Anda di halaman 1dari 15

BAB I

STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama

: Ny. Rohayati

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 52 tahun 6 bulan

Agama

: Islam

Alamat

: Cigondok Sukanagara RT 01/01 Kec Soreang

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Tanggal pemeriksaan

: 07 Juli 2014

No. Rekam Medik

: 479265

2. ANAMNESIS
Keluhan utama

: Nyeri mata kanan

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poliklinik Mata RSD Soreang dengan keluhan mata kanan
nyeri sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin lama semakin berat dan
memberat dalam 2 hari terakhir. Keluhan disertai dengan penglihatan buram secara tiba-tiba.
Keluhan disertai mata merah , berair, terasa mengganjal, dan terasa panas. Keluhan juga
disertai dengan bengkak pada kedua kelopak mata yang telah kempes dengan sendirinya.
Sakit kepala diakui pasien. Keluhan seperti mual muntah disangkal oleh pasien. Keluhan
tidak dirasakan pada mata kirinya.
Riwayat trauma dan menggunakan obat tetes mata dalam jangka waktu lama
disangkal oleh pasien.

Riwayat penyakit dahulu

Pasien baru pertama kali sakit seperti ini. Riwayat penyakit hipertensi
disangkal, diabetes melitus disangkal.
Riwayat alergi

: Pasien tidak mempunyai alergi obat maupun

makanan
Riwayat operasi sebelumnya

: Tidak ada

Riwayat pengobatan

: Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga

: Tidak ada keluarga yang menderita sakit

seperti ini
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Kepala
Mata
Status Oftalmologi
Ocular Dextra (OD)
Orthoforia

: Tampak sakit berat


: Compos Mentis
: 140/90 mmHg
: 80 x/menit
: 20 x/menit
: 360C
: Normochepal
: (lihat status Oftalmologi)

Posisi Hirtcsburg
Gerakan Bola Mata

Baik Kesegala Arah

Baik ke segala arah

1/~
N/palpasi

Ocular Sinistra (OS)


Orthoforia

Tidak Ada
Tidak Ada

Visus
Tekanan Intra
Okular
Super Cilia
Madarosis
Sikatrik

1/60
N/palpasi
Tidak Ada
Tidak Ada

Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Palpebra Superior
Edema
Hiperemis
Entropion
Ektropion
Ptosis
Blefarospasme

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Palpebra Inferior
Edema
Hiperemis
Entropion
Ektropion
Tumor/Massa

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Konjungtiva Tarsal
Superior
Sekret
Hiperemis
Folikel
Papil
Sikatrik
Benjolan

Tidak Ada
Tidak Ada

Konjungtiva Tarsal
Inferior
Sekret
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Sikatrik
Benjolan
Konjungtiva Bulbi
Inj.Konjungtiva
Injeksi Siliar
Subconjunctival
Bleeding
Pterigium
Pinguekula

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada

Kornea
Sikatrik
Infiltrat
Ulkus
Keratik Presipitat
Edema

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Tidak Ada

Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada

Sedang
Tidak Ada
Tidak Ada
Bulat, diameter 5 mm ,Central
Tidak Ada
Positif

COA
Kedalaman
Hifema
Hipopion
Iris/Pupil
Bentuk
Sinekia Anterior
Refleks Cahaya
Langsung
Refleks Cahaya Tdk

Sedang
Tidak Ada
Tidak Ada
Bulat, Reguler, Central
Tidak Ada
Positif

Positif

Langsung

Positif

jernih
Tidak diperiksa

Lensa
Vitreus Humour

Jernih
Tidak diperiksa

Tidak dilakukan

Funduskopi

Tidak dilakukan

Pemeriksaan Biomikroskop (Slit Lamp)

: Tidak Dilakukan

Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Schiotz

Okular Dextra : 69, 3 mmHg


Okular Sinistra : 17, 3 mmHg

4. RESUME
Pasien wanita usia 52 tahun datang dengan keluhan mata kanan nyeri sejak 1
bulan yang lalu. Keluhan dirasakan semakin lama semakin berat dan memberat dalam 2
hari terakhir. Keluhan disertai dengan penglihatan buram secara tiba-tiba. Keluhan
disertai mata merah , berair, terasa mengganjal, dan terasa panas. Keluhan juga disertai
dengan bengkak pada kedua kelopak mata yang telah kempes dengan sendirinya. Sakit
kepala diakui pasien. Keluhan seperti mual muntah disangkal oleh pasien. Keluhan tidak
dirasakan pada mata kirinya.
Riwayat trauma dan menggunakan obat tetes mata dalam jangka waktu lama
disangkal oleh pasien.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan, status generalis dalam batas normal,


sedangkan status oftlamologis sebagai berikut:

VOD 1/~

Konjungtiva bulbi OD ditemukan injeksi konjungtiva

Kornea OD ditemukan edema

Pupil OD bulat, diameter 5 mm, Reflek Cahaya +

Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Schiotz


o Okular Dextra : 69, 3 mmHg
o Okular Sinistra : 17, 3 mmHg

5. DIAGNOSIS BANDING
1. Glaukoma Akut Okuli Dextra
2. Iritis Akut Okuli Dextra
3. Konjungtivitis Akut Okuli Dextra
6. DIAGNOSA KERJA
Glaukoma Akut Okuli Dextra
7. USULAN PEMERIKSAAN

Gonioskopi

Pemeriksaan lapang pandang

8. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Timol 0.5% eye drop 2 dd gtt I ODS
Polynel eye drop 6 dd gtt I ODS
Glaucon tab 2 dd I
KCL tab 2 dd I
Edukasi

Gunakan tetes mata secara teratur

Konsumsi obat secara teratur

Edukasi pasien untuk mengistirahatkan mata untuk beberapa hari

Edukasi untuk menjaga kebersihan mata setiap hari dan tidak


mengucek-ngucek mata

Edukasi untuk control kembali ke Poliklinik Mata 5 hari berikutnya

9. PROGNOSIS

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad malam

BAB II
PEMBAHASAN

1. Apa dasar diagnosa pada pasien ini?


Anamnesis didapatkan :

Mata kanan nyeri sejak 1 bulan yang lalu.


Penglihatan buram secara tiba-tiba.
Mata merah
Berair
Terasa mengganjal dan terasa panas.
Keluhan juga disertai dengan bengkak pada kedua kelopak mata yang telah
kempes dengan sendirinya

Pemeriksaan fisik mata kanan didapatkan :

Edema palpebra superior


Injeksi silier
Edema kornea
Visus mata kanan : 1/~
Pemeriksaan TIO dengan Tonometri Schiotz :
o Okular Dextra : 69, 3 mmHg
o Okular Sinistra : 17, 3 mmHg
Glaukoma Akut

Iritis Akut

Nyeri

Hebat

Injeksi
Pupil

berat
Silier
Semi-dilatasi, tidak Miotik,
bereaksi

Kornea
Sekresi
Serangan
Visus
TIO

Sedang

Konjungtivitis
Akut
sampai Membakar, gatal
Tipe konjungtival
reaksi Normal

terhadap lambat atau absen

sinar
Edema
Air
Mendadak
Sangat turun
meninggi

Biasanya jernih
Air
Perlahan
Turun sedikit
Normal
atau
rendah

Jernih dan normal


Pus bergetah
Perlahan
Normal
Normal

Gejala dan tanda pada glaukoma akut tertutup, ditemukan mata merah dengan
penglihatan turun mendadak, tekanan intraokuler meningkat mendadak, nyeri yang
hebat, melihat halo di sekitar lampu yang dilihat, terdapat gejala gastrointestinal
berupa mual dan muntah. Mata menunjukkan tanda-tanda peradangan dengan kelopak
mata bengkak, kornea suram dan edem, iris sembab meradang, pupil melebar dengan
reaksi terhadap sinar yang lambat, papil saraf optik hiperemis. Gejala spesifik seperti
di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan glaucoma akut. Kadang-kadang riwayat
mata sakit disertai penglihatan yang menurun mendadak sudah dapat dicurigai telah
terjadinya serangan glaucoma akut seperti gejala dan tanda yang ditunjukkan pasien.
Ketika terjadi serangan glaukoma akut primer, terjadi sumbatan sudut kamera
anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat aliran humor akuos dan tekanan
intraokular meningkat dengan cepat, menimbulkan nyeri hebat, kemerahan, dan
kekaburan penglihatan. Serangan akut biasanya terjadi pada pasien berusia tua seiring
dengan pembesaran lensa kristalina yang berkaitan dengan penuaan. Pada glaukoma
akut, pupil berdilatasi sedang, disertai sumbatan pupil. Hal ini biasanya terjadi pada
malam hari saat tingkat pencahayaan berkurang. Rasa nyeri hebat pada mata yang
menjalar sampai kepala merupakan tanda khas glaukoma akut. Hal ini terjadi karena
meningkatnya tekanan intraokular sehingga menekan simpul-simpul saraf di daerah
kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus. Sehingga daerah sekitar mata
yang juga dipersarafi oleh nervus trigeminus ikut terasa nyeri. Pada Glaukoma akut,
tekanan okular sangat meningkat, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang
disertai edem kornea, hal ini menyebabkan penghilatan pasien sangat kabur secara
tiba-tiba dan visus menjadi menurun.
Pada pasien ini :

Mata nyeri : Meningkatnya tekanan intraokular sehingga menekan simpulsimpul saraf di daerah kornea yang merupakan cabang dari nervus trigeminus.

Mata merah, berair, bengkak kelopak mata : Reaksi peradangan yang terjadi

akibat proses akut.


Penglihatan buram secara tiba-tiba : Tekanan okular sangat meningkat,

sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edem kornea.
Peningkatan tekanan intraokular : Sumbatan aliran aquous humour

2. Bagaimana prinsip pengobatan pada pasien ini?


Glaukoma akut merupakan salah satus kasus kegawatdaruratan pada penyakit
mata sehingga penatalaksanaan harus dilakukan segera di rumah sakit. Tujuan
pengobatan pada glaukoma akut adalah untuk menurunkan tekanan bola mata
secepatnya kemudian apabila tekanan bola mata normal dan mata tenang maka
dapat dilakukan pembedahan iridektomi atau suatu pembedahan filtrasi.
Pengobatan pada glaukoma akut harus segera berupa kombinasi pengobatan
sistemik dan topikal.
Pada pasien ini diberikan :

Timol 0.5% eye drop 2 x 1 tetes ODS


Polynel eye drop 6 x 1 tetes ODS
Glaucon 2 x 1 tablet
KCL 2 x 1 tablet

Timolol merupakan beta bloker non selektif dengan aktivitas dan


konsentrasi tertinggi pada camera occuli posterior (COP) yang dicapai dalam
waktu 30-60 menit setelah pemberian topikal. Beta bloker dapat menurunkan
tekanan intraokular dengan cara mengurangi produksi humor aquos.
Penggunan beta bloker non selektif sebagai inisiasi terapi dapat diberikan 2
kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam
kemudian.
Polynel tetes mata steril ini mengandung Fluoromethasone 1 mg dan
Neomycin Sulfate diberi untuk mengurangi reaksi peradangan yang terjadi
akibat proses akut.
Glaucon mengandung asetazolamid yang termasuk dalam golongan
karbonik anhidrase inhibitor. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan
menghambat produksi humor akuos sehingga sangat berguna untuk
menurunkan tekanan intraokular secara cepat. Obat ini dapat diberikan secara
oral dengan dosis 250-1000 mg per hari. Pada pasien dengan glaukoma akut
yang disertai mual muntah dapat diberikan Asetazolamid 500 mg IV, yang

disusul dengan 250 mg tablet setiap 4 jam sesudah keluhan mual hilang.
Pemberian obat ini memberikan efek samping hilangnya kalium tubuh,
parastesi, anoreksia, diarea, hipokalemia, batu ginjal dan miopia sementara.
Untuk mencegah efek samping tersebut, pada pasien ini diberikan pemberian
KCL tablet.
Pada serangan akut sebaiknya tekanan diturunkan dulu dengan pilokarpin
2% setiap menit selama 5 menit yang disusul setiap 1 jam selama 1 hari. Tetes
mata pilokarpin menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik dan
membuka saluran yang tersumbat.
3. Bagaimana prognosa pada pasien ini?

Quo ad vitam : ad Bonam


Karena status generalis pasien dalam keadaan baik.

Quo ad functionam : dubia ad malam


Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera
ditangani dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol
setelah

terapi

akut

glaukoma

sudut

tertutup,

maka

kecil

kemungkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila


terlambat ditangani dapat mengakibatkan buta permanen. Pada pasien,
keluhan telah dirasakan selama 1 bulan.

BAB III
GLAUKOMA AKUT
I. DEFINISI
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga
menyumbat aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat
sehingga menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan.
Glaukoma Akut merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena

dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani
dalam 24 48 jam.

II. EPIDEMIOLOGI
Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun
dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria
pada penyakit ini adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan
besar rabun dekat karena mata rabun dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata
anterior lebih padat.

III. ETIOLOGI
Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler secara
mendadak yang dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior
oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan menyebabkan
tekanan intra okular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat.
IV. PATOFISIOLOGI
Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara
anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekular dan menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm.
Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan
cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Peningkatan
tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di
bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang
sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka

akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah
lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak diobati,
glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

V. GEJALA DAN TANDA


Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata
berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan
tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan
intra okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai
edema kornea, dibuktikan dengan tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak
dianjurkan karena terlalu subjektif), melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri
hebat periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.
VI. DIAGNOSIS
Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari
anamnesis, pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.
Berdasarkan ananmnesis, pasien akan mengeluhkan pandangan kabur,
melihat pelangi atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), sakit
kepala, sakit bola mata, pada kedua matanya, muntah muntah.
Pada pemeriksaan akan ditemukan tanda-tanda, antara lain : visus sangat
menurun, mata merah, tekanan intra okular meningkat, injeksi pericorneal,
kornea oedem, COA dangkal, iris oedem dan berwarna abu abu, pupil sedikit
melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, serta diskus optikus terlihat merah dan
bengkak.
Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksa penunjang, diantaranya,
pemeriksaan tekanan intra okular dengan menggunakan tonometri, melihat sudut
COA, menilai CDR, pemeriksaan lapang pandang, tonografi, serta tes kamar
gelap.

VII. KLASIFIKASI
Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi :
a. Akut
Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan
sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran
diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior
mata.
b. Subakut
Glaukoma dengan gejala klinis nyeri unilateral berulang dan mata tampak
kemerahan
c. Kronik
Glaukoma dengan gejala klinis terdapat peningkatan tekanan intraokular,
sinekia anterior perifer meluas
d. Iris plateau
Iris plateau adalah suatu kelainan yang jarang dijumpai kedalaman kamera
anterior sentral normal tetapi sudut kamera anterior sangat sempit karena
insersi iris secara kongenital terlalu tinggi.
VIII. DIAGNOSIS BANDING
Iritis akut, menimbulkan fotofobia lebih besar daripada glaukoma. Tekanan
intraokular biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi, dan kornea biasanya tidak
edematosa. Di kamera anterior tampak jelas sel sel, dan terdapat injeksi siliaris
dalam.
Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat
gangguan penglihatan. Terdapat tahi mata dan konjungtiva yang meradang hebat
tetapi tidak terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular normal,
dan kornea jernih.
Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran
diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior
mata. Hal ini dapat dijumpai pada sumbatan vena retina sentralis, pada skleritis
posterior dan setelah tindakan tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi

panretina, krioterapi retina, dan scleral buckling untuk pelepasan retina.


Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis.

IX. KOMPLIKASI
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular
(sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera
anterior yang memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan
saraf optikus sering terjadi.

X. PENATALAKSANAAN
Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnose ditegakkan
sebelum serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan
intraokular, dapat dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa
mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan
inhibitor karbonik anhidrase (misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan
dgn oral 500 mg/1000mg oral). Tetes mata pilokarpin menyebabkan pupil
mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk
mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta bloker (Timolol
0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal dengan atau
tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik. Setelah
suatu serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik
anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi
tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).
Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi
humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat
menurunkan tekanan intra okuler sesegera mungkin. Obat obat yang dapat
digunakan, yaitu :
Menghambat pembentukan humor akueus
Penghambat beta andrenergik adalah obat yang paling luas digunakan.
Dapat digunakan tersendiri atau dikombinasi dengan obat lain. Preparat yang
tersedia antara lain Timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan

0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin


adalah suatu agonis alfa adrenergik yang baru yang berfungsi menurunkan
produksi humor akueous tanpa efek pada aliran keluar. epinefrin dan dipiferon
juga memiliki efek yang serupa. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik
asetazolamid digunakan apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan
dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat tinggi dan perlu
segera dikontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akueous
sebesar 40-60%.
Fasilitasi aliran keluar humor akueous
Obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akueous
dengan bekerja pada jalinan trabekuler melalui kontraksi otot siliaris. Obat
pilihan adalah pilokarpin, larutan 0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari
atau gel 4% yang dioleskan sebelum tidur. Semua obat parasimpatomimetik
menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan, terutama pada pasien
dengan katarak, dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu bagi
pasien muda.
Penurunan volume korpus vitreum
Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga
air tertarik keluar dari korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum.
Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam pengobatan glaukoma
akut sudut tertutup. Gliserin 1ml/kgBB dalam suatu larutan 50% dingin
dicampur dengan sari lemon, adalah obat yang paling sering digunakan, tetapi
pemakaian pada pasien diabetes harus berhati-hati. Pilihan lain adalah
isosorbin oral atau manitol intravena.
Miotik, Midriatik
Konstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut
tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil
penting dalam penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior.
Apabila penutupan sudut diakibatkan oleh pergeseran lensa ke anterior,
atropine atau siklopentolat bisa digunakan untuk melemaskan otot siliaris
sehingga mengencangkan apparatus zonularis.

Bila tidak dapat diobati dengan obat obatan, maka dapat dilakukan tindakan :

Iridektomi dan iridotomi perifer


Sumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi
langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan
diantara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser
neonidium: YAG atau aragon atau dengan tindakan bedah iridektomi
perifer, tetapi dapat dilakukan bila sudut yang tertutup sebesar 50%.

Trabekulotomi (Bedah drainase)


Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan
iridektomi.

XI. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan Pada orang yang
telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata
berkala secara teratur setiap 3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma
pada keluarga maka lakukan pemeriksaan setiap tahun. Secara teratur perlu
dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang
dicurigai akan timbulnya glaukoma. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila
mata menjadi merah dengan sakit kepala yang berat, serta keluarga yang pernah
mengidap glaukoma.
XII. PROGNOSIS
Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera
ditangani dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah
terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi
kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat
mengakibatkan buta permanen.

Anda mungkin juga menyukai