DISUSUN OLEH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas karuniaNYA sehingga mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini. Kepada
dosen pembimbing juga saya ucapkan terima kasih karena telah
membantu memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ini yang
berjudul Pengawasan dalam manajemen kesehatan.
Makalah ini membahas tetang fungsi manajemen dalam pelayanan
kesehatan. Manajemen yang diterapkan di bidang kesehatan, juga
mengacu kepada konsep manajemen yaitu melalui fungsi-fungsi ;
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).
Tetapi yang akan dikupas pada makalah ini adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan controlling atau dengan istilah lain yaitu: pengawasan.
Kami sebagai penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
dengan baik bagi pembacanya, terutama bagi mahasiswa S1 Administrasi
Rumah Sakit dalam mata kuliah Administrasi dan Manajemen Kesehatan.
Kami juga menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
pembuatan makalah ini sehingga kritik dan saran yang sifatnya
membangun
senantiasa
penulis
harapkan
demi
kesempurnaan
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak
saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada
organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi
lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir
sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan
(Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas
termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan
bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi
akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,
biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan
perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran,
sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali
peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan
lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup,
khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya
agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian
ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan
meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,
biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas
lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi
juga akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian toksikologi
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Toksikologi
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Bahan Toksikan
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Toksikologi
4. Untuk Mengetahui Jalur Masuk Dan Tempat Pemaparan
5. Untuk Mengetahui Jalur Waktu Dan Frekuensi Pemaparan
6. Untuk Mengetahui Distribusi Dan Ekskresi Toksikan
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Toksikologi
sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis
tinggi.
Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia
atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut
sebagai hipersensitif , sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat
dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek toksik.
Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis responnya
jarang ditemukan.
Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau bahan
polutan.
Situasi pemaparan
o Akut
pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
o Sub akut
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1 bulan atau
kurang
o Subkronik
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3 bulan
o Kronik
pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3 bulan
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan
pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan
oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan
merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat
menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya
maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis
yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek
toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis
dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik
pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi
tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari
bahan toksi.
Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ
sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan
cidera pada tempat yang kena bahan tersebut (efek lokal), bisa juga efek
sistematik setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke bagian organ lainnya. Efek
toksik ini dapat bersifat reversibel artinya dapat hilang dengan sendirinya atau
irreversibel yaitu akan menetap atau bertambah parah setelah pajanan toksikan
dihentikan. Efek irreversibel (efek Nirpulih) di antaranya karsinjoma, mutasi,
kerusakan syaraf, dan sirosis hati.
Efek toksikan reversibel (berpulih) bila tubuh terpajan dengan kadar yang
rendah atau untuk waktu yang singkat, sedangkan efek terpulih terjadi bila
pajanan dengan kadar yang lebih tinggi dan waktu yang lama (Rukaesih Achmad,
2004:170)
Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara
laboratorium dengan peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992).
Pendekatan eksperimental digunakan dalam analisis bahan berbahaya yang
berpotensi menimbulkan efek dapat dikembangkan pada beberapa tingkat yang
berbeda kompleksitasnya, tergantung pada target dari studi suatu organisasi
misalnya satu spesies, populasi, komuniats atau ekosistem. Hal ini tergantung
pada tipenya seperti panjang dan pendeknya waktu kematian, khronis atau respon
pada sub-khronis, kerusakan reproduktif. Sehingga diperlukan kesepakatan
diantara kenyataan ekologi dan kesederhanaan dalam prosedur serta interpretasi
hasil.
Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian
dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi
paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam
sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut
terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk mencapai
kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik.
Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang
larut dalam lemak seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan
polybrominated biphenyl. Zat ini disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut
yang sederhana dalam lemak netral. Lemak netral ini kira-kira 50 % danberat
badan pada orang yang gemuk dan 20 % dari orang yang kurus. Toksikan yang
daya larutnya tinggi dalam lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam
target organ, sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan.
Toksisitas zat tersebut pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika
disbanding dengan orang yang kurus.
Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa
seperti Flouride, Pb dan strontium. Untuk beberapa toksikan tulang merupakan
v Ekskresi empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik dari darah
setelah diabsorbsi pada saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah
distribusi bahan toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh.
v Rute ekskresi yang lain
Toksikan dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui paru, saluran
pencernaan, cairan cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang
berbentuk gas pada kondisi suhu badan dan volatile liquids dapat diekskresi
melalui paru. Jumlah cairan yang dapat dikeluarkan melalui paru berhubungan
dengan tekanan uap air. Ekskresi toksikan melalui paru ini terjadi secara difusi
sederhana. Gas yang kelarutannya rendah dalam darah dengan cepat diekskresi
sebaliknya yang tinggi kelarutannya seperti chloroform akan sangat lambat
diekskresi melalui paru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelayanan kesehatan, tentunya mengandung unsur-unsur
manajemen di dalamnya. Salah satu unsurnya dalah pengawasan. unsur
ini sangat berperan penting selain unsur perencanaan di dalam
pencapaian tujuan pelayanan kesehatan yang optimal.
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar
pelaksanaan
tujuan
dengan
tujuan-tujuan
nyata
dengan
standar
yang
telah
ditetapkan
sangat
organisasi,
penting
disebabkan
Peningkatan
karena
kompleksitas
perubahan
organisasi,