Anda di halaman 1dari 9

Assalamualaikum, Selamat Datang di Belajar Ilmu Tasawuf

Type and Enter

Indahnya Saling Berbagi

Belajar Tasawuf

Syariat

Thoriqot

Hakikat

Makrifat

Islam

Iman

Follow !

Pilih Bahasa
Home Hakikat Tasawuf Pengertian Hakikat

Pengertian Hakikat
Selasa, 18 Oktober 20110 komentar

HAKEKAT

Istilah bahasa hakikat berasal dari kata "Al-Haqq", yang berarti


kebenaran.
Kalau dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk
mencari suatu kebenaran. Kemudian beberapa ahli merumuskan
definisinya sebagai berikut:
a. Asy-Syekh Abu Bakar Al-Ma'ruf mengatkan :
"Hakikat adalah (suasana kejiwaan) seorang Saalik (Shufi) ketika ia
mencapai suatu tujuan ...sehingga ia dapat menyaksikan (tanda-tanda)
ketuhanan dengan mata hatinya".
b. Imam Al-Qasyairiy mengatakan:
"Hakikat adalah menyaksikan sesuatu yang telah ditentukan,
ditakdirkan, disembunyikan (dirahasiakan) dan yang telah dinyatakan
(oleh Allah kepada hamba-Nya".
Hakikat yang didapatkan oleh Shufi setelah lama menempuh Tarekat
dengan selalu menekuni Suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa
yang dihadapinya. Karena itu, Ulama Shufi sering mengalami tiga macam
tingkatan keyakinan:
1) "Ainul Yaqiin; yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh
pengamatan indera terhadap alam semesta, sehingga menimbulkan
keyakinan tentang kebenaran Allah sebagai penciptanya;
2) "Ilmul Yaqiin; yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh
analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah pada alam semesta
ini.
3) "Haqqul Yaqqin; yaitu suatu keyakinan yang didominasi oleh hati
nurani Shufi tanpa melalui ciptaan-Nya, sehingga segala ucapan dan
tingkah lakunya mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Maka
kebenaran Allah langsung disaksikan oleh hati, tanpa bisa diragukan
oleh keputusan akal".
Pengalaman batin yang sering dialami oleh Shufi, melukiskan bahwa

betapa erat kaitan antara hakikat dengan mari"fat, dimana hakikat itu
merupakan tujuan awal Tasawuf, sedangkan ma'rifat merupakan tujuan
akhirnya.
Sedangkan Haqiqah secara etimologi berarti inti sesuatu, puncak atau
sumber dari segala
sesuatu, dalam dunia sufi, haqiqah diartikan sebagai aspek lain dari
syari`ah yang
bersifat lahiriah, yaitu batiniah, sehingga rahasia yang paling dalam dari
segala amal, inti dari syariah dan akhir dari perjalanan yang ditempuh
oleh orang sufi.
Haqiqah juga dapat berarti kebenaran sejati dan mutlak, sebagai akhir
dari semua
perjalanan, tujuan segala jalan
Hakikat dalam Tasawuf hakikat adalah imbangan kata syariat yang identik
dengan aspek kerohanian dalam ajaran Islam. Untuk merintis jalan
mencapai hakikat seseorang harus memulai dengan aspek moral yang
dibarengi aspek ibadah. Bila kedua aspek ini diamalkan dengan penuh
kesungguhan dan keikhlasan akan dapat meningkatkan kondisi mental
seseorang dari tingkat rendah secara bertahap ke tingkat yang lebih
tinggi. Pada posisi tertinggi Tuhan akan menerangi hati sanubarinya
dengan nur-Nya, sehingga ia betul-betul dapat dekat dengan Tuhan,
mengenal Tuhan dan melihat-Nya dengan mata hatinya.
Syech Yusuf al-Makasary, telah membagi kiblat maqam terdapat 4 macam
:
1.Kiblat Amal disebut kiblat orang-orang awam (ahli syariat), seperti
misal: bagi orang awam tidak sah sholat apabila tidak menghadap arah ke
kiblat masjil haram
2.Kiblat ilmu disebut kiblat orang-orang khusus (al-khawas),
sebagaimana Firman Allah Kemanapun kamu menghadap disitulah
wajah Allah (Al-Baqarah : 115)
3.Kiblat al-sirr disebut kiblat khususnya orang khusus atau ahli hakikatma'rifat ( akhas al-khawas), kiblat ini adalah kiblat rahasia yang meliputi
segala sesuatu yang tampak, dalam segala sesuatu, atas segala sesuatu,
menurut segala sesuatu, bersama segala sesuatu, kepada segala sesuatu
dan Dialah Segala sesuatu itu.

4.Kiblat Tawajjuh, adalah kiblat yang ada di hatisanubari dan sejajar


dengan hakekat hati, yang telah diisyaratkan dalam sebuah Hadits Hati
seorang Mukmin adalah Arsyullah.Sebagian ulama sufi menyatakan Hati
itu ghaib, al-Haq juga ghaib, sehingga yang ghaib lebih layak dengan
pendekatan yang ghaib pula. Apabila orang telah sampai pada keadaan
ini, maka dia termasuk orang bebas.
Di kalangan Sufi orang yang telah mencapai tingkatan ini disebut ahli
hakikat. Kalau dihubungkan dengan Tuhan, hakikat adalah sifat-sifat Allah
SWT, sedangkan Zat Allah disebut al-Haqq. Sufi yang dikenal dengan
faham hakikat adalah Abu Yazid al-Bustami dan al-Hallaj yang pernah
menyatakan Ana al-Haqq.
Pembicaraan mengenai masalah ini tentu tidak bisa dilepaskan dari
konsep Ittihad, Hulul dan Tawhid yang dalam pemahaman selintas dapat
diartikan sebagai penyatuan makhluk dan Khalik. Para ulama Syariat
dalam Islam memandang konsep ini bertentangan dengan Islam. Oleh
karena itu sebagaimana diketahui al-Hallaj mati dibunuh karena
mempunyai faham Hulul dan seperti di Jawa Syekh Siti Jenar juga
mengalami hal serupa. Kaum Sufi yang mempunyai faham ini
kelihatannya merasa takut untuk membicarakan Ittihad, Hulul dan
Tawhid. Karena itulah uraian tentang hal ini hanya dijumpai dalam
karangan-karangan modern dan tulisan-tulisan para Orientalis.
Ittihad adalah satu tingkatan dalam Tasawuf ketika seorang Sufi telah
merasa dirinya bersatu dengan Tuhan. Saat itulah terjadi penyatuan
antara yang mencintai dan yang dicintai. Dalam kondisi Ittihad seperti
inilah satu sama lain dapat memanggil Ya Ana (wahai aku). Meskipun
yang terlihat hanya satu wujud pada hakekatnya terdapat dua wujud yang
berbeda.
Adapun Hulul berarti menempati atau mengambil tempat. Dalam Tasawuf,
Hulul berarti suatu keadaan (hal) yang dicapai seorang Sufi ketika aspek
an-nasut (sifat kemanusiaan) Allah SWT bersatu dengan aspek al-Lahut
(sifat ketuhanan) yang ada pada manusia. Hulul merupakan salah satu
bentuk kebersatuan antara Allah SWT dan manusia. Kondisi ini dapat
terjadi apabila manusia dapat mencapai Fana dengan menghilangkan
sifat-sifat kemanusiaan yang dimilikinya sehingga yang tersisa hanyalah
sifat-sifat ketuhanannya.

Sebagaimana dijelaskan oleh Harun Nasution bahwa sebelum seorang


Sufi dapat bersatu dengan Tuhan ia harus lebih dahulu menghancurkan
dirinya. Selama ia belum dapat menghancurkan dirinya, yaitu selama ia
masih sadar akan dirinya, ia tak akan dapat bersatu dengan Tuhan.
Penghancuran diri ini dalam Tasawuf disebut Fana.
Penghancuran diri dalam Fana ini senantiasa diiringi dengan Baqa yang
berarti tetap atau terus hidup. Fana dan Baqa merupakan dua sisi mata
uang atau kembar dua sebagaimana penjelasan Sufi Jika kejahilan
(kebodohan) seseorang hilang yang akan tinggal ialah pengetahuan.
Pada saat seorang Sufi telah mencapai hancurnya perasaan atau
kesadaran tentang adanya tubuh kasar manusia dalam arti tidak
disadarinya maka yang akan tinggal hanyalah wujud rohaninya dan ketika
itulah ia dapat bersatu dengan Tuhan. Dalam kajian Tasawuf, Abu Yazid
al-Bustamilah (W. 874 M) yang dipandang sebagai Sufi pertama yang
memunculkan faham Fana dan Baqa.
Faham tersebut tersimpul dalam kata-katanya: Aku tahu pada Tuhan
melalui diriku, hingga aku hancur, kemudian aku tahu pada-Nya melalui
diri-Nya, maka akupun hidup. Selanjutnya ia pun mengungkapkan: Ia
membuat aku gila pada diriku sehingga aku mati, kemudian Ia membuat
aku gila pada-Nya, dan akupun hidup.......Aku berkata: Gila pada diriku
adalah kehancuran dan gila pada-Mu adalah kelanjutan hidup.
Kelihatannya Zunnun al-Misri baru sampai ke tingkat Marifat sementara
Abu Yazid al-Bustami telah melewati tingkat tersebut dan mencapai Fana
dan Baqa seterusnya Ittihad, bersatu dengan Tuhan.
Dalam keadaan Hulul seorang Sufi dapat mengeluarkan kata-kata yang
aneh dalam pendengaran awam, seperti yang diucapkan oleh al-Hallaj:
Ana al-Haqq (Aku adalah Yang Maha Benar). Dalam istilah Sufi
ungkapan-ungkapan seperti ini disebut Syatahat. Munculnya istilah
seperti ini disebabkan oleh rasa cinta yang berlimpah. Menurut faham
Hulul al-Hallaj, sebenarnyalah yang mengeluarkan kata-kata tersebut
bukan roh al-Hallaj, melainkan unsur an-nasut Allah yang sedang
mengambil tempat bersatu dengan unsur al-lahut al-Hallaj. Bukan pula
pada Zat Allah, melainkan unsur an-nasut-Nya yang mengambil tempat
pada unsur lahut manusia. Hal ini terlihat dari ungkapan syairnya: Aku
adalah Rahasia Tuhan Yang Maha Benar, dan bukanlah yang Maha Benar
itu Aku, Aku hanya satu dari yang benar, bedakanlah antara kami atau

aku dan Dia Yang Maha Benar.


Dalam Hulul proses kemanunggalan Allah SWT dan manusia itu adalah
Allah SWT turun mengisi dan memasuki serta mengambil tempat pada
tubuh-tubuh manusia yang Ia pilih, sedangkan dalam Ittihad roh manusia
naik (Miraj), lebur manunggal di alam Ketuhanan.
Memang mendalami dunia hakekat dapat menyebabkan seseorang
menjadi sesat dan "syirik", sebagaimana Ali bin Abi Thalib pernah berkata
: Mencari Hakikat itu termasuk Syirik. Sebagian ahli hakekat
mengatakan :Syarat kesempurnaan ibadat seorang hamba adalah
mengetahui bahwa yang disembah itu tampak pada dirinya, kalau tidak
demikian, maka ia tidak dapat menjadi penyembah yang sebenarnya,
sebab ia dapat memasuki lautan syirik yang tersembunyi. Bagaimana
tidak, sedangkan ia menjadi seorang penyembah karena ia menerima
perintah dariNya Taala dan Dia adalah yang disembah, karena segala
sesuatu kembali kepadaNya. Ia juga harus mengetahui dan mengerti
bahwa setiap kali ia menghadapi sesuatu apakah itu gambaran atau
pengertian , ia mendapati al-Haq tampak padanya dan nyata
olehnyadengan pengadaan dan penciptaaNya secara umum. Hal ini dapat
dicapai setiap orangsesuai dengan kemampuannya dalam penerimaan
penampakan itu secara khusus.
Sebagaimana Abu Yazid al-Bhistami menyatakan Aku adalah yang
mencintai dan yang dicintai adalah Aku. Abu Bakar al-Shiddiq berkata
berkata Saya tidak pernah melihat sesuatu, kecuali melihat Tuhan
sebelumnya, Umar Ibn al-Khattab berkata Saya tidak pernah melihat
sesuatu, kecuali melihat Tuhan sesudahnya, Usman ibn Affan berkata
Saya tidak pernah melihat sesuatu, kecuali melihat Tuhan bersamanya,
Sedangkan Ali Ibn Abi Thalib berkata Saya tidak pernah melihat sesuatu,
kecuali melihat Tuhan di dalamnya. Perkatan para sufi dalam hal ini
tujuannya sama. Adapun perbedaanya adalah terletak pada penyaksian
perkataan mereka tersebut terhadap masing-masing dari mereka sesuai
dengan tingkatan marifatnya dalam kesufian.
Demikianlah Petikan dari beberapa kitab hasil karya Syech Yusuf Taj alMakasari, semoga petikan ini dapat bermanfaat bagi para ahli suluk yang
lagi berjalan menuju kehadllirat Allah SWT.
Share this article :
1

Related Articles

Tawasul dan Wasilah


Tafsir Sufi

Macam-Macam Hal
Kepentingan Ilmu Tasawwuf
Ilmu Ketuhanan Bukan Ilmu Akal Tapi Ilmu Rasa
Hirarki kekuasaan di alam semesta
Diposkan oleh mitrasantri di 10.17
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: Hakikat, Tasawuf

Poskan Komentar
Prev PostNext Post Beranda

AMANAT RASULULLAH SAW


Barang siapa yang menyeru manusia kpd hidayah, dia mempunyai pahala seperti pahala yang
dicapai oleh orang yang menyahut seruannya tanpa mengurang pahala mereka yang menyambut
seruannya, semakin banyak orang yang mengikuti seruannya semakin berlipat kali ganda pahala
yang diperolehinya.(Riwayat Muslim)
MUTIARA KATA
Sayyiditina Aisyah r.a ketika ditanya oleh seorang ;
Bilakah saya mengetahui bahawa diriku telah berbuat baik?Jawabnya; Bila kamu merasa belum baik. Lalu
ditanya lagi; Bilakah saya mengetahui bahawa aku jahat (busuk/keliru).Jawabnya; Jika kamu merasa bahawa
kamu sudah baik
Wassalam..........!!!

CATATAN POPULER

Pengertian Ma'rifat
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan
apabila dihubun...

Kenali Pecahan Sifat 20


Mari sama-sama kita pelajari ilmu tauhid sifat 20 yang dipegang oleh Imam Abu Hassan al-Asyaari
dan Imam Abu Mansur al-Maturidi (Ahli sunna...

Maqam dan Ahwal


Dalam terminologi tasawuf yang dimaksud maqamat sangat berbeda dengan makam dalam istilah
umum yang berarti kuburan. Definisi maqamat secar...

Fana dan Baqa


Fana dalam makna leksikalnya adalah ketiadaan dan kehancuran. Dan lawan dari fana adalah baqa,
abadi, dan tetap ada. Seperti Tuhan termasuk...

Mestikah Manusia Bertasawuf?


Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar Barang siapa bertasawuf tanpa berfikih maka dia zindiq Barang
siapa berfikih tanpa bertasawuf maka dia fasik...

Maqam Mukasyafah
Ulama sufi berkata, "Mukasyafah artinya jalinan secara rahasia antara dua batin." Maksudnya,
mukasyafah adalah salah satu dari du...

Berguru kepada Penghuni Alam Lain


Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar Di antara mereka ber-tajassud kepadaku di bumi, yang lainnya bertajassud di udara. Di antara mereka ber-tajas...

Pengertian Hulul
Hulul Kata hulul yang sinonimnya infusion diartikan dengan penyerapan yakni menyerap
keseluruh bagian obyek yang dapat menerimanya...

Cinta Kepada Allah Dan Rasul-Nya


Seorang hamba yang mengetahui bahwa kesempurnaan yang hakiki tiada lain kecuali milik Allah dan
setiap yang tampak sempurna dari dirinya ...


Ilmu Ketuhanan Bukan Ilmu Akal Tapi Ilmu Rasa
Belajar ilmu hisab atau ilmu kedoktoran Tidak terasa bertuhan, tidaklah hairan Belajar ilmu yang
disebut dan lain-lain ilmu tidak te...

668656
Support : Ilmu Tasawuf | Syariat | Totiqot | Hakikat | Makrifat
Copyright 2011. Belajar Ilmu Tasawuf - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modify by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger

Anda mungkin juga menyukai