KOMPLEKSOMETRI
Posted on February 16, 2013by andysutriaddin
BAB I
PENDAHULUAN
1.
A. LatarBelakang
Satu dari jenis-jenis reaksikimia yang dapat digunakan sebagai dasar penentuan titrimetrik
melibatkan pembentukan suatu kompleks atau ion kompleks yang dapat larut tetapi sedikit
terdisosiasi. Suatu contoh adalah dari ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks
Ag(CN) yang sangatstabil.
2
Kompleks yang terbentuk dari suatu reaksi ion logam, yaitu kation dengan suatu anion atau molekul
netral. Ion logam didalam kompleks disebut atom pusat dan kelompok yang terikat pada atom pusat
disebut ligan. Jumlahikatanterbentukoleh atom logampusatdisebutbilangankoordinasidarilogam.Dari
komlpeksdiatasperakmerupakan atom logamdenganhilangankoordinasidua,
dansianidanyamerupakanligannya.
Sekarangtelahditemukanprosedurtitrimetri yang baruuntukpenemuan ion-ion
logaminidenganpereaksietilen diamin tetraasetatdinatrium yang umumnyadisebut EDTA
denganmenggunkan indicator terhadap ion logam yang mempunyaisifatsepertihalnyaindikator pH
padatitrasiasambasa, denganstandarpembentukankomplekskhelat yang
digolongkandalamgolongankomplekson.
Percobaankompleksometri yang
dilakukanbertujuanuntukmengukurkadar/kemurniansalahsatusenyawapolivalendenganmenggunaka
nmetodekompleksometri, agar kitamengetahuiberapakadarterdapatdalamsuatusenyawa.
1.
B. RumusanMasalah
Senyawa yang mengandung
unsurpolivalendalamstrukturnyadapatditentukankadar/kemurniannyadenganmetodekompleksometr
i. Dari
haltersebut,makaperludilakukanpengukurankadar/kemurniansalahsatusenyawapolivalendenganmeto
dekompleksometri.
1.
C. MaksudPraktikum
Untukmengukurkadar/kemurniansuatusenyawapolivalendenganmetodekompleksometri.
1.
D. TujuanPraktikum
1.
E. ManfaatPraktikum
Denganmelakukanpraktikuminidiharapkandapatmelakukanpengukurankadarsenyawapolivalendenga
nmetodekompleksometri.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.
A. TeoriUmum
Hg + 2Cl HgCl
2+
(Khopkar, 2002).
Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan
pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks
yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation,
dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion
kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan
mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek
biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti
yang menyangkut penggunaan EDTA. (Khopkar, 2002).
Dalam pelaksanaan analisis anorganik banyak digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan
pembentukan kompleks.Suatu ion atau molekul kompleks terdiri satu atom ion pusat dan sejumlah
ligan yang terikat erat dengan atom ion pusat itu.Jumlah relatif komponen-komponen ini dalam
kompleks yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang tertentu.Atom pusat ditandai oleh
bilangan koordinasi, suatu angka bulat yang menunjukkan jumlah ligan (monodentat) yang dapat
membentuk kompleks yang stabil dengan satu atom pusat (Svehla, G. 1990).
Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis
asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi
dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).
Analisis kuantitatif untuk zat-zat anorganik yang mengandung ion-ion logam seperti alumunium,
bismuth, kalium, magnesium dan zink dengan cara gravimetric memakan waktu yang lama, karena
prosedurnya meliputi pengendapan, penyaringan, pencucian, dan pengeringan atau pemijaran
sampai bobot konstan (Anonim, 2011).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida,
CN , karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel.
-
Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedangkan dengan ion
nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianida dalam
titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion
ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).
Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai
titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian
visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila
hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi
warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu
harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan
warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks
logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari
kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna
antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati.
Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna
terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan
dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi,
12, Mg(OH) akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca dengan indikator
2+
Titrasilangsung, dapatdilakukanterhadapsedikitnya
25kationdenganmenggunakanindiatorlogam. Pereaksipembentukankompleks,
sepertisitratdantartrat, seringditambahkanuntukpencegahanendapanhidroksidalogam. Buffer
NH -NH Cl dengan pH 9 sampai 10 seringdigunakanuntuklogam yang
3
membentukkompleksdenganamoniak.
2.
Titrasikembali, digunakanapabilareaksiantarakationdengan EDTA
lambatatauapabilaindikator yang sesuaitidakada. EDTA berlebihditambahkanberlebihdan yang
bersisadititrasidenganlarutanstandar Mg denganmenggunakancalmagnitesebagaiindikator.
Kompleks Mg-EDTA mempunyaistabilitas relative rendahdankation yang
ditentukantidakdigantikandengan magnesium. Cara
inidapatjugauntukmenentukanlogamdalamendapan, sepertiPb di dalam PbSO danCadalam
CaSO .
4
3.
penentuansulfatdenganmenambahkanlarutanbaku barium
berlebihandanmenitrasikelebihantersebutdenganEDTA.
Jugapospatsudahditentukansetelahpengendapansebagai MgNH PO yang
tidakterlalusukarlarutlalumenitrasikelebihan Mg.
4
5.
1.
B. UraianBahan
A.
NamaResmi
Nama Lain
RM / BM
Pemerian
Penyimpanan
: Dalamwadahtertutupbaik
Kegunaan
: Sebagaipelarut
1.
NaOH (Ditjen POM, 1995)
NamaResmi
: NATRII HYDROXIDUM
Nama Lain
RM / BM
Pemerian
: Natriumhidroksida
: NaOH / 40,00
: Putihataupraktisputih, massamelebur, berbentuk pellet,
Kelarutan
Penyimpanan
Kegunaan
: Sebagaipereaksi
1.
NamaResmi
: ZINCI SULFAT
Nama Lain
: Sengsulfat
RM / BM
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
: Dalamwadahtertutuprapat.
Kegunaan
: Sebagaisampel.
1.
EBT (Ditjen POM, 1979)
NamaResmi
: ETILEN BIRU TIMOL
Nama Lain
RM / BM
: EBT, Biruhidroksinaftol
: C H N O S / 554,52
20
14
11
Pemerian
: Hablur, birukecil
Kelarutan
: Mudahlarutdalam air
Penyimpanan
: Dalamwadahtertutupbaik
Kegunaan
: SebagaiIndikator
1.
EDTA (Ditjen POM, 1979)
NamaResmi
: ETILEN DIAMINA TETRA ASETAT
Nama Lain
RM / BM
: EDTA
: C H N / 98,96
2
Pemerian
Kelarutan
Penyimpanan
: Dalamwadahtertutuprapat
Kegunaan
1.
: Sebagaititran
Ditimbang saksama 100 mg zat uji, kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 100 ml air suling,
tambahkan NaOH encer tetes demi tetes secukupnya hingga terbentuk endapan yang mantap.
Tambahkan 5 ml larutan dapar amonia pH 10, titrasi dengan EDTA 0,05 M menggunakan indicator
EBT-NaCl 20 mg hingga terjadi warna biru.
BAB III
KAJIAN PRAKTIKUM
1.
Alat yang dipakai pada praktikum kompleksometri adalah buret, botol semprot, cawan poreslin,
corong, erlemeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml, klem, pipet tetes, sendok tanduk, statif, dan timbangan
analitik.
1.
B. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan pada praktikum kompleksometri adalah Aquadest, Alumunium Foil,
Indikator EBT-NaCl, Larutan baku EDTA 0,0499 N, Larutan NaOH encer, Larutan dapar amonia pH
10, Tissue, dan ZnSO .
4
1.
C. Cara Kerja
Disiapkanalatdanbahan yang akandigunakan. Ditimbangsaksama 100 mg zatuji (zinksulfat),
kemudiandilarutkandalam Erlenmeyer dengan 100 ml air suling, ditambahkanNaOHencertetes demi
tetessecukupnyahinggaterbentukendapan yang mantap. Laluditambahkan 5 ml buffer,
dandititrasidenganNa.EDTA 0,0499 M denganmenggunakan indicator EBTNaClhinggaterjadiwarnabiru.
BAB IV
KAJIAN HASIL PRAKTIKUM
1.
A. HasilPraktikum
A.
1.
Data Pengamatan
Kelompok
Berat Sampel
V. Titran
% Kadar
50 mg
1,9 ml
27,42 %
II
51 mg
18,6 ml
132,12 %
III
57 mg
2,1 ml
29,89 %
IV
51 mg
13,9 ml
202,25 %
Rata-rata
52,25 mg
97,92 %
9,125 ml
1.
2. Perhitungan
Penetapan kadar ZnSO .7H O
4
% =
=
= x 100%
= 126,02 %
1.
3.
Reaksi
Reaksisampeldenganpelarut air
ZnSO + H O
4
Zn + SO
2+
24
ReaksisampelditambahkanNaOH
Zn +NaOH + NH
2+
Zn(OH) + Na + NH
2
1.
B. Pembahasan
sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedangkan dengan ion nilkel membentuk nikelsianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianida dalam titrimetri adalah bahwa
ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan
bergigi satu.
Pada percobaan komlpleksometri, dilakukan dua kali pengukuran. Pertama-tama ditimbang zink
sulfat sebanyak 100 mg, kemudian dilarutkan dalam erlenmeyer dengan 100 ml aquades, kemudian
ditambahkan dengan indikator NaOH hingga tetes demi tetes hingga terbentuk endapan yang
mantap. Selanjutnya, ditambahkan larutan buffer dan dititrasi dengan Na.EDTA 0,0499 N
menggunakan indikator EBT-NaCl hingga terbentuk menjadi biru.
Alasan mengapa ZnSO ditentukan kadarnya secara kompleksometri, sebab zink sulfat merupakan
salah satu ion logam yang polivalen dan dapat bereaksi dengan EDTA membentuk senyawa atau
4
2+
2+
2+
perubahan warna dari ungu menjadi birudenganpenambahan indicator logam yang dapat juga
menjadi indiktor pH.
Larutanbaku yang digunakanpadakompleksiometriyaituNa.EDTA 0,0499N, danindikator yang
digunakanadalahEBT-NaCl.
Titikakhirtitrasiditandaidenganperubahanwarnabiru.Sebelumdititrasilarutanberwarnaungudanmenja
dibirusetelahmencapaititikakhirtitrasidengan volume titrasi yangpertama diperoleh adalah 2,6 ml
dan volume titrasi yang kedua yaitu3,4 ml.
Setelahdiukurkadar/kemurnianZnSO denganmetodekompleksiometridiperolehkadar pertama
yaitusebesar27,425% ,kadar ke dua yaitu 39% ,kadar ke tiga yaitu 29,89% dan kadar ke empat adalah
4
39%.
Persyaratan kadar Zink sulfat menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah mengandung tidak
kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 108,7%. Jadi bahan baku Zink sulfat yang digunakan tidak
memenuhi syarat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan di dapatkan kadar ZnSO berdasarkan volume pertama adalah 27,425%
4
dan kadar berdasarkan volume kedua adalah 39%,kadar volume ke tiga adalah 29,89% dan kadar
volume ke empat adalah 39%.
1.
B. Saran
Sebaiknyaalat dan bahan yang akan di gunakan dalam praktikumkan agar dilengkapi demi kelancaran
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
aAnonim, 2012.PENUNTUN DAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Universitas Muslim
Indonesia : Makassar.