Anda di halaman 1dari 12

MENGELOLA ALIHDAYA

(Studi kasus : Penerapan Outsourching (Alihdaya )


pada perusahaan)
D
I
S
U
S
U
N

2016

PENGERTIAN ALIHDAYA
Outsourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya non-core atau
penunjang oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui
perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa
pekerja/buruh. Karena perusahaan lain dapat mengerjakannya dengan
lebih murah, lebih cepat, lebih baik dan yang lebih utama lagi adalah
karena kita punya pekerjaan lain yang sifatnya core yang lebih
penting di Perusahaan. Dan pengertian disisi lain juga Alihdaya adalah
sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa proses bisnis
kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa
tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan
definisi serta kriteria yang telah disepakati oleh para pihak.Bisa
diartikan juga dengan terdapat penyerahan sebagian kegiatan
perusahaan pada pihak lain.
Saat ini sering kita temui banyak sekali berbagai perusahaan hingga
instansi yang memiliki pekerja outsourcing. Karyawan outsourcing
yaitu karyawan kontrak yang dipasok dari penyedia jasa outsourcing
untuk perusahaan. Dahulu pegawai outsourcing hanya berlaku untuk
petugas satpam, cleaning servise, operator telepon. Namun entah
bagaimana saat ini hampir semua perusahaan dan berbagai instansi
menggunakan pekerja dengan sistem itu. Dengan menggunakan
sistem pegawai outsourcing ini perusahaan juga memiliki berbagai
keuntungan diantaranya perusahaan tidak perlu memberikan jaminan
kesehatan, uang makan, hingga uang pesangon. Sebab yang
bertanggung jawab dengan semua itu adalah perusahaan outsourcing
itu sendiri. Hampir segala jenis perusahaan saat ini sudah mulai
menerapkan sistem kerja outsourcing. Antara lain, perusahaan yang
bergerak di bidang Industri, Perhotelan, Perbankan, Asuransi,
Telekomunikasi,Retail (Mall/Plaza), dan lain-lain.
Sistem kerja outsourcing ini biasanya diterapkan pada jenis-jenis
pekerjaan penunjang yang tidak berhubungan langsung dengan bisnis
inti perusahaan. Level jabatan yang di-outsourcing-kan adalah level
staf ke bawah, meskipun ada juga karyawan outsource yang
menempati posisi manajerial. Tetapi, hal itu biasanya dilakukan dalam
pekerjaan dengan jangka waktu tertentu atau proyek. Melalui
outsourcing perusahaan dapat membeli sistem informasi yang sudah
tersedia, atau sudah dikembangkan oleh perusahaan outsource.
Perusahaan juga dapat meminta perusahaan outsoutce untuk
memodifikasi sistem yang sudah ada. Perusahaan juga dapat membeli
software dan meminta perusahaan outsource untuk memodifikasi

software tersebut sesuai keinginan perusahaan. Dan juga lewat


outsourcing perusahaan dapat meminta untuk mengembangkan
sistem informasi yang benar-benar baru atau pengembangan dari
dasar

Kebijakan alihdaya diterapkan karena kebijakan tersebut dinilai dapat


memberikan beberapa keuntungan bagi perusahaan. Keuntungan
tersebut antara lain:
1. Fokus pada kompetensi utama
Dengan menggunakan outsourcing, perusahaan dapat
memusatkan diri pada masalah dan startegi utama dan umum,
sementara pelaksanaan tugas sehari-hari dengan tingkat
kepentingan yang kecil diserahkan pada pihak ketiga, sehingga
perusahaan mampu meningkatkan kompetensi utamanya.
2. Penghematan dan pengendalian biaya operasional
Outsourcing memungkinkan untuk mengurangi dan
mengendalikan biaya operasi. Pengurangan biaya ini dapat
diperoleh dari mitra outsource melalui berbagai hal, misalnya
spesialisasi, struktur pembiayaan yang lebih rendah, economics
of scale besar. Perusahaan yang mengelola SDM-nya sendiri
akan memiliki struktur pembiayaan yang lebih besar daripada
perusahaan yang menyerahkan pengelolaan SDM-nya
pada vendor outsourcing.
3.

Memanfaatkan kompetensi vendor outsourcing


Karena kompetensi utamanya dibidang jasa penyediaan dan
pengelolaan SDM, vendor outsourcingmemiliki sumber daya dan
kemampuan yang lebih baik dibidang ini dibandingkan dengan
perusahaan. Saat menjalin kerjasama dengan vendor
outsourcing yang profesional, perusahaan akan mendapatkan
keuntungan dengan memanfaatkan keahlian vendor
outsourcing dalam menyediakan dan mengelola SDM yang
dibutuhkan oleh perusahaan.

4. Mengurangi resiko
Outsourcing memungkinkan suatu pembagian suatu pembagian
resiko, yang akan memperingan dan memperkecil resiko
perusahaan. Apabila semua investasi dilakukan sendiri maka

seluruh resiko juga ditanggung sendiri, sementara apabila


beberapa aktivitas perusahaan dikontrakkan pada pihak ketiga
maka resiko akan ditanggung bersama pula.
5.

Perusahaan menjadi lebih langsing dan gesit dalam merespon


pasar
Setiap perusahaan pasti memiliki
keterbatasan sumber daya. Dengan melakukan outsourcing,
perusahaan dapat mengalihkan sumber daya yang terbatas ini
dari pekerjaan-pekerjaan yang bersifat non-core dan tidak
berpengaruh langung terhadap pendapatan dan keuntungan
perusahaan kepada pekerjaan-pekerjaan strategis corebusiness yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan, pendapatan dan keuntungan perusahaan.

6.

Meningkatkan efisiensi pada pekerjaan yang bersifat non-core


Perusahaan umumnya memutuskan untuk mengalihkan
setidaknya satu pekerjaan non-core dengan berbagai alasan.
Perusahaan menyadari bahwa merekrut dan mengkontrak
karyawan, menghitung dan membayar gaji, lembur dan
tunjangan-tunjangan, memberikan pelatihan, administrasi
umum serta memastikan semua proses berjalan sesuai dengan
peraturan perundangan adalah pekerjaan yang rumit, banyak
membuang waktu, pikiran dan dana yang cukup besar.

7. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari re-engineering.


Outsourcing menjadi salah satu cara dalam reengineering untuk mendapatkan manfaat sekarang dengan cara
menyerahkan tugas pada pihak ketiga yang sudah
melakukan re-engineering dan menjadi unggul atas aktivitasaktivitas tertentu.
8. Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan lain
Outsourcing memungkinkan perusahaan untuk menggunakan
sumber daya yang dimiliki secara terbatas tersebut untuk
bidang-bidang kegiatan utama, sementara hal-hal kecil dapat
dialihkan untuk menangani hal-hal ekstrim.
9. Meningkatkan tersedianya dana capital
Outsourcing juga bermanfaat untuk mengurangi investasi dana
kapital kegiatan non-core. Sebagai ganti dari melakukan
investasi di bidang kegiatan tersebut, lebih baik mengontrakkan

sesuai dengan kebutuhan yang dibiayai dengan dana operasi,


bukan dana investasi.
10.
Menciptakan dana segar
Outsourcing sering kali dapat dilakukan tidak hanya
mengontrakkan aktivitas tertentu pada pihak ketiga, tetapi juga
disertai dengan penyerahan (penjualan/penyewaan) aset yang
digunakan untuk melakukan aktivitas tersebut, dengan
demikian dana segar akan masuk ke dalam perusahaan.
11.
Memperoleh sumber daya yang tidak dimiliki sendiri
Perusahaan dapat melakukan outsourcing untuk suatu aktivitas
tertentu karena perusahaan tidak memiliki sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan aktivitas tersebut secara baik dan
memadai.
12.
Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau
dikelola
Outsourcing dapat juga digunakan
untuk mengatasi pengelolaan hal atau mengawasi fungsi yang
sulit dikendalikan, seperti birokrasi ekstern yang sangat berbelit.
13.

Mengurangi waktu proses

Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pada pekerjaan-pekerjaan


yang sifatnya non-core .Umumnya mereka menyadari bahwa merekrut
dan mengkontrak karyawan, menghitung dan membayar gaji, lembur
dan tunjangan-tunjangan, memberikan pelatihan, administrasi umum
serta memastikan semua proses berjalan sesuai dengan peraturan
perundangan adalah pekerjaan yang rumit, banyak membuang waktu,
pikiran dan dana yang cukup besar. Mengalihkan pekerjaan-pekerjaan
ini kepada vendor outsourcing yang lebih kompeten dengan
memberikan sejumlah fee sebagai imbalan jasa terbukti lebih efisien
dan lebih murah daripada mengerjakannya sendiri.
Ada pula kekurangannya bagi perusahaan, yaitu:
1. Kehilangan kontrol manajerial
Kontrol manajerial akan menjadi milik perusahaan lain karena
perusahan outsourcing tidak akan mendorong perusahaan

melainkan didorong untuk membuat keuntungan dari layanan


yang mereka sediakan.
2. Adanya biaya tersembunyi
Setiap hal yang tidak tercamtum dalam kontrak akan menjadi
dasar perusahaan untuk membayar biaya tambahan
3. Ancaman keamanan dan kerahasian
Perusahaan outsourcing dapat menerima informasi tentang
catatan gaji, medis dan rahasia lainnya.
4.

Kualitas
Kontrak akan mengalami spesifikasi dan akan ada biaya
tambahan yang akan dikeluarkan oleh perusahaan kepada
perusahaan outsourcing.

5. Terkait kesejahteraan keuangan perusahaan lain


Perusahaan outsourcing akan bangkrut dan memegang
kangtong
6.

Publisitas buruk

Penerapan kebijakan Outsourcing disamping dapat memberikan


keuntungan bagiperusahaan, terkadang bisa juga gagal dalam
penerapannya, hal ini menurut artikel yang ditulis oleh Antariksa
(2010), dalam situs www.potency.co.id dikarenakan beberapa sebab,
yaitu :
1. Kurangnya Komitmen, Dukungan dan Keterlibatan Pihak
Manajemen DalamPelaksanaan Proyek Outsourcing. Tanpa
keterlibatan dari pihak manajemen dalam Implementasi
Karyawan Outsourcing dalam Perusahaan mencapai tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang proyek Outsourcing,
proyek outsourcing akan berjalan tanpa arahan yang jelas dan
bahkan menyimpang dari strategi dan tujuan awal perusahaan.

2. Kurangnya Pengetahuan Mengenai Siklus Outsourcing Secara


Utuh dan Benar.Kurangnya pengetahuan akan Outsourcing
secara utuh dan benar dapat mengakibatkanproyek outsourcing
gagal memenuhi sasaran dan bahkan merugikan perusahaan.
Hal ini terjadi karena perusahaan gagal memilih vendor yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
3. Kurang Baiknya Cara Mengkomunikasikan Rencana Outsourcing
Kepada Seluruh Karyawan. Komunikasi harus dilakukan secara
efektif dan terarah agar tidak muncul rumor dan resistensi dari
karyawan yang dapat mengganggu kemulusan
proyekoutsourcing. Penolakan ini muncul karena:
a. Kekhawatiran karyawan perusahaan akan adanya PHK.
b. Adanya penentangan dari karyawan atau serikat pekerja.
c. Kekhawatiran Outsourcing dapat merusak budaya yang
ada.
d. Kekhawatiran akan hilangnya kendali terhadap pekerjaanpekerjaan yang dialihkan. Kekhawatiran bahwa kinerja
vendor dalam melakukan pekerjaan yang dialihkan
ternyata tidak sebaik saat dikerjakan sendiri oleh
perusahaan.
4. Terburu-buru Dalam Mengambil Keputusan Outsourcing.Proses
pengambilan keputusan untuk Outsourcing harus dilakukan
dengan hati-hati, terencana dan mempunyai metodologi yang
jelas dan teratur. Jika tidak, hal ini malahmenjadikan
Outsourcing sebagai keputusan yang beresiko tinggi. Misalnya
jika perusahaan tidak mengevaluasi penawaran dan kontrak
secara hati-hati, akibatnya adalah timbul perselisihan antara
perusahaan dengan vendor terkait pelaksanaan Outsourcing.
5. Outsourcing Dimulai Tanpa Visi yang Jelas dan Pondasi yang
Kuat. Tanpa visi yang jelas dan pondasi yang kuat, tujuan dari
proyek Outsourcing tidak akan tercapai karena:
a. Harapan perusahaan terhadap vendor tidak jelas.
b. Perusahaan tidak siap menghadapi perubahan
proses.Karyawan Outsourcing dalam Perusahaan
c. Perusahaan tidak membuat patokan kinerja sebelum
pengalihan kerja ke vendor.
d. Peran dan tanggungjawab antara klien dan vendor yang
tidak jelas.
e. Tidak adanya dukungan internal perusahaan.

f. Lemahnya komunikasi atau manajemen internal.


g. Lemahnya manajemen proyek, keputusan diserahkan
sepenuhnya kepada vendor.

Menurut Penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA bersama FSPMI


(Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia) pada tahun 2010 (Herawati:
2010) dapat diketahui bahwa praktek penerapan Outsourcing bisa
menimbulkan efek fragmentatif, diskriminatif, degradatif dan
eksploitatif terhadap buruh. Praktek Outsourcing telah menciptakan
fragmentasi atau pengelompokan buruh berdasarkan status hubungan
kerja di tingkat pabrik. Dalam praktek ini di satu pabrik ada 3
kelompok buruh yakni buruh tetap, buruh kontrak dan buruh
Outsourcing. Pengelompokan ini
pada umumnya ditandai dengan perbedaan warna seragam yang
dikenakan oleh ketiga kelompok buruh tersebut dan diantara buruh
Outsourcing yang berasal dari perusahaan penyalur tenaga kerja yang
berbeda-beda. Pengelompokan berdasarkan warna baju seragam
membawa efek stratifikasi dan jarak sosial di antara buruh tetap,
kontrak dan Outsourcing yang berimplikasi terhadap solidaritas dan
kesadaran bersama sebagai buruh. Praktek hubungan Outsourcing
membawa setidaknya 3 bentuk diskriminasi terhadap buruh, yaitu:
1. Diskriminasi Usia dan Status Perkawinan
Kebijakan ikutan yang diterapkan oleh perusahaan pengguna
untuk mempekerjakan buruh outsourcing dengan menerapkan
batasan usia dan status perkawinan bagi buruh Outsourcing
telah menimbulkan efek diskriminatif. Perusahaan cenderung
mempekerjakan buruh berusia muda dan untuk perekrutan
buruh Outsourcing baru mensyaratkan buruh yang berusia 1824 tahun dan berstatus lajang dengan alasan produktivitas.
Memilih buruh berstatus lajang membawa efek Implementasi
Karyawan Outsourcing dalam Perusahaan semakin sulitnya
buruh yang sudah berkeluarga untuk memperoleh pekerjaan
dan berpenghasilan.
2. Diskriminasi Upah
Buruh outsourcing yang melakukan jenis pekerjaan yang sama
dalam jam kerjayang sama dengan buruh tetap mendapatkan
upah yang berbeda. Upah total buruh kontrak lebih rendah 17%
dari upah buruh tetap dan upah total buruh Outsourcing 26%
lebih rendah dari upah buruh tetap.

3. Diskriminasi Berserikat Buruh kontrak dan Outsourcing dilarang


secara langsung maupun tidak langsung untuk bergabung
dengan serikat tertentu atau dengan serikat apapun dan
kemungkinan tidak diperpanjang kontrak jika bergabung
dengan serikat buruh. Praktek Outsourcing membawa efek
degradasi atau penurunan pada kondisi kerja dan kesejahteraan
buruh. Dalam hubungan kerja ini tidak ada jaminan pekerjaan
karena hubungan kerja bersifat kontrak dengan rata-rata masa
kontrak 1 tahun, hanya mendapatkan upah minimum dan
menerima beberapa tunjangan yang jumlahnya lebih kecil
dibandingkan yang diterima buruh tetap, untuk
memperpanjang masa kontrak harus mengeluarkan biaya untuk
penyalur tenaga kerja, tidak ada kompensasi saat hubungan
kerja berakhir, peluang peningkatan status dan karir sangat
kecil. Praktek Outsourcing juga cenderung eksploitatif karena
untuk melakukan kewajiban pekerjaan yang sama, buruh
kontrak dan Outsourcing memperoleh upah dan hak-hak yang
berbeda dan sebagian buruh harus mengeluarkan biaya untuk
mendapatkan pekerjaan atau untuk mempertahankan
pekerjaannya.
Jika berdasarkan penelitian tersebut, penerapan Outsourcing bisa
memberi dampak negatif bagi masyarakat, namun menurut
Hasanuddin Rachman (2008), Outsourcing memberikan manfaat bagi
pemerintah antara lain :
a. Mengembangkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.
b. . Pembinaan dan pengembangan kegiatan koperasi dan usaha
kecil dan menengah.
Sedangkan manfaat Outsourcing bagi masyarakat antara lain:
a. Aktivitas outsourcing akan mendorong kegiatan ekonomi
penunjang dilingkungan Implementasi Karyawan Outsourcing
dalam Perusahaan masyarakat.
b. Mengembangkan infrastruktur sosial masyarakat, budaya kerja,
disiplin dan peningkatan kemampuan ekonomi
c. Mengurangi pengangguran.
d. . Meningkatkan kemampuan dan budaya berusaha di
lingkungan masyarakat.

Pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat


merupakan suatu keharusan bagi suatu organisasi. Kesalahan di
dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah
dilakukan serta waktu yang terpakai akan menjadi siasia. Outsourcing, sebagai salah satu alternatif pengembangan sistem
informasi sumber daya informasi dipilih sebagai alternatif yang paling
sesuai untuk diterapkan perusahaan. Kekuatan alternatif ini adalah
pihak perusahaan tidak usah terlalu dipusingkan dengan masalah
sistem informasi mereka. Perusahaan hanya bertanggung jawab untuk
menyediakan dana yang dibutuhkan. Masalah mengenai hardware,
sofware, dan maintenance sistem merupakan tanggung jawab
pihak vendor. Pilihan dilakukannya outsourcing oleh suatu perusahaan
pada intinya desebabkan semakin meningkatnya kegiatan bisnis suatu
perusahaan pada satu sisi dan adanya keterbatasan SDM internal dari
segi kuantitas maupun knowledge untuk mengatasi secara baik
(efektif dan efisien) meningkatnya kegiatan bisnis tersebut. Beberapa
permasalahan yang sering timbul dengan
dipilihnya outsourcing adalah perusahaan menghadapi keresahan
terhjadap karyawan, khususnya adanya rasa takut kehilangan
pekerjaan yang dihadapai oleh karyawan yang sering memicu
terjadinya kemarahan yang pada akhirnya akan mengganggu moral
bekerja mereka, sehingga pihak manajemen perlu
mengkomunikasikannya secara baik dan berterus terang atas apa
yang sedang dihadapi perusahaa dan kenapa diambil langkah-langkah
outsourcing. Kunci utama dalam kesuksesan outsourcing adalah
pemilihan vendor yang tepat (choose the right vendor)
karena outsourcing merupakan kerjasama jangka panjang sehingga
penunjukkan vendor yang tepat sebagai mitra perusahaan menjadi
sangat krusial baik dari pertimbangan aspek teknologi, bisnis, maupun
tujuan finansial. Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dituntut untuk
dapat memahami dasar pertimbangan dalam pemilihan vendor.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan antar lain :

a. Pengetahuan/kemampuan dalam industri yang dibidanginya


(Industry Knowledge)
b. Kemampuan teknis
c. Kemampuan keuangan
d. Kemampuan dalam menyampaikan infrastruktur jasa yang
dikelolanya.

Praktek Outsourcing membawa efek degradasi atau penurunan pada kondisi kerja dan
kesejahteraan buruh. Dalam hubungan kerja ini tidak ada jaminan pekerjaan karena
hubungan kerja bersifat kontrak dengan rata-rata masa kontrak 1 tahun, hanya
mendapatkan upah minimum dan menerima beberapa tunjangan yang jumlahnya lebih
kecil dibandingkan yang diterima buruh tetap, untuk memperpanjang masa kontrak
harus mengeluarkan biaya untuk penyalur tenaga kerja, tidak ada kompensasi saat
hubungan kerja berakhir, peluang peningkatan status dan karir sangat kecil.

SUMBER
http://donny50e.blogstudent.mb.ipb.ac.id/files/2014/11/OSDM-E50Kelompok-5-Implementasi-Outsourcing-dalam-Perusahaan.pdf

Anda mungkin juga menyukai