Kompetensi
Keteran
gan
Modul ini disusun dengan memanfaatkan materi pelatihan Training
for Trainers : Marine
Protected
Area
Management
yang
disampaikan oleh Tim US National Oceanic and Atmospheric
Administration dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan di
Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan Aertembaga (Juni/Juli
2010) dan BP3 Tegal (Juli 2010), serta rangkaian pelatihan DasarDasar
Pengelolaan
Kawasan
Konservasi
Perairan
yang
diselenggarakan NOAA, USAID-MPAG dan LSM peduli konservasi di
Indonesia. Penyesuaian dilakukan dengan memperhatikan Standar
Kompetensi Kerja Khusus Perencanaan Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan tahun 2013. Penyusunan konsep modul ini
didukung oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP, Direktorat Konservasi
Kawasan dan Jenis Ikan - Ditjen KP3K, dan USAID- Marine Protected
Area Governance.
Saran untuk penyempurnaan modul ini harap
disampaikan kepada: Bidang Penyelenggaraan
Pelatihan,
Pusat Pelatihan Kelautan dan
Perikanan
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan
dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Gedung Mina Bahari III,
Lantai 8
Jl Merdeka Timur Nomor 16,
Jakarta Pusat
email:
bidpp.puslatkp@gmail.com
Sambut
Kepala Pusat an
Pelatihan Kelautan dan Perikanan
Penyelenggaraan rangkaian pelatihan tentang pengelolaan kawasan
konservasi perairan adalah salah satu agenda penting dalam penyiapan
sumberdaya manusia untuk bidang kelautan dan perikanan guna
memenuhi target tahun 2020, yaitu 20 juta hektar kawasan konservasi
perairan yang dikelola secara efektif.
Seiring dengan pemenuhan
kebutuhan sumber daya manusia tersebut, Kementerian Kelautan dan
Perikanan telah memiliki kebijakan untuk mendukung penyelenggaraan
program pelatihan tentang pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama para mitra telah dan
sedang melakukan upaya-upaya khusus menyiapkan tenaga-tenaga
profesional yang kompeten dalam melakukan perencanaan perikanan
berkelanjutan di kawasan konservasi perairan. Modul ini dirancang
untuk membangun salah satu unit kompetensi yang perlu dikuasai
mereka, yaitu "Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan - A.033101.001.01".
Proses penyusunan modul ini melibatkan banyak pihak. Salah satu di
antaranya adalah US NOAA yang memperkenalkan dan sekaligus
berbagi materi pelatihan ini bersama Conservation International, The
Nature Conservancy dan Worldwide Fund for Nature di bentang laut
Kepala Burung, Papua. Selanjutnya, materi pelatihan ini disebarkan
kepada auidens yang lebih luas lagi di Indonesia oleh Tim NOAA,
bersama para pelatih Indonesia dengan dukungan LSM anggota
konsorsium
pelaksana
USAID-CTSP/MPAG,
yaitu
Conservation
International, The Nature Conservancy dan Worldwide Fund for Nature,
Coral Triangle Center dan Wildlife Conservation Society.
Kepada
mereka semua, kami mengucapkan terima kasih.
Kepada Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan, Ditjen Kelautan
Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil, kami mengucapkan terima kasih atas
kerjasamanya dalam menyempurnakan materi pelatihan ini sehingga
substansinya relevan dengan kebijakan dan kebutuhan Ditjen KP3K.
Terakhir, kami mengucapkan terima kasih kepada para pelatih
yang menyampaikan materi pelatihan ini, baik dari kalangan internal
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia maupun Direktorat
Jenderal KP3K, dengan dukungan pihak-pihak yang berpengalaman di
lapangan, terutama dari US NOAA dan kalangan LSM pemerhati
lingkungan serta perguruan tinggi.
Semoga modul pelatihan ini berguna bagi berbagai pihak, terutama
para pelatih, peserta latih dan penyelenggara pelatihan serta pihakpihak penggiat konservasi di tanah air.
Apabila terdapat ketidak-sempurnaan dalam modul
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikannya.
Jakarta,
2014
Desember
ini,
kami
Sambut
an
Dr
Santoso,
MPhil.
Sambut
an
Direktur Konservasi
Kawasan dan Jenis Ikan
Dalam lima tahun terakhir ini, perhatian berbagai pihak terhadap
konservasi kelautan dan perikanan semakin tinggi dan sangat
menggembirakan. Akselerasi dalam penyiapan sumber daya manusia
yang dikemas sebagai program pengembangan kapasitas pengelolaan
kawasan konservasi perairan semakin terlihat jelas setelah Deklarasi
Coral Triangle Initive dalam World Ocean Conference pada tahun 2009
di Manado.
Saat ini, kita menyaksikan adanya penyelenggaraan
program pengembangan kapasitas yang semakin terpadu yang diwarnai
dengan keterlibatan banyak pihak yang berpengalaman dan kompeten
(khususnya dari kalangan LSM lingkungan) yang bekerja sama
dengan kalangan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
Modul berjudul "Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan - A.033101.001.01" ini memuat substansi dasar
yang perlu dikuasai pengelola kawasan konservasi dalam mengelola
kawasan konservasi perairan.
Ada banyak hal yang perlu ditangani
oleh para petugas di lapangan, tidak hanya terkait sumber daya
alam, tetapi juga masyarakat yang ada di dalamnya serta para
pemanfaat sumber daya yang ada di dalam kawasan.
Kepada para mitra yang telah dan sedang melakukan upaya-upaya
peningkatan pengembangan kapasitas pengelolaan kawasan konservasi
perairan, di antaranya adalah US NOAA, Conservation International,
Worldwide Fund for Nature, Coral Triangle Center dan Wildlife
Conservation Society, kami mengucapkan terima kasih.
Kepada Kepala Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan BPSDM-KP, kami
juga mengucapkan terima kasih atas sinergi dan kerjasama dalam
mengembangkan perangkat dan sistem penyelenggaraan pelatihan
untuk bidang pengelolaan kawasan konservasi perairan.
Output
yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah tenaga profesional yang
memiliki pengetahuan cukup untuk kemajuan keefektivan pengelolaan
semua kawasan konservasi perairan di Indonesia dan regional.
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada para pelatih yang
menyampaikan materi pelatihan ini, baik dari kalangan internal Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia maupun Direktorat Jenderal
KP3K, US NOAA dan kalangan lembaga swadaya masyarakat di bidang
lingkungan serta perguruan tinggi.
Jakarta,
2014
Desember
Ir Agus Dermawan,
MSi
Sambut
an
vi
Daftar
Isi
Bab 1 KONSEP KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN
.............................................................. 1
1.1 Pengertian kawasan konservasi
perairan....................................................................... 1
1.1.1 Tinjauan umum tentang KKP
....................................................................................... 1
1.1.2 Pentingnya pengelolaan efektif untuk kawasan konservasi
perairan ........................ 1
1.1.3 Definisi kawasan konservasi perairan
........................................................................ 1
1.2 Keaneka-ragaman hayati dan fungsi-fungsinya
............................................................. 2
1.2.1 Biodiversitas dan kesehatan ekosistem: tujuan dan kebutuhan
akan KKP ................ 2
1.3 Tujuan dan sasaran KKP menurut IUCN
......................................................................... 3
1.3.1 Jenis-jenis KKP menurut IUCN
..................................................................................... 3
1.3.2 Penamaan kawasan konservasi perairan berdasarkan tingkat
perlindungan ............ 5
1.3.3 Tujuan-tujuan KKP menurut
IUCN............................................................................... 5
1.4 Mengidentifikan tujuan dan sasaran kawasan konservasi menurut
IUCN .................... 6
1.4.1 Jenis-jenis kawasan konservasi perairan di Indonesia
................................................ 7
1.5 Contoh instrumen kebijakan konservasi perairan
......................................................... 9
1.5.1 Instrumen kebijakan KKP di tingkat global
.................................................................. 9
1.5.2 Instrumen kebijakan KKP di tingkat regional
.............................................................. 11
1.5.3 Instrumen kebijakan KKP di tingkat nasional
.............................................................. 16
Bab 2 CARA MEMILIH LOKASI
KKP........................................................................................ 19
2.1 Pinsip-prinsip dalam memilih lokasi
KKP........................................................................ 19
2.2 Kriteria pemilihan lokasi KKP
.......................................................................................... 20
Bab 3 PENDEKATAN YANG DITERAPAN DALAM PENGELOLAAN KKP
.................................. 21
3.1 Pendekatan-pendekatan umum dalam mengelola
KKP................................................. 21
3.1.1 Pelarangan
...................................................................................................................
21
3.1.2 Pembatasan
................................................................................................................. 21
vii
viii
kawasan
1.1.1
Tinjauan umum
tentang KKP
Kawasan konservasi perairan (KKP) penting untuk melindungi
keanekaragaman hayati dan menjaga kesehatan dan jasa ekosistem.
KKP dapat berdiri sendiri atau dalam sebuah jaringan. KKP adalah alat
pengelolaan tambahan bagi program Pengelolaan Pesisir Terpadu
(PPT).
Terdapat ribuan KKP di seluruh dunia yang dibangun oleh masyarakat
lokal dan pemerintah atau oleh lembaga nasional. Ukuran KKP tersebut
berkisar 5-10 hektar hingga
38 juta hektar, namun sebagian besar berukuran lebih kecil dari ukuran
terluas tersebut.
Tidak ada satupun model paling tepat untuk sebuah KKP karena semua
model berbagi tujuan konservasi keanekaragaman hayati dan banyak
program KKP dalam proses pengelolaannya bergantung pada
keikutsertaan para pihak.
Meski banyak KKP telah berjalan, persentase kawasan pesisir dan laut
yang masuk dalam kawasan yang dilindungi masih relatif sedikit. Juga
masih ada kebutuhan besar untuk mempelajari pembuatan desain,
perencanaan, dan pengelolaan KKP. Menjadi sebuah kesempatan
berharga jika ada kesempatan semua pihak yang terlibat dalam
pengelolaan KKP untuk duduk bersama dan berbagi pengetahuan dan
pengalaman.
1.1.2
Pentingnya pengelolaan
kawasan konservasi perairan
efektif untuk
kawasan
ataupun cagar alam, adalah sebuah KKP. KKP dapat pula berdekatan
dengan dan/atau mencakup area daratan.
Di Indonesia, kawasan konservasi perairan (KKP) didefinisikan sebagai
sebuah kawasan perairan yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi
untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya ikan dan lingkungannya
secara berkelanjutan.
1.2
Keaneka-ragaman hayati dan
fungsi-fungsinya
1.2.1
Biodiversitas dan kesehatan ekosistem: tujuan
dan kebutuhan akan KKP
Biodiversitas adalah cara singkat untuk menyebut keanekaragaman
hayati, sebuah terminologi
yang mengacu pada variabilitas dan
variasi di antara makhluk hidup dan ekosistem.
Biodiversitas
bermakna variasi antar organisme dalam beragam tingkatan,
mencakup tingkat genetik, spesies (jenis), dan komunitas, serta variasi
dan variabilitas dalam habitat dan ekosistem di mana mereka berada.
Terdapat lebih banyak jumlah jenis organisme di daratan (~1,5 juta
jenis) di lautan (~250.000 yang telah diketahui). Meski demikian, lautan
memiliki lebih banyak ragam tingkat taksonomi yang lebih tinggi
(misalnya tingkat kelas dan filum). Dari sekitar 33 filum atau subfilum
dikerajaan hewan, setidaknya 32 diantaranya hidup di lautan dan
sekitar 15-nya hanya ada di lautan (Norse 1993).
Biodiversitas penting bagi fungsi ekosistem, integrasi ekosistem dan
ekologi, kesehatan ekosistem dan jasa-jasa ekosistem. Sebuah
ekosistem adalah komunitas organisme beserta habitatnya yang
berfungsi sebagai satu unit yang saling berhubungan, yaitu:
1)
45 menit
1.3
Tujuan dan sasaran KKP
menurut IUCN
1.3.1
Jenis-jenis KKP
menurut IUCN
Melalui World Commission on Protected Areas (WCPA) IUCN telah
menetapkan enam (VI) kategori kawasan yang dilindungi yang
semuanya memiliki nilai penting yang setara. Setiap
negara
memiliki tanggung jawab menentukan kawasan yang dilindungi
di negaranya sesuai kategori tersebut dengan menggunakan
panduan IUCN. Sebuah kawasan yang dilindungi dikategorikan sebagai
satu dari kategori berikut ini, tergantung pada tujuan utama
pengelolaan. Catatan: keenam kategori saat ini sedang dikaji ulang
untuk dimodifikasi.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
Ib
II
III
IV
VI
Definisi/Tujuan
konservasi
perairan
Sebuah negara dapat saja memiliki sistem sendiri dalam memberi nama
KKP-nya sesuai tingkat perlindungan yang dibutuhkan. Filipina
contohnya, memiliki beberapa jenis KKP sebagai berikut:
1) Marine Protected Area (Kawasan Konservasi Perairan):
kawasan laut yang dilindungi oleh peraturan perundangan
atau mekanisme lain serta dikelola berdasar aturan atau
panduan khusus dalam rangka mengatur kegiatan dan
melindungi sebagian atau seluruh lingkungan pesisir dan
laut.
2) Marine Sanctuary (Cagar Alam Laut): KKP yang melarang semua
kegiatan ekstraktif, seperti penangkapan ikan serta pengumpulan
cangkang, rumput laut, dan lain-lain. Sebuah cagar alam laut
dapat digunakan untuk mengontrol kegiatan lain termasuk akses
masuk, dengan tujuan melindungi ekosistem di area tertentu.
3) Marine Reserve (Cadangan Laut): KKP di mana Cagar Alam
diberlakukan pada sebagian area, tetapi akses dan aktifitas
tetap dikendalikan, seperti berkapal, pemasangan jangkar, dan
beragam teknik penangkapan ikan. Sebuah cadangan dapat
menerapkan zonasi yang didalamnya dapat saja terdapat cagar
alam.
4) Marine Park (Taman Laut): sebuah KKP yang mendorong kegiatan
edukasi,
rekreasi, dan perlindungan. Sebuah Taman Laut biasanya dibagi
dalam zonasi yang dapat saja mencakup kawasan cadangan
dan/atau cagar alam.
Penting untuk dicatat bahwa tingkat perlindungan sebuah cagar alam
laut, cadangan laut dan taman laut di satu negara dapat berbeda di
negara lain.
1.3.3
Tujuan-tujuan KKP
menurut IUCN
Perencanaan dan pengelolaan suatu KKP harus mengikuti tujuan yang
diinginkan. Di tingkat internasional, IUCN dalam Sidang Umumnya ke-17
tahun 1988 mengadopsi satu rangkaian tujuan KKP secara global:
1) Melindungi dan mengelola perwakilan penting sistem laut dan
estuaria untuk menjamin kelangsungan hidup jangka panjang
serta menjaga keanekaragaman genetik;
2) Melindungi jenis dan populasi yang menurun, terancam, jarang
atau genting, dan secara khusus melindungi habitat yang
penting bagi kelangsungan hidup jenis- jenis tersebut;
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
30 menit
1.4
Mengidentifikan tujuan dan sasaran kawasan konservasi
menurut IUCN
1.4.1
30 menit
QuickTim e and a
decom pres s or
are needed to s ee this picture.
1.5
Contoh instrumen kebijakan
konservasi perairan
Terdapat tekanan di tingkat nasional dan internasional untuk
membangun KKP dan jejaring. Di manapun kamu mencari, baik dalam
literatur ilmiah atau dalam keberlanjutan masyarakat lokal,
terdapat
pertimbangan dan kebutuhan akan KKP. Kawasan anda tidak
membentuk dan mengelola KKP dalam isolasi, sebaliknya, KKP-KKP yang
ada di dalamnya hadir dalam konteks lebih luas.
Untuk dapat membentuk dan mengelola KKP secara efektif sehingga
mereka mampu mencapai sasaran yang diharapkan, adalah penting
untuk memahami kerangka kebijakan penetapan KKP. Beberapa
panduan dan perangkat kebijakan di tingkat internasional, regional dan
lokal, termasuk yang disebutkan di bawah ini.
1.5.1
Instrumen kebijakan KKP di
tingkat global
Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the
Sea, UNCLOS, 1994,
150
negara)
UNCLOS membagi lautan ke dalam dua
wilayah berbeda:
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
1
0
Pembangunan
Berkelanjutan
(World
10
11
Sidang Umum
PBB
Sidang Umum PBB memiliki diskusi tahunan tentang laut dan telah
menghasilkan sejumlah resolusi dan rekomendasi. Setiap negara
diwajibkan membuat program- program tingkat nasional, regional dan
internasional untuk menghentikan kehilangan biodiversitas laut,
terutama ekosistem yang rapuh, serta mewajibkan negara untuk
membangun dan memfasilitasi beragam perangkat, termasuk KKP.
1.5.2
Instrumen kebijakan KKP di
tingkat regional
Terdapat latar belakang sejarah yang kuat kerjasama multilateral dalam
segitiga terumbu karang (Coral Triangle). Sebagian besar mekanisme
multilateral yang ada saat ini dibangun untuk kepentingan ekonomi,
seperti ASEAN; Asia Pacific Economic Cooperation (APEC); Brunei,
Indonesia; Malaysia, Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP-EAGA);
dan
the Melanesia Spearhead Group (MSG). Beberapa mekanisme
multilateral secara khusus berfokus pada sumberdaya pesisir dan
kelautan, seperti the South Pacific Regional Environment
Program (SPREP), Forum Fisheries Agency (FFA), dan Regional
Fisheries Management
Organizations (RFMOs)
Akhir-akhir ini, karena kepedulian akan isu pesisir dan laut telah
meningkat, pemerintah di kawasan ini telah membentuk serangkaian
mekanisme kerjasama multilateral yang berfokus pada sumberdaya
pesisir dan laut, seperti perjanjian tiga negara pada Sulu- Sulawesi Seas
Marine Ecoregion dan the Bismarck Solomon Seas Marine Ecoregion,
serta the Arafura and Timor Seas Experts Forum (ATSEF). Sebagai
tambahan, Pertemuan ke-2
APEC
Ocean-related
Ministerial
Meeting
(AOMM2)
di
Bali
(September 2005) menghasilkan Bali Plan of Action on Oceans and
Coasts (2006), yang telah ditandatangani oleh sebagian besar
pemerintah Coral Triangle Initiative (CTI). (Diambil dari Coral Triangle
Initiative Regional Plan of Action).
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
11
12
12
13
13
14
14
15
metode-metode
terbaik
untuk
15
16
16
diringkaskan dalam Ginting (2002) dan DKP (2002) yang diacu oleh
Patlis (2005).
Undang-undang No 32/2004 menetapkan kawasan pesisir yang
didesentralisasi kepada pemerintah propinsi hingga 12 mil laut dari
garis pantai dan kepada pemerintah kabupaten hingga satu pertiga
perairan propinsi ke arah laut dari garis pantai. Melalui UU ini,
pemerintah pusat memiliki kewenangan dan jurisdiksi untuk
melakukan eksplorasi, konservasi, mengolah dan eksploitasi
sumberdaya dari 12 hingga 200 mil laut, khususnya dalam ZEE.
Pemerintah Pusat juga memiliki hak untuk mengimplementasi
peraturan perundangan jalur pelayaran. UU itu secara tegas
mencatat bahwa hak penangkapan ikan secara tradisional tidak
boleh dibatasi oleh batas-batas desentralisasi. Ini berarti nelayan
tradisional memiliki akses menangkap
17
(Larangan)
yang
pada
secara
17
PER.02/MEN/2009
tentang
Tata
Cara
18
Permen
KP
Nomor
Penetapan Status
Perlindungan Jenis
Ikan.
PER.03/MEN/2010
tentang
Tata
Cara
Permen
KP
Nomor
PER.04/MEN/2010
Pemanfaatan Jenis Ikan dan
Genetik
Ikan
tentang
Tata
Cara
Kepulauan
Solomon
Ko n st it u si mengakui bahwa rakyat Kepulauan Solomon
akan menghargai dan mengangkat tradisi budaya yang berbedabeda dan bahwa Parlemen akan membuat aturan untuk
melaksanakan hukum tradisionoal yang secara khusus menghargai
adat, nilai-nilai, dan aspirasi rakyat Kepulauan Solomon.
Un d an g-Und an g Pe rikan an - memberi tanggung jawab
perikanan pesisir dan lautan pada kesembilan propinsi. Parlemen
propinsi dapat menetapkan peraturan untuk menjalankan fungsi
penting pengelolaan perikanan, termasuk mengambil langkahlangkah untuk pembangunan perikanan; mendaftarkan hak
penangkapan ikan secara tradisional, batas-batas dan individu
pemilik hak tersebut; menetapkan waktu buka dan tutup untuk
penangkapan jenis tertentu atau untuk suatu area dalam perairan
propinsi; menetapkan area yang tertutup bagi penangkapan ikan;
dan membangun perlindungan laut.
Fiji
18
te
ru
m
bu
at
au
di
s
h
ell
fis
h
19
dibatasi atau dilarang. The Fifth Schedule to the Act (Regulasi 11)
mengijinkan
pembuatan
perlindungan
laut
yang
melarang
penangkapan ikan kecuali dengan jaring tangan, wading net,
tembakan atau jala dan pancing. Menteri dapat menetapkan musimmusim yang membatasi atau melarang penangkapan, juga memiliki
wewenang penuh untuk mengatur hal lain berhubung dengan
konservasi, perlindungan dan perawatan suatu stok ikan yang
memang dibutuhkan. Masyarakat dapat pula menerapkan lokasi
tabu dalam area qoliqoli yang mereka tetapkan, dengan menutup
akses bagi penangkap ikan melalui sistem perijinan diceritakan di
atas.
Berdasar UU Perikanan saat ini, tidak memungkinkan membangun
kawasan dilindung di area yang kegiatan perikanan dilarang secara
tegas. Sementara penangkap ikan komersial dan tradisional
membutuhkan ijin untuk memasuki suatu area qoliqoli, pengecualian
berlaku terhadap metode penangkapan tertentu. Ini berarti tidak
memungkinkan secara hukum bagi masyarakat untuk menetapkan
kawasan yang dilindungi tanpa penetapan Departemen. Kawasan
dilindungi yang ditetapkan oleh Menteri juga memiliki pengecualian
terhadap metode penangkapan tertentu.
Bab 2 CARA MEMILIH
LOKASI KKP
2.1
19
20
20
21
Pelarangan
Pembatasan
21
daripada
22
Tujuan:
yang
tepat
untuk
Tugas:
22
Waktu:
30 menit
23
3.3
Kaitan antara pengelolaan pesisir terpadu
dan keberadaan KKP
3.3.1
Konsep pengelolaan
pesisir terpadu
Sasaran pengelolaan pesisir adalah meningkatkan kualitas hidup
manusia
yang bergantung
pada
sumberdaya
pesisir,
serta
mempertahankan keanekaragaman hayati dan produktivitas ekosistem
pesisir. Pengelolaan sumberdaya pesisir (PSP) mencakup perencanaan,
implementasi, dan monitoring pemanfaatan sumberdaya pesisir secara
berkelanjutan.
Pengelolaan Pesisir Terpadu (PPT) adalah sebuah proses partisipatif
pengelolaan sumberdaya pesisir.
Pengelolaan
ini
menekankan
integrasi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, kepentingan
sektoral dan publik dalam menyiapkan dan mengimplementasi seluruh
rencana perlindungan dan pembangunan ekosistem dan sumberdaya
pesisir.
Mengintegrasi memberi makna menyatukan semua bagian; bersatu
dengan hal lain; membuat bagian dari unit yang lebih besar;
menyatukan. PPT menekanan kebutuhan untuk:
1) Integrasi melintasi ekosistem-ekosistem dan tidak berhenti di
ujung perairan;
2) Integrasi melintasi institusi akademis, melampaui disiplin ilmu
apapun;
3) Integrasi melintasi berbagai level pemerintah berikut badanbadan di bawahnya;
dan
4) Integrasi melintasi kebijakan-kebijakan terutama ada
tumpang tindih hukum, rencana
5) dan program.
Pengelolaan pesisir terpadu bertujuan menjembatani batas antara
pemerintah lokal, pemerintah pusat, kelompok masyarakat dan LSM.
PPT juga bertujuan meningkatkan dan mengintegrasi proses-proses
administratif, kebijakan dan pengaturan yang memberi bentuk dan
pengaruh pada pengelolaan pesisir
23
Gambar 1.
Siklus pengelolaan pesisir terpadu yang dimulai dari
pengumpulan data (data collection), penyusunan rencana (planning),
pelaksanaan rencana ( implementation), dan proses
pemantauan
(monitoring) (White 1997).
Yang sangat penting dalam PPT adanya kebutuhan akan pengelolaan
kolaboratif (collaborative management) atau co-management, di mana
semua pihak terkait berpartisipasi dalam pengelolaan. PSP dan PPT
yang sukses seringkali bergantung pada elemen pengelolaan kolaboratif
berikut ini:
1) Semua pihak terkait memiliki satu suara dalam pengelolaan
sumberdaya pesisir
2) Berbagi tanggung jawab pengelolaan sesuai dengan kewenangan
antara organisasi
3) masyarakat dan beragam level pemerintah, meski dalam banyak
kasus pemerintah berasumsi bertanggung jawab pada semua
kebijakan dan fungsi-fungsi koordinasi
4) Tujuan-tujuan sosial, budaya, dan ekonomi adalah bagian yang
terintegrasi dalam kerangka kerja pengelolaan.
Program-program PPT biasanya dipusatkan dalam badan koordinasi atau
komite yang beranggotakan dan mewakili semua sektor dan pihak
terkait. Pertemuan rutin sebaiknya diadakan sehingga ada pertukaran
informasi dan sejumlah tindakan dapat diambil dalam mengatasi isu
yang dihadapi wilayah pesisir. Pengelola atau perwakilan KKP sebaiknya
berpartisipasi dalam pertemuan tersebut. Dengan demikian PPT dapat
digunakan untuk mengatasi aktivitas yang dapat berdampak negatif
pada KKP namun tidak dapat dikendalikan melalui pengelolaan KKP.
Sebagai contoh adalah polusi, limbah pertanian, pembangunan
pelabuhan atau daerah aliran sungai (DAS) dan bantaran sungai.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
24
25
Waktu :
30 menit
3.3.2
Posisi KKP dalam pengelolaan
pesisir terpadu
PPT adalah sebuah kerangka kerja pengelolaan sementara KKP adalah
sebuah area berciri tertentu yang akan dikelola. Sebuah KKP dapat
dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan di luar KKP dan KKP yang
efektif akan menciptakan keuntungkan bagi wilayah pesisir yang lebih
luas.terdapat hubungan yang kuat antara KKP dengan daratan dan
perairan yang berdekatan, dalam bentuk arus, jenis yang bermigrasi,
penyebaran larva, pertukaran nutrisi, dan proses lain. KKP perlu
diintegrasikan ke pengelolaan pesisir. PPT menyediakan sebuah
kerangka kerja dengan KKP menjadi komponen pentingnya untuk
melindungi biodiversitas dan kesehatan ekosistem. KKP akan lebih
efektif dan sukses ketika diimplementasikan dalam proses-proses PPT.
Strategi &
rencana
PPT
Representati
ve system of
MPAs
Koordina
si
pendana
an
Perencanaan DAS
Analisis
dampak lingkungan
Mekanis
me
koordinas
i
Pendekat
an
partisipat
if
Instrumen
pengaturan
Monitoring
d
an
Instrumen
evaluasi
ekonomi
Resolu
si
konflik
25
26
4.2
Atribut atau ciri
jejaring KKP
4.2.1
Keterkaitan
ekologi
KKP-KKP dalam sebuah jaring berhubungan dan berinteraksi
melalui keterkaitan ekologi hubungan alami antar KKP serta di masingmasing KKP yang meningkatkan fungsi ekologi dan keuntungan kepada
setiap KKP. Sebuah jaringan dapat menjamin fungsi ekosistem dalam
skala temporal dan spasial dimana sistems ekologi bekerja. Keterkaitan
ekologi mencakup:
1) Habitat di sekitar atau yang berhubungan (seperti terumbu
karang dan padang lamun) penyebaran larva secara teratur
dalam kolom air di antara dan dalam KKP- KKP
2) Penempelan larva secara teratur dari satu KKP ke KKP lain
26
27
4.3
Mengapa beberapa KKP
perlu berjejaring?
Jejaring dibangun pada beragam tingkatan dan ini adalah konsep
yang amat penting karena individual KKP sering kali tidak punya
kapasitas untuk mengelola semua aspek KKP, tapi secara kolektif,
sebuah jaringan regional mungkin saja dapat. Jejaring dapat saja
berbasis sosial, biogeografi (atau biofsik), ekologi, atau pengelolaan
umum, dan lainya. Sebagai contoh di Eastern Tropical Pacific Seascape
(ETPS), KKP-KKP di empat negara (Panama, Costa Rica, Ekuador dan
Kolombia) membentuk sebuah unit pengelolaan tunggal. Presiden
negara-negara ETPS di tahun 2002 menandatangani sebuah perjanjian
untuk mengelola ETPS sebagai sebuah bentang laut. Perjanjian itu
tidak menjelaskan bagaimana mengatur batas-batas negara-negara
yang berbeda dengan kerangka kerja legal yang berbeda. Daripada
memfokuskan pada aspek hukum, mereka memilih fokus pada isu-isu
bersama memungkinkan mereka untuk membangun pendekatan
pengelolaan bersama untuk perikanan dan wisata. Dengan kata lain,
seascape itu mengadopsi sebuah pendekatan bersama untuk mengatasi
beragam isu. Hal yang sama juga pada isu-isu ekologi - sebagai contoh
bagaimana kamu mengatakan efek El Nino sepanjang bentang laut
tersebut? Jawabannya adalah dengan mengadopsi protokol monitoring
dan indikator bersama dan mengkomunikasikan hasilnya ke semua
anggota.
Keuntungan-keuntungan
jaringan KKP : A
Keuntungan
ekologi
1) Memastikan bahwa habitat laut yang paling berharga
setidaknya dilindungi sebagian
2) Memastikan bahwa jenis-jenis yang terancam,rentan atau
dieksploitasi berlebih di area tertentu akan memiliki ruang habitat
yang cukup untuk terus bereproduksi.
3) memastikan bahwa beberapa larva limpahan dari satu KKP
dapat menempel dalam wilayah jelajahnya
4) meningkatkan produksi perikanan di satu area karena produksi
dan penyebaran larva dan efek limpahan ikan dimaksimalkan
melalui perencanaan
B
Keuntungan
sosial
1) Membangun kapasitas dalam pengelolaan KKP
melintasi badan-badan pengelolaan KKP secara individu
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
27
28
30 menit
28
29
Sumber-Sumber
Perpustakaan
A
Sumber-Sumber
Perpustakaan
Modul ini disusun dengan memanfaatkan materi pelatihan Training for
Trainers : Marine Protected Area Management yang disampaikan oleh
Tim US National Oceanic and Atmospheric Administration dalam
pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan di Balai Pendidikan dan
Pelatihan Perikanan Aertembaga (Juni/Juli 2010) dan BP3 Tegal (Juli
2010), serta rangkaian pelatihan Dasar-Dasar Pengelolaan Kawasan
Konservasi Perairan yang diselenggarakan NOAA, USAID-MPAG dan LSM
peduli konservasi di Indonesia. Penyesuaian dilakukan dengan
memperhatikan Standar Kompetensi Kerja Khusus Perencanaan
Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan tahun 2013. Penyusunan
konsep modul ini didukung oleh Pusat Pelatihan BPSDM-KP, Direktorat
Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan - Ditjen KP3K, dan USAID-Marine
Protected Area Governance.
Penyusunan modul ini merupakan
bagian dari upaya untuk mewujudkan pelatihan berbasis kompetensi.
Daftar
Pustaka
Sebagian besar dari materi ini diambil atau dimodifikasi dari materi
pelatihan Training for Trainers : Marine Protected Area Management
yang disampaikan oleh Tim US National Oceanic and Atmospheric
Administration dengan bahan bacaan sebagai berikut:
Coral Triangle Initiative Regional Plan of Action. Published by Interim
Regional CTI Secretariat. www.cti-secretariat.net.
Francis, J., R., Johnstone, T., vant Hof, C., van Zwol, and D.
Sadacharan. (Eds). 2001.
Training for the sustainable management of Marine Protected
Areas. A training manual for MPA managers. The Coastal Zone
Management Center, the Netherlands, The World Bank, UDSM and
WIOMSA. 209pp.
Gubbay, S. 1995. Marine protected areas past, present and future.
p.1. In S. Gubbay (ed.) Marine Protected Areas: Principles and
techniques for management. Chapman and Hall, London.
Gubbay, S. and S. Welton. 1995 The voluntary approach to conservation
of marine areas. p. 199. In Gubbay, S. (ed.) Marine Protected
Areas: principles and techniques for management. Chapman and
Hall, London.
IUCN 2004. Managing Marine Protected Areas: A Toolkit for the
Western Indian Ocean.
Menjelaskan Prinsip-Prinsip Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
29
Diversity:
30
Patis, J.M. 2005. The role of law and legal institutions in determining the
sustainability of integrated coastal management projects in
Indonesia. Ocean and Coastal Management 48: 450-467.
Salm, R. and A. Price. 1995. Selection of marine protected areas.
p.15. In Gubbay, S. (ed.) Marine Protected Areas: principles and
techniques for management. Chapman and Hall, London.
Siry, H.Y.2006. Decentralized Coastal Zone Management in Malaysia
and Indonesia: A Comparative Perspective1Coastal Management,
34:267285,
White, A.T. 1997. Planning for Integrated Coastal Management: what
are the steps?
Tambuli 3, p15.
White, A.T., P.M. Alino and A. T. Meneses.
2005.
Creating and
Managing Marine Protected Areas in the Philippines.
Fisheries
Improved for Sustainable Harvest Project, Coastal Conservation
and Education Foundation, Inc. and University of the Philippines
Marine Science Institute, Cebu City, Philippines. p.83
B Materi Pelatih
Materi yang disiapkan pelatih berupa materi presentasi slide, lembar
kerja, pegangan peserta, dan poster yang diperlukan dalam proses
pelatihan.
C Media Visual
Materi modul dalam bentuk tayangan film dengan menyebutkan
judul, penerbit dan tahun penerbitan.
D Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan
1.
Daftar
Peralatan/Mesin
a.
White board
Laptop
d. Proyektor Infocus
e.
2.
Daftar Bahan
a.
Modul pelatihan
b. Buku-buku referensi
c.
d. Gambar-gambar kawasan
konservasi perairan e.
Kertas koran
polos
f.
30
g.
31
i.
Kelengkapan
peserta j.
Alat
tulis kantor
31
Lampiran
32
Bioma
Ekoregion
Jenis/Spesies
Organisme
Gen
Ecosistem
Habitat
kelompok jenis
Catatan:
Terminologi habitat dan ekosistem seringkali dapat
dibalik. Sebuah habitat menjadi ekosistem ketika
semua proses-proses ekologi dibutuhkan untuk
mendukung organisme-organisme yang di dalamnya.
Hutan mangrove, terumbu karang, dan padang lamun,
masing-masing adalah habitat dan juga ekosistem.
Suatu area yang lebih luas yang memiliki mangrove,
terumbu, dan padang lamun yang saling berkaitan,
masing-masing juga adalah ekosistem karena
proses-proses ekologi yang terjadi antara
Menjelaskan Prinsip-Prinsipterdapat
Dasar
Pengelolaan
Kawasan Konservasi Perairan
33
Prosesproses
ekologi
Endemik
34
Taksonomi
(dan
diagram)
3
4
Penelitian ilmiah
Perlindungan hidupan liar
Preservasi jenis/keanekaragaman genetik
Menjaga jasa-jasa lingkungan
Perlindungan karakteristik alam atau
budaya
Turisme dan rekreasi
Pendidikan
Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya
dari
ekosistem
alami budaya/tradisional
Menjaga atribut
VI
3
2
1
1
3
3
3
1
Keterangan
1 : Obyektif utama
2 : Obyektif kedua (sekunder)
3 : Obyektif
potensial
diterapkan
Contoh-contoh KKP di setiap kategori IUCN (Gubbay 1995)
Kategori Jenis
Contoh-contoh di laut
I a dan b
Perlindungan ketat
II
Konservasi ekosistem
dan
rekreasi
III
IV
Konservasi karakteristik
alami
Konservasi
dengan
pengelolaan aktif
Konservasi bentang
darat/bentang laut
dan rekreasi
VI
Pemanfaatan
berkelanjutan
alamikawasan
Cagarekosistem
Alam ketat:
Ia:
dilindungi dikelola terutama untuk ilmu
pengetahuan
Ib: Suaka margasatwa: kawasan dilindungi dikelola terutama untuk
melindungi hidupan liar
35
36
2.
3.
4.
Praktis
a. Ukuran, apakah layak secara biologi? Seimbangkan
ukuran berdasar aspek-aspek kelayakan dan komunitas.
b. Apakah akan menyebabkan penurunan pendapatan/mata
pencaharian masyarakat?
c. Apakah pendanaan tersedia untuk membangun dan
menjalankannya?
d. Apakah ada leading group?
36
5.
Kriteria lain
a. Urgensi seberapa besar masyarakat butuh atau
menginginkan KKP?
b. Efektivitas seberapa berguna nanti KKP bagi
masyarakat dan dapatkah dikelola?
Ukuran dan bentuk
KKP
37
b.
38
melakukan ini dan kebaikan apa yang akan dihasilkan dan kami
menemukan bahwa ini bukan rencana untuk kami yang hidup saat ini,
tapi rencana untuk 50 tahun yang akan datang dan selanjutnya, ia
menjelaskan.
2
Tikina Nakorotubu mencakup area kurang lebih 513km . Dari pesisir ini
membentang dari desa Namatadamu di Bureivanua yang berjarak dua
jam dari kota Korovou dalam wet Tailevu ke desa Nayavuira yang
berjarak 4 jam dari kota Sugar Cane Vaileka (Rakiraki).
39
40
40
41
42