Anda di halaman 1dari 4

Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah

yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :


a.

Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun


kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko,
terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu

b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim,


tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar
mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik
c.

Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat
(20-34 tahun)

d.

Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses
terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

penatalaksanaan/ penanganan Bayi Berat Lahir Rendah


1) Pengaturan suhu badan bayi dengan berat lahir rendah
a) Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus
dipertahankan dengan ketat. (Sarwono, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
2006: 377)
Menurut (Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk Dokter,
Bidan, dan Perawat, di Rumah sakit),
Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh ada lima cara yaitu:
a. Kontak kulit dengan kulit
Penggunaannya yaitu :
Untuk semua bayi
Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi
(32-36,4oC).
b. Kangaroo Mother Care (KMC) atau perawatan bayi lekat (PBL)
Kangaroo mother care (KMC) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini,
terus menerus dan dikombinasi dengan pemberian ASI eksklusif. Tujuannya agar bayi
kecil tetap hangat. Dapat dimulai segera setelah lahir atau setelah bayi stabil. KMC
dapat dilakukan di rumah sakit atau di rumah setelah bayi pulang. Bayi tetap bisa

dirawat dengan KMC meskipun belum bisa menyusu, berikan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternative cara pemberian minum.
c. Pemancar panas
d. Inkubator.
Menurut (Pengantar ilmu Keperawatan anak 1, Hidayat A, 2009: hal 191)
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan kedalam alat
yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang
normal. Dalam pelaksanaan perawatan didalam inkubator terdapat dua cara yaitu
dengan cara tertutup dan terbuka.
a) Inkubator tertutup
1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dapat dibuka apabila dalam keadaan
tertentu seperti apnea; dan apabila membuka inkubator usahakan suhu bayi tetap
2)
3)
4)
5)
6)
b)
1)

hangat dan oksigen harus selalu disediakan.


Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi
Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh
Pengaturan oksigen selalu diobservasi
Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27C
Inkubator terbuka
Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan

pada bayi
2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan
kehangatan
3) Membungkus dengan selimut hangat
4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.
5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala
6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat
Ruangan yang hangat.
Suhu kamar untuk bayi dengan pakaian
BB
Suhu ruangan
1500-2000 gram
28 30 oC
>2000 gram
26 28 oC
Catatan : jangan digunakan untuk bayi < 1500 gram
3) Pemberian makanan bayi
a. Pada bayi prematur refleks isap, telan, dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lifase masih kurang,
disamping itu kebutuhan protein 3- 5 gram/ hari dan tinggi Kalori ( 110/kg/ hari ) agar
berat badan bertambah sebaik- baiknya.

b.

Pemberian minuman dimulai pada waktu berumur 3 jam agar bayi tidak menderita

c.

hipoglikemia dan hiperbilirubinemia


Sebelum pemberian minuman pertama harus dilakukan pengisapan cairan lambung
hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah.

Pengisapan cairan lambung juga dilakukan pada setiap pemberian minum selanjutnya.
d. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu dengan
ibunya, bayi degan kurang 1500 gram diberikan minum melalui sonde lambung.
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada ibunya, bila daya isap bayi kecil ini lebih
baik dengan dot dibandingkan dengan putting susu ibu pada keadaan ASI dipompa dan
e.

diberikan melalui botol.


Cara pemberian ASI melalui susu botol adalah dengan frekuensi pemberian yang lebih
sering dalam jumlah susu yang sedikit, frekuensi pemberian minum makin berkurang

f.

dengan bertambahnya berat bayi.


Jumlah cairan yang diberika pertama kali adalah 1- 5 ml/ jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung
dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk mencegah

g.

regurgitasi/ muntah atau distensi abdomen.


Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/ kg/ hari, setiap hari dinaikkan 20

sampai 200 ml/kg/hari


h. Air susu yang paling baik adalah ASI, bila bayi belum dapat menyusu, ASI dipompa dan
dimasukkan kebotol steril. Bila ASI tidak ada susunya dapat diganti dengan susu
buatan yang rendah lemak yang mudah dicerna bayi dan mengandung 20 kalori/ 30 ml
air atau sekurang- kurangnya bayi mendapat 110 kalori/ kg BB/ hari.
oleh karena itu mudahnya terjadi regurgitasi dan pneumonia aspirasi pada bayi BBLR,
maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan pada
a)

bayi dengan berat lahir rendah, yaitu :


Bayi diletakkan pada sisi kanan untuk membantu mengosongkan lambung, atau dalam
posisi setengah duduk dipangkuan perawat atau dengan meninggikan kepala dan suhu

b)

30C ditempat tidur bayi


Sebelum susu diberikan diteteskan dahulu dipunggung tangan untuk merasakan

c)

apakah susu cukup hangat dan apakah keluarnya satu tetes tiap detik.
Pada waktu bayi minum harus diperhatikan apakah ia menjadi biru, ada gangguan
pernapasan atau perut gembung. Pengamatan dilakukan terus sampai kira- kira

setengah jam sesudah minum. Gumpalan susu dimulut harus dibersihkan dengan
d)

memberikan 3- 4 sendok teh air putih yang sudah dimasak.


Untuk mencegah perut kembung, bayi diberi minum sedikit demi sedikit dengan
perlahan- perlahan dan hati- hati. Penambahan susu setiap kali minum tidak boleh

e)

lebih dari 5 ml setiap kali minum.


Sesudah minum, bayi didudukkan atau diletakan diatas pundak selama 10-15 menit
untuk mengeluarkan udara dilambung dan kemudian ditidurkan pada posisi kanan atau
tidur dalam posisi tengkurap, hal ini dilakukan agar tidak terjadi regurgitasi atau

f)

muntah.
Bila biru dan mengalami gangguan pernapasan pada waktu minum, kepala bayi harus
direndahkan 30 cairan dimulut dan faring disuction, bila masih biru dan tidak
bernapas harus segera diberi oksigen dn pernapasan buatan. (Winkjosastro, H.2007)

Anda mungkin juga menyukai