Anda di halaman 1dari 21

Makalah Seminar Studi Pustaka

PENGGUNAAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI FEED


ADDITIVE TERHADAP SISTEM PERTAHANAN TUBUH AYAM
BROILER

AAN ARDIANSYAH
I111 13 331

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
1

Makalah Seminar Studi Pustaka

PENGGUNAAN BAWANG PUTIH (Allium sativum) SEBAGAI FEED


ADDITIVE TERHADAP SISTEM PERTAHANAN TUBUH AYAM
BROILER

AAN ARDIANSYAH
I111 13 331

Disusun sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan pada Mata Kuliah Seminar
Studi Pustaka Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
2

HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: Aan Ardiansyah

NIM

: I 111 13 331

Bagian

: Nutrisi dan Makanan Ternak

Judul

: Penggunaan Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai Feed


Additive Terhadap Sistem Pertahanan Tubuh Ayam Broiler

Makassar, 14 September 2016

Telah Disetujui :
Panitia Seminar

Pembimbing

Marhamah Nadir, S.P., M.Si., Ph.D


NIP. 197302092 008122 002

Dr. Sri Purwanti, S.Pt, M.Si


NIP. 19751101 200312 2 002

Mengetahui
Ketua Program Studi Peternakan

Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc


NIP. 19640712 198911 2 002

ABSTRAK
Makalah ini membehas penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki efek
penambahan bawang putih (Allium sativum) bubuk, sebagai promotor kesehatan
dalam pakan terhadap sistem pertahanan tubuh ayam broiler. Enam puluh tiga ekor
anak Ayam umur satu hari (DOC) dipelihara di sebuah kandang terbuka dan dibagi
menjadi tiga kelompok terdiri dari 21 ekor. Tiap kelompok diberikan perlakuan degan
penambahan (0, 3 dan 5%) bubuk bawang putih pada pakannya. Pakan dan air
diberikan secara tidak terbatas sampai umur 42 hari. Dilakukan pengukuran pada
parameter sel darah putih dan berat organ limpatik. Penambahan 3% bawang putih
secara signifikan (P <0,05) meningkatkan eusinofil (4,33%), neutrofil (61,33),
monosit (3,667), limfosit (28.667), TWBCs (2,37 %). Terjadi peningkatan signifikan
(P<0,05) di kedua bursa dan bobot timus pada pemberian 3% (1,18 g dan 6,02 g) dan
5% (21,4 g dan 6,19 g) dibanding pemberian 0% (1,36 dan 5,81 g). berat limpa
menurun secara signifikan (P <0,05) pada pemberian 3% (1.01g) dan 5% (1.23 g)
bawang putih bubuk dibandingkan dengan tingkat% 0 (1.67g). Dapat disimpulkan
bahwa penggunaan ekstrak bawang putih sebagai feed additive dalam ransum broiler
mampu meningkatkan sistem pertahanan tubuh.

Kata kunci : bawang putih, broiler, bursa, timus, feed additive.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., atas segala karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah seminar studi pustaka,
dengan judul Penggunaan Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai Feed Additive

Terhadap Sistem Pertahanan Tubuh Ayam Broiler . Penyusunan makalah ini


melibatkan banyak pihak yang turut membantu memberikan bantuan baik itu berupa
moriil, materi maupun spirit kepada penulis, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Sri Purwanti, S.Pt, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
2. ayahanda dan ibunda tercinta, yang senantiasa mendoakan penulis serta untuk
saudaraku tercinta kakak dan Adik-adik saya yang selalu tanpa hentinya
memberikan semangat dan dukungan pada penulis.
3. Teman-teman yang selalu menemani dan memberikan semangat. Penulis takkan
melupakan kenangan bersama tema-teman yang penuh semangat kebersamaan,
persaudaraan dan saling menghargai.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak.

Makassar, 12 September 2016

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI...............................................................................................

vi

DAFTAR TABEL.......................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................

viii

PENDAHULUAN......................................................................................

PERMASALAHAN....................................................................................

PEMBAHASAN.........................................................................................

Bawang Putih (Allium sativum).............................................................

Broiler (Gallus domesticus)...................................................................

Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai Feed Additive untuk Broiler. .

Pengaruh Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Sel Darah Putih.. .

Pengaruh Bawaang Putih (Allium sativum) terhadap Organ Limfatik. .

10

PENUTUP...................................................................................................

11

Kesimpulan............................................................................................

11

Saran.......................................................................................................

11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

12

DAFTAR TABEL
No.

Teks
Halaman
1. Pengaruh penambahan berbagai level ekstrak bawang putih terhadap
sel darah putih......................................................................................
2. pengaruh penambahan berbagai level ekstrak bawang putih terhadap
berat organ limfatik..............................................................................

8
9

DAFTAR GAMBAR
No.

Teks
Halaman
1. Bawang Putih (Allium sativum)......................................................
8

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang sangat kaya akan flora dan fauna.
Bahkan kekayaan alam Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia. Di
antara kekayaan flora (tumbuh-tumbuhan) tersebut, banyak di antaranya yang
termasuk kategori tanaman obat dan ini sudah dimanfaatkan oleh nenek moyang
kita sejak berabad-abad lalu. Penggunaan obat tradisional sudah semakin
meningkat dan bukan lagi menjadi obat alternatif. Saat ini telah diketahui bahwa
tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat tersebut mengandung zat-zat kimia aktif
yang memiliki potensi besar, salah satunya adalah untuk menghambat aktivitas
bakteri.
Bawang putih digunakan obat sebagai tradisional untuk mengendalikan
beberapa penyakit menular dan tidak menular, termasuk plasma darah dan
pengurangan kolesterol hati, bubuk bawang putih

mengandung

fructo

oligosaccharides (FOS) dengan aktivitas prebiotik. Selain itu , bubuk bawang


putih mengandung berbagai tingkat alliin, memiliki kandungan vitamin yang kaya
(vitamin C, tiamin, riboflavin dan niacin), selenium dan kalium. Penambahan
bubuk bawang putih untuk pakan ayam memiliki efek menguntungkan pada
pertumbuhan

dan

daging,

bubuk

bawang

putih

dimanfaatkan

dalam

phytosupplement multikomponen untuk merangsang produksi pada ayam


(Lucanov dkk., 2015).
Bawang putih yang mengadung scordinin dan alisin, di mana scordinin
berperan dalam memberikan kekuatan dan pertumbuhan tubuh. Alisin dikenal
mempunyai daya antibakteri yang kuat, banyak yang membandingkannya dengan
penisilin. Senyawa senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih

diduga dapat menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik yang biasa diberikan
kepada ayam. Sehingga efek buruk dari penggunaan antibiotik sintetik ini bisa
kita hindari.
Pemberian antibiotik alami dapat membantu sistem kekebalan tubuh
unggas dalam menghadapi berbagai infeksi. Sistem kekebalan adalah suatu sistem
pertahanan tubuh yang dilakukan oleh sistem limfoid dengan menghasilkan
antibodi. Zat antibodi berfungsi sebagai pertahanan tubuh secara alami untuk
melawan substansi asing yang masuk ke dalam tubuh seperti infeksi bakteri, virus,
jamur, dan lainnya. Hal inilah yang melatarbelakangi disusunnya makalah seminar
pustaka yang berjudul Penggunaan Bawang Putih Sebagai Feed Additive Terhadap
Sistem Pertahanan Tubuh Ayam Broiler.
PERMASALAHAN
Penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan menghasilkan residu dalam
karkas ayam broiler. Mengonsumsi daging ayam dikhawatirkan menjadi resistensi
antibiotik, untuk itu diperlukan imbuhan pakan selain antibiotik sintetik. Imbuhan
pakan pengganti antibiotik dapat diperoleh dari tumbuhan bawang putih yang
dapat meningkatkan sistem pertahanan tubuh broiler. Makalah ini akan
menguraikan beberapa hasil studi mengenai efek pemberian ekstrak bawang putih
(Allium Sativum) sebagai feed additive terhadap sistem pertahanan tubuh broiler.

PEMBAHASAN
Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih telah berperan diet dan obat penting sepanjang sejarah.
Bawang putih (Allium sativum) dikenal sebagai rempah-rempah dan obat-obatan
herbal untuk pencegahan pengobatan berbagai penyakit (Senthilkumar dkk.,
2015). Bawang putih telah lama menjadi bagian kehidupan masyarakat diberbagai
peradaban dunia. Namun belum diketahui secara pasti sejak kapan tanaman ini
mulai dimanfaatkan dan dibudidayakan (Hernawan dkk., 2003).
Awal pemanfaatan bawang putih diperkirakan berasal dari Asia Tengah.
Hal ini didasarkan temuan sebuah catatan medis yang berusia sekitar 5000 tahun
yang lalu (3000 SM). Dari Asia Tengah kemudian menyebar ke seluruh dunia,
termasuk Indonesia. Sehingga bagi bangsa Indonesia bawang putih merupakan
tanaman introduksi. Bangsa Sumeria telah mengenal bawang putih untuk
pengobatan, sekitar tahun 26002100 SM. Sedangkan bangsa Mesir Kuno, dalam
Codex Ebers (1550 SM), mengenal bawang putih sebagai bahan ramuan untuk
mempertahankan stamina tubuh para pekerja dan olahragawan. Orang Yahudi
kuno mempelajari pemanfaatan bawang putih dari Bangsa Mesir dan
menyebarkannya ke semenanjung Arab. Penduduk Romawi diketahui telah lama
mengkonsumsi bawang putih terutama, para tentara dan budak. Penduduk Cina
dan Korea sudah biasa memanfaatkan bawang putih sebagai obat dan pengusir roh
jahat (Hernawan dkk., 2003).

Gambar 1. Bawang Putih (Allium sativum). Sumber : Hilman Yusdar, Hidayat


Achmat, Suwandi. 1997
Taksonomi bwang putih adalah sebagai berikut: (Hutapea, 2006).
Kingdom

: Plantae

Divisi

: spermatophyta

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Liliales

Famili

: Liliaceae

Genus

: Allium

Spesies

: Allium sativum Liin.


Kandungan kimia dari umbi bawang putih per 100 gram adalah: Alisin

1,5% merupakan komponen penting dengan efek antibiotik, protein sebesar 4,5
gram, lemak 0,20 gram, hidrat arang 23,10 gram, vitamin b 1 0,22 miligram,
vitamin c 15 miligram, kalori 95 kalori, posfor 134 miligram, kalsium 42

miligram, zat besi 1 miligram, Air 71 gram. Di samping itu dari beberapa
penelitian umbi bawang putih mengandung zat aktif alicin, awn, enzim alinase,
germanium, sativine, sinistrine, selenium, scordinin, nicotinic acid (Untari, 2010)
Broiler (Gallus domesticus)
Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang dihasilkan dari hasil seleksi
sistimatis sehingga dapat tumbuh

dan mencapai bobot badan tertentu dalam

waktu relatif singkat. Tipe pedaging yang dimaksud adalah ayam yang dipelihara
dengan tujuan untuk dipanen dan diambil dagingnya (bukan telurnya) sebagai
sumber protein hewani

bagi konsumen. Berbagai strain broiler yang ada di

Indonesia yaitu Hubbard, Cobb, Ross, Lohman, dan Hybro. (Murwani, 2010).
Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya
empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap
pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan
pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan, kelemahannya adalah
memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap
suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 2003).
Taksonomi broiler adalah sebagai berikut (Hanifah, A., 2010) :
Kingdom : Animalia
Filum

: Chordata

Kelas

: Aves

Ordo

: Galliformis

Genus

: Gallus

Spesies

: Gallus domesticus

Rasyaf (2008) menyatakan bahwa umumnya di Indonesia ayam broiler


sudah dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan berat 1,3 1,6 kg walaupun laju
pertumbuhannnya belum maksimum, karena ayam broiler yang sudah berat susah
dijual. Menurut Amrullah (2004), pertumbuhan ayam yang cepat ini harus
diimbangi dengan ketersediaan pakan yang cukup, karena kekurangan pakan akan
sangat mengganggu laju pertumbuhan.
Untuk keperluan hidup dan produksi, ayam membutuhkan sejumlah
nutrisi yaitu protein yang mengandung asam amino seimbang dan berkualitas,
energi yang berintikan karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Rasyaf, 2008).
Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa jumlah pakan yang diberikan sangat
bergantung dari jenis ayam yang dipelihara, sistem pemeliharaan dan tujuan
produksi, di samping itu juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berkaitan
dengan genetik dan lingkungan tempat ternak itu dipelihara.
Bawang Putih sebagai Feed Additive untuk Broiler
Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah
maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan
hidup, berproduksi, dan berkembang biak. Pakan merupakan faktor utama dalam
keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
tatalaksana. Pakan yang berkualitas akan sangat mendukung peningkatan produksi
maupun reproduksi ternak (Anggorodi, 1985). Tillman dkk. (1991) mengatakan
bahwa pakan atau makanan ternak adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan
dapat digunakan oleh ternak. Selanjutnya Badan Standarisasi Nasional juga
mendefinisikan bahan pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan,
peternakan dan hasil industri yang mengandung zat gizi dan layak dipergunakan

sebagai pakan, yang telah maupun belum diolah. Pakan berfungsi sebagai
pembangunan dan pemeliharaan tubuh, sumber energi, produksi, dan pengatur
proses-proses dalam tubuh. Kandungan zat gizi yang harus ada dalam pakan
adalah protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air (Subekti dkk., 2009).
Menurut Indah dan Sobri (2001) berdasarkan kandungan zat gizinya bahan
pakan dapat dikelompokkan dalam 5 kelompok yaitu:
1. Pakan sumber energi yaitu pakan yang mengandung protein kurang dari 20%,
2.
3.
4.
5.

serat kasar kurang dari 18% dan kandungan dinding sel kurang dari 39%.
Pakan sumber protein yaitu pakan yang mengandung protein lebih dari 20%
Sumber mineral.
Vitamin.
Pakan tambahan/Feed additive.
Menurut Lesson dan Summers (2001), feed additive dapat berupa

flavoring agent, antibiotik, enzim, antioksidan, hormon, probiotik dan


antikoksidial. Antibiotik diizinkan secara legal sebagai imbuhan pakan untuk
unggas, namun akhir-akhir ini ada perkembangan baru yang mulai menentang
penggunaannya. Beberapa Negara maju (terutama negara di Eropa) mulai
mempertanyakan resiko penggunaan antibiotik dalam pakan terhadap kesehatan
manusia yang mengkonsumsi produk ternak tersebut (Barton dan Hart, 2001).
Menurut Nuningtias (2014) senyawa aktif yang dapat diekstrak dari
bawang putih adalah: allicin, allil, dan diallyl sulfide, yang mampu menghambat
pertumbuhan beberapa jenis mikroba. Daya antimikroba tinggi yang dimiliki
bawang putih dikarenakan kandungan allicin dan diallyl sulfide yang terkandung
dalam minyak atsiri bawang putih.Alicin dan dialyl sulfide menunjukkan aktivitas
penghambatan bagi pertumbuhan bakteri. Bawang putih memiliki komponen
bioaktif yang memegang peranan penting dalam memberikan efek kesehatan dan
daya antimikroba tinggi.
7

Pengaruh Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Sel Darah Putih


Suatu studi yang dilakukan oleh Elagib dkk. (2008) menunjukkan bahwa
pemberian bawang putih sebagai feed additive pada broiler memberikan pengaruh
terhadap sel darah putih broiler (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh penambahan berbagai level ekstrak bawang putih terhadap sel darah
putih
Level Bawang Putih
Bagian
SE
0%
3%
5%
Neutrofil
61,000
61,333
60,667
0,7201
Eusinofil
3,667
4,333
5,000
0,4303
Monosit
3,333
3,667
3,333
0,3333
Limfosit
31,000
28,667
29,667
0,9230
3
TWBCs(x10 )
2,56
2,37
1,17
1,59
SE= Standar eror

Pengaruh tingkat suplementasi bawang putih yang berbeda pada sel darah
putih dalam Tabel 1 menunjukkan adanya perbedaan persentase yang signifikan
(P <0,05) antara kelompok-kelompok yang berbeda, di mana terjadi peningkatan
pada persentase eusinofil sesuai dengan peningkatan pemberian ekstrak bawang
putih (5% > 3% > 0%), pada neutrofil, monosit dan limfosit tidak mengalami
perubahan yang signifikan (P0,05) sementara total jumlah sel darah putih
mengalami penurunan secara signifikan (P<0,05). Hal ini berbeda dengan
pendapat Nuryati dkk (2007) yang menyatakan bahwa pada perlakuan dengan
pemberian bawang putih 100 ppt, jumlah leukositnya meningkat setelah hari ke-8,
sedangkan pada perlakuan B (200 ppt) dan perlakuan C (300 ppt) jumlah leukosit
meningkat setelah hari ke -6. Hal tersebut berarti pemberian bawang putih dengan
dosis yang lebih tinggi dapat meningkatkan jumlah leukosit dalam darah lebih
cepat ketika ada infeksi serta dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini terkait
dengan kemampuan bahan aktif dalam bawang putih yaitu diallyl sulfide. Rehman
dkk (2015) menyatakan bahwa diallyltrisulfide dan fraksi protein komponen
bawang putih telah terbukti meningkatkan aktivasi limfosit T. Dalam penelitian
8

lain yang dilakukan oleh Jawad dkk (2007) dengan level pemberian lebih tinggi
yaitu 10% memperoleh hasil TWBC 25,41%, pemberian 5% memperoleh hasil
27,85% menunjukkan adanya peningkatan signifikan dibanding kontrol yang
hanya diperoleh 25,5%.
Pengaruh Bawaang Putih (Allium sativum) terhadap Organ Limfatik
Suatu studi yang dilakukan oleh Elagib dkk. (2008) menunjukkan bahwa
pemberian bawang putih sebagai feed additive pada broiler memberikan pengaruh
terhadap terhadap organ limfatik (Tabel 2).
Tabel 2 .pengaruh penambahan berbagai level ekstrak bawang putih terhadap berat organ
limfatik
Level Bawang Putih
Organ
SE
0%
3%
5%
Bursa
1,36 g
1,18 g
2,14 g
0,42
Limfa
1,67 g
1,01 g
1,23 g
0,12
Timus
5,81 g
6,02 g
6,19 g
1,62
SE= Standar eror

Pengaruh tingkat suplementasi bawang putih yang berbeda pada organ


limfatik (bursa, limfa dan timus) dalam Tabel 2 menunjukkan berat bursa dan
timus mengalami peningkatan signifikan (P<0,05) antara perlakuan yang berbeda.
berat limfa menurun secara signifikan (P < 0,05) pada pemberian level 3% dan 5%
dibandingkan dengan tingkat 0%. Tidak ada perubahan struktural diamati dalam
bentuk bursa, limfa dan timus dari kelompok yang berbeda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rehman dkk (2015) menyatakan bahwa ekstrak bawang putih memiliki
efek imunomodulator dan mengurangi kerusakan yang berkaitan dengan usia dari
respon imun. Suplemen bawang putih pada ayam meningkatkan bobot relatif
limfa, bursa fabricius dan timus. Ali dkk (2013) menyatakan bahwa limfa
bertindak
dikeluarkan

sebagai

tempat

penyimpanan

untuk

eritrosit,

yang

akan

ke sistem sirkulasi sebagaimana yang dibutuhkan dalam proses

pembentukan eritrosit. Gebreselema (2013) menyatakan bahwa bawang putih


dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit potensial
dan menjaga kesehatan. Ia memiliki kemampuan untuk merangsang sistem
limfatik yang mempercepat penghapusan produk limbah dari tubuh. Hal ini juga
dianggap sebagai antioksidan yang efektif untuk melindungi sel terhadap
kerusakan radikal bebas.

10

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian studi dapat disimpulkan bahwa penggunaan
ekstrak bawang putih sebagai feed additive dalam ransum broiler mampu
meningkatkan sistem pertahanan tubuh.
Saran
Penelitan lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui manfaat bawang putih
sebagai feed additive.

11

DAFTAR PUSTAKA
Ali A.S., Ismoyowati dan D. Indrasanti . 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin
dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan
probiotik dalam ransum. Jurnal Ilmiah Peternakan, 1(3): 1001-1013.
Amrullah, I.K. 2004. Seri Beternak Mandiri: Nutrisi Ayam Broiler.
Lembaga Satu Gunungbudi: Bogor.
Anggorodi, H.R. 1985. Ilmu Pakan Ternak Unggas. UI-Press. Jakarta.
Borton, M.D., and W.S. Hart. 2001. Public health risks : Antibiotic resistance-A
rereview. Asian-Aust.J.Anim.Sci, 14:414-422.
Gebreselema G. and M. Gebreyohannes. 2013. Medicinal values of garlic.
Academic Journals, 5(9):401-40.
Hanifah, A. 2010. Taksonomi Ayam. Fakultas Pertanian Jurusan Peternakan
Universitas Negeri Surakarta. Surakarta.
Hernawan U.E. dan A.D. Setyawan. 2003. Senyawa Organosulfur Bawang Putih
(Allium sativum) dan Aktivitas Biologinya. Biofarmasi, 1(2):65-76.
Hilman Yusdar, Hidayat Achmat, Suwandi. 1997. Budidaya Bawang Putih di
Dataran Tinggi. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Hortikultura. Bandung.
Hutapea, J.R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Departemen Kesehatan
dan Kesejahteraan Sosial. Jakarta.
Indah, P. dan M. Sobri. 2001. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang.
Jawad A.A.D.H. 2007. Some haematological and biochemical effects of garlic on
broiler chicken. Bas.J.Vet.Res, 6(2):56-63.
Kartadisastra, H.R. 1994. Pengelolaan Pakan Ayam. Kanisius. Yogyakarta.
Lesson, S., and J. D. Summers. 2000. Broiler Breeder Production. University
Books. Guelph, Ontario, Canada.
Lucanov H, A.A., Genchev. S. Ribaski. 2015. Effect of feed supplementation with
garlic power on meat productivity and meat quality traits of classic ross
308 male hybrid chickens. Trakia Journal of Sciences, 13(1):66-76.

12

Murtidjo, B. A. 2003. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.


Murwani R. 2010. Broiler Modern. CV. Widya Karya. Semarang.
Nuryati S., D. Puspitaningtyas dan D. Wahjuningrum. 2007. Potensi ekstrak
bawang putih Allium sativum untuk menginaktifasi koi herpesvirus (khv)
pada ikan mas (Cyprinus carpio). Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2):147
154.
Nuningtyas Y.F. 2014. Pengaruh penambahan tepung bawang putih (allium
sativum) sebagai aditif terhadap penampilan produksi ayam pedaging. J.
Ternak Tropika, 15(1): 21-30.
Rasyaf, M. 2008.Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.
Senthilkumar S., N. Madesh, M.R. Purushothaman, P.Vasanthakumar, G.
Thirumalaisamy and P. Sasikumar. 2015. Effect of garlic supplementation
on performance in broilers. International Journal of Science. Environment
and Technology, 4(4):980 983.
Rehman Z.U dan T.M. Muhammad. 2015. Effect of garlic on the health and
performance of broilers. Openacces Journal Veterinaria, 3(1):32-39.
Tillman. A. D., G. Hartadi, S. Reksohadipardjo, S. Prawirokusumo, dan S.
Lepdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM-Press.
Yogyakarta.
Untari I. 2010. Bawang Putih sebagai Obat Paling Mujarab bagi Kesehatan.
Gaster, 7(1):547-554.

13

Anda mungkin juga menyukai