Anda di halaman 1dari 7

Abses dan

Penjalaran Abses
Posted on April 22, 2013

ABSES DAN PENJALARAN ABSES

Abses adalah rongga patologis yang berisi pus yang merupakan


hasil dari reaksi inflamasi pertahanan tubuh seperti makrofag,
leukosit, netrofil dan bakteri. Abses biasanya didahului dengan
reksi inflamasi, tanda-tanda inflamasi antara lain : kalor, dolor,
rubor, tumor dan functio lesa. Proses infeksi yang terjadi dalam
rongga mulut biasanya disebabkan dengan infeksi odontogenik.
Penyebaran infeksi odontogenik dapat terjadi melalui 2 jalan :
periapikal dan periodontal.
Apabila daya tahan tubuh baik dan virulensi bakteri rendah
infeksi periapikal belum tentu diikuti dengan infeksi yang lebih
lanjut. Penyebaran melalui periapikal biasanya disebabkan
karena nekrosis pulpa dan infeksi bakteri ke periapikal.
Penyebaran melalui jaringan periodontal karena poket
periodontal yang dalam seingga bakteri dapat masuk ke dalam
jaringan yang lebih dalam, gigi vital yang terkena trauma dan
kontak oklusal yang berlebihan.
Nekrosis pulpa dapat berlanjut menjadi infeksi aktif karena
merupakan jalan bagi bakteri masuk ke jaringan periapikal.

Infeksi dapat menyebar ke segala arah terutama daerah yang


memiliki resistensi yang rendah. Eksudat purulen dapat
menyebar masuk ke medulla tulang yang dapat menyebabkan
osteomielitis. Apabila terjadi perforasi ke korteks dan menyebar
secara difus ke jaringan lunak dapat mengakibatkan terjadinya
selulitis.
Abses periapikal selanjutnya dapat menyebar menembus
tulang sampai di bawah periosteum dan timbul keadaan
periostitis. Bila kemudian terjadi peristiwa supuratif dibawah
periosteum terbentuklah abses subperiosteum. Abses ini dapat
berlanjut sampai berkumpul dan sampai dibawah mukosa
menjadi abses submukus. Abses dapat menyebar ke spasium
tertentu karena lokasi dari asal infeksi/ tempat perforasi,
ketebalan struktur tulang dari sumber infeksi serta letak otot
yang membatasi spasia. Spasia fasial yang dapat terserang
infeksi dikelompokkan menjadi :

1. Spasium fasial primer


a. Spasium maksila primer :
- Spasium kaninus :

Biasanya berasal dari infeksi gigi rahang atas. Gejala klinis


ditandai dengan pembengakakan pada muka, kehilangan
sulkus nasolabialis dan edema pelupuk mata sehingga pelupuk
mata tampak tertutup. Bibir atas bengkak, seluruh muka tersa
sakit disertai kulit tegang berwarna merah.
- Spasium bukalis
Dapat berasal dari gigi molar kedua atau ketiga rahang atas.
Gejala klinis : pembengakakan difus, pada perabaan tidak jelas
adanya prosoes supuratif, fluktuasi -, dan gigi penyebab sering
tidak jelas. Infeksi ini dapat turun ke spasium submaksila atau
kearah spasium infra temporal.
- Spasium infratemporal.
Salah satu gejala penting dari abses ini adalah rasa sakit pada
palpasi antara ramus dan tuber diatas lipatan mukosa, rasa
sakit yang menusuk di telinga.

b. Spasium mandibula primer


- Spasium mentalis
Gigi penyebab biasanya gigi anterior atau premolar rahang
bawah. Penyebaran ke belakang dapat meluas ke spasium
mandibula. Gejala klinis ditandai dengan selulitis pada regio
submental. Intra oral tidak tampak pembengkakan, kadang gusi
tampak eritem di sekitar gigi penyebab.

- Spasium submandibula
Berasal dari gigi premolar atau molar rahang bawah. Gejala
klinis berupa pembengkakan ekstra oral di region
submandibula di sudut rahang berwarna kemerah-merahan.
Intra oral tidak tampak pembengkakan kecuali tahap yang lebih
lanjut.
- Spasium sublingual
Gejala klinis ditandai dengan pembengkakan dasar mulut, lidah
terangkat bergeser ke sisi yang normal, kelenjar sublingual
karena terdesak pus dibawahnya. Terasa sakit saat menelan.

2. Spasium fasial sekunder


- Spasium submasseter
Berasal dari gigi molar ke-3 rahang bawah. Gejala klinis sakit
berdenyut di ramus mandibula, trismus, delirium.
- Spasium temporal
3. Spasium fasial servikal :

- Spasium faringeal lateral


Biasanya disebabkan oleh gigi molar ke-3 rahang bawah ,
trismus, terjadi deviasi uvula ke arah yang tidak terinfeksi, pilar
tonsiler anterior dan dinding laeral faringeal oedem. Bisa juga
mengganggu sirkulasi udara.
- Spasium retrofaringeal
Infeksi ini sangat berbahaya karena dapat mengganggu
sirkulasi udara dan dapat melibatkan danger space, sehingga
dapat menyebabkan obstruksi jalan napas.
- Spasium prevertebral.

Penanganan infeksi
Sebelumnya kita terlebih dahulu mengetahui prinsip
penanganan infeksi yaitu :
1. Penilaian berat ringannya infeksi
2. Evaluasi dari tingkatan mekanisme pertahanan tubuh
3. Menentukan apakah penderita memerlukan perawatan
spesialis
4. Lakukan intervensi bedah
5. Berikan terapi suportif

6. Pilih antibiotik yang sesuai


7. Evaluasi dan monitor keadaan penderita

Infeksi odontogenik yang disertai dengan keadaan gawat


darurat perlu ditangani secepatnya. Adapun dasar-dasar
perawatannya sebagai berikut :
1. Penanganan gawat darurat.
Kondisi penderita yang cukup buruk perlu dirawat inap rumah
sakit dan perlu diinfus untuk mengatasi dehidrasi. Jangan lupa
awasi tanda-tanda vital, pemeriksaan laboratorium, kultur
specimen.
2. Penanganan infeksi
Mengingat uji kultur dan uji kepekaan belum diketahui maka
digunakan terapi empiris yaitu Penisilin yang efektif terhadap
bakteri aerob dan anaerob. Bila infeksi mereda sampai 2-3 hari
berarti antibiotika secara empiris yang digunakan telah
memadai. Bila tidak maka digunakan antibiotika hasil uji
kepekaan.
3. Perawatan jaringan infeksi
Bila fluktuasi positif maka segera lakukan insisi untuk drainase
Tujuan utama tindakan pembedahan adalah menghilangkan
sumber infeksi (pulpa nekrosis/saku periodontal yang dalam),
memberikan drainase untuk kumpulan pus dan jaringan

nekrotik dan mengurangi ketegangan jaringan sehingga


meningkatkan aliran darah dan zat-zat yang berguna untuk
pertahanan tubuh pada lokasi infeksi.
4. Perawatan gigi sumber infeksi
Setelah tanda-tanda inflamasi mereda, gigi yang merupakan
infeksi primer, segera lakukan ekstraksi, bila perlu kuretase
sampai jaringan nekrosis pada soket bekas ekstraksi bersih

Anda mungkin juga menyukai