PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sebagai titik tolak pembahasan ini adalah mencari suatu
tatanan
sosial
yang
baik,
teratur
dan
progresif.
Kata civil cenderung dikonotasikan sebagai lawan dari militer. Demikian pula
madani dalam masyarakat madani cenderung dikonotasikan dengan
madaniyah atau Medina, yang dikonotasikan bernuansa Arab. Padahal arti
madaniyah sebagai sumber munculnya kata madani adalah peradaban atau
civilization. Civil society juga tidak hanya bersiskap dan perilaku sebagai
citizenyang memiliki hak dan kewajiban, melainkan juga harus menghormati
equal right, memperlakukan semua warga negara sebagai pemegang hak dan
kebebasab yang sama (Ramlan Surbakti; 1995)
1.3
Tujuan
1.3.1 Untuk
mengetahui
perkembangan
dan
tumbuhnya
BAB II
TINJAUAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Penjelasan
civil
society
dan
demokrasi
(piagam
madinah)
Civil Society mungkin masih terdengar asing di kalangan masyarakat
Indonesia untuk lebih mudah memahaminya kita dapat menstransfernya dengan
bahasa yang lebih ringan Civil Society juga dapat dipahami dengan arti
masyarakat madani masyarakat madani adalah masyarakat sipil masyarakat yang
tanggap dan juga beradab dan tentunya masyarakat yang memiliki budaya dan
dapat menjaga budaya aslinya meskipun terjadi pertukaran budaya yang besar
besaran saat ini. Masyarakat madani adalah suatu konsep yang diambil oleh
Indonesia dari Kota Madinah, dimana Kota Madinah ini telah mempunyanyi
peradaban yang sudah sangat lama dan baik dibawah kepemimpinan Nabi
Muhammad saw yang hingga saat ini masih dinilai sebagai peradaban tertinggi.
Dahulunya Madinah tersebut bernama asli Yasrib yang berada di wilayah Arab.
Madani tersebut berate Kota (city state) sedangkan dalam bahasa Yunani disebut
dengan Polis yang artinya juga sama yaitu kota. Civil Society merupakan satu cara
untuk memahami relasi antara individu dan negara yang melestarikan kebebasan
dan tanggungjawab.
Pengertian Civil Society menurut Jean L. Kohen dan Andrew Arato (1992)
adalah Modern Civil Society is based on egalitarian principle and universal
inclusion experience in articulating the political will and in collective decision
making is crucial to the reproduction of democracy . Civil Society yang
dimakasudkan adalah suatu masyarakat sipil yang didasari oleh kesetaraan dan
selain itu juga masyarakat yang mampu mempengaruhi kebijakan umum serta
masyarakat yang didasari oleh demokrasi sehingga dapat membentuk masyarakat
yang mandiri.
umum
hal
tersebut
diperlukan
dengan
adanya
keberanian
pemilikedaulatan
pelaksanaan
kekuasaan
dan
yang
haknya
mengatas
untuk
mengontrol
namakan
rakyat.
untuk
memperkuat
kemandirian
dan
menjadi
terhambat,
aspirasi
akan
pluralisme
itu,
terdapat
tuntutan
pula
terhadap
sejumlah
Dwifungsi
faktor
ABRI.
yang
ikut
Berbagai
civil
society
dan
tuntutan
demokrasi,
turut
lebih
memusatkan
perhatiannya
pada
profesi
yang
peran,
ABRI
akan
dianggap
tetap
berusaha
jalankan langsung oleh mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah
sistem pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan
demokrasi adalah rakyat.
2. Menurut C.F StrongSuatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota
dewasa dari masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang
menjamin bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakantindakan kepada mayoritas itu.
3.Menurut Lincoln Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat (government of the people, by the people, and for the people).
Kesadaran masyarakat akan demokrasi bisa dibeli dengan uang. Kelompok
masyarakat tertentu diatur untuk bertikai demi demokrasi. Perseteruan eksekutif
dan legislatif saat ini sebenarnya tidak kondusif bagi pemulihan ekonomi kita,
tetapi hal itu tetap dilakukan demi demokrasi. Kalau rakyat kecil selalu jadi
korban, apakah makna demokrasi yang kita perjuangkan sudah betul? Atau sedang
mengalami distorsi.
Selain itu hubungan antara civil society dengan demokrasi(demokratisasi),
menurut Dawambagaikan dua sisi mata uang, keduanya bersifat ko-eksistensi.
Hanya dalam civil society yang kuatlah demokrasi dapat ditegakkan dengan baik
dan hanya dalam suasana demokratislah society dapat berkembang secara wajar.
Dalam konteks ini Nurcholis Madjid pun memberika metafor tentang
hubungan dan keterkaitan antara civil society dengan demokratisasi ini. Menurut
civil society merupakan rumahpersemaian demokrasi.perlambang demokrasinya
adalah pemilihan umum (pemilu) yang bebas dan rahasia. Namun demokrasi tidak
hanya bersemayam dalam pemilu, sebab jika demokrasi harus mempunyai
rumah, maka rumahnya adalah civil society.
Begitu kuatnya kaitan antara civil society dengan demokratisasi, sehingga
civil society kemudian dipercaya sebagai obat mujarab bagi demokratisasi,
terutama di negara yang demokrasinya mengalami ganjalan akibat kuatnya
hegenomi negara. Tidak hanya itu, civil society kemudian juga dipakai sebagai
10
11
BAB IV
PUNUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari pengalaman masa lalu bangsa kita, kelihatan bahwa demokrasi belum
membudaya. Kita memang telah menganut demokrsai dan bahkan telah di
praktekkan baik dalam keluarga, masyarakat, mau pun dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Akan tetapi, kita belum membudayakannya.
Membudaya berarti telah menjadi kebiasaan yang mendarah daging. Mengatakan
Demokrasi telah menjadi budaya berarti penghayatan nilai-nilai demokrasi telah
menjadi kebiasaan yang mendarah daging di antara warga negara. Dengan kata
lain, demokrasi telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari
kehidupanya. Seluruh kehidupanya diwarnai oleh nilai-nilai demokrasi.
Namun, itu belum terjadi. Di media massa kita sering mendengar betapa
sering warga negara, bahkan pemerintah itu sendiri, melanggar nilai-nilai
demokrasi. Orang-orang kurang menghargai kebebasan orang lain, kurang
menghargai perbedaan, supremasi hukum kurang ditegakan, kesamaan kurang di
praktekan, partisipasi warga negara atau orang perorang baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam kehidupan pilitik belum maksimal, musyawarah kurang
dipakai sebagai cara untuk merencanakan suatu program atau mengatasi suatu
masalah bersama, dan seterusnya. Bahkan dalam keluarga dan masyarakat kita
sendiri, nilai-nilai demokrasi itu kurang di praktekan.
Civil Society dan demokrasi ibarat the two side at the same coin.
Artinya jika civil society kuat maka demokrasi akan bertumbuh dan berkembang
dengan baik. Sebaliknya jika demokrasi bertumbuh dan berkembang dengan baik,
12
civil society akan bertumbuh dan berkembang dengan baik. Itu pula sebabnya
para pakar mengatakan civil society merupakan rumah tempat bersemayamnya
demokrasi. Menguatnya civil society saat ini sebenarnya merupakan strategi yang
paling ampuh bagi berkembangnya demokrasi, untuk mencegah hegemoni
kekuasaan yang melumpuhkan daya tampil individu dan masyarakat. Dalam
praktiknya banyak kita jumpai, individu, kelompok masyarakat, elite politik, elite
penguasa yang berbicara atau berbuat atas nama demokrasi, walau secara esensial
justru sebaliknya.
Jadi membicarakan hubungan demokrasi dengan civil society merupakan
discourse yang memiliki hubungan korelatif dan berkaitan erat. Dalam hal ini
Arief Budiman bahwa mengatakan berbicara mengenai demokrasi biasanya orang
akan berbicara tentang interaksi antara negara dan civil society. Asumsinya adalah
jika civil society vis a vis negara relatif kuat maka demokrasi akn tetap
berlangsung. Sebaliknya, jika negra kuat dan civil society lemah maka demokrasi
tidak berjalan. Dengan demikian, demokratisasi dipahami sebagai proses
pemberdayaan civil society.
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Budiman Arief, (ed). 1991. State and civil society in indonesia. Universitas.
Clyton, Victoria, Monash
Hikam AS Muhammad. 1996. DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY. . Jakarta Pustaka
LP3ES: Pustaka LP3ES Indonesia, Anggota IKAPI
Marganingsi Tri. 1999. MASYARAKAT VERSUS NEGARA. Jakarta:Kompas
Dahlan, Saronji, Drs. Dan H. Asyari, S.Pd, M.Pd. 2004 Kewarganegaraan Untuk
SMP Kelas VIII Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Wijianti, S.Pd. dan Aminah Y., Siti, S.Pd. 2005 Kewarganegaraan
(Citizenship). Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.
http://id.wikipedia.org/wiki/Demokrasi
14