crest. Mungkin tambahkan ekstra 100-200 meter.
Limpasan (spill-over)
cenderung terjadi ke dalam habitat serupa, seperti terumbu ke terumbu
di kedalaman
yang sama.
Desain-desain yang memungkinkan untuk sebuah perlindungan
seluas 10ha: Empat persegi panjang 1000x100m; permukaan
lebih luas, kebocoran lebih banyak

Lingkaran: ukuran area permukaan


medium terhadap rasio volume
37

Segitiga: area luas untuk kebocoran


Bujur sangkar; permukaan area
paling kecil dibanding volume

38

Pegangan Peserta 1.4: Proses penetapan Jaringan KKP


Nakorotubu, Fiji: Unit Pengelola
Yaubula, Distrik
Nakorotubu
Satu kabupaten terbesar di Fiji telah mendeklarasi 10 terumbu karang
sebagai KKP. Tikina (kabupaten) Nakorotubu di Propinsi Ra mengambil
langkah ini seiring meningkatnya tekanan pada qoliqoli (area
penangkapan ikan) yang tidak hanya dari orang luar namun juga dari
penduduk setempat dengan kebutuhan yang meningkat dalam ukuran
dan jumlah.
Deklarasi dibuat di Desa Verevere baru-baru ini oleh Bose Vanua
Nakorotubu yang memberikan dorongan upaya konservasi ini
setelah serangkaian diskusi tingkat desa, kabupaten, dan propinsi
selama dua tahun sejak tahun 2005. Bose Vanua Cokovata
Nakorotubu adalah adalah lembaga tradisional beranggotakan 24
Turaga ni Yavusa (ketua-ketua) dari lima sub-kabupaten Bure,
Kavula, Nakorotubu, Navitilevu dan Nakuilava.
Kegiatan secara formal diluncurkan oleh Bpk. Joe Murphy dari Kedutaan
Amerika di Suva dan disaksikan lebih dari 200 penduduk dari 25 desa
di kabupaten Nakorutubu.
sangat memberi semangat, menyaksikan pergerakan sebuah
masyarakat besar yang telah menyadari pentingnya melindungi
sumberdaya bagi keberlanjutan pemanfaatan. Saya memberi selamat
Anda karena telah mengambil langkah ini, yang bukan untuk orang lain
tapi untuk Anda dan masa depan, ungkap Bpk Murphy.
Mosese Ratu the Mata ni Tikina (perwakilan kabupaten) Nakorotubu
menjelaskan ide tersebut datang setelah mendengar kisah di radio dan
di koran-koran tentang konservasi laut di Verata di Tailevu and Kadavu
dan bagaimana pemilik qoli-qoli di sana telah mulai menangkap ikan
hanya di dekat dengan rumah dan tidak perlu menghabiskan banyak
waktu untuk mencapai terumbu dan tempat-tempat yang jauh .
Ia mengatakan di tahun 2005, sidang perwakilan propinsi Ra
mengundang Institute of Applied Science (IAS) dari Universitas Pasifik
Selatan di Suva untuk memberi penjelasan kepada Ketua-ketua Ra
tentang ide dibalik konservasi laut. Kemudian diserahkan kepada
setiap desa apakah menerima atau menolak ide tersebut.
Mosese mendekati Turaga ni Koro (kepala desa) dalam subkabupatennya, mendorong ide tersebut diimplementasi karena desadesa mereka dekat dengan laut dan kebutuhan segera untuk memulai
melindungi sumberdaya.
Di tahun 2005 kami mengadakan lokakarya pertama di Namarai di
mana kami meminta IAS memberi penjelasan mengapa kami perlu
38

melakukan ini dan kebaikan apa yang akan dihasilkan dan kami
menemukan bahwa ini bukan rencana untuk kami yang hidup saat ini,
tapi rencana untuk 50 tahun yang akan datang dan selanjutnya, ia
menjelaskan.
2

Tikina Nakorotubu mencakup area kurang lebih 513km . Dari pesisir ini
membentang dari desa Namatadamu di Bureivanua yang berjarak dua
jam dari kota Korovou dalam wet Tailevu ke desa Nayavuira yang
berjarak 4 jam dari kota Sugar Cane Vaileka (Rakiraki).

39

Desa-desa di dalam mencakup Bucalevu, satu kilometer dari Nayavu


Government Station dalam rainy Wainibuka.
Dengan 25 desa yang berpopulasi total lebih dari 2000 orang,
Nakorotubu qoliqoli diyakini sebagai satu dari qoliqoli di Fiji yang tinggi
tingkat pemanfaatannya karena terkait dengan lokasinya.
Berlokasi dalam perairan Bligh, Nakorotubu qoliqoli adalah jalur
pelayaran kapal kontainer, feri antar pulau, kapal penangkapan ikan,
dan kapal desa yang bolak-balik dari Viti Levu dan Vanua Levu dengan
jumlah lebih dari 1000 setiap tahunnya. Jalur ini menjadi lebih komplek
oleh adanya jalur pelayaran Vatu-i-ra, satu jalur pelayaran paling sibuk
di Fiji, yang terletak dalam Nakorotubu qoliqoli
Peluncuran Jaringan Tabu ditandai dengan pemasangan signboard
(papan penanda), pemberkahan 10 Tabu reefs (terumbu tabu) oleh
pastur dan perwakilan ketua-ketua, pemberian batas terumbu tabu
dengan pelampung dan upacara tradisional kava yang dilanjutkan
dengan makan bersama. Dalam sebuah acara tradisional dan
bersejarah itu, ke 24 ketua dan semua perwakilan pihak terkait
penting (USP, polisi, dan gereja) hadir
dan minum semangkuk kava yang berarti menunjukkan komitmen pada
kesepakatan yang telah dibangun, pada penegakan tabu dan LMMA,
serta untuk melindungi masa depan penduduk Nakorotubu.
Talatala Qase Nakorotubu Rev Anasa Biturogoiwasa memberkahi
penanda KKP sebelum dipasang sepanjang terumbu Ra. Bpk. dan Ibu
Murphy dan seorang Polisi Nakorotubu mengawasi.
Deklarasi ini penting karena dibuat oleh ketua-ketua para pengguna
laut dan mereka yang vanua-nya berada dalam sungai Wainibuka di
dataran tinggi yang tidak tahu tentang terumbu karang. Deklarasi ini
bergerak maju untuk melihat orang-orang dari bagian
dalam bergaul dan mendiskusikan konservasi laut dengan saudara dari
pantai dan menyadari bahwa ini bukan tentang sekelompok orang
dalam tikina tetapi tentang semua orang Nakorotubu,kata Alivereti
Bogiva, dari IAS yang membantu upaya ini.
KKP-KKP yang direncanakan dan dikelola masyarakat ini, bersama
dengan IAS sebagai anggota Jaringan Locally managed Marine Areas Fiji
(FLMMA), telah menetapkan akan membantu 151 desa sepanjang Fiji
dalam mengambil langkah pertama mereka untuk melindungi sumber
kehidupan mereka dan untuk tidak menunggu pemerintah. Hal ini
terlahir dari kenyataan sebagai pemilik qoli-qoli, tidak ada seorangpun
dari luar akan keberatan untuk melindungi sumber makanan mereka
kecuali pemilik qoli-qoli itu sendiri. Sebuah penelitian biolodi dua
terumbu Nakorotubu di tahun 2006 menemukan
kehidupan karang tampak sehat namun stok ikan rata-rata. Hasil ini
dipresentasikan tahun lalu saat Nakorotubu Youth Rally yang
diadakan di Namarai dengan keyakinan bahwa generasi muda
39

adalah pendorong ideal di balik konservasi laut karena mereka


adalah 40% pengguna sumberdaya kelautan di kabupaten tersebut.

40

Adalah penting memberi penduduk informasi yang relevan tentang


matapencaharian mereka di masa akan datang dan untuk membuat
mereka membuat keputusan berdasar informasi tersebut, ungkap
Bpk. Bogiva
Dengan dana pemerintah yang terbatas serta inisiatif
pembangunan perdesaan yang lemah, penduduk Nakorotubu telah
mengambil langkah untuk pertama kalinya mengkonsolidasi
sumberdaya mereka sebelum mengimplementasi rencana-rencana
pembangunan.
sebuah komponen penting upaya ini adalah adalah kajian untuk
mengetahui bukan hanya nilai biologi namun ke depan juga nilai
ekonomi sumberdaya. Kita telah memulai, dengan hari ini berharap
semoga di saat kita mengetahui nilai terumbu dan kehidupan laut,
kemudian kita dapat menghargainya lebih daripada menggunakannya
tanpa perasaan, kata Alifereti Tawake, seorang ahli biologi laut IAS.
Mr Tawake mengklarifikasi bahwa FLMMA adalah sebuah jaringan
beranggotakan institusi pemerintah, NGO, dan institusi
pembelajaran. Koordinator saat ini adalah Kementrian Perikanan
dengan sekretariat saat ini di kantor Departeman Perikanan di
Draunibota, di Lami.
Ini bukan upaya yang berdiri sendiri karena tidak hanya melibatkan
perguruan tinggi namun sejumlah organisasi dari pemerintah, NGO, dan
institusi lain dan kami semua mencoba memotivasi masyarakat untuk
menciptakan harapan dan bergerak ke arah masa depan yang
berkelanjutan,ungkapnya.

40

Peta Nakorotubu Qoliqoli menunjukkan terumbu yang


ditetapkan sebagai KKP.

41

42

Anda mungkin juga menyukai