Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

JALUR MASUK TOKSIKAN (ORAL DAN INHALASI / HIDUNG)

DISUSUN OLEH

Nama : Nurjiran agus


NIM : 14 3145 453 031

PROdi DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas karuniaNYA sehingga mampu menyelesaikan pembuatan makalah ini. Kepada
dosen pembimbing juga saya ucapkan terima kasih karena telah
membantu memberikan bimbingan dalam pembuatan karya tulis ini yang
berjudul Pengawasan dalam manajemen kesehatan.
Makalah ini membahas tetang fungsi manajemen dalam pelayanan
kesehatan. Manajemen yang diterapkan di bidang kesehatan, juga
mengacu kepada konsep manajemen yaitu melalui fungsi-fungsi ;
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan
pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling).
Tetapi yang akan dikupas pada makalah ini adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan controlling atau dengan istilah lain yaitu: pengawasan.
Kami sebagai penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
dengan baik bagi pembacanya, terutama bagi mahasiswa S1 Administrasi
Rumah Sakit dalam mata kuliah Administrasi dan Manajemen Kesehatan.
Kami juga menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam
pembuatan makalah ini sehingga kritik dan saran yang sifatnya
membangun

senantiasa

penulis

harapkan

demi

kesempurnaan

pembuatan makalah selanjutnya.

Makassar, 10 agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan Penulisan.............................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.

Manajemen dalam Pelayanan Kesehatan......................................


Pengertian Pengawasan.................................................................
Jenis-jenis Pengawasan.................................................................
Tipe-tipe Pengawasan.....................................................................
Obyek Pengawasan........................................................................
Tujuan dan Fungsi Pengawasan.....................................................
Teknik-Teknik Pengawasan.............................................................
Tahap-tahap Proses Pengawasan..................................................
Langkah-langkah Proses Pengawasan..........................................
Prinsip pengawasan........................................................................
Pentingnya Pengawasan................................................................
Karakteristik Pengawasan yang efektif...........................................
Manfaat Pengawasan.....................................................................
Standar Pengawasan......................................................................

BAB III PENUTUP......................................................................................


A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak
saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada
organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap
organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi
lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir
sama maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi
lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan
(Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun
kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas
termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan
lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan
bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi
akan meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,
biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan
padat yang meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan
perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran,
sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari
jelas/kerusakan/ cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja
efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan
mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Banyak sekali
peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan
lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan
dan menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi
adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup,
khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya
agen dan interaksi dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian
ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan
meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika,
biologi yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang
meningkat. Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas
lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi
juga akan meningkat.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian toksikologi

2. Klasifikasi Bahan Toksikan


3. Karakteristik Toksikologi
4. Jalur Masuk dan Tempat Pemaparan
5. Jalur Waktu dan Frekuensi Pemaparan
6. Distribusi dan Ekskresi Toksikan

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Toksikologi
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Bahan Toksikan
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Toksikologi
4. Untuk Mengetahui Jalur Masuk Dan Tempat Pemaparan
5. Untuk Mengetahui Jalur Waktu Dan Frekuensi Pemaparan
6. Untuk Mengetahui Distribusi Dan Ekskresi Toksikan

BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Toksikologi

Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari


zat-zat kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang
penilaian secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta
efek yang di timbulkannya.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak
akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama
yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya
dibagi dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk
manusia pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja,
dan pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industriindustri kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek
dari dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan
menghasilkan suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan
antagonistik. Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara
bersamaan membentuk hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosisrespons.
2.2 Klasifikasi Bahan Toksikan
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan :
Organ tujuan : ginjal, hati, system hematopoitik, dll
Penggunaan : peptisida, pelarut, food additive, dll
Sumber : tumbuhan dan hewan
Efek yang ditimbulkan : kanker, mutasi, dll

Bentuk fisik : gas, cair, debu, dll


Label kegunaan : bahan peledak, oksidator, dll
Susunan kimia : amino aromatis, halogen, hidrokarbon, dll
Potensi racun : organofosfat, lebih toksik daripada karbamat
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak
hanya ditinjau dari satu macam klasifiksi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari
beberapa kombinasi dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat
dibagi secara kimiawi, biologi dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk
pengobatan.
2.3 Karakteristik Toksikologi
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan
kimia yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik.
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat
fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin
mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang
timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk
dari paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan
polutan dapat diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda.
Misalnya bahan polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya
melalui oral, maka dapat diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui
intravena memberi reaksi cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan
berbeda maka dapat diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan
masuk kulit dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan
dosis yang lebih rendah maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun

sehingga suatu bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis
tinggi.

v Efek toksik didalam tubuh tergantung pada :

Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia
atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering disebut
sebagai hipersensitif , sedangkan reaksi alergi atau reaksi kepekaannya dapat
dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang menghasilkan efek toksik.
Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah sehingga kurve dosis responnya
jarang ditemukan.

Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau bahan
polutan.

Toksisitas cepat dan lambat


Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah
pemberian bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan
manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa waktu
dari waktu timbul pemberian.

Toksisitas setempat dan sistemik


Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek
setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang
pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi pada
jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi hingga
tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik adalah sistem
syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik, organ viseral dan
kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan target yang paling belakangan.

v Respon toksik tergantung pada :

Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut

Situasi pemaparan

Kerentanan sistem biologis dari subyek

v Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :

Jalur masuk ke dalam tubuh


Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui
saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya. Jalur
lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan
masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan
paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit
dan terhirup, sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.

Jangka waktu dan frekuensi paparan

o Akut
pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
o Sub akut
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 1 bulan atau
kurang
o Subkronik
pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk jangka waktu 3 bulan
o Kronik
pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka waktu lebih dari 3 bulan

Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan
pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan
oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan
merusak sistem syaraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat
menyebabkan leukemia.

Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya
maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis
yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek
toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis
berbeda saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis
dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik
pada kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi
tidak mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari
bahan toksi.

2.4 Jalur Masuk Dan Tempat Pemaparan


Jalur utama bahan toksik untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia
adalah melalui saluran pencernaan atau gastro intestinal (menelan/ingesti, paruparu (inhalasi), kulit (topikal), dan jalur perenteral lainnya (selain saluran
usus/intestinal). Bahan toksik umumnya menyebabkan respon yang paling cepat
bila diberikan melalui jalur intravena.
Disamping itu, jalur masuk dapat mempengaruhi toksisitas dari bahan
kimia. Sebagai contoh, suatu bahan kimia yang didetoksifikasi di hati diharapkan
akan menjadi kurang toksik bila diberikan melalui sirkulasi portal (oral)
dibandingkan bila diberikan melalui sirkulasi sistematik (inhalasi). Pemaparan
bahan bahan toksik dilingkungan industry seringkali sebagai hasil dari
pemaparan melalui inhalasi dan topical, sedangkan keracunan akibat kecelakaan
atau bunuh diri seringkali terjadi melalui ingesti oral.

2.5 Jalur Waktu dan Frekuensi Pemaparan

Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan


percobaan binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan
akibat bahan polutan menjadi 4 kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan
kronis. Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan
masuknya dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi
apabila paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis
bila paparan terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila terulang
lebih dari 3 bulan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan
pertama sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan
oleh paparan ulangannya. Bahan polutan benzena pada pertama akan merusak
sistensim saraf pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan
leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separuhnya
maka efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis
yang diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek.
Penggunaan bahan kimia oleh manusia terutama sebagai bahan baku
didalam industri semakin hari semakin meningkat.walaupun zat kimia yang sangat
toksik sudah dilarang dan dibatasi pemakaiannya, seperti pemakaian tetra-etil
timbal (TEL) pada bensin, tetapi pemaparan terhadap zat kimia yang dapat
membahayakan tidak dapat dielakkan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap manusia bisa bersifat kronik atau
akut. Pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja
(pada kasus bunuh diri atau dibunuh), dan pemaparan kronik biasanya dialami
para pekerja terutama di lingkungan industri-industri kimia.

Efek toksik dari bahan-bahan kimia sangat bervariasi dalam sifat, organ
sasaran, maupun mekanisme kerjanya. Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan
cidera pada tempat yang kena bahan tersebut (efek lokal), bisa juga efek
sistematik setelah bahan kimia diserap dan tersebar ke bagian organ lainnya. Efek
toksik ini dapat bersifat reversibel artinya dapat hilang dengan sendirinya atau
irreversibel yaitu akan menetap atau bertambah parah setelah pajanan toksikan
dihentikan. Efek irreversibel (efek Nirpulih) di antaranya karsinjoma, mutasi,
kerusakan syaraf, dan sirosis hati.
Efek toksikan reversibel (berpulih) bila tubuh terpajan dengan kadar yang
rendah atau untuk waktu yang singkat, sedangkan efek terpulih terjadi bila
pajanan dengan kadar yang lebih tinggi dan waktu yang lama (Rukaesih Achmad,
2004:170)
Di dalam ekotoksikologi komponen yang penting adalah integrasi antara
laboratorium dengan peneltian lapangan (Kenndall and Akerman, 1992).
Pendekatan eksperimental digunakan dalam analisis bahan berbahaya yang
berpotensi menimbulkan efek dapat dikembangkan pada beberapa tingkat yang
berbeda kompleksitasnya, tergantung pada target dari studi suatu organisasi
misalnya satu spesies, populasi, komuniats atau ekosistem. Hal ini tergantung
pada tipenya seperti panjang dan pendeknya waktu kematian, khronis atau respon
pada sub-khronis, kerusakan reproduktif. Sehingga diperlukan kesepakatan
diantara kenyataan ekologi dan kesederhanaan dalam prosedur serta interpretasi
hasil.
Efek toksik yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian
dengan dosis berbeda saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi
paparannya. Efek kronis dapat terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam
sistem biologi. Efek toksik pada kondisi kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut
terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai cukup waktu untuk mencapai
kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari bahan toksik.

2.6 Distribusi dan Ekskresi Toksikan


v Distribusi toksikan
Setelah toksikan memasuki darah didistribusi dengan cepat keseluruh
tubuh maka laju distribusi diteruskan menuju ke setiap organ tubuh. Mudah
tidaknya zat kimia melewati dinding kapiler dan membrane sel dari suatu jaringan
ditentukan oleh aliran darah ke organ tersebut.
v Bagian tubuh yang berhubungan dengan distribusi toksikan :

Hati dan ginjal


Kedua organ ini memiliki kapasitas yang lebih tinggi dalam mengikat
bahan kimia, sehingga bahan kimia lebih banyak terkonsentrasi pada organ ini
jika dibandingkan dengan organ lainnya. Hal ini berhubungan dengan fungsi
kedua organ ini dalam mengeliminasi toksikan dalam tubuh. Ginjal dan hati
mempunyai kemampuan untuk mengeluarkan toksikan. Organ hati cukup tinggi
kapasitasnya dalam proses biotransformasi toksikan.

Lemak
Jaringan lemak merupakan tempat penyimpanan yang baik bagi zat yang
larut dalam lemak seperti chlordane, DDT, polychlorinated biphenyl dan
polybrominated biphenyl. Zat ini disimpan dalam jaringan lemak dengan pelarut
yang sederhana dalam lemak netral. Lemak netral ini kira-kira 50 % danberat
badan pada orang yang gemuk dan 20 % dari orang yang kurus. Toksikan yang
daya larutnya tinggi dalam lemak memungkinkan konsentrasinya rendah dalam
target organ, sehingga dapat dianggap sebagai mekanisme perlindungan.
Toksisitas zat tersebut pada orang yang gemuk menjadi lebih rendah jika
disbanding dengan orang yang kurus.

Tulang
Tulang dapat berfungsi sebagai tempat penyimpanan untuk senyawa
seperti Flouride, Pb dan strontium. Untuk beberapa toksikan tulang merupakan

tempat penyimpanan utama, contohnya 90 % dari Pb tubuh ditemukan pada


skeleton. Penyimpanan toksikan pada tulang dapat atau tidak ,mengakibatkan
kerusakan. Contoh : Pb tidak toksik pada tulang, tetapi penyimpanan Fluoride
dalam tulang dapat menunjukkan efek kronik (skeletal fluorosis).
v Ekskresi toksikan
Toksikan dapat dieliminasi dari tubuh melalui beberapa rute. Ginjal
merupakan organ penting untuk mengeluarkan racun. Beberap xenobiotik diubah
terlebih dahulu menjadi bahan yang larut dalam air sebelum dikeluarkan dalam
tubuh.
Rute lain yang menjadi lintasan utama untuk beberapa senyawa tertentu
diantaranya : hati dan sistem empedu, penting dalam ekskresi seperti DDT dan
Pb ; paru dalam ekskresi gas seperti CO. Toksikan yang dikeluarkan dari tubuh
dapat ditemukan pada keringat, air mata dan air susu ibu (ASI).
v Ekskresi urine
Ginjal merupakan organ yang sangat efisien dalam mengeliminasi
toksikan dari tubuh. Senyawa toksik dikeluarkan melalui urine oleh mekanisme
yang sama seperti pada saat ginjal membuang hasil metabolit dari tubuh.

v Ekskresi empedu
Hati berperan penting dalam menghilangkan bahan toksik dari darah
setelah diabsorbsi pada saluran pencernaan, sehingga akan dapat dicegah
distribusi bahan toksik tersebut ke bagian lain dari tubuh.
v Rute ekskresi yang lain
Toksikan dapat juga dikeluarakan dari tubuh melalui paru, saluran
pencernaan, cairan cerebrospinal, air susu, keringat dan air liur. Zat yang
berbentuk gas pada kondisi suhu badan dan volatile liquids dapat diekskresi
melalui paru. Jumlah cairan yang dapat dikeluarkan melalui paru berhubungan
dengan tekanan uap air. Ekskresi toksikan melalui paru ini terjadi secara difusi

sederhana. Gas yang kelarutannya rendah dalam darah dengan cepat diekskresi
sebaliknya yang tinggi kelarutannya seperti chloroform akan sangat lambat
diekskresi melalui paru.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pelayanan kesehatan, tentunya mengandung unsur-unsur
manajemen di dalamnya. Salah satu unsurnya dalah pengawasan. unsur
ini sangat berperan penting selain unsur perencanaan di dalam
pencapaian tujuan pelayanan kesehatan yang optimal.
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar

pelaksanaan

tujuan

dengan

tujuan-tujuan

perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan


kegiatan

nyata

dengan

standar

yang

telah

ditetapkan

sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan


serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Pengawasan
lingkungan

sangat

organisasi,

penting

disebabkan

Peningkatan

karena

kompleksitas

perubahan
organisasi,

meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, kebutuhan manager


untuk mendelegasikan wewenang, sebagai media komunikasi dan menilai
informasi serta untuk mengambil tindakan dan koreksi.
B. Saran
Pengawasan harus selalu di terapkan dan dilaksanakan secara
rutin oleh anggota-anggota/ tenaga kesehatan dalam memberi pelayanan
kesehatan. Dan di lakukan oleh seseorang yang memeng layak untuk

mengemban tanggung jawab tersebut seperti seorang manejer atau ketua


tim.
DAFTAR PUSTAKA
Ana Nur Cahyanti, B. E. P. (2012). Pembangunan Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas Pakis Baru Nawangan. Journal Speed, 4(4),
1721.
Budiharto, P. (2005). Analisis kebijakan pengawasan melekat di badan
pengawas provinsi jawa tengah, 120.
Fabanyo, S. (2011). Pelaksanaan fungsi pengawasan di inspektorat
daerah kota tidore kepulauan, 190.
Ghalia. (1983). Dasar-dasar manajemen.
Mairizon, K. (1999). Implementasi fungsi-fungsi manajemen publik. Jurnal
Kebijakan Publik, 151156.
Nur annisa fitriani. (2013). Pengawasan pimpinan dalam meningkatkan
kinerja pegawai negeri sipil di kantor pelayanan kekayaan negara dan
lelang kota samarinda. Jurnal Ilmu Pemerintahan, 1(1), 97111.
Windy Rakhmawati. (2009). Pengawasan dan pengendalian dalam
pelayanan keperawatan (supervisi, manajemen mutu dan resiko),
(2000), 1116.

Anda mungkin juga menyukai