Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN TUMOR WILMS

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi/Pengertian

Tumor wilms ( nefroblastoma ) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel
emrional primitive di ginjal.( Ilmu Kesehatan Anak 1985)

Wilms tumor merupakan tumor ginjal yang terjadi pada anak ( asuhan
keperawatan pada anak 2006)

Tunor wilms merupakan bentuk paling umum keganasan ( Malignancy)


ntraabdominal

pada

anak

anak(availablet:http/groups.or.id/wikipedia/id/s/h/o/html.ascces.Mo)

Tumor wilms (nefroblastoma) adalah kanker ginjal yang ditemukan pada


anak-anak,biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5
tahun tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa
(available at;http:/dr lize kedokteran,bloggspot.com//2008/02/wilm tumor)

Tumor Wilma adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari
metanefrosis.Nama lain dari tumor ini adalah nefrobalstoma atau embrioma
renal(available

at;http/koas

kamar

13.wordpress.com/2007/11/21/tumor-

wilms/)
Nefroblastoma
Adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak-anak terutama pada
usia kurang 10 tahun, sering pada usia 3,5 tahun. Sering disebut juga tumor Wilm
atau karsinoma sel embrional. Sering diiukuti kelainan bawaan seperti :
Aniridia
Hemihipertropi
Anomali organ urogenital.
Neoplasma saluran kemih
Nefroblastoma
2. Epidemiologi/Penyebaran
Tumor wilms merupakan tumor ganas ginjal yang terbanyak pada bayi dan
anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di bawah 6 tahun, dengan puncak

insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga dijumpai pada neonatus.
Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak.
Insiden penyakit ini hampir sama di setiap negara, karena tidak ada
perbedaan ras, iklim dan lingkungan, yaitu diperkirakan 8 per 1 juta anak di
bawah umur 15 tahun. Perbandingan insiden laki-laki dan perempuan hampir
sama. Lokasi tumor biasanya unilateral, lebih sering di sebelah kiri, bisa juga
bilateral (sekitar 5%)
3. Etiologi/Penyebab
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron
akibat tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk
menghasilkan tubuli dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan
blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 834 minggu. Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk
merintis jalan ke arah pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi
germinal atau somatik, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain
yang juga menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat
keturunan yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus
Tumor Wilms diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme genetik yang
berkaitan dengan penyakit ini, belum sepenuhnya diketahui. Pada penderita
sindrom WAGR (tumor Wilms, aniridia, malformasi genital dan retadasi mental)
memperlihatkan adanya delesi sitogenetik pada kromosom 11, daerah p13. Pada
beberapa penderita, ditemukan gen WT1 pada lengan pendek kromosom 11,
daerah p13. Gen WT1 secara spesifik berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai
faktor transkripsi yang diduga bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor
Wilms.
4. Patofisiologi
Tumor Wilms tersusun dari jaringan blastema metanefrik primitif.
Disamping itu tumor ini sering mengandung jaringan yang tidak biasanya terdapat
pada metanefron normal, misalnya jaringan tulang, tulang rawan dan epitel

skuamous. Gambaran histologik yang sangat beragam merupakan suatu ciri dari
tumor Wilms. Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel
blastema dan stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran
histopatologik tumor Wilms dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu
tumor risiko rendah (favourable), tumor risiko sedang dan tumor risiko tinggi

Faktor Transkripsi

Tdk Ada stimuli duktus metanefron

Produksi gen WT1 krom 11,P13

Tidak ada diferensiasi tubuli dan glumeruli

Patologik metanefron (blastema)

TUMOR WILMS (NEFROBLASTOMA)

pendarahan

Gumpalan darah pada


saluran kencing

Perut kembung

Gangguan
citra tubuh

Invasi tumor

Menembus
ginjal

Imobilitas fisik

Infiltrasi tumor ked lm


system khalik

Menembus system

pervekaliser

Suplai
darah

Retensi Na dan air

Anemia

Penatalaksa
naan

Intoleransi
aktivitas

PK :
Hiperten
si

Kelebihan Volume cairan

Ansietas

Protein tumor

Mual, muntah

Ris. Infeksi
Perubahan proses

Oedema

Iskemi Jaringan

Kelemahan

keluarga

Gangg.filtrasi reabsopsi

difiltrasi

Nyeri

PK : Sepsis
PK : Metatstase ke
hepar,paru,tulang,otak
PK : Ruptur tumor

Produksi
rennin

Darah tdk dpt

Hematuria
Kerusakan Integritas
kulit

Penekanan
pembuluh
darah pd
ginjal

Reaksi
anafilaksis

BB Menurun
Hipertermia
Ggn Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

5. Gejala Tumor Wilms


Perut membesar (misalnya memerlukan popok yang berukuran lebih besar)
Nyeri perut
Demam
Malaise (merasa tidak enak badan)
Nafsu makan berkurang
Mual dan Muntah
Sembelit
Pertumbuhan berlebih pada salah satu sisi tubuh (hemihipertrofi)
Bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi)
Bisa menyebar kebagian tubuh lainnya, terutama paru-paru, dan menyebabkan
batuk serta sesak nafas
Bisa terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih)
6. Klasifikasi
Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik tumor
Wilms dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu :
-

tumor risiko rendah (favourable),


tumor risiko sedang
tumor risiko tinggi (unfavourable)

Stadium
The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi 5 stadium tumor
Wilms, yaitu :

Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini
dapat di reseksi dengan lengkap.

Stadium II

Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan
sekitar ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar

limfe para-aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.


Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke hepar,

peritoneum dan lain-lain.


Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,otak dan
tulang.

7. Pemeriksaan Fisik
1.

Anamnesa : apakah ada keluarga yang menderita willms


tumor, penyakit yang menyertai, riwayat keluarga untuk kanker, kelainan
kongenital, tumor jinak.

2.

Diagnosa fisik : tekanan darah, berat badan, tinggi badan,


hepar, lien, pembesaran kelenjar getah bening, massa abdomen (tempat dan
ukuran).
Anomali

hemihipertropi,

genitalia

external

abnormal

(hipospadia,

criptosidism, duplikasi ureteral, ektopik ginjal), stigmata dari sindroma


beckwith-wiedeman : aniridia, hamartroma.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis tumor Wilms berdasarkan atas :
CT scan atau MRI perut
Rontgen perut
Rontgen dada (Untuk melihat adanya penyebarantumor ke dada)
Pemeriksaan darah lengkap (mengkin akan menunjukan anemia)
BUN
Kreatinin
Urinalisis (Analisa air kemih, bisa menunjukan adanya darah atau protein
dalam air kemih)
Pemeriksaan radiologik (IVP dan USG)

Dengan pemeriksaan IVP Pielogram intravena tampak distorsi sistem


pielokalises (perubahan bentuk sistem pielokalises) dan sekaligus

pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui fungsi ginjal.


USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor
solid dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG,

tumor Wilms nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal.


Laboratorium
LDH
-

Hasil pemeriksaan laboratorium yang penting yang menunjang untuk

tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase (LDH) meninggi dan Vinyl
mandelic acid (VMA) dalam batas normal.

9. Prognosis
Beberapa faktor menentukan prognosis, yaitu ukuran tumor, gambaran
histopatologik, umur penderita dan stadium atau tingkat penyebaran tumor.
Mereka yang mempunyai prognosis yang baik adalah penderita yang mempunyai
ukuran tumor masih kecil, tingkat diferensiasi sel tinggi secara histopatologik,
stadium masih dini atau belum ada metastasis dan umur penderita di bawah dua
tahun.
10. Penatalaksanaan
Kombinasi terapi bedah dan kemoterapi yang disertai atau tanpa disertai
radiasi dilakukan berdasarkan pola histologik dan stadium klinis tumor.
Pembedahan harus dijadwalkan secepatnya setelah diperoleh konfirmasi
keberadaan massa ginjal,biasanya dilakukan dalam waktu 24 jam sampai 48 jam
setelah pasien masuk rumah sakit.Insisi transabdominal yang luas dikerjakan
untuk menghasilkan visualisasi rongga abdomen yang optimal.Tumor,ginjal yang
terkena dan kelenjar adrenal didekatnya .Pengangkatan tumor harus dilakukan
dengan hati-hati sekali untuk menjaga keutuhan tumor terbungkus dalam kapsul
tumor karena rupture pada tumor ini dapat menyebarkan sel-sel kanker di seluruh
abdomen,saluran limfe dan aliran darah.Ginjal kontraklateral harus diinspeksi
dengan saksama untuk menemukan bukti adanya penyakit atau disfungsi.

Jika kedua ginjal sudah terkena tumor,anak dapat diterapi dengan


radioterapi atau kemoterapi sebelum dilakukan pembedahan untuk memperkecil
ukuran tumor sehingga memungkinkan pembedahan lebih konservatif.
Terapi radiasi pasca bedah diindikasikan pada anak-anak yang memiliki
tumor besar,metatasis,penyakit sisa pasca bedah hasil pemeriksaan histologik
yang tidak menguntungkan atau yang memiliki tumor yang kambuh
kembali.Kemoterapi diindikasikan untuk semua stadium.Agens yang paling fektif
unuk menangani tumor wilms adalah aktinomisin D (aktinomisin),vinkristin, dan
adriamisin dengan penambahan siklofosfamid jika hasil pemeriksaan histologik
tidak menguntungkan atau bila penyakitnya sudah dalam stadium lanjut.Durasi
terapi bervariasi dan berkisar dari 6 sampai 15 bulan.
Modalitas pengobatan tumor Wilms terdiri dari, operasi (pembedahan),
kemoterapi dan radioterapi yaitu :
1. Pada tumor stadium I dan II dengan jenis sel favorable, dilakukan operasi
dengan kombinasi kemoterapi dactinomycin dan vincristin tanpa pemberian
radiasi abdomen.
2. Tumor stadium III dengan jenis sel favorable diberikan pengobatan
pembedahan dengan kombinasi daktinomisin, vinkristin dan doksorubisin
disertai radiasi abdomen.
3. Untuk tumor stadium IV dengan jenis sel favorable, diberikan kombinasi
daktinomisin, vinkristin dan doksorubisin. Penderita ini mendapat pula radiasi
abdomen dan paru bila sudah ada penyebaran ke dalam jaringan paru.
4. Pada kasus stadium II sampai IV dengan jenis sel anaplastik (unfavorable)
diberikan pengobatan pembedahan dengan kombinasi daktinomisin, vinkristin
dan doksorubisin ditambah siklofospamid. Pada penderita ini menerima pula
radiasi abdomen dan paru.

B.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


PENGKAJIAN

I.

Biodata
A. Indentitas pasien
1. Nama : Tn
2. Suku/bangsa :
3. Agama :
4. Status Perkawinan :
5. Pendidikan/Pekerjaan :
6. Bahasa yang digunakan :
7. Alamat :
8. Kiriman dari :
B. Pertanggungjawaban

II. Alasan masuk rumah sakit


A. Alasan dirawat :
B. Keluhan utama :
III. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sebelum sakit ini :
B. Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengeluh kencing berwarna seperti cucian
daging, bengkak sekitar mata dan seluruh tubuh. Tidak nafsu makan, mual ,
muntah dan diare. Badan panas hanya sutu hari pertama sakit.
C. Riwayat kesehatan keluarga :
IV. Informasi Khusus
A. Masa Balita
1. keadaan bayi lahir
2. riwayat sehari - hari
V. Aktivitas hidup sehari-hari

Pada Klien dengan kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus
karena adanya hiperkalemia. Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya
kelainan jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan mobilisasi
duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normal selama 1 minggu. Adanya edema
paru maka pada inspeksi terlihat retraksi dada, pengggunaan otot bantu napas, teraba ,
auskultasi terdengar rales dan krekels , pasien mengeluh sesak, frekuensi napas.
Kelebihan beban sirkulasi dapat menyebabkan pemmbesaran jantung [ Dispnea,
ortopnea dan pasien terlihat lemah] , anemia dan hipertensi yang juga disebabkan
oleh spasme pembuluh darah. Hipertensi yang menetap dapat menyebabkan gagal
jantung. Hipertensi ensefalopati merupakan gejala serebrum karena hipertensi dengan
gejala penglihatan kabur, pusing, muntah, dan kejang-kejang. GNA munculnya tibatiba orang tua tidak mengetahui penyebab dan penanganan penyakit ini.
Pola tidur dan istirahat :
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena adanya uremia.
keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan kehilangan tonus

Pola nutrisi dan metabolik:


Suhu badan normal hanya panas hari pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban
sirkulasi karena adanya retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh
tubuh. Klien mudah mengalami infeksi karena adanya depresi sistem imun. Adanya
mual , muntah dan anoreksia menyebabkan intake nutrisi yang tidak adekuat. BB
meningkat karena adanya edema. Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.

Pola eliminasi :

Eliminasi alvi tidak ada gangguan, eliminasi urin : gangguan pada glumerulus
menyebakan sisa-sisa metabolisme tidak dapat diekskresi dan terjadi penyerapan
kembali air dan natrium pada tubulus yang tidak mengalami gangguan yang
menyebabkan oliguria sampai anuria ,proteinuri, hematuria.

VI. Psikososial
A. Psikologis
1. Persepsi klien terhadap penyakit :
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema dan
perawatan yang lama. Anak berharap dapat sembuh kembali seperti
semula
2. Konsep diri :
3. Keadaan emosi :
4. Kemampuan adaptasi :
5. Mekanisme pertahanan diri :
B. Sosial
C. Spiritual
VII. Pemeriksaan fisik
A. Keadaan umum :
B. Head to toe

VIII. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan labolatorium tidak banyak membantu, hanya dapat


ditemukan laju endap darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan
hematuria. Bila kedua kelainan labolatorium ini ditemukan, maka prognosis
diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang
ditemukan klsifikasi didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori,
penekanan dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises. Dari pemeriksaan
renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang memasuki masa tumor. Foto
thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.

Diagnosa Keperawatan
1. Ganguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan taruma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder akibat tumor wilms
2. Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi : mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam
kehidupan.
3. Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang
dialami, dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
4. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan tumor wilms dan penyimpangan rasa,
mual.
5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder
akibat pembesaran perut.

Perencanaan
1. Diagnosa keperawatan 1
Ganguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan taruma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder akibat tumor wilms
Ditandai dengan :

Data Subjektif :

Klien mengeluh nyeri pada saat berkemih

Data Objektif :

Tekanan darah meningkat

Nadi cepat

Tes lab menyatakan pasien mengalami hematuria

Klien berada pada nyeri tingkat berat

Nyeri pasien berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dari 9 menjadi 4


Dengan kriteria:
Nyeri hilang / terkontrol
Tampak rileks, mampu tidur / istirahat dengan tepat
Hasil pengukuran TTV dalam batas normal yaitu :
Tekanan darah

: 110/60-140/90 mmHg

Pernapasan

: 12-20x/menit

Denyut nadi

: 60-100x/menit

Suhu aksila

: 36,8-37,2oC

Intervensi :
1. Kaji nyeri dengan PQRST, yaitu kaji faktor yang menyebabkan nyeri,
kualitas dan kuantitas nyeri, cari lokasi nyeri, lamanya dan intensitas (010) nyeri, perhatikan tanda-tanda non verbal seperti peningkatan gelisah,
merintih, menggelepar.

R/ : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan


kalkulus, serta untuk mengetahui penyebaran nyeri sehingga lebih
fokus melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
2. Ukur TTV
R/ : untuk mengetahui kondisi umum pasien
3. Berikan posisi yang nyaman sesuai dengan kebutuhan
R/ : memberikan rasa nyaman kepada pasien
4. Ajari teknik relaksasi, misalnya : distraksi, relaksasi progressif, guide
imagery, nafas dalam, dan sebagainya.
R/ : membantu mengurangi rasa nyeri pasien dan dapat membuat pasien
lebih relaks
5. Berikan kompres hangat pada area nyeri
R/ : menghilangkan ketegangan otot dan dapat menurunkan reflek spasme.
Kolaborasi :

Beri analgesic sesuai indikasi


R/ : mengurangi rasa nyeri pasien

2. Diagnosa keperawatan 2.
Dx : Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi : mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 x 30 menit
diharapkan anggota keluarga pasien menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik/terapi
Kriteria Hasil :
-

Anggota keluarga dapat mengekspresikan perasaan dengan bebas

Mendemontrasikan keterlibatan individu dalam proses pemecahan


masalah yang diarahkan pada solusi yang tepat pada situasi

Mendorong dan memungkinkan anggota keluarga yang sakit mengatasi


situasi dengan caranya sendiri

Intervensi :

1. Perhatikan komponen keluarga, adanya keluarga besar dan orang lain, misalnya
teman atau tetangga.
R/ : Membantu untuk mengetahui siapa yang ada untuk membantu perawatan /
memberikan dukungan, memberikan dorongan, dan ada bila diperlukan.
2. Identifikasi pola komunikasi dalam keluarga dan pola interaksi antara anggota
keluarga.
R/ : Memberikan informasi tentang keefektifan komunikasi dan mengidentifikasi
masalah yang mempengaruhi kemampuan keluarga untuk membantu pasien dan
menilai positif pada diagnosa / pengobatan tumor.
3. Kaji harapan peran dari anggota keluarga dan dorong diskusi tentang hal ini
R/ : Setiap orang dapat melihat situasi dalam cara mereka sendiri, dan identifikasi
jelas serta pembagian harapan ini meningkatkan pemahaman.
4. Hadapi anggota keluarga dengan cara yang hangat, perhatian, dan menghargai.
Berikan informasi (verbal/tertulis) dan tekankan bila perlu.
R/ : Memberi perasaan empati dan meningkatkan rasa harga diri individu dan
kompeten dalam kemampuan untuk mengatasi situasi saat ini.
5. Dorong ekspresi yang tepat tentang marah tanpa reaksi negatifpada mereka.
R/ : Perasaan marah diharapkan bila individu menghadapi kesulitan / potensial
penyakit fatal dari tumor. Ekspresi yang tepat memungkinkan kemajuan kearah
resolusi pada tahap proses berduka.
6. Akui kesulitan tentang situasi misalnya, diagnosa dan pengobatan tumor,
kemungkinan kematian.
R/ : Mengkomunikasikan penerimaan realitas pasien/keluarga.
7. Tekankan pentingnya dialog terbuka kontinu anatra anggota keluarga.
R/ : Meningkatkan pemahaman dan membantu anggota keluarga untuk
mempertahankan komunikasi jelas dan mengatasi masalah dengan efektif.
Evaluasi :
Dx : Risiko tinggi terhadap perubahan proses keluarga berhubungan dengan krisis
situasi : mempunyai anak yang menderita penyakit yang mengancam kehidupan.
S:-

O:
-

Anggota keluarga dapat mengekspresikan perasaan dengan bebas

Mendemontrasikan keterlibatan individu dalam proses pemecahan


masalah yang diarahkan pada solusi yang tepat pada situasi

Mendorong dan memungkinkan anggota keluarga yang sakit mengatasi


situasi dengan caranya sendiri

A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi

3. Diagnosa keperawatan 3.
Cemas/takut berhubungan dengan krisis situasi, pengobatan , perubahan status
kesehatan, takut mati, ditandai oleh mengekspresikan masalah yang sedang dialami,
dan merasa tidak berdaya, ketakutan, gelisah.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapakan rasa
cemas pasien berkurang dengan criteria hasil :
-

Pasien dapat mengungkapkan perasaan cemasnya secara verbal

Mengakui dan mau mendiskusikan ketakutannya, rileks dan rasa cemasnya mulai
berkurang

Mampu menanggulangi, mampu menggunakan sumber-sumber pendukung untuk


memecahkan masalah yang dialaminya.

Tindakan
Independen:
-

Bina kerjasama pasien dengan keluarganya


Pasien merasa lebih tenang bila dekat dengan keluarganya

Pertahankan lingkungan yang tenang dengan meminimalkan stimulasi. Usahakan


perawatan dan prosedur tidak menggaggu waktu istirahat.
Cemas berkurang oleh meningkatkan relaksasi dan pengawetan energi yang
digunakan.

Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi.


Memberi kesempatan untuk pasien untuk mengendalikan kecemasannya dan
merasakan sendiri dari pengontrolannya.

Identifikasi persepsi pasien dari pengobatan yang dilakukan


Menolong mengenali asal kecemasan/ketakutan yang dialami

Dorong pasien untuk mengekspresikan kecemasannya.


Langkah awal dalam mengendalikan perasaan-perasaan yang teridentifikasi dan
terekspresi.

Membantu menerima situsi dan hal tersebut harus ditanggulanginya.


Menerima stress yang sedang dialami tanpa denial, bahwa segalanya akan
menjadi lebih baik.

Sediakan informasi tentang keadaan yang sedang dialaminya.


Menolong pasien untuk menerima apa yang sedang terjadi dan dapat mengurangi
kecemasan/ketakutan apa yang tidak diketahuinya. Penentraman hati yang palsu
tidak menolong sebab tidak ada perawat maupun pasien tahu hasil akhir dari
permasalahan itu.

Identifikasi tehnik pasien yang digunakan sebelumnya untuk menanggulangi rasa


cemas.
Kemampuan yang dimiliki pasien akan meningkatkan sistem pengontrolan
terhadap kecemasannya

4. Diagnosa Keperawatan 4
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhuungan dengan
status hipermetabolik berkenaan dengan tumor wilms dan penyimpangan rasa,
mual.
Rencana tindakan :
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 10 x 24 jam
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dalam kaitannya dengan aktivitas dan
kebutuhan metabolic.
Dengan kriteria hasil :
Berat badan pasien ideal (10 kg)

Pasien tidak mengalami mual dan muntah


Pengukuran antropometrik sesuai indikasi
Anoreksia pasien berkurang
Intervensi :
1.

Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian
tentang makanan sesuai indikasi.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi.

2.

Ukur tinggi badan, berat badan dan ketebalan lipat kulit trisep(pengukuran
antropometrik sesuai indikasi).
Rasional : Membantu dalam identifikasi malnutriosi protein-kalori, khususnya
bila berat badan dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.

3.

Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien, dengan masukan
cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sering.
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan
(untuk menghilangkan produksi sisa). Suplemen dapat memainkan peran
penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat.

4.

Ciptakan suasana makan malam yang menyenangkan, dorong pasien untuk


berbagi makanan dengan keluarga.
Rasional : Membuat waktu makan lebih menyenangkan, yang dapat
meningkatkan masukan.

5.

Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan


sedang sebelum makan.
Rasional : Dapat mencegah awitan atau menurunkan beratnya mual,
penurunan anoreksia, dan memungkinkan pasien meningkatkan masukan oral.

6.

Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.


Rasional : Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemotrapi mulai secara
umum tidak berespons terhadap obat antiemetik. Perubahan lingkungan
pengobatan atau rutinitas pasien pada hari pengobatan mungki8n efektif.

7.

Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.

Rasional : Sering sebagai sumber distres emosi, khususnya untuk orang


terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila
pasien menolak. Orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi.
Kolaborasi :
1.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi : Fenotiazin misalnya : proklorperasin,


tietilperazin; Antidopaminergik misalnya : metoklorparamid.
Rasional : kebanyakan antiemetik bekerja untuk mempengaruhi stimulasi
pusat muntah sejati dan kemoreseptor bekerja mentriger agen zona juga
bertindak secara perifer untuk menghambat peristaltik balik.

2.

Berikan Vitamin A, D, E, dan B6


Rasional : Mencegah kekurangan karena penurunan absorpsi vitamin larut
lemak, defisiensi B6 dapat memperberat depresi, peka rangsang.
Evaluasi :
S

= pasien mengatakan nafsu makannya meningkat, dan mual muntahnya


berkurang.

= Berat badan pasien ideal (10kg); Antropometrik pasien normal.

= tujuan terpenuhi

= Pertahankan kondisi pasien.

5. Diagnosa Keperawatan 5
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan secara menyeluruh.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakakan keperawatan selama 2 x 24 jam, pasien
dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil :
1.

TD : turun dari 140/100 menjadi 120/90

2.

Nadi : kembali ke batas normal ( 60 -100 x/menit)

3.

Pernapasan : kembali dalam batas normal ( 12 - 20


x/menit .

4.

Pasien tidak merasa kelelahan & kelemahan

Intervensi :
Mandiri :
1. Kaji faktor yang dapat menimbulkan kelemahan( ketidakseimbangan cairan &
elektrolit)
R/ Menyediakan informasi yang cukup tentang kelemahan
2. Pertahanakan tirah baring/ dorong istirahat adekuat dan berikan bantuan
dengan perawatan dan aktivitas yang diinginkan.
R/ Menurunkan konsumsi oksigen/ kerja jantung.
Kalaborasi
1. Awasi kadar eletrolit termasuk kalsium, magnesium dan kalium
R/ Ketisakeimbangan dapat mengganggu fungdi neuromuskular yang
memerlukan peningkatan penggununaan energi untuk menyelesaikan tugas dan
potensial perasaan lelah.
6.Diagnosa Keperawatan 6
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilitas sekunder akibat
pembesaran perut.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama di rumah sakit, gangguan
integritas kulit tidak terjadi
Dengan kriteria hasil :
-

Perdarahan sudah berkurang

Tidak ada rash

Tidak ada iritasi

Tidak plebitis

Intervensi : Lakukan pencegahan perdarahan

R/

: untuk menghentikan pembesaran pada perut / edema pada perut

Intervensi : Kaji kulit bayi dari tanda-tanda kemerahan, iritasi, rash, lesi dan lecet
pada daerah yang tertekan
R/

: untuk mengetahui risiko terjadinya infeksi

Anda mungkin juga menyukai