Yogi Lesmana Putra - Universitas Riau - Pengolahan CSBS
Yogi Lesmana Putra - Universitas Riau - Pengolahan CSBS
Diusulkan Oleh :
YOGI LESMANA PUTRA (1307122763 / ANGKATAN 2013)
DELVI YOLANDA
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2015
2. Sub Tema
3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan
d. Universitas
e. Alamat email
f. Alamat Rumah dan No. HP
4. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar
b. NIDN
c. Alamat email
d. Alamat Rumah dan No.HP
Dosen Pendamping,
Ketua Tim,
Dr. Ir Bahruddin, MT
NIP. 19691124 199803 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini dengan judul Pengolahan Limbah CSBS (Cangkang dan
Serat Buah Sawit) Di Provinsi Riau dengan Memanfaatkan Produk Samping
Biodiesel Menggunakan METOPELT (Metode Peletisasi) Sebagai Bahan
Bakar Padat Alternatif.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing ibu
Zuchra Helwani, ST. MT. PhD yang telah membantu kami dalam mengerjakan
karya tulis ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini. Tentunya ada hal-hal yang ingin
kami berikan kepada masyarakat dari hasil karya tulis ilmiah ini. Karena itu kami
berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi
kita bersama.
Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan dan
pendapat dari orang-orang yang ahli di bidangnya, karena itu kami harapkan hal
ini juga dapat berguna bagi kita bersama. Semoga karya tulis ilmiah yang kami
buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN ORIGINALITAS ............................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
1.4
Manfaat ....................................................................................................... 3
2.2
2.3
4.2
Pembuatan Bahan Bakar Padat dari Cangkang dan Serat Buah Sawit
dengan Penambahan Crude Glycerol Sebagai Filler .................................. 13
4.3
BAB V PENUTUP
5.1
Simpulan ..................................................................................................... 17
5.2
Saran ........................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Pelepah Sawit ................................................................................. 5
Gambar 2.2. Batang Sawit ................................................................................... 5
Gambar 2.3. Tandan Kosong Sawit ..................................................................... 6
Gambar 2.4. Cangkang Buah Sawit .................................................................... 6
Gambar 2.5. Serat Buah Sawit ............................................................................ 7
Gambar 4.1. Tahap Pembuatan Pelet dengan Metode Pelletization ................... 14
Gambar 4.2. Pelet dari Sekam Padi dengan Metode Pelletization ..................... 15
Gambar 4.3. Pengaruh Rasio Kulit Durian, Ampas Tebu dan Gliserol Terhadap
Nilai Kalor ..................................................................................... 16
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit .......... 4
Tabel 2.2. Nilai Energi Panas (Caloric Value) dari Beberapa Produk
Samping Sawit (Berdasarkan Berat Kering) ...................................... 7
Tabel 2.3. Perkiraan Jumlah Crude Glycerol Sebagai Produk Samping Biodiesel
(Satuan Ribu Kilo Liter) ..................................................................... 8
ABSTRAK
Upaya untuk mencari bahan bakar alternatif terbarukan (renewable) yang ramah
lingkungan dilakukan terus-menerus guna mengurangi ketergantungan pada
energi fosil, sebagai bahan bakar dalam keperluan rumah tangga khususnya untuk
pengganti minyak kompor, dan gas elpiji. Salah satu energi terbarukan yang
mempunyai potensi besar di Indonesia adalah biomassa. Dengan adanya
pemanfaatan limbah perkebunan seperti CSBS (Cangkang dan Serat Buah Sawit)
menjadi bahan bakar padat sebagai pengganti minyak kompor dan gas elpiji maka
akan memberi solusi permasalahan kelangkaan yang akan dihadapi Indonesia
kelak. Pemanfaatan CSBS dengan tambahan crude glycerol sebagai filler
merupakan salah satu cara untuk pembuatan pelet. Serat buah dan cangkang dari
limbah hasil produksi sawit sebagai bahan baku pelet berjumlah 3,74 juta ton
dan 1,73 juta ton pertahun serta mempunyai nilai kalor sebesar 19.055 kJ/kg dan
20.093 kJ/kg. Sedangkan crude glycerol dari limbah produksi biodiesel berjumlah
160.000 ton per tahun dan mempunyai nilai kalor sebesar 25.175,98 kJ/kg.
Pembuatan pelet dilakukan dengan metode peletisasi yang terdiri dari persiapan
bahan baku, penghalusan, pencampuran, pencetakan, pengeringan, dan analisa
hasil. Produk yang dihasilkan dipengaruhi oleh rasio penambahan filler, dan
tekanan pengempaan. Nilai kalor bahan baku akan menentukan kualitas produk
sehingga dengan nilai kalor yang semakin tinggi akan menaikkan kualitas produk.
Dengan demikian dapat menjadi energi alternatif pengganti minyak kompor, gas
elpiji dan membantu menangani kerusakan lingkungan akibat tidak adanya
pengolahan limbah perkebunan yang baik.
Kata kunci
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahan bakar menjadi kebutuhan sehari-hari yang penting dalam kehidupan
manusia. Kebutuhan bahan bakar yang digunakan selama ini berasal dari minyak
bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Indonesia
merupakan negara dengan tingkat konsumsi batubara mencapai 50,4 juta ton
setara minyak pada tahun 2012 dan mengalami kenaikan sebesar 2,8% dari tahun
2011. Indonesia juga merupakan negara eksportir batubara terbesar ketiga didunia
pada tahun 2012. Tingginya tingkat konsumsi dan ekspor tidak dapat diimbangi
dengan cadangan batubara di Indonesia yang mengalami penurunan 0,6% setiap
tahunnya [BP Statistical Review of World Energy, 2013]. Cadangan minyak bumi
Indonesia saat ini sekitar 9 milyar barel, dengan tingkat produksi rata-rata 0,5
milyar barel per tahun, sehingga diperkirakan cadangan minyak akan habis dalam
waktu 18 tahun [Kementerian Energi & SDM, 2004]. Berdasarkan data tersebut
maka perlu dilakukan pengembangan energi alternatif yang dapat diperbaharui
untuk menjaga ketersediaan energi di masa mendatang.
Energi biomassa dapat digunakan sebagai energi alternatif yang dapat
mengurangi konsumsi minyak bumi [Malaysian Industry-Government Group,
2009]. Salah satunya industri kelapa sawit berpotensi menghasilkan sejumlah
besar biomassa berbasis kelapa sawit (yaitu, minyak sawit, batang kelapa sawit,
tandan buah kosong, cangkang sawit, serat sawit, palm kernel dan limbah pabrik
kelapa sawit). Pemanfaatan biomassa berbasis kelapa sawit ini mendapatkan
perhatian yang signifikan karena ada banyak peluang dan potensi untuk
mengubahnya menjadi produk yang bernilai tambah (misalnya serat panjang
kering, palm pallet, kelapa briket, dan biofuel) [Denny, dkk, 2013].
Ide menggabungkan crude glycerol dari hasil samping pembuatan
biodiesel dengan biomasa masih relatif baru. Crude glycerol sebetulnya bisa
menjadi produk yang lebih berguna seperti produk kosmetik namun memerlukan
pemurnian lebih lanjut dengan biaya yang tinggi [Asavatesanupap dan
Santikunaporn, 2012]. Oleh karena itu, crude glycerol yang mempunyai nilai
kalor 25.175,98 kJ/kg dapat juga digunakan sebagai bahan peningkat nilai panas
pembakaran tanpa harus melakukan pemurnian sehingga dapat menjadi salah satu
alternatif pemanfaatan crude glycerol tanpa biaya yang tinggi, serta juga dapat
dilakukan secara terintegrasi oleh produsen biodiesel skala kecil dan menengah
[Umam, 2007].
Kelimpahan bahan baku seperti limbah cangkang dan serat buah sawit
serta crude glycerol untuk menjadi pelet adalah produk yang bernilai. Ketiga
macam limbah tersebut sangat mungkin untuk dijadikan bahan bakar padat
berbentuk pelet sebagai bahan bakar yang baru dan terbarukan. Sejalan dengan hal
tersebut, maka dalam tulisan ini akan dibahas mengenai Pengolahan Limbah
CSBS (Cangkang dan Serat Buah Sawit) Di Provinsi Riau dengan Memanfaatkan
Produk Samping Biodiesel Menggunakan METOPELT (Metode Peletisasi)
Sebagai Bahan Bakar Padat Alternatif.
1.2
Rumusan Masalah
Perkembangan ini akan mulai terganggu bila konsumsi biodiesel yang
terus tumbuh, tetapi produk samping berupa gliserin mentah yang tidak sebanding
menyebabkan gangguan terhadap pengembangan pabrik biodiesel. Perkembangan
itu semua harus ada jalan keluar berupa pemanfaatan gliserin untuk memperlancar
produksi biodiesel.
Serat buah dan cangkang sawit merupakan limbah industri kelapa sawit
yang belum terkelola dengan baik. Tingginya nilai kalor yang terkandung di
dalam serat buah dan cangkang sawit sangat memungkinkan untuk dikonversi
menjadi sumber energi alternatif dalam bentuk pelet. Selama ini pembuatan pelet
dari limbah tersebut telah ada, namun belum mendapatkan kondisi proses yang
baik. Kondisi proses yang baik akan mempengaruhi nilai kalor yang dihasilkan
oleh pelet. Sehingga dalam penulisan ini dirumuskan bahwa limbah tersebut
digunakan untuk bahan baku pembuatan bahan bakar padat dalam bentuk pelet
dengan penambahan gliserol mentah sebagai filler. Gliserol mentah diperkirakan
dapat menaikkan nilai kalor pelet yang dihasilkan karena mempunyai nilai kalor
sebesar 25.175,98 kJ/kg. Dengan pemanfaatan cangkang, serat buah sawit dan
gliserol mentah untuk pembuatan pelet maka akan membantu pemerintah
mengembangkan bioenergi.
1.3
1.
Tujuan
Mengolah potensi limbah sawit di Provinsi Riau menjadi bahan bakar
padat dengan penambahan limbah crude glycerol sebagai filler dan untuk
menaikkan nilai kalor pada pelet yang dihasilkan dengan metode
peletisasi.
2.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
nabati tanpa mencoba menemukan potensi yang dimiliki limbah kelapa sawit.
Limbah kelapa sawit yang ditimbulkan oleh pengolahan kelapa sawit memiliki
kandungan kalori yang cukup tinggi. Bila dikelola dengan baik, limbah kelapa
sawit dapat digunakan sebagai energi alternatif terbarukan. Luas lahan kebun
kelapa sawit menghasilkan limbah padat sawit yang banyak. Limbah padat sawit
yang dihasilkan dapat berupa pelepah, batang, cangkang, serat, tandan kosong dan
lain-lain yang merupakan sisa dari industri sawit yang belum dimanfaatkan secara
optimal.
Proses pengolahan tandan buah segar (TBS) menjadi crude palm oil (CPO)
menghasilkan biomassa produk samping yang jumlahnya sangat besar. Tahun
2004 volume produk samping sawit sebesar 12.365 juta ton tandan kosong kelapa
sawit (TKKS), 10.215 juta ton cangkang dan serat, dan 32.25737.633 juta ton
limbah cair (Palm Oil Mill E). Jumlah ini akan terus meningkat dengan
meningkatnya produksi TBS Indonesia.
Tabel 2.1. Jenis, Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Jenis
Tandan kosong
Wet decanter
Manfaat
Pupuk, kompos, pulp kertas, papan
partikel, energi
4,0
Cangkang
6,5
Serabut (fiber)
13,0
Limbah cair
50,0
solid
Air kondensat
2.1.1
Pelepah Sawit
Pelepah kelapa sawit dapat dihasilkan pada setiap panen atau pada saat
Batang Sawit
Kelapa sawit mempunyai rata-rata umur sampai dengan 25 tahun. Setelah
melewati batas umur sawit akan ditebang dan ditanam dengan yang baru. Panjang
batang sawit yang sudah ditebang mencapai 7 meter hingga 13 meter dengan
diameter 45 cm hingga 65 cm. Dalam satu hektar kelapa sawit yang ditebang
menghasilkan 75,5 ton batang sawit dalam berat kering. Nilai kalori dari batang
sawit adalah 17,471 kJ/ton [Goenadi dkk., 2008].
perontokan untuk memisahkan buah sawit. Tandan kosong terdiri dari 20%-25%
sedangkan buah sawit sebesar 75%-80% disertai duri diujung buah. Berat kering
tandan kosong per hektar mencapai 1,6 ton. Nilai kalori dari tandan kosong adalah
18,795kJ/ton [Goenadi dkk., 2008].
Kisaran (kJ/kg)
(kJ/kg)
TKKS
18.795
18.000-19.920
Serat
19.055
18.800-19.580
Cangkang
20.093
19.500-20.750
Batang
17.471
17.000-17.800
Pelepah
15.719
15.400-15.680
Sumber : Goenadi dkk., [2008]
2.2
Crude Glycerol
Gliserol (C3H8O3) merupakan gula alkohol yang memiliki tiga gugus
hidroksil dengan sifat higroskopis dengan titik didih yang tinggi dan bersifat
hidrofilik sehingga larut dalam air. Gliserol berbentuk cairan kental tidak
berwarna, tidak berbau, dan berasa manis namun sangat beracun [Umam, 2007].
Peraturan presiden No.5/2006
nasional
menyebutkan kuota Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel pada tahun 2011
2015 sebesar 3% dari konsumsi energi nasional atau setara dengan 1,5 juta kilo
liter [Prasetyo dkk., 2012]. Perkiraan jumlah gliserol yang dihasilkan dari produk
samping biodiesel dengan perkiraan konversi 90% dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Riau menempati urutan teratas dalam produksi biodiesel di Indonesia dengan total
produksi sekitar 1.600.000 ton per tahunnya pada tahun 2013. Dengan konversi
90% dimana gliserol yang dihasilkan sebagai hasil samping adalah sekitar
160.000 ton per tahun. Diperkirakan 60.000 ton per tahun gliserol mentah yang
dihasilkan tidak diolah kembali karena biaya pemurnian yang tinggi [APROBI,
2013].
Tabel 2.3 Perkiraan Jumlah Crude Glycerol Sebagai Produk Samping Biodiesel
(Satuan Ribu Kilo Liter)
2007
2008
2009
2010
2015
2025
Biodiesel
262,5
415
567,5
720
1500
4700
Kenaikan
152,5
152,5
152,5
152,5
152,5
152,5
26,25
41,5
56,75
72
150
470
Crude
Glycerol
2.3
limbah. Untuk meningkatkan nilai limbah tersebut, sawit yang mengandung serat
dan cangkang dipilih menjadi bahan baku untuk bahan bakar padat. Meskipun
sebagian besar limbah dari produksi minyak sawit saat ini digunakan, yaitu
cangkang sawit yang dijual untuk menjadi bahan bakar di industri lain atau
digunakan sebagai bahan baku untuk pelet, tandan buah kosong digunakan untuk
produksi jamur dan sawit mengandung serat digunakan sebagai bahan bakar untuk
listrik dan uap produksi di pabrik; banyak serat yang masih tersisa sebagai limbah
karena partikel yang besar yang sulit untuk transportasi [Chaiyaomporn dkk.,
2009]
Peletisasi biomassa mengurangi biaya penanganan, dan menghasilkan
bahan bakar dengan keseragaman struktural yang lebih besar. Tujuannya adalah
untuk mempelajari kekuatan dan integritas pelet dan berhubungan dengan kualitas
dan mekanisme adhesi antar ikatan tertentu. Cangkang dan serat buah sawit
adalah bahan baku yang dapat digunakan untuk pembuatan pelet karena memiliki
nilai kalor yang lebih tinggi dari limbah lainnya. Ada banyak penelitian yang
melaporkan bahwa biowaste seperti kacang polong, sekam sereal, majun, jerami
gandum, dll.; dapat dijadikan pelet untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar yang
baik [Fasina, 2008; Ryu, dkk., 2008; Holt, dkk., 2006; Mani, dkk., 2002).
Bergstorm, dkk. (2008) melaporkan bahwa partikel bahan baku mempengaruhi
karakteristik bahan bakar pelet. Othman, dkk. [2003] menyimpulkan bahwa abu
kuantitas indeks untuk kualitas bahan bakar pelet yang baik harus mengandung
sejumlah kecil abu dan bahan baku tidak harus terdiri dari kayu.
Ada beberapa proyek penelitian yang menghasilkan pelet bahan bakar
limbah gliserin dari proses biodiesel dikombinasi biomassa. Untuk pelet bahan
bakar, bahan baku limbah biodiesel dan limbah biomassa seperti makanan, kertas,
serbuk gergaji dan limbah pertanian dicampur dan diaduk [Clark, 2002; Brendi
dkk., 2009]. Kemudian campuran ditempatkan di dalam cetakan, seperti pipa PVC
dan kotak susu. Hal ini akan membantu pelet mempertahankan bentuk seperti
cetakan yang digunakan. Kandungan energi bahan bakar gliserin dan biomassa
adalah sekitar 16.9-17.1 MJ/kg gliserin.
10
11
BAB III
METODE PENULISAN
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dengan telaah pustaka. Dengan
mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang terjadi,
maka diambil kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang
dikaji. Literatur yang dijadikan sebagai referensi berasal dari beberapa buku,
jurnal, artikel, serta informasi-informasi dari internet.
Studi literatur dimulai dengan mendapatkan data potensi keberadaan
cangkang dan serat buah sawit yang merupakan limbah di Provinsi Riau dan
kandungan yang terdapat dalam cangkang dan serat sawit. Selain itu juga
mendapatkan data potensi gliserol mentah yang merupakan hasil samping
produksi biodiesel di Provinsi Riau. Data ini sangat diperlukan sebagai dasar
perlunya dikembangkan serat dan cangkang sawit sebagai sumber bahan baku
alternatif untuk diproduksi sebagai bahan bakar padat. Ide tersebut kemudian
dianalisis dengan mencari informasi pendukung, sehingga ide tersebut bisa
dijadikan alternatif baru penanganan krisis energi dan pengendalian kerusakan
lingkungan di Indonesia.
Data selanjutnya, untuk proses pembuatan bahan bakar padat dari serat
buah dan cangkang sawit atau bahan lainnya diperoleh dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Berdasarkan data-data yang diperoleh, hal ini dapat
dijadikan sebagai pedoman dalam pengolahan bahan bakar padat alternatif.
Sehingga dengan mendapatkan cara pembuatan bahan bakar alternatif, teknologi
pembuatan pelet dari serat buah, cangkang sawit dan crude glycerol dapat
dikembangkan
dan
ditarik
kesimpulan
yang
merupakan
jawaban
dari
12
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
dunia dan Riau adalah produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di Indonesia.
Selama ini pengolahan kelapa sawit di Industri lebih terfokus kepada cara
pengolahan untuk mendapatkan CPO, sedangkan bagian-bagian lain dari sawit
yang berupa limbah hasil pengolahan belum termanfaatkan secara optimal.
Padahal masih banyak bagian dari tanaman sawit yang berpotensi untuk
dimanfaatkan, seperti cangkang dan serat buah sawit.
Cangkang dan serat buah sawit mengandung nilai kalor yang cukup tinggi
dan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar padat.
Keuntungan finansial yang diberikan bahan bakar padat dari cangkang dan serat
adalah nilai kalor yang mencapai 19.055 dan 20.093 kJ/kg [Nyakuma dkk., 2012].
Pemanfaatan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi berupa bahan bakar
padat disamping memberikan keuntungan secara finansial, juga akan membantu di
dalam pelestarian lingkungan.
Pemanfaatan cangkang dan serat menjadi bahan bakar padat dilakukan
dengan metode peletisasi yakni dengan menggabungkan serat dan cangkang yang
telah dihaluskan dengan limbah crude glycerol dari hasil pembuatan biodiesel.
Metode peletisasi merupakan salah satu metode pembuatan bahan bakar padat
yang sederhana. Sedangkan penggunaan limbah crude glycerol dalam pembuatan
bahan bakar padat relatif baru dan belum pernah dikembangkan sebelumnya. Oleh
karena itu crude glycerol digunakan sebagai filler dalam pembuatan bahan bakar
padat karena diduga dapat menambah nilai kalor dari bahan bakar padat tersebut.
Pengisi bahan bakar padat atau filler bertujuan untuk menghasilkan keteguhan
yang bagus untuk produk yang dihasilkan (tidak mudah retak atau pecah).
Penggunaan crude glycerol sebagai bahan perekat dan peningkat nilai
panas pembakaran merupakan salah satu alternatif pemanfaatan crude glycerol
tanpa pemurnian. Hal ini selain dapat mengurangi biaya juga dapat dilakukan
secara terintegrasi oleh produsen biodiesel. Crude Glycerol merupakan hasil
13
samping dari produk biodiesel yang hanya terbuang sebagai limbah dikarenakan
biaya pemurnian yang tinggi.
Pembuatan pelet dari serat buah dan cangkang sawit dengan bantuan crude
glycerol sebagai bahan tambahan adalah salah satu solusi dari pemanfaatan
limbah kelapa sawit yang melimpah dan juga pemanfaatan crude glycerol dari
limbah industri biodiesel yang ada di Riau.
4.2
Pembuatan Bahan Bakar Padat dari Cangkang dan Serat Buah Sawit
dengan Penambahan Crude Glycerol Sebagai Filler
Pelet atau bahan bakar padat dapat dibuat dari tanaman yang mengandung
serat dengan proses peletisasi. Peletisasi adalah suatu proses pengolahan yang
mengalami perlakuan pembersihan, penghalusan, pencampuran bahan, pencetakan
dan pengeringan pada kondisi tertentu tanpa dengan proses karbonisasi ataupun
torefaksi sehingga diperoleh pelet yang mempunyai bentuk, ukuran fisik, dan sifat
kimia tertentu.
Karbonisasi merupakan proses atau teknologi untuk memperoleh arang
sebagai produk utama dengan memanaskan biomassa padat seperti limbah kelapa
sawit, kayu, bambu, sekam padi, dll pada 400-600oC hampir tidak ada oksigen.
Sedangkan torefaksi adalah suatu proses perlakuan panas terhadap biomassa pada
temperatur antara 200-300oC dan tekanan atmosfer tanpa kehadiran oksigen. Pada
kedua proses ini dibutuhkan energi yang cukup besar untuk pembuatan bahan
bakar padat tersebut. Oleh karena itu pembuatan bahan bakar padat dari serat buah
dan cangkang sawit dengan penambahan crude glycerol sebagai filler dilakukan
dengan proses peletisasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas bahan bakar dan
energi yang digunakan lebih rendah dibandingkan melalui proses karbonisasi dan
torefaksi.
Parameter yang paling diperhatikan dalam pembuatan pelet adalah nilai
kalor yang dihasilkan. Pembuatan pelet dari serat buah dan cangkang sawit
dengan tambahan crude glycerol merupakan teknologi pembuatan pelet yang
relatif baru. Namun, pembuatan pelet dengan bahan baku utama berupa cangkang
dan serat telah banyak dilakukan tetapi tidak menggunakan tambahan gliserol
mentah. Gliserol mentah dapat meningkatkan nilai kalor pembakaran pelet.
14
15
Gambar 4.2. Pelet dari Sekam Padi dengan Metode Pelletization [Murtadho,
1987]
4.3
padat khususnya pelet yang dihasilkan. Pengaruh kondisi proses yang paling
diperhatikan adalah rasio penambahan dan tekanan pengempaan.
4.3.1 Rasio Penambahan Filler Bahan Bakar Padat Terhadap Nilai Kalor
Hipotesis awal menyatakan bahwa penambahan gliserol mentah dapat
meningkatkan nilai kalor pembakaran bahan bakar padat. Asavatesanupap dan
Santikunaporn [2012] melakukan penelitian mengenai pembuatan bahan bakar
padat dari kulit durian dan ampas tebu dengan filler gliserol. Hasil yang didapat
ditampilkan pada Gambar 4.2. Rasio perbandingan kulit durian dan ampas tebu
terhadap gliserol terbaik didapatkan dari rasio 70:30 dengan nilai kalor 18.010
kJ/kg dan 18.420 kJ/kg.
16
90:10
85:15
80:20
75:25
70:30
65:35
Gambar 4.3. Pengaruh Rasio Kulit Durian, Ampas Tebu dan Gliserol
Terhadap Nilai Kalor
[Sumber: Asavatesanupap dan Santikunaporn, 2012 (telah diolah kembali)]
4.3.2 Tekanan Pengempaan
Pemberian tekanan pengempaan dilakukan untuk menciptakan kontak antara
permukaan bahan utama dengan filler. Semakin tinggi tekanan yang digunakan
maka kerapatan bahan bakar padat akan semakin tinggi. Tekanan pengempaan
yang tinggi juga menurunkan kadar air, kadar abu, dan kadar zat mudah menguap.
Kadar karbon terikat juga semakin tinggi jika tekanan pengempaan dinaikkan
karena karbon terikat sangat berkaitan dengan kadar air, kadar abu, dan kadar zat
mudah menguap. Kadar karbon terikat yang tinggi berbanding lurus dengan nilai
kalor dari bahan bakar padat yang dihasilkan. Semakin tinggi kerapatannya, maka
semakin tinggi pula nilai kalor yang dihasilkan [Sudrajat, 1984 dikutip dari
Saktiawan,
2008].
Namun
pemberian
tekanan
yang
berlebihan
dapat
mengakibatkan bahan perekat atau filler dengan fasa cairan kental akan keluar
bersamaan dengan kadar air yang dikandung oleh bahan baku.
17
BAB V
PENUTUP
5.1
1.
Simpulan
Limbah CSBS (cangkang dan serat buah sawit) dapat diperoleh sebesar
15,6255 ton dan 5,88 ton dalam setiap satu hektar perkebunan sawit
dengan nilai kalor 20,093 kJ/ton dan 19,005 kJ/ton, sehingga pemanfaatan
limbah tersebut menjadi sangat mungkin untuk dilakukan.
2.
Penggunaan filler dapat menaikkan nilai kalor dari pelet yang dihasilkan.
Crude Glycerol merupakan limbah hasil pengolahan biodiesel dengan nilai
kalor 25,176 kJ/ton yang sangat potensial digunakan sebagai filler tanpa
harus melalui proses pemurnian yang memerlukan biaya yang tinggi.
3.
4.
Peletisasi bahan bakar padat dari limbah cangkang dan serat buah sawit
dapat mengurangi masalah sampah industri dan peningkatan nilai limbah
dari proses produksi minyak biodiesel serta dengan adanya pemanfaatan
limbah tersebut menjadi bahan bakar padat maka akan memberi solusi
permasalahan kelangkaan energi yang akan dihadapi Indonesia kelak.
5.2
1.
Saran
Partisipasi pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan pengolahan
limbah cangkang dan serat buah sawit dengan memanfaatkan produk
samping biodiesel menggunakan metode peletisasi sangat mendorong
dalam terealisasinya pengembangan ide karya ilmiah ini.
2.
18
DAFTAR PUSTAKA
Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia [APROBI]. 2013. Indonesia Biodiesel
Industries. http:/www.infosawit.com/index.php/industry/biodiesel. Diakses
pada 19 Maret 2015.
Asavatesanupap, C., dan Santikunaporn, M. 2012. A Feasibility Study on
Production of Solid Fuel from Glycerol and Agricultural Wastes.
International Transaction Journal of Engineering, Management, & Applied
Sciences & Technologies, Vol. 01 (01), p. 43-51.
BP Statistical Review of World Energy. 2012. Coal Production & Coal
Consumption. http://www.bp.com/statisticalreview. Diakses pada 5 februari
2015.
British Petroleum. 2012. BP Statistical Review of World Energy June 2012.
http://www.bp.com/statisticalreview. Diakses papa 5 februari 2015.
Chaiyaomporn, Kawalin, & Chavalparit, Orathai. 2009. Fuel Pellets Production
from Biodiesel Waste, Department of Environmental Engineering
Chulalongkorn University.
Clark, D.A. 2002. Are tropical forest an important carbon sink? Reanalysis of the
long-term plot data. Ecological Application, 12: 2-7.
Denny, Sutapa, M.Sc., Dr. Ir. J.P. Gentur dan Irawati, S. Hut, M.Si. 2013.
Petunjuk Praktikum Energi Biomassa, Laboraturium Energi Kayu, Jurusan
Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Goenadi D. H., W. R. Susila, and Isroi. 2008. Pemanfaatan produk samping
kelapa sawit sebagai sumber energi alternatif terbarukan. Di laman
http://isroi.com/2008/03/12/pemanfaatan-produk-samping-kelapa-sawitsebagai-sumber-energi-alternatif-terbarukan/. Dikunjungi pada 31 februari
2015.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional 20032020. Jakarta: Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004.
Mani, S., Tabil, L.G., Sokhansaj, S. 2002. Compaction Behavior of Some
Biomass Grind. Agricultural and Bioresource Engineering Department of
University of Saskatchewan.
19
20
Program Studi
Teknik Kimia
NIM
1307122763
yogi0194@yahoo.com
Nomor Telepon/Hp
B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
SD
SD Negeri 008
Indudur, kec IX
koto SEI.LASI
SMP
MTsN Sungai
Lasi, solok
SMA
SMA IT
MUTIARA,
Duri
IPA
2001-2007
2007-2010
2010-2013
Jurusan
Tahun MasukLulus
Jenis Penghargaan
Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah
Mahasiswa Tingkat Mahasiswa
Teknik Kimia UR
Finalis Olimpiade Kimia FMIPA UR
Instiusi Pemberi
penghargaan
Fakultas TeknikUniversitas Riau
FMIPA UR
Delvi Yolanda
Perempuan
Teknik Kimia
1307123302
Pekanbaru, 17 Juli 1995
Tahun
2013
2013
21
delviyolanda@gmail.com
0823 9206 4149
E-mail
Nomor Telepon/Hp
B. Riwayat Pendidikan
Nama Institusi
Jurusan
Tahun MasukLulus
SD
SD N 003
Sukajadi
Pekanbaru
SMP
SMA
SMP N 5
Pekanbaru
SMA N 1
Pekanbaru
IPA
2001-2007
2007-2010
2010-2013
2.
3.
3.
Instiusi Pemberi
penghargaan
Juara 1 Lomba Karya Tulis Ilmiah
Fakultas HukumPekan Konstitusi V Tingkat SMA Se- Universitas Andalas
Sumatera
Peserta Perkemahan Ilmiah Remaja
LIPI (Lembaga Ilmu
Nasional (PIRN XI), BontangPengetahuan
Kalimantan Timur
Indonesia)
Juara 1 Lomba Debat Hukum Tingkat Universitas Lancang
SMA Kota Pekanbaru
Kuning
Jenis Penghargaan
Tahun
2012
2012
2012
Dosen Pembimbing
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap
2 Jenis Kelamin
3 Institusi
4
5
6
Jabatan Fungsional
NIDN
NIP
7
8
9
22
B. Riwayat Pendidikan
Tempat Pendidikan
Negara
Tahun
S1
Indonesia
1988 - 1994
S2
Institut Teknologi
Bandung
University Sains
Malaysia
Indonesia
1996 - 1999
Malaysia
2008 - 2012
S3
Fuel Processing
Journal
Applied Catalysis
A: General Journal
D.
No
1
Energy and
Conversion
Management
Bidang
Studi
Teknik
Kimia
Teknik
Kimia
Teknik
Kimia
Volume /
Nomor /
Tahun
Vol. 90,
Iss 12,
2009, P.
15021514.
Vol. 363,
2009, p.
1-10
73 (2013),
128-143
Waktu dan
Tempat
2011,
Melaka,
Malaysia
2011.
Pahang,
Malaysia
23
ITBBandung,
30
November
2010
2 Desember
2010
Tahun
2013
2012
2011