Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GLAUKOMA

OLEH
NI MADE AYU RAHAYUNI
NIM. P07120214001

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-IV
SEMESTER V
2016

LAPORAN PENDAHULUAN GLAUKOMA

1. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Pengertian
Glaukoma adalah gangguan ocular yang ditandai dengan perubahan
pada pusat saraf optic (lempeng optic) dan kehilangan sensitifitas visual
dan jarak pandang (Elin, 2009)
Glaukoma merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
berkurangnya

lapang

pandang

akibat

kerusakan

saraf

optikus

(Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, 2002).


Glaukoma berasal dari kata yunani glaukos yang berarti hijau
kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebu pada pupil penderita
glaucoma.(Ilmu Penyakit Mata, 2007)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000).
Glaukoma adalah gangguan penglihatan yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola
mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi cairan dan
pembuangan cairan dalam bola mata dan tekanan yang tinggi dalam bola
mata bisa merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan
belakang bola mata (Nurarif, 2015)
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan
oleh tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf
optik yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata.
Saraf optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina)
dengan bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan

B. Klasifikasi
Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma, yaitu:
1. Glaukoma primer
- Glaukoma sudut terbuka
- Glaucoma sudut sempit

2. Glaukoma congenital
- Primer atau infantile
- Menyertai kelainan congenital lainnya
3. Glaukoma sekunder
- Perubahan lensa
- Kelainan vuvea
- Trauma
- Bedah
- Rubeosis
- Steroid
4. Glaukoma absolute
Dari pembagian di atas dapat dikenal glaucoma dalam bentuk-bentuk:
a. Glaukoma sudut sempit primer dan sekunder (dengan blockade pupil atau
tanpa blockade pupil)
b. Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder
c. Kelainan pertumbuhan, primer (congenital, infantile, juvenile), sekunder
kelainan pertumbuhan lain pada mata (Sidharta Ilyas, 2010)
C. Etiologi
Penyebab dari glaucoma adalah sebagai berikut:
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata/di
celah pupil (Sidharta Ilyas, 2004)
Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang
disebut humor aqueus. Bila dalam keadaaan normal, cairan ini dihasilkan
didalam bilik posterior, melewati pupil masuk kedalam bilik anterior lalu
mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu
(biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari
bilik anterior), maka akan terjadi peningkatan tekanan.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara
saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah
kesaraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf
optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada
lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi,
lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada
akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
D. Patofisiologi
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran
keluar Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan
dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran

Aqueos humor. Aqueos humor diproduksi didalam badan siliar dan


mengalir

keluar

melalui

kanal

Schelmn

kedalam

sistem

vena.

Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar atau


oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor
melalui kamera occuli anterior (COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg
memerlukan evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran
darah ke saraf optik dan retina. Iskemia menyebakan struktur ini
kehilangan fungsinya secara bertahap.Kerusakan jaringan biasanya
dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus
dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan hal ini bersifat
permanen.

Tanpa

penanganan,

glaukoma

dapat

menyebabkan

kebutaan.Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada


lapang pandang
E.

Manifestasi Klinis
1. Glaukoma sudut lebar berkembang dengan pelan dan biasanya
asimtomatik sampai onset kehilangan jarak pandang. Kerusakan jarak
pandang termasuk konstriksi jarak pandang peripheral general, skotomas
terisolasi atau bintik buta, penurunan sesnitivitas kontras, penurunan
akuitas, peripheral, dan perubahan penglihatan warna.
2. Pada glaucoma sudut sempit, pasien biasanya mengalami symptom
prodromal intermittent (seperti pandangan kabur dengan halos sekitar
cahaya dan biasanya sakit kepala). Tahap akut memiliki gejala
berhubungan dengan kornea berawan , edematous, nyeri pada ocular,
mual, muntah, dan nyeri abdominal dan diaphoresis (Nurarif, 2015).
F. Penatalaksanaan
1) Terapi Medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler)
terutama dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi
tubuh
a) Obat Sistemik
(1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik
anhidrase yang akan

mengakibatkan

diuresis

dan

menurunkan sekresi cairan mata sebanyak 60%, menurunkan

tekanan bola mata. Pada permulaan pemberian akan terjadi


hipokalemia sementara. Dapat memberikan efek samping
hilangnya kalium tubuh

parastesi,

anoreksia,

diarea,

hipokalemia, batu ginjal dan myopia


sementara.
(2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk
obat minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam
bentuk intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO
sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah

tidak

efektif

lagi.
b) Obat Tetes Mata Lokal
(1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol,
betaxolol,

levobunolol, carteolol, dan metipranolol.

Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan TIO.


(2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah
terapi sistemik.
c) Terapi Bedah
(1) Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari
bilik mata belakang dan depan karena telah terdapat hambatan
dalam pengaliran humor akueus. Hal ini hanya dapat
dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
(2) Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang
tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan
dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, aquous atau
2) vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.Lapang penglihatan : Penurunan
mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis
atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,


discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri
dibedakan menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu
membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior
sehingga memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan
lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang
pandangan dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara
yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
2.

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas klien, meliputi :
Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien
masuk ke RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar
atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang
dialami klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu
sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang
pernah dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang
pernah dialami anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untuk

mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus

optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam.

Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues


humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
2) Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik
akan menurun secara
bertahap.
3) Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata,

sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi

pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan


dengan palpasi untuk memeriksa mata yang

mengalami

peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata yang lain.


4) Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik
atau open angle

didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan

keadaan akut atau angle closure 30

mmHg. Uji dengan

menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada


glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia

(perlengketan

pinggir

kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup.

iris

pada

Pada

glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA akan tertutup,


2.

sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.


Pengkajian Pola Fungsional Gordon
a. POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
1) Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi
klien menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang
penyakit glaukoma, bagaimana kepatuhannya

terhadap

pengobatan.
2) Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat
keluarga dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan
sistem vaskuler, serta riwayat

stress,

alergi,

gangguan

vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.


b. POLA NUTRISI/METABOLISME
1) Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
2) Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
3) Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka (cepat/lambat)
4) Bagaimana nafsu makan klien
5) Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang
mempengaruhi makan dan nafsu makan

6) Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan


terakhir Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien
akan mengeluhkan mual muntah
c. POLA ELIMINASI
1) Kaji kebiasaan defekasi
2) Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau,
warna dan karekteristik BAB
3) Kaji kebiasaan miksi
4) Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada
ada kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan
alat bantu untuk miksi
5) Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan
pada pola eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai
penyakit glukoma tipe sekunder (DM, hipertensi).
d. POLA AKTIVITAS/LATIHAN
1) Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan
dan sirkulasi
2) Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga
(gunakan table gorden)
3) Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
4) Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah,
batuk, nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara
klien langsung atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan
non verbal klien )
5) Kaji kekuatan tonus otot
6) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien
sehari-hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit
ketika terkena cahaya matahari.
e. POLA ISTIRAHAT TIDUR
1) Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
2) Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
3) Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan
istirahat klien
4) sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri
hebat sehingga pola tidur klien tidak normal.
f. POLA KOGNITIF-PERSEPSI

1) Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap,


penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
2) Status mentalBicara : - apakah klien bisa bicara dengan
normal/ tak
jelas/gugup
3) Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
4)
5)
6)
7)

keterampilan
interaksi
Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
Pendengaran : DBN / tidak
Peglihatan :DBN / tidak
Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan

intensitas nyeri
8) Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien
untuk mengurangi
9) Apakah
klien

nyeri saat nyeri terjadi


mengalami
insensitivitass

terhadap

panas/dingin/nyeri
10) Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada
indera penglihatan.

Pola pikir klien juga terganggu tapi

masih dalam tahap yang biasa.


g. POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
1) Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap
kemampuan, harga

diri, gambaran diri dan perasaan

terhadap diri sendiri


2) Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada
hal yang membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
3) Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien,
apakah klien

sering merasa marah, cemas, depresi, takut,

suruh klien menggambarkannya.


4) Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada
konsep diri

karena mata klien mengalami gangguan

sehingga kemungkinan klien tidak

PD

dalam

kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami


gangguan pada persepsi dan konsep diri.
h. POLA PERAN HUBUNGAN
1) Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan
keluarga lainnya.
2) Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien

3) Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak


maupun cucu dll
4) Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
5) Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian
konflik
6) Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
7) Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada
matanya yang mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan
orang lain.
8) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami
gangguan dalam melakukan perannya
i. POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
1) Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan
menggunakan system pendukung
2) Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam
beberapa bulan terakhir
3) Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi
masalah yang dihadapi, apakah efektif?Apakah klien suka
berbagi maslah/curhat pada
4) keluarga / orang lain
5) Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah
panik
6) Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam
menghadapi stress
7) Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan
penyakit yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep
dirinya dimana klien mengalami penyakit yang mengganggu
organ penglihatannya.
j. POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
1) Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
2) Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
3) Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan
intim berhubungan

penyakitnya, misalnya klien merasa

sesak nafas atau batuk hebat saat


intim

melakukan hubungan

4) Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola


reproduksi

seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih

sayang dalam keluarga akan

terganggu

ketika

keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka

anggota
yang

mengalami penyakit mata.


k. POLA KEYAKINAN-NILAI
1) Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan
tujuan dalam
hidup
2) Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan
datang.
3) Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal
penting dalam
hidup
4) Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas
ibadah sehari-

hari karena klien mengalami sakit mata dan

sakit kepala yang akan

mengganggu ibadahnya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan
3.
4.
5.

serabut saraf oleh karena peningkatan TIO.


Resiko cedera b/d penurunan lapang pandang
Defisit perawatan diri b.d penurunan lapang pandang
Harga diri rendah b.d kebutaan

C.
No.
1.

Rencana Tindakan

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Keperawatan
Nyeri
b.d NOC :

NIC :

peningkatan

a. Lakukan pengkajian nyeri secara

TIO

a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam.

Pasien

tidak

mengalami nyeri, dengan :


Kriteria Hasil

komprehensif

termasuk

karakteristik,

furasi,

lokasi,

frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi


b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Bantu pasien dan keluarga untuk
mrncari

dan

menemukan

mengontrol

dukungan
d. Kontrol lingkungan yang dapat

nyeri (tahu penyebab

mempengaruhi nyeri seperti suhu

nyer,

rungan,

a. Mampu

mampu

menggunakan

teknik

nonfarmakologi untuk
mengurangi

nyeri,

mencari bantuan)
b. Melaporkan
bahwa
nyeri berkurang dnegan
menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu
mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi

dan

nyeri)
d. Menyatakan

tanda
rasa

nyaman setelah nyeri


berkurang
e. Tanda vital
rentang normal

dalam

pencahayaan

dan

kebisingan
e. Kurangi faktor presipitasi nyeri
f. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
g. Ajarkan tentang teknik
farmakologi
relaksasi,

napas

distraksi,

non
dala,

kompres

hangat/dingin
h. Berikan informasi tentang nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan
antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
i. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik

f. Tidak
2.

mengalami

Gangguan

gangguan tidur
NOC

NIC

persepsi

Sensory Function : Vision

Communication

sensori

1. Ketajaman

visual /

pusat (kiri dan kanan)


2. Ketajaman
visual

penglihatan
b.d serabut
saraf

oleh

karena
peningkatan
TIO

perifer

(kiri

dan

(kiri dan kanan)


4. Bidang visual yang
kanan)
5. Mampu

(kiri

dan

1. Pantau implikasi fungsional visi


berkurang

(misalnya

menanggapi

hemianopia
7. Tidak
mengalami

risiko

cedera , depresi , kecemasan , dan


kemampuan

untuk

melakukan

aktivitas sehari-hari dan kegiatan


dihargai )
2. Bantu

pasien

meningkatkan

rangsangan visual
6. Tidak
mengalami

floaters

visual Visual Deficit

kanan)
3. Bidang visual central

perifer

Enhancement

dalam

stimulasi

indera

lainnya (misalnya , menikmati


aroma, rasa , dan tekstur makanan
)
3. Berikan pencahayaan ruang yang
memadai
4. Bantu pasien , keluarga , pendidik
, dan pengasuh yang terlibat
dengan anak dengan gangguan
penglihatan

dalam

kebutuhan

pemberian informasi ( misalnya,


bagaimana

mengajar

bimbingan

antisipatif

anak
,

,
dan

pertimbangan perkembangan )
5. nstruksikan orang tua , keluarga ,
pendidik , dan pengasuh untuk
mengenali

dan

menanggapi

bentuk ekspresif nontradisional


komunikasi ( misalnya, gerakan
dan ekspresi wajah )
6. antu pasien atau keluarga dalam

mengidentifikasi

sumber

daya

yang tersedia untuk rehabilitasi


penglihatan
7. Berikan rujukan untuk pasien
yang membutuhkan pengobatan
medis bedah atau lainnya
Medication Administration : Eye
1. Perhatikan

riwayat

kesehatan

pasien dan riwayat alergi


2. Kaji

pengetahuan

pasien

mengenai obat dan pemahaman


metode administrasi
3. Posisikan pasien terlentang atau
duduk di kursi dengan leher
sedikit hyperextended ; meminta
pasien untuk melihat langit-langit
4. Tanamkan

obat

ke

kantung

konjungtiva menggunakan teknik


aseptik
5. Anjurkan pasien untuk menutup
mata

dengan

lembut

untuk

membantu mendistribusikan obat


6. Pantau efek lokal, sistemik, dan
merugikan dari obat
3

Resiko cedera NOC


b/d penurunan Comfort
lapang
pandang

NIC
Status

: Environmental Management

Environmental

1. Ciptakan lingkungan yang aman

1. Persediaan

yang

dibutuhkan

dan

peralatan
jangkauan

dalam

untuk pasien
2. Safeguard dengan rel sisi / side
-rail padding, yang sesuai
3. Berikan

perangkat

adaptif

2. Suhu kamar

(misalnya, bangku langkah atau

3. Lingkungan

yang

aman

pegangan tangan), yang sesuai


4. Sediakan tempat tidur nyaman

4. Kebersihan

yang bersih dan lingkungan

lingkungan

5. Hindari paparan yang tidak perlu,

5. Perangkat keselamatan
digunakan

dengan

tepat

draft, overheating, atau dingin


6. Manipulasi pencahayaan untuk
manfaat terapeutik

6. Pencahayaan ruangan
7. Ketersediaan

ruang

untuk pengunjung
8. Tempat

tidur

7. Izinkan keluarga / orang lain yang


signifikan untuk tinggal dengan
pasien

yang

aman

8. Didik pasien dan pengunjung


tentang perubahan / tindakan

9. Furniture yang aman

pencegahan,

sehingga

mereka

tidak akan sengaja mengganggu


Physical Injury Severity
1. Tidak ada lecet kulit

lingkungan
9. Berikan keluarga / signifikan lain

2. Tidak ada memar

dengan informasi agar membuat

3. Tidak ada laserasi

lingkungan yang aman untuk

4. Tidak

pasien

ada

keseleo

ekstremitas
5. Tidak ada fraktur

Environmental

6. Tidak ada cedera gigi

Safety

7. Tidak

ada

cedera

kepala terbuka
8. Tidak

ada

1. Identifikasikan

Management
defisit

kognitif

atau fisik pasien yang dapat


cedera

kepala tertutup
9. Tidak ada gangguan
mobilitas
10. Tidak ada penurunan
tingkat kesadaran
11. Tidak ada pendarahan

meningkatkan

potensi

dalam lingkungan tertentu.


2. Identifikasikan
perilaku

cedera
dan

faktor yang mempengaruhi resiko


cedera
3. Identifikasikan

karakteristik

lingkungan

yang

dapat

meningkatkan

potensi

untuk

12. Tidak ada trauma

cedera (misalnya

lantai licin.

tangga terbuka dan lain-lain)


4. Dorong pasien untuk mengunakan
tongkat

atau

alat

pembantu

berjalan
5. Kunci roda dari kursi roda,
tempat tidur, atau brankar selama
transfer pasien
6. Ajarkan pasien bagaimana jatuh
untuk meminimalkan cedera
7. Memantau kemampuan untuk
mentransfer dari tempat tidur ke
kursi

dan

demikian

pula

sebaliknya
8. Gunakan teknik yang tepat untuk
mentransfer pasien ke dan dari
kursi roda, tempat tidur, toilet,
dan sebagainya
9. Sediakan kursi dari ketinggian
yang tepat, dengan sandaran dan
sandaran

tangan

untuk

memudahkan transfer
10. Sediakan tempat tidur

kasur

dengan tepi yang erat untuk


memudahkan transfer
11. Berikan
pencahayaan
memadai

untuk

visibilitas
12. Sediakan

yang

meningkatkan

lampu

malam

disamping tempat tidur


13. Pastikan pasien yang memakai
sepatu

yang

pas,

kecangkan

aman, memiliki sol tidak mudah


tergelincir
14. Mendidik

anggota

keluarga

tentang resiko yang berkontribusi

terhadap cedera dan bagaimana


mereka dapat menurunikan resiko
tersebut
15. Sarankan adaptasi rumah untuk
meningkatkan keselamatan
16. Intruksikan
keluarga
pentingnya

pegangan

pada
tangan

untuk kamar mandi, tangga, dan


trotoar
17. Sarankan alas kaki yang aman
18. Kembangkan cara untuk pasien
berpartisipasi keselamatan dalam
kegiatan rekreasi
19. Berikan pengawasan yang ketat
4

Defisit

dan/perangkat penahan.
NIC :

NOC :

perawatan diri Self care : Activity of Daily Self Care assistane : ADLs
Living (ADLs)

1. Monitor kemempuan klien untuk

Seteah diberikan asuhan

perawatan diri yang mandiri.


2. Monitor kebutuhan klien untuk

keperawatan selama 2x24


jam

diharapkan

pasien

meningkatkan kemampuan
merawat

dirinya

dengan

kriteria Hasil :

alat-alat bantu untuk kebersihan


diri, berpakaian, berhias, toileting
dan makan.
3. Sediakan bantuan sampai klien
mampu

1. Klien terbebas dari bau


badan
2. Menyatakan

secara

utuh

untuk

melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal

kenyamanan terhadap
kemampuan

sesuai kemampuan yang dimiliki.


untuk 5. Dorong untuk melakukan secara

melakukan ADLs
3. Dapat
melakukan
ADLS dengan bantuan

mandiri, tapi beri bantuan ketika


klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong

kemandirian,

untuk

memberikan bantuan hanya jika


pasien

tidak

mampu

untuk

melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari
sesuai kemampuan.
8. Pertimbangkan usia

klien

jika

mendorong pelaksanaan aktivitas


sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. jakarta:
EGC
Doengoes, Marylinn. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan DIagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction.
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiolog: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
4 buku II. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai