Anda di halaman 1dari 19

Tuberkulosis Pada Anak

Nurul Siti Khodijah


102014117
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna no. 6
Jakarta 11510

Abstract
Tuberculosis ( TB ) is still a health problem and a major cause of mortality and morbidity
in children. Children who are exposed to Mycobacterium tuberculosis has a high risk of
becoming sick with TB. There are several risk factors that affect the pain of TB in children
. With the increasing incidence of TB in adults , the number of children infected with TB
will increase and the number of children with TB disease is also increasing . A child can
become infected without becoming ill TBC TBC where there is a positive tuberculin test
without abnormalities of clinical, radiological and laboratory . Primary tuberculosis in
children less harm to the community because most are not contagious , but for the child
itself is quite dangerous because it may arise extra thorakal tuberculosis that often the
cause of death or cause defects , example on tuberculosis meningitis .
Keyword: TB Child , Mycobacterium tuberculosis , tuberculin test
abstrak
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan dan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas pada anak. Anak yang terpapar Mycobacterium Tuberculosis mempunyai risiko
tinggi menjadi sakit TB. Terdapat beberapa faktor risiko yang berpengaruh terhadap sakit TB
pada anak. Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang
terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat.
Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji
tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris. Tuberkulosis primer
pada anak kurang membahayakan masyarakat karena kebanyakan tidak menular, tetapi bagi

anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang sering
kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat, Misal pada TBC Meningitis.
Kata Kunci : TB anak, Mycobacterium Tuberculosis, uji tuberkulin
Pendahuluan
Penyakit TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia.
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT 1995 ) penyakit TBC merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
pernafasan pada semua kelompok umur. Pada tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun
terjadi 583.000 kasus baru TBC dengan kematian sekitar 140.000. Secara kasar diperkirakan
setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TBC paru dengan BTA
positif.
Dengan meningkatnya kejadian TBC pada orang dewasa, maka jumlah anak yang
terinfeksi TBC akan meningkat dan jumlah anak dengan penyakit TBC juga meningkat.
Seorang anak dapat terkena infeksi TBC tanpa menjadi sakit TBC dimana terdapat uji
tuberkulin positif tanpa ada kelainan klinis, radiologis dan laboratoris. Tuberkulosis primer
pada anak kurang membahayakan masyarakat karena kebanyakan tidak menular, tetapi bagi
anak itu sendiri cukup berbahaya oleh karena dapat timbul TBC ekstra thorakal yang sering
kali menjadi sebab kematian atau menimbulkan cacat, Misal pada TBC Meningitis.
Diagnosis yang paling tepat untuk TBC adalah bila ditemukan basil TBC dari bahan
bahan seperti sputum, bilasan lambung, biopsy dan lain lain, tetapi hal ini pada anak sulit
didapat. Oleh karena itu, sebagian besar diagnosis TBC anak didasarkan atas gambaran
klinik, gambaran radiologis dan uji tuberkulosis.
Anamnesis
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang harus dilakukan dengan wawancara, baik
secara langsung dengan pasien (autoanamnesis) maupun kepada orang tua atau sumber lain
(aloanamnesis). Pada seorang pasien, terutama pasien anak, sebaagian besar data yang
diperlukan untuk menegakkan diagnosis diperoleh dari anamnesis. Namun, hambatan dapat
dijumpai saat pembuatan anamnesis pasien anak. Hal ini dikarenakan data tentang keadaan
anak yang didapat mungkin berdasarkan asumsi orang tua atau pengantar.1
Dalam anamnesis dapat ditanyakan:
2

a. Identitas: untuk memastikan bahwa anak tersebut yang benar-benar dimaksudkan,


dan tidak keliru dengan anak lain. Dalam identitas mencakup nama, umur, jenis
kelamin, alamat, dapat juga dicantumkan nama orang tua, agama/ suku bangsa.
b. Keluhan utama: suatu gejala yangmenyebabkan pasien dibawa berobat.
c. Riwayat perjalanan penyakit: menjelaskan secara kronologis mengenai keadaan
kesehatan sejak sebelum ada keluhan sampai anak tersebut di bawa berobat.
d. Riwayat kehamilan dan kelahiran: untuk mengetahui keadaan kesehatan ibu saat
kehamilan dan bagaimana proses kelahiran.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan: untuk mengetahui berat badan dan
tinggi badan sesuai umur, dan untuk mengetahui perkembangan si anak.
f. Riwayat imunisasi: status imunisasi penderita, khususnya imunisasi BCG, DPT,
Polio, dan Campak. Hal ini perlu untuk mengetahui status perlindungan anak, juga
dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu.
g. Riwayat makanan: untuk mendapat gambaran makanan anak, baik secara kualitas
maupun kuantitasnya.
h. Riwayat penyakit yang pernah diderita: pernahkan anak mengalami hal seperti ini
sebelumnya, karena terkadang ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang.
i. Riwayat keluarga: untuk mengetahui secara sekilas gambaran mengenai keadaan
sosial-ekonomi-budaya serta keadaan kesehatan keluarga pasien.1
Dalam kasus ini, dapat pula ditanyakan hal-hal yang lebih terperinci, seperti apakah di dalam
atau sekitar lingkungan rumah ada yang menderita seperti ini? Apakan pernah pergi ke daerah
tertentu? Bagaimana makanan sehari-harinya? Dan lain sebagainya.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Inspeksi dada dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang dinding dada,
bentuk dasar dada, simetri dada, gerakan dada pada pernapasan, terdapatnya
deformitas, penonjolan, pembengkakan, serta kelainan-kelainan lokal lainnya. Bentuk
dada bayi hampir bulat dan dalam pertumbuhannya dada akan membesar pada
diameter transveersal. Lingkaran dada pada bayi kurang dari 2 tahun lebih kecil atau
sama dengan lingkaran kepala. Sebaliknya, pada umur lebih dari 2 tahun lingkaran
dada lebih besar daripada lingkaran kepala.1
b. Palpasi
Palpasi pada pemeriksaan paru-paru sangat bermanfaat untuk menegaskan
penemuan-penemuan pada inspeksi. Setiap perubahan yang terjadi pada kedua sisi
dada yang tampak pada inspeksi akan lebih jelas dengan pemeriksaan palpasi. Palpasi
3

dilakukan dengan meletakkan telapak tangan serta jari-jari pada seluruh dinding dada
dan punggung. Dengan palpasi dicari dan ditentukan hal simetri atau asimetri toraks,
fremitus suara, krepitasi subkutis.1
c. Perkusi
Perkusi paru dapat dilakukan dengan 2 cara, ialah perkusi langsung dan
perkusi tidak langsung. Perkusi langsung dilakukan dengan mengetukkan ujung jari
tengah atau jari telunjuk langsung ke dinding dada. Sedangkan perkusi tidak langsung
dengan meletakkan 1 jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan
yang lain. Pada bayi/ anak, perkusi tidak boleh terlalu keras, karena dinding dada pada
anak masih tipis dan otot-otot masih kecil.1
Suara perkusi paru normal ialah sonor. Bunyi perkusi yang abnormal dapat
berupa hipersonor atau timpani yang terjadi bila udara dalam peru atau pleura
bertambah, misalnya emfisema paru atau pneumotoraks. Suara abnormal lain ialah
redup atau pekak, bila terdapat konsolidasi jaringan paru (pneumonia lobaris,
atelektasis, tumor) dan cairan dalam rongga pleura.1
d. Auskultasi
Auskultasi paru dilakukan untuk menilai suara napas dasar dan suara napas
tambahan. Auskultasi harus dilakukan pada seluruh dada dan punggung, termasuk
daerah aksila. Adapun suara napas dasar adalah sebagai berikut :
a. Vesikular
Ini adalah suara napas normal yang terjadi karena udara masuk dan keluar
melalui jalan napas. Suara inspirasi lebih keras dan lebih panjang dari suara
ekspirasi. Suara vesikular melemah bila terdapat penyempitan atau keadaan
yang menyebabkan ventilasi berkurang. Suara vesikular mengeras bila
bertambahnya ventilasi.1
b. Bronkial
Terdengar pada bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal atas. Bila
suara bronkial terdengar ditempat lain, berarti terdapat konsolidasi yang luas,
seperti pneumonia lobaris.1
c. Amforik
Suara napas ini menyerupai bunyi tiupan di atas mulut botol kosong, dapat
didengar pada kaverne.1
d. Cog-wheel breath sound
Istilah ini dipakai untuk menyatakan terdapatnya suara napas yang terputusputus, tidak kontinu, baik pada fase inspirasi maupun pada fase ekspirasi.
Keadaan ini mungkin disebabkan oleh adhesi pleura atau kelainan bronkus
kecil. Terdapat misalnya pada tuberkulosis dini.1

Pemeriksaan penunjang
1. Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB sifat antigenik yang kuat. Uji
tuberkulin merupakan alat diagnosis TB yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi
terutama pada anak, dengan sensitivitas dan spesifisitas lebih dari 90%. 2 Pada anak di
bawah 5 tahun dengan uji tuberkulin positif , proses tuberkulosis biasanya masih aktif
meskipun tidak menunjukkan kelainan klinis dan radiologis, demikian pula halnya kalau
terdapat konversi uji tuberkulin. Pengukuran uji tuberkulin dilakukan berdasarkan
timbulnya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein karena adanya infeksi.3
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin yaitu cara Moro dengan salep, dengan
goresan disebut patch test cara von Pirquet, cara Mantoux dengan penyuntikan intrakutan
dan multiple puncture method dengan 4-6 jarum berdasarkan cara Heaf dan Tine.3
Sampai sekarang uji Mantoux masi dianggap sebagai cara yang paling dapat
dipertanggung jawabkan karena jumlah tuberkulin yang dimasukkan dapat diketahui
banyaknya.3 Cara Mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD (purified protein
derivative) tuberkulin dari Biofarma RT-23 2TU atau PPD S 5TU, secara intrakutan
dibagian volar lengan bawah dan dibaca 48-72 jam setelah penyuktikan. Pengukuran
dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan hiperemi/eritemanya. Perlu dinilai ukuran
indurasi (diameter dalam millimeter), tebal tipisnya, dan dicatat ditemukan vesikel hingga
bula.2
Tabel 1. Interpretasi berdasarkan hasil uji Tuberkulin2
Diameter
15 mm
10-15

Hasil
+
+

5-9 mm

+/- (Ragu)

5 mm

0-4 mm

Penyebab
Sangat mungkin TB alamiah
Kemungkinan TB alamiah, infeksi atipik, dan masih mungkin
karena imunisasi BCG (dalam jangka waktu 5 tahun)
Kesalahan teknis, keadaan anergi, atau reaksi silang dengan M.
atipik. Ulangan 2minggu emudian, dan jarak penyuntikan di
lokasi lain minimal jarak 2 cm.
Keaadan tertentu seperti imunokompromais (gizi buruk, infeksi
HIV, keganasan, morbili, pertusis, varisela, anak yang mengalami
kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif)
Tidak infeksi TB

Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada tiga keadaan sebagai berikut :2
a. Infeksi TB alamiah
Infeksi TB tanpa sakit sakit TB (infeksi TB laten)
Infeksi TB dan sakit TB
TB yang telah sembuh
b. Imunisasi BCG (infeksi TB buatan)
5

c. Infeksi Mycobacterium atipik


Uji tuberkulin negative dapat dijumpai pada tiga keadaan berikut:2
a. Tidak ada infeksi TB
b. Dalam masa inkubasi infeksi TB
c. Anergi.
Anergi adalah keadaan penekanan sistem imun oleh beberpa keadaan, sehingga tubuh
tidak memberikan reaksi terhadap tuberkulin walaupun sebenarnya terinfeksi TB.
Beberapa keadaan tersebut adalah misalnya gizi buruk, keganansan, penggunaan
steroid jangka panjang, pertusis, varisela, TB berat.
2. Radiologi
Pada anak dengan uji tuberkulin positif dilakukan pemeriksaan radiologi. Walaupun
gambaran foto toraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan radiologi pada TB dapat juga
dijumpai pada penyakit lain. Pemeriksaan radiologi paru saja tidak dapat digunakan untuk
membuat diagnosis TB, kecuali gambaran milier. 2
Secara umum, gambaran radiologis yang sugestif TB adalah sebagai berikut.
Pembesaran hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrate
Konsolidasi segmental/lobar
Milier
Kalsifikasi dengan infiltrate
Atelektasis
Kavitis
Efusi pleura
tuberkuloma
3. Uji interferon
Pada infeksi TB, respon imun selular lebih memegang peranan, sehingga pemeriksaan
diagnostic yang lebih representatif adalah uji tubekulin. Oleh karena itu, telah
dikembangkan suatu pemeriksaan imunitas selular yang lebih praktis yaitu dengan
memeriksa spesimen darah, dan diharapkan dapat membedakan infeksi TB dan sakit TB.
Pemeriksaan yang dimaksud adalah uji interferon (interferon gamma release asaas ,
IGRA). Terdapat dua jenis IGRA, yaitu2 :
Early secretory antigen target-6 (ESAT-6) dan Culture filtrate protein-10 (CFP-10)
Merangsang limfosit T dengan antigen dari kuman TB maka limfosit T akan
menghasilkan interferon gamma. Antigen spesifik yang digunakan adalah ESAT-6 dan
CFT-10.
Enzyme-linked immune spot
Cara kerja dengan kalkulasi interferon gamma dihasilkan oleh sel T CD4 dan CD8.
Pemeriksaan ini dapat membedakan antara hasil positif yang disebabkan oleh infeksi
M. tuberculosis, oleh BCG, dan oleh infeksi M. atipik. Namun belum dapat
membedakan infeksi TB dan sakit TB.
6

4. Mikrobiologi
Diagnosis pasti ditegakkan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan
mikrobiologis. Pemeriksaan mikrobiologis terdiri dari dua macam, yaitu pemeriksaan
mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan pemeriksaan biakan kuman M.
tuberculosis.2 Spesimen yang digunakan adalah darah, sputum, cairan lambung. 4
Perkembangan lain di bidang mikrobiologi adalah pemeriksaan PCR.2
5. Patologi anatomik (PA)
Pemeriksaan histopatologik dapat memberikan gambaran khas.
histopatologik dapat ditegakkan dengan menemukan dengan

Diagnosis

menemukan perkijauan

(kaseosa), sel epitoloid, limfosit, dan sel datia langhans. Kadang-kadang dapat ditemukan
juga BTA. 2

Differential diagnosis 4
Pneumonia
Pneumonia atau paru-paru basah adalah peradangan jaringan di salah satu atau kedua
paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. Pada saat menderita pneumonia,
sekumpulan kantong-kantong udara yang kecil di ujung saluran pernapasan dalam
paru-paru akan bengkak dan penuh cairan. Gejala umum pneumonia meliputi batuk,
demam dan kesulitan bernapas. Bronkopneumonia, pneumonia lobular, dan
pneumonia bilateral, ketiganya merujuk pada penyakit yang sama dengan penyebab
dan pengobatan yang sejenis. Pneumonia merupakan penyebab kematian anak-anak
tertinggi di dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat sekitar
1,1 juta orang anak di dunia yang meninggal tiap tahun akibat penyakit ini.
Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada saluran udara utama dari paru-paru atau bronkus yang
menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran udara itu. Kondisi ini
termasuk sebagai penyakit pernapasan. Adapun gejala yang timbul adalah Batukbatuk disertai lendir berwarna kuning keabu-abuan atau hijau, Sakit pada
tenggorokan, Sesak napas, Hidung beringus atau tersumbat, Sakit atau rasa tidak
nyaman pada dada, Kelelahan.
Asma Bronkial 5
Asma Bronkial adalah penyakit saluran nafas dengan karakteristik berupa
peningkatan reaktivitas (hiperaktivitas) trakea dan bronkus terhadap berbagai
7

rangsangan dengan manifestasi klinis berupa penyempitan saluran nafas yang


menyeluruh. Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi
(infeksi virus RSV),iklim (perubahan mendadak suhu,tekanan udara),inhalan
(debu,kapuk,tungau,sisa isa serangga mati,bulu binatang,serbuk sari,bau asap,uap
cat), makanan (putih telur,susu sapi,kacang tanah,coklat,biji-bijian,tomat),obat
(aspirin),kegiatan fisik (olahraga berat,kecapaian,tertawa terbahak-bahak), dan emosi.

Gambar 1. Asma Bronkial. 5


Working diagnosis
Diagnosis pasti dapat ditegakan dengan ditemukannya kuman TB pada apusan
langsung (direct smear), dan/ atau biakan yang merupakan pemeriksaan baku emas, atau
gambaran PA TB. Hanya saja diagnosis pasti pada anak sulit didapatkan karena jumlah
kuman yang sedikit pada TB anak, dan lokasi kuman di daerah parenkim yang jauh dari
bronkus. Cara lain untuk menentukan diagnosis berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, foto toraks, pemeriksaan laboraturium. Adanya
riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, uji tuberkulin positif, gejala dan tanda
sugestif TB, dan foto toraks yang mengarah pada TB, merupakan dasar untuk menyatakan
anak sakit TB.2
Epidemiologi
Di seluruh dunia, TB merupakan penyebab utama morbiditas dan diperkirakan oleh
WHO menyebabkan sekitar 3 juta kematian per tahun; terutama pada negara berkembang dan
pada populasi yang pada umumnya terdapat infeksi HIV. Tuberkulosis telah menurun pada
orang-orang yang lahir di Amerika Serikat, tetapi meningkat pada orang yang dilahirkan di
negara asing. Reservoir TB adalah lansia, imigran , tuna wisma, dan pasien AIDS.
Tuberkulosis lebih sering pada masyarakat semiindustri yang penuh sesak dan di antara
orang-orang miskin.5 Penyakit ini menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin, serta
8

mulai merambah tidak hanya pada golongan sosial ekonomi rendah. WHO menyatakan 22
negara dengan beban TBC tertinggi di dunia 50%-nya berasal dari negara Afrika dan Asia
serta Amerika (Brasil). Hampir semua negara ASEAN masuk dalam kategori 22 negara
tersebut kecuali Singapura dan Malaysia.6
Anak yang pernah terinfeksi TBC mempunyai risiko menderita penyakit ini sepanjang
hidupnya sebesar 10%.6 Laporan mengenai TB pada anak diperkirakan jumlah kasus TB
anak per tahun adalah 5-6% dari total kasus TB. Infeksi pada anak terjadi sesudah inhalasi
droplet pernapasan yang terkontaminasi (dari batuk atau bersin) dari sekresi saluran napas
yang terinfeksi berat. Infeksi pada anak khususnya merupakan akibat kontak erat yang lama
dengan individu yang memiliki sputum positif, aktif, berkaverna, dan tidak diobati. Masa
inkubasi dari infeksi sampai terjadinya uji kulit tuberkulin positif adalah 2-6 minggu.4
Etiologi
Tuberkulosis

merupakan

penyakit

infeksi

yang

disebabkan

oleh

bakteri

Mycobacterium tuberculosis dan Mykobacterium bovis (sangat jarang disebabkan oleh


Mycobacterium avium). Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron
dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai
selubung tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipid (terutama asam mikolat). 6
Suatu asam lemak 70-80 karbon, dan arabinogalaktan yang terikat pada asam muramat.4
Dengan kandungan lipid yang tinggi menyebabkan organisme ini bersifat tahan
asam pada pewarnaan (resisten terhadap perubahan warna dengan asam-alkohol), seperti
digunakan pada metode pewarnaan Ziehl-Neelsen atau knyoun yang digunakan untuk
mengidentifikasi organisme ini, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA).4 Bakteri
tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Bakteri
tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau pemanasan 60oC selama
30 menit, dengan alcohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di
udara terutama di tempat yang lembab dan gelap.6
Fibrosis protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan, sedangkan sifat
yang tahan asam merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel
epiteloid dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun
eksotoksin). Penularan Mycobacterium tuberkulosis biasanya melalui udara (droplet nuclei)
saat seorang TB batuk dan percikan ludah mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang
9

lain saat bernapas. Selain melalui udara penularan dapat peroral misalnya susu yang
mengandung basil tuberkulosis, biasanya Mycobacterium bovis. Dapat juga terjadi dengan
kontak langsung misalnya melalui luka atau lecet di kulit. 3
Terdapat golongan Mycobacterium lain yang dapat menyebabkan kelainan yang
menyerupai tuberkulosis. Golongan ini disebut Mycobacterium atipik atau disebut juga
Unclassified Mycobacterium. Runyon (1959) membagi Mycobacterium atipic menjadi 4
golongan:3
1. Golongan fotokromogen, misal M. kansasii yang dapat menyebabkan penyakit di
dalam dan di luar paru seperti tuberkulosis.
2. Golongan skotokromogen, misal M. scrofulaceum yang dapat menyebabkan adenitis
servikalis pada anak.
3. Golongan nonfotokromogen, misal M. intracellulare (Battey strains), yang dapat
menyebabkan penyakit paru seperti tuberkulosis.
4. Golongan rapid growers, misal M. fortuitum dapat menyebabkan abses M.
smegmantes merupakan saprofit pada smegma.
Patofisiologi
Masuknya basil tuberkulosis dalam tubuh tidak selalu menimbulkan penyakit.
Terjadinya infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta daya
tahan tubuh manusia.3
Infeksi primer biasanya terjadi dalam paru. Hal ini disebabkan penularan sebagian
besar melalui udara dan mungkin juga karena jaringan paru mudah kena infeksi tuberkulosis.3
Basil tuberkulosis yang terhirup akan terbawa melalui saluran pernapasan ke daerah
dekat di bawah permukaan paru. Di tempat tersebut, TB akan menetap dan berkembang biak
secara perlahan-lahan dan akan terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas dan disebut
fokus primer. Bersamaan dengan itu, TB akan menyebar dengan cepat melalui saluran getah
bening menuju kelenjar regional yang kemudian akan mengadakan reaksi eksudasi. Dalam
waktu 4 hingga 8 minggu, akan muncul daerah-daerah kecil di tengah-tengah proses tersebut
di mana terdapat jaringan tubuh yang mati (perkijuan). Fokus primer, limfangitis, dan
kelenjar getah bening regional yang membesar, membentuk kompleks primer. Bersamaan
dengan terbentuknya kompleks primer, terjadi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein
yang dapat diketahui dari uji tuberkulin.3,4

10

Apa yang terjadi kemudian tergantung dari kemampuan sang anak untuk melawan
perkembangbiakan kuman dan untuk membatasi perkijuan yang terjadi. Kemampuan tersebut
berbeda-beda pada berbagai usia, dan juga dapat dipengaruhi oleh keadaan gizi. Keadaan gizi
yang buruk akan menurunkan kekebalan tubuh.3,4
TB dapat menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. TB dapat meluas
dalam jaringan paru sendiri. Selain itu, TB dapat masuk ke dalam aliran darah langsung atau
melalui kelenjar getah bening. Melalui aliran darah, kuman TB dapat mencapai alat tubuh
lain. Dalam alat tubuh tersebut, TB dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat juga
menjadi tenang dulu dan setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit.3
Kebanyakan fokus primer tidak berkembang menjadi lebih dari 10 mm. Namun,
terkadang ada yang menjadi lebih besar. Fokus yang besar itu dapat memecah ke arah
permukaan paru, sehingga bahan perkijuan dan kuman memasuki rongga pleura. Cairan efusi
umumnya diserap kembali dengan mudah. Namun, kadang bula terdapat kuman di dalamnya,
cairan efusi dapat menjadi purulen, sehingga membentuk empiema tuberkulosis.4
Kuman TB dapat mengalir langsung ke kelenjar getah bening yang terletak di dekat
saluran napas (bronkus). Pada anak-anak yang masih sangat kecil, kelenjar getah bening
dapat menghimpit dan mempersempit sakuran napas yang lunak sehingga menyebabkan
kolaps dari bagian paru terkait. Pada anak yang lebih besar, kelenjar getah bening dapat
memecah dan menembus dinding brunkus.4
Kuman TB juda dapat lolos ke dalam aliran darah. Hal ini terjadi karena terkisisnya
pembuluh darah. Kuman TB terbawa aliran darah ke bagian-bagian tubuh yang lebih jauh.
Seperti hati, limpa, tulang, otak, dan ginjal. Proses ini akan berhenti bersamaan dengan
sembuhnya anak tersebut dari fokus primer dan kelenjar getah bening terkait, tetapi juga
dapat berlanjut selama berbulan-bulan. Kebanyakan dari kuman tersebut, sekalipun
membentuk tuberkel keci, tidak menimbulkan gejala klinis. Namun hal ini tergantung dari
kekebalan tubuh si anak sendiri. Pada anak-anak yang masih sangat kecil yang kekebalan
tubuhnya lemah, ataupun pada anak-anak yang kekebalan tubuhnya menurun, infeksi primer
dapat segera diikuti tuberkulosis milier dan TB meningitis. Lesi kronis dapat ditimbulkan
setelah beberapa bulan atau beberapa tahun, seperti tuberkulosis pada ginjal, tulang, sendi,
dan sebagainya.4
Penularan tuberkulosis pada anak dapat terjadi dengan cara:
11

Dari batuk orang dewasa.


Dari makanan atau susu.
Melalui kulit yang terabrasi.4

Manifestasi klinik
Manifestasi klinis TB sangat bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor. Faktor yang
berperan adalah kuman TB, pejamu, serta interaksi antar keduanya. Faktor kuman bergantung
pada jumlah dan virulensi kuman, sedangkan faktor pejamu bergantung pada usia, dan
kompetensi imun serta kerentanan pejamu pada awal terjadinya infeksi. Anak kecil seringkali
tidak menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelenjar hilus pada foto
toraks. Manifestasi klinis TB terbagi menjadi dua yaitu manifestasi sistemik dan manifestasi
spesifik organ/lokal.2
1. Manifestasi sistemik
Gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit atau keadaan lain. Sebagian besar anak dengan TB tidak memperlihatkan gejala
dan tanda selama beberapa waktu. Keluhan sistemik ini diduga berkaitan dengan
peningkatan tumor necrosis faktor- (TNF-). Gejala umum pada TB anak adalah sebagai
berikut:2
Demam lama ( 2 minggu) dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifoid,
infeksi saluran kemih (ISK), malaria, dll) yang dapat disertai keringat malam. Demam
umumnya tidak tinggi.
Batuk lama > 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan. Biasanya batuk kering,
sehingga sulit untuk memperoleh sputum. Anak-anak yang menderita tuberkulosis
hampir tidak pernah batuk darah atau ditemukan darah pada liurnya. Semua biasanya
telah mengenai anak tersebut beberapa minggu sebelum akhirnya anak tersebut
berobat.5
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat.
Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan
adekuat.
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
2. Manifestasi spesifik organ/lokal
Manifestasi klinik spesifik organ bergantung pada organ yang terkena, misalnya kelenjar
limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang, dan kulit.2
a. Kelenjar limfe superfisialis
12

Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang sering terkena adalah kelenjar limfe kolli
anterior atau posterior, aksila, inguinal, submandibula, dan supraklavikula.
Karakteristik kelenjar biasanya multiple, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat
pada perabaan, muadah digerakkan dan dapat saling melekat satu sama lain.
perlekatan ini terjadi akibat adanya inflamasi pada kapsul kelenjar limfe.2
b. Susunan saraf pusat
Gejala klinis yang terjadi berupa nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk,
muntah proyektil, dan kejang.2
c. Sistem skeletal
Gejala yang umum ditemukan pada TB sistem skeletal adalah nyeri, bengkak pada
sendi yang terkena, dan gangguan atau keterbatasan gerak. Tuberkulosis sistem
skeletal yang sering terjadi pada anak daripada dewasa. Manifestasi klinis TB sistem
skeletal baisanya muncul secara perlahan dan samar sehingga sering lambat
terdiagnosis.2
d. Kulit
Mekanisme terjadinya manifestasi TB pada kulit dapat melalui dua cara, yaitu
inokulasi langsung (infeksi primer) seperti tuberculous chancre, dan akibat
limfadenitis TB yang pecah menjadi skrofuloderma (TB pasca primer). Skofuloderma
adalah yang paling sering dijumpai ditemukan di leher dan wajah, di tempat yang
mempunyai

kelejar

getah

bening,

misalnya

daerah

protis,

submandibula,

supraklavikula, dan lateral leher.2


Penatalaksanaan
Medikamentosa
Pengobatan pada tuberkulosis ditentukan berdasarkan 2 pertimbangan, yaitu adanya
mutan yang resisten terhadap obat dan adanya basil tuberkulosis yang hidup karena
pertumbuhannya lambat dan intermiten. Untuk mutan yang resisten, dapat dikombinasikan
pemakainan 2 obat atau lebih. Untuk adanya basil tuberkulosis yang pertumbuhannya lambat
dan intermiten dapat ditanggulangi dengan memperpanjang masa pengobatan sampai 18
bulan atau lebih.3
INH (isoniazid)
Bekerja secara bakterisidal terhadap basil yang berkembang aktif ekstraseluler dan basil
di dalam makrofag. Dosis INH adalah 5 mg/ kgbb/ hari peroral, dapat diberikan selama
18-24 bulan.3 Isoniazid mempunyai dua efek toksik utama, yaitu hepatotoksik dan neuritis
perifer.2
13

Rifampisin
Bekerja bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua jaringan, dan dapat
membunuh kuman semidorman yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin
diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 10-20 mg/kgbb/hari, dosis maksimal
600mg/hari. Jika diberikan bersamaan isoniazid, dosis rifampisin tidak melebihi 15
mg/kgbb/hari dan isoniazid 10 mg/kgbb/hari. Efek samping adalah perubahan warna urin,
ludah, keringat, sputum, air mata menjadi warna orange kemerahan. Selain itu gangguan
gastroimtestinal dan hepatotoksisitas.2
Streptomisin
Bekerja bakterisidal hanya terhadap basil yang tumbuh aktif ekstraseluler. Diberikan
secara intramuskular dengan dosis 30-50 mg/kgbb/hari, dengan maksimum 750 mg/ hari,
diberikan selama 1-3 bulan kemudian dapat diberikan 2-3 kali seminggu selama 1-3 bulan
lagi.3 Toksisitas utama streptomisin terjadi nervus cranial VIII yang mengganggu
keseimbangan dan pendengaran, dengan gejala berupa telinga berdengung dan pusing.2
Pirazinamid
Bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler. Dosis pirazinamid adalah 30-35
mg/kgbb/hari, peroral 2 kali sehari selama 4-6 bulan. 3 Aman pada anak, kira-kira 10%
pada orang dewasa mengalami efek samping berupa artarlgia, arthritis, atau gout akibat
hiperurisemia. Efek samping lainnya hepatotoksisitas, anoreksia, dan iritasi saluran
cerna.2
Etambutol
Belum jelas apakah bekerja secara bakterisidal atau bakteriostatik. Diberikan dengan
dosis 20 mg/ kgbb/ hari peroral pada waktu lambung kosong sama sekali. Jarang
diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata.3
PAS (para aminosalisilat), etionamid, dan sikloserin
Hanya bekerja secara bakteriostatik. Obat ini jarang dipakai karena dosisnya yang tinggi
dan kurang disukai penderita. Biasanya diberikan selama 1 tahun.3
Terkadang kortikosteroid dapat diberikan pada tuberkulosis milier, meningitis serosa
tuberkulosis, penyebaran bronkogen, dan sebagainya. Kortikosteroid dengan sifat
imunosupresif diberikan kepada penderita tuberkulosis sebagai antiflogisitik dan ajuvan.
Biasanya kortikosteriod diberikan selama 2-4 minggu atau sampai ada perbaikan, kemudian
diturunkan sedikit demi sedikit.3
Pada anak-anak yang tidak menunjukkan gejala penyakit dan yang diketahui telah
mengalami infeksi primer, tujuan pengobatannya adalah menyingkirkan risiko penyebaran
dari lesi dan membunuh kuman tuberkulosis pada fokus primer dan kelenjar getah bening
14

terkait. Pengobatan terdiri atas 5 mg/kgbb isoniazid (INH) satu kali sehari selama minimal 6
bulan. Sedangkan pada anak dengan gejala dapat diberikan INH dan rifampisin, bersama
dengan pirazinamid.4
Pada anak yang menderita tuberkulosis, diperhatikan juga gizi dan makanannya. Anak
yang sakit sangat berat dan kurang gizi mungkin menolak untuk makan, karena itu berikanlah
makanan dalam jumlah sedikit tapi sering. NGT dapat digunakan jika memang perlu sampai
nafsu makan pulih.4

Panduan obat TB
Pengobatan TB dibagi menjadi 2 fase intensif, yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan
sisanya sebagai fase lanjutan. Prinsip dasar pengobatab TB adalah minimal tiga macam obat
pada fase intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan dua macam obat pada fase
lanjutan (4 bulan atau lebih). Pemberian panduan obat ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya resistensi obat dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Obat
anti Tuberkulosis pada anak diberikan setiap hari, bukan dua atau tiga kali dalam seminggu.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketidakteraturan menelan obat yang lebih sering terjadi
jika obat tidak ditelan setiap hari. Saat ini obat baku yang dipakai pada kasus TB anak adalah
rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid, sedangkan pada fase lanjutan hanya diberikan
rifampisin dan isoniazid.2
Non-Medika mentosa
1. Pendekatan DOTS
Salah satu upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan melakukan pengawasan
langsung terhadap pengobatan (directly observed treatment). Sesuai dengan rekomendasi
WHO, strategi DOTS terdiri atas lima komponen, yaitu sebagai berikut.2
1) Komitmen politis dari para pengambilan keputusan, termasuk dukungan dana.
2) Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopis.
3) Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
pengawas menelan obat (PMO).
4) Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
5) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program penanggulan TB.
2. Sumber penularan dan case finding

15

Perlu dicari sumber penularan yang menyebabkan anak tersebut tertular TB. Sumber
penularan adalah orang dewasa yang menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak
tersebut. Bila ditemukan sumbernya, perlu pula dilakukan pelacakan sentrifugal, yaitu
mencari anak lain sekitarnya yang mungkin tertular, dengan cara uji tuberkulin.2
3. Aspek edukasi dan sosial ekonomi
Pengobatan TB memerlukan kesinambungan pengobatan dalam jangka waktu yang cukup
lama, maka biaya yang diperlukan cukup besar. selain itu, diperlukan penanganan gizi
yang baik, meliputi kecukupan asupan makanan, vitamin, dan mikronutrien. Pasien TB
anak tidak perlu diisolasi, tidak perlu membatasi aktivitas fisik, kecuali pada TB berat.2
Prognosis
Dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur anak, berapa lama telah mendapat infeksi,
luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan
adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis, diare berulang dan lain-lain.3
Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh tuberkulosis adalah penyakit tuberkulosis lain yang
menyebabkan komplikasinya tersendiri. Seperti tuberkulosis kelenjar getah bening dapat
mengalami komplikasi lagi, seperti bronkopenumoni tuberkulosis, sumbatan bronkus lobus
oleh pembesaran kelenjar getah bening, dan sebagainya.
Pencegahan
a. Pemberian vaksinasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Pemberian BCG meninggikan daya
tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis yang virulen. Imunitas timbul 6-8
minggu setelah pemberian BCG. Pemberian BCG dapat mengurangi morbiditas sampai
74%.3
b. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis biasanya digunakan INH dengan dosis 5 mg/kgbb/hari selama 1 tahun.
Kemoprofilaksis primer diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada anak (belum
infeksi atau masih masa inkubasi). Kemoprofilaksis sekunder diberikan untuk mencegah
berkembangya infeksi menjadi penyakit. Kemoprofilaksis sekunder dapat juga diberikan
pada anak dengan uji tuberkulin positif tanpa kelainan radiologis paru.3

16

Kesimpulan
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Pada TB anak sulit ditemukan gejala klinis yang spesifik, sehingga terkadang sulit dalam
penegakkan diagnosis dan terlambat penanganan. Pada skenario anak laki-laki berusia 5
tahun dibawa ke puskesmas dengan keluhan batuk yang tidak kunjung sembuh sejak 2
minggu. Pada pemeriksaan fisik anak tampak sakit ringan, BB=15 kg. Uji tuberkulin anak
tersebut 15 mm. Berdasarkan gejala klinis yang tertera dan hasil tuberkulin maka dapat
dilakukan diagnosis kerja yaitu Tuberkulosis pada anak. Untuk mendukung ditegakan
diagnosis kerja masih diperlukan pemeriksaan penunjang lainnya.
17

Daftar Pustaka
1. Latief A, Tumbelaka AR, Matondang CS, Chair I, Bisanto J, Abdoerrachman MH, et al.
Diagnosis fisik pada anak. Anamnesis. Jakarta: Fakultas kedokteran universitas indonesia;
1991. h. 3-7; 11-7; 74-80.
2. Basir D, Rahajoe NN, Makmuri MS, Kartasasmita CB. Pedoman nasional tuberkulosis
pada anak. Jakarta. Edisi ke-2: UKK Respirologi PP IDAI; 2007.h.3-65.
3. Hassan R, Alatas H, Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali M, et al, editor. Ilmu
kesehatan anak. Jilid ke-2. Jakarta : Bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran
universitas indonesia; 2007.h. 573-83;632-7;646-8.

18

4. Crofton J, Horne N, Miller F. Tuberkulosis klinis. Edisi ke-2. Jakarta: Widya Medika;
2002.h.31-91.
5. Behrman RE, Kliegman RM. Esensi pediatri Nelson. Edisi ke-4. Jakarta: EGC; 2010.h.4316;445-7.
6. Widoyono. Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.
Jakarta: Erlangga; 2008.h.13-8;34-36;103-108;139-141.

19

Anda mungkin juga menyukai