A.
Tumor wilms ( nefroblastoma ) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
emrional primitive di ginjal.( Ilmu Kesehatan Anak 1985)
Wilms tumor merupakan tumor ginjal yang terjadi pada anak ( asuhan
keperawatan pada anak 2006)
pada
anak
anak(availablet:http/groups.or.id/wikipedia/id/s/h/o/html.ascces.Mo)
Tumor Wilma adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari
metanefrosis.Nama lain dari tumor ini adalah nefrobalstoma atau embrioma
renal(available
at;http/koas
kamar
13.wordpress.com/2007/11/21/tumor-
wilms/)
Nefroblastoma
Adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak-anak terutama pada
usia kurang 10 tahun, sering pada usia 3,5 tahun. Sering disebut juga tumor Wilm
atau karsinoma sel embrional. Sering diiukuti kelainan bawaan seperti :
Aniridia
Hemihipertropi
Anomali organ urogenital.
Neoplasma saluran kemih
Nefroblastoma
2. Epidemiologi/Penyebaran
Tumor wilms merupakan tumor ganas ginjal yang terbanyak pada bayi dan
anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di bawah 6 tahun, dengan puncak
insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga dijumpai pada neonatus.
Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak.
Insiden penyakit ini hampir sama di setiap negara, karena tidak ada
perbedaan ras, iklim dan lingkungan, yaitu diperkirakan 8 per 1 juta anak di
bawah umur 15 tahun. Perbandingan insiden laki-laki dan perempuan hampir
sama. Lokasi tumor biasanya unilateral, lebih sering di sebelah kiri, bisa juga
bilateral (sekitar 5%)
3. Etiologi/Penyebab
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron
akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 834 minggu. Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk
merintis jalan ke arah pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi
germinal atau somatik, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain
yang juga menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor Wilms diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme genetik yang
berkaitan dengan penyakit ini, belum sepenuhnya diketahui. Pada penderita
sindrom WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi genital dan retadasi mental)
memperlihatkan adanya delesi sitogenetik pada kromosom 11, daerah p13. Pada
beberapa penderita, ditemukan gen WT1 pada lengan pendek kromosom 11,
daerah p13. Gen WT1 secara spesifik berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai
faktor transkripsi yang diduga bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor
Wilms.
4. Patofisiologi
Tumor Wilms tersusun dari jaringan blastema metanefrik primitif.
Disamping itu tumor ini sering mengandung jaringan yang tidak biasanya terdapat
pada metanefron normal, misalnya jaringan tulang, tulang rawan dan epitel
skuamous. Gambaran histologik yang sangat beragam merupakan suatu ciri dari
tumor Wilms. Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel
blastema dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran
histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu
tumor risiko rendah (favourable), tumor risiko sedang dan tumor risiko tinggi
Faktor Transkripsi
pendarahan
Perut kembung
Gangguan
citra tubuh
Invasi tumor
Menembus
ginjal
Imobilitas fisik
Menembus system
pervekaliser
Suplai
darah
Anemia
Penatalaksa
naan
Intoleransi
aktivitas
PK :
Hiperten
si
Ansietas
Protein tumor
Mual, muntah
Ris. Infeksi
Perubahan proses
Oedema
Iskemi Jaringan
Kelemahan
keluarga
Gangg.filtrasi reabsopsi
difiltrasi
Nyeri
PK : Sepsis
PK : Metatstase ke
hepar,paru,tulang,otak
PK : Ruptur tumor
Produksi
rennin
Hematuria
Kerusakan Integritas
kulit
Penekanan
pembuluh
darah pd
ginjal
Reaksi
anafilaksis
BB Menurun
Hipertermia
Ggn Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Stadium
The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi 5 stadium tumor
Wilms, yaitu :
Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini
dapat di reseksi dengan lengkap.
Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar
7. Pemeriksaan Fisik
1.
2.
hemihipertropi,
genitalia
external
abnormal
(hipospadia,
8. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis tumor Wilms berdasarkan atas :
CT scan atau MRI perut
Rontgen perut
Rontgen dada (Untuk melihat adanya penyebarantumor ke dada)
Pemeriksaan darah lengkap (mengkin akan menunjukan anemia)
BUN
Kreatinin
Urinalisis (Analisa air kemih, bisa menunjukan adanya darah atau protein
dalam air kemih)
Pemeriksaan radiologik (IVP dan USG)
tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl
mandelic acid (VMA) dalam batas normal.
9. Prognosis
Beberapa faktor menentukan prognosis, yaitu ukuran tumor, gambaran
histopatologik, umur penderita dan stadium atau tingkat penyebaran tumor.
Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah penderita yang mempunyai
ukuran tumor masih kecil, tingkat diferensiasi sel tinggi secara histopatologik,
stadium masih dini atau belum ada metastasis dan umur penderita di bawah dua
tahun.
10. Penatalaksanaan
Kombinasi terapi bedah dan kemoterapi yang disertai atau tanpa disertai
radiasi dilakukan berdasarkan pola histologik dan stadium klinis tumor.
Pembedahan harus dijadwalkan secepatnya setelah diperoleh konfirmasi
keberadaan massa ginjal,biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam sampai 48 jam
setelah pasien masuk rumah sakit.Insisi transabdominal yang luas dikerjakan
untuk menghasilkan visualisasi rongga abdomen yang optimal.Tumor,ginjal yang
terkena dan kelenjar adrenal didekatnya .Pengangkatan tumor harus dilakukan
dengan hati-hati sekali untuk menjaga keutuhan tumor terbungkus dalam kapsul
tumor karena rupture pada tumor ini dapat menyebarkan sel-sel kanker di seluruh
abdomen,saluran limfe dan aliran darah.Ginjal kontraklateral harus diinspeksi
dengan saksama untuk menemukan bukti adanya penyakit atau disfungsi.
B.
I.
Biodata
A. Indentitas pasien
1. Nama : Tn
2. Suku/bangsa :
3. Agama :
4. Status Perkawinan :
5. Pendidikan/Pekerjaan :
6. Bahasa yang digunakan :
7. Alamat :
8. Kiriman dari :
B. Pertanggungjawaban
Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema
paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba ,
auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan
oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan
gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tibatiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
Pola eliminasi :
Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.
VI. Psikososial
A. Psikologis
1. Persepsi klien terhadap penyakit :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
2. Konsep diri :
3. Keadaan emosi :
4. Kemampuan adaptasi :
5. Mekanisme pertahanan diri :
B. Sosial
C. Spiritual
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
B. Head to toe
Diagnosa Keperawatan
1. Ganguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan taruma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder akibat tumor wilms
2. Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi : mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam
kehidupan.
3. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang
dialami, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan tumor wilms dan penyimpangan rasa,
mual.
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder
akibat pembesaran perut.
Perencanaan
1. Diagnosa keperawatan 1
Ganguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan taruma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder akibat tumor wilms
Ditandai dengan :
Data Subjektif :
Data Objektif :
Nadi cepat
: 110/60-140/90 mmHg
Pernapasan
: 12-20x/menit
Denyut nadi
: 60-100x/menit
Suhu aksila
: 36,8-37,2oC
Intervensi :
1. Kaji nyeri dengan PQRST, yaitu kaji faktor yang menyebabkan nyeri,
kualitas dan kuantitas nyeri, cari lokasi nyeri, lamanya dan intensitas (010) nyeri, perhatikan tanda-tanda non verbal seperti peningkatan gelisah,
merintih, menggelepar.
2. Diagnosa keperawatan 2.
Dx : Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi : mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 30 menit
diharapkan anggota keluarga pasien menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Kriteria Hasil :
-
Intervensi :
1. Perhatikan komponen keluarga, adanya keluarga besar dan orang lain, misalnya
teman atau tetangga.
R/ : Membantu untuk mengetahui siapa yang ada untuk membantu perawatan /
memberikan dukungan, memberikan dorongan, dan ada bila diperlukan.
2. Identifikasi pola komunikasi dalam keluarga dan pola interaksi antara anggota
keluarga.
R/ : Memberikan informasi tentang keefektifan komunikasi dan mengidentifikasi
masalah yang mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membantu pasien dan
menilai positif pada diagnosa / pengobatan tumor.
3. Kaji harapan peran dari anggota keluarga dan dorong diskusi tentang hal ini
R/ : Setiap orang dapat melihat situasi dalam cara mereka sendiri, dan identifikasi
jelas serta pembagian harapan ini meningkatkan pemahaman.
4. Hadapi anggota keluarga dengan cara yang hangat, perhatian, dan menghargai.
Berikan informasi (verbal/tertulis) dan tekankan bila perlu.
R/ : Memberi perasaan empati dan meningkatkan rasa harga diri individu dan
kompeten dalam kemampuan untuk mengatasi situasi saat ini.
5. Dorong ekspresi yang tepat tentang marah tanpa reaksi negatifpada mereka.
R/ : Perasaan marah diharapkan bila individu menghadapi kesulitan / potensial
penyakit fatal dari tumor. Ekspresi yang tepat memungkinkan kemajuan kearah
resolusi pada tahap proses berduka.
6. Akui kesulitan tentang situasi misalnya, diagnosa dan pengobatan tumor,
kemungkinan kematian.
R/ : Mengkomunikasikan penerimaan realitas pasien/keluarga.
7. Tekankan pentingnya dialog terbuka kontinu anatra anggota keluarga.
R/ : Meningkatkan pemahaman dan membantu anggota keluarga untuk
mempertahankan komunikasi jelas dan mengatasi masalah dengan efektif.
Evaluasi :
Dx : Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi : mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan.
S:-
O:
-
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi
3. Diagnosa keperawatan 3.
Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami,
dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapakan rasa
cemas pasien berkurang dengan criteria hasil :
-
Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai
berkurang
Tindakan
Independen:
-
4. Diagnosa Keperawatan 4
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan tumor wilms dan penyimpangan rasa,
mual.
Rencana tindakan :
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 10 x 24 jam
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dalam kaitannya dengan aktivitas dan
kebutuhan metabolic.
Dengan kriteria hasil :
Berat badan pasien ideal (10 kg)
Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.
2.
Ukur tinggi badan, berat badan dan ketebalan lipat kulit trisep(pengukuran
antropometrik sesuai indikasi).
Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutriosi protein-kalori, khususnya
bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.
3.
Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sering.
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
(untuk menghilangkan produksi sisa). Suplemen dapat memainkan peran
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.
4.
5.
6.
7.
2.
= tujuan terpenuhi
5. Diagnosa Keperawatan 5
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakakan keperawatan selama 2 x 24 jam, pasien
dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil :
1.
2.
3.
4.
Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji faktor yang dapat menimbulkan kelemahan( ketidakseimbangan cairan &
elektrolit)
R/ Menyediakan informasi yang cukup tentang kelemahan
2. Pertahanakan tirah baring/ dorong istirahat adekuat dan berikan bantuan
dengan perawatan dan aktivitas yang diinginkan.
R/ Menurunkan konsumsi oksigen/ kerja jantung.
Kalaborasi
1. Awasi kadar eletrolit termasuk kalsium, magnesium dan kalium
R/ Ketisakeimbangan dapat mengganggu fungdi neuromuskular yang
memerlukan peningkatan penggununaan energi untuk menyelesaikan tugas dan
potensial perasaan lelah.
6.Diagnosa Keperawatan 6
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder akibat
pembesaran perut.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit, gangguan
integritas kulit tidak terjadi
Dengan kriteria hasil :
-
Tidak plebitis
R/
Intervensi : Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet
pada daerah yang tertekan
R/