Anda di halaman 1dari 84

9

BAB II
TINJAUAN TEORI
I.

Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


A. Pengkajian
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h.

220) langkah ini

bertujuan untuk mendapat semua informasi yang akurat dan lengkap


dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
1. Identitas Pasien
a. Nama
Menurut Sulistyawati, Ari (2010;h. 220) Pengkajian
nama digunakan untuk memudahkan bidan memanggil dengan
nama panggilan sehingga hubungan komuniksi antara bidan
dan pasien menjadi lebih akrab
Ambarwati (2010;h. 131) menambahkan penulisan nama
harus jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu termasuk dalam
resiko tinggi atau tidak. Menurut Varney, dkk, dkk (2008;
h.691) Usia dibawah 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
mempredisposisikan wanita terhadap sejumlah komplikasi.
Menurut Sulistyawati (2009;h. 99) usia reproduksi sehat
yaitu 25-30 tahun.
c. Agama
Menurut Ambarwati (2010;h. 132) agama dikaji untuk
menngetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing
atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
Sulistyawati dan Nugraheny,

2010;h.

221)

menambahkan, pengkajian agama bertujuan sebagai dasar

10

bidan dalam memberikan dukungan mental dan spiritual


terhadap pasien dan keluarga sebelum dan saat persalinan.
d. Pendidikan
Menurut Ambarwati (2010;h. 132) tingkat pendidikan
mempengaruhi tingkat intelektual, sehingga mempengaruhi
bidan dalam memberikan konseling.
e. Pekerjaan
Data pekerjaan menggambarkan tingkat sosial ekonomi,
pola sosial, dan data pendukung dalam menentukan pola
komunikasi yang akan dipilih selama asuhan (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010;h. 221).
f. Suku Bangsa
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 221)
suku bangsa berhubungan dengan sosial budaya yang dianut
oleh pasien dan keluarga yang berkaitan dengan persalinan.
Kusmiyati (2010, h;89) menambahkan, Beberapa mitos
tertentu yang membahayakan kehamilan dan ada yang
mendukung tehadap pemeliharaan kesehatan selama hamil.
Mengenai mitos, takhayul atau kepercayaan tertentu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan social budaya dan adat istiadat
tertentu sehingga perlu dikaji mengenai suku bangsa.
g. Alamat
Menurut Sulistyawati (2010:221) alamat dikaji sebagai
data mengenai distribusi lokasi pasien dan data ini juga
menggambarkan mengenai jarak dan waktu yang ditempuh
pasien menuju lokasi tenaga kesehatan.

11

Ambarwati (2010 ; h.132) menambahkan, alamat


ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
h. Data Suami/Penanggung Jawab
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil
adalah suaminya. Banyak bukti yang ditunjukkan bahwa wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangannya selama
kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan
fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama
kehamilan dan sedikit resiko komplikasi persalinan. Hal ini
diyakini karena ada dua kebutuhan utama yang ditunjukkan
wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia
dicintai dan dihargai serta kebutuhan akan penerimaan
pasangannya terhadap anaknya (Rukiyah, 2009:97).
2. Data Subjektif
a. Alasan Datang
Alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata-katanya sendiri (Hani, dkk, 2010;h.
87).
b. Keluhan Utama
Keluahan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Sulistyawati
dan Nugraheny, 2010;h. 221).
Menurut Varney, dkk (2007;h.530-543) Beberapa keluhan
yang muncul pada trimester III seringkali menjadi keluhan
utama, yaitu peningkatan Frekuensi Berkemih, nyeri ulu hati,

12

konstipasi, hemoroid, edema dependen, nyeri punggung bagian


bawah, sesak nafas.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Ibu
Menurut Rukiyah (2009;h.146) riwayat kesehatan
sekarang dan yang lalu dikaji untuk membantu bidan
mengidentifikasi

kondisi

kesehatan

yang

dapat

mempengaruhi kehamilan atau bayi baru lahir.


a) Sistem Kardoivaskuler
(1) Penyakit Jantung
Pada

masa

kehahamilan,

curah

jantung

meningkat hingga mencapai 40 persen melebihi


curah jantungnya ketika tidak hamil saat ia berada
pada keadaan istirahat. Peningkatan ini terjadi pada
awal kehamilan dan mencapai puncaknya pada usia
kehamilan 20 hingga 24 minggu. Peningkatan curah
jantung selama kehamilan, persalinan, dan pelahiran
akan meningkatkan resiko dekompensasi jantung
pada wanita yang mempunyai riwayat penyakit
jantung (Varney, dkk, 2007;h.628).
Pengaruh penyakit jantung pada kehamilan
adalah abortus, premeturitas, BBLR, IUGR (Sofian,
2011;h.104).
(2) Hipertensi

13

Menurut Varney, dkk (2007;h.131) Wanita


hipertensi

yang

mendiskusikan

dinyatakan
dengan

hamil

dokternya

perlu
tentang

pengobatan mana yang aman digunakan selama


mengandung. Selain itu, wanita dengan hipertensi
yang sudah ada sebelumnya mengalami peningkatan
resiko terjadinya preeklampsia selama kehamilan.
b) Penyakit Darah
(1) Anemia
Menurut Sifuddin (2010;h. 775-777) Anemia
dalam kehamilan disebabakan karena kebutuhan
oksigen yang lebih tinggi sehingga memicu
peningkatan

produksi

eritroprotein.

Akibatnya,

volume plasma bertambah dan sel darah merah


(eritrosit) menigkat. Namun, peningkatan volume
plasma lebih besar dari pada penigkatan eritrosit
sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin
(Hb) akibat hemodilusi. Penyebab anemia tersering
adalah defisiensi zat-zat nutrisi.
Sofian (2011;h.110) menambahkan pengaruh
anemia terhadap kehamilan adalah keguguran,partus
prematurus, syok. Pengaruh anemia pada janin
adalah keguguran, IUFD, kematian janin waktu
lahir, prematuritas, cacat bawaan.

14

c) Penyakit Saluran Nafas


(1) Asma
Wanita yang memiliki riwayat asma berat
sebelum hamil tebukti akan terus mengalaminya dan
menjadi semakin buruk selama masa hamil. Asma
menyebabkan
perinatal,

peningkatan

hiperemesis

angka

kematian

gravidarum,

pelahiran

preterm, hipertensi kronis, preeklamsia, bayi berat


lahir rendah, dan perdarahan pervaginam (Varney,
dkk, 2007;h. 629-630).
(2) Tuberculosis
Kehamilan tidak mempengaruhi perjalanan
penyakit ini. Namun, pada kehamilan dengan
infeksi TBC risiko prematuritas, IUGR, dan berat
badan lahir rendah meningkat, serta risiko kematian
perinatal meningkat 6 kali lipat. Keadaan ini terjadi
baik akibat diagnosis yang terlambat, pengobatan
yang tidak teratur dan derajat keparahan lesi di paru,
maupun

infeksi

ekstrapulmoner

(Saifuddin,

2010;h.807).
d) Sistem Endokrin
(1) Diabetes Militus
Komplikasi

yang

mungkin

terjadi

pada

kehamilan dengan diabetes sangat bervariasi. Pada

15

ibu

akan

meningkatkan

preeklampsia,

seksio

resiko

sesarea,

terjadinya

dan

terjadinya

diabetes militus tipe 2 di kemudian hari, sedangkan


pada

janin

meningkatkan

resiko

terjadinya

makrosomia, trauma persalinan, hiperbilirubinemia,


hipoglikemi,

hipokalsemia,

hiperbilirubinemia

neonatal,

polisitemia,

sindroma

distress

respirasi (RDS), serta meningkatnya mortalitas atau


kematian janin (Saifuddin, 2010;h.851).
(2) Hipertiroid dan Hipotiroid
Menurut Sofian (2011;h.126) Pada masa
kehamilan, tiroid mengalami hiperfungsi yang
ditandai dengan naiknya metabolisme basa sampai
15-25%. Pada masa kehamilan dapat membuat
struma tambah besar dan keluhan penderita semakin
bertabah. Pengaruh hipertiroid dalam kehamilan
dapat menyebabkan abrtus, partus prematurus.
Pengaruh

hipotiroid

dalam

kehamilan

adalah

abortus habitualis, cacat bawaan dan kritinismus


janin.
e) Sistem Hepar
(1) Hepatitis Infeksiosa
Penyebab hepatitis infeksiosa adalah 2 jenis
virus yang menyerang baik pada remaja maupun

16

orang dewasa, baik oleh virus A dan virus B


hepatitis.

Pengaruh

dalam

kehamilan

adalah

abortus, partus prematurus, dan IUFD (Sofian,


2011;h.119).
(2) Hepatitis B
Penularan hepatitis B ibu-bayi dapat terjadi
pada saat kelahian melalui kontak dengan darah ibu
yang terinfeksi, atau selama kontak dekat ibu-bayi
baru lahir dalam periode pasca melahirkan. Wanita
yang HbsAg positif dan antigen hepatitis B positif
memiliki 90% kesempatan menularkan penyakit
mereka kepada bayi mereka. Bayi yang terinfeksi,
90% akan

menjadi carrier, 20% akhirnya akan

meninggal karena gagal hati dari sirosis atau


karsinoma hepatoselular primer (Varney, dkk,dkk,
2007;h.165-166).
f) Sistem Urogenital
(1) Infeksi saluran Kemih
Menurut Saifuddin (2010;h.835) Infeksi dapat
terjadi karena penyebaran kuman melalui pembuluh
darah atau saluran limfe, dapat naik lagi ke uretra,
kandung kemih, dan saluran yang lebih atas.

17

Menurut (Sofian, 2011;h.121) bakteriuria


dapat menyebabkan abortus, partus prematurus,
kematian janin dalam kandungan.

(2) Gagal Ginjal Akut


Gagal ginjal akut pada perempuan hamil
biasanya merupakan akibat dari rendahnya aliran
darah ke korteks ginjal. Secara umum dapat
menyebabkan

gangguan

elektrolit

asam-basa,

masalah kelebihan cairan, persalinan premature, dan


koagulasi. Resiko janin meliputi prematuritas dan
dehidrasi pada neonatus (Saifuddin,2010;h.840).
g) Sistem syaraf
(1) Epilepsi
Kehamilan tidak mempengaruhi jalannya
penyakit, namun dapat menyebabkan beberapa
masalah dalam kehamilan yaitu abortus dan partus
prematurus dan angka kejadian cacat bawaan lebih
tinggi. (Sofian,2011:127).
h) Sistem Reproduksi
(1) Mioma uteri
(Sofian, 2011;h.102) pengaruh mioma uteri
dalam kehamilan adalah menyebabkan masalah

18

infertil, abortus, kelainan letak janin dalam rahim,


dostosia tumor yang menghalangi jalan lahir, inersia
uteri, atonia uteri, kelainan letak plasenta, retensio
plasenta.
(2) Tumor Ovarium
Menurut

Sofian

(2011;h.103)

Pengaruh

terhadap kehamilan adalah tumor yang besar dapat


menghambat

pertumbuhan

janin

sehingga

menyebabkan abortus, partus prematurus, dan dapat


menyebabkan kelainan letak janin.
i) Penyakit Menular Seksual
(1) Sifilis
Pengaruh

terhadap

kehamilan

dapat

menyebabkan infeksi pada janin setelah minggu ke


16 karena Treponema dapat menembus barier
plasenta, dapat menyebabkan kelahiran mati dan
partus prematurus (Sofian, 2011;h.132).
(2) AIDS
Penularan HIV dari ibu kepada anak tanpa
menyusui sebanyak 25 persen. Pada antepartum
sekitar 5 sampai 10 persen dan sampai 20 persen
intrapartum. Menyusui menambah resiko penularan.
Banyak faktor yang mempengaruhi resiko penularan

19

selama kehamilan dan melahirkan (Varney, dkk,


2007;h.156).

2) Riwayat Kesehatan Keluarga


Menurut Hani, dkk (2011;h. 88) riwayat keluarga
yang perlu dikaji adalah usia ayah dan ibu, juga statusnya
(hidup atau mati), ada atau tidak yang menderita penyakit
kanker, penyakit jantung, hipertensi, diabetes, penyakit
ginjal, penyakit jiwa, kelainan bawaan, kehamilan ganda,
TB (Tuberculosis), epilepsi, kelainan darah (anemia dan
lain-lain), alergi, kelainan genetik, riwayat keturunan
kembar.
d. Riwayat Obstetri
1) Riwayat Haid
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 221222) Data yang harus diperoleh dari riwayat menstruasi
adalah:
a) Menarche
Menarche

adalah

usia

pertama

kali

mengalami

menstruasi. Untuk wanita Indonesia pada usia sekitar


12-16 tahun.
b) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
biasanya sekitar 23-32 hari.
c) Volume

20

Data ini menjelaskan sebagai banyak darah menstruasi


yang dikeluarkan.
d) Keluhan
Beberapa wanita

menyampaikan

keluhan

yang

dirasakan ketika mengalami menstrausi misalnya sakit


yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah darah
yang banyak.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan sekarang dikaji untuk menentukan
umur kehamilan dengan tepat. Setelah mengetahui umur
kehamilan ibu, bidan dapat memberikan konseling tentang
keluhan kehamilan yang biasa terjadi dan dapat mendeteksi
adanya komplikasi dengan yang lebih baik (Rukiyah,2009;
h. 145).
a) HPHT dan HPL
HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)
Menurut Varney, dkk (2007; h.524-525) hari
pertama periode menstruasi terakhir atau last normal
mestrual periode (LNMP) digunakan sebagai dasar
untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan
taksiran partus (TP).
HPL (Hari Perkiraan Lahir)
Hari perkiraan lahir dihitung menurut aturan
Naegele, yakni tujuh hari ditambahkan pada tanggal
hari pertama LMP dan kemudian 3 bulan dikurangi dari
hasil tanggal tersebut.
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 52) Rumus
neagele digunakan untuk menentukan hari pertama

21

perkiraan

lahir

(HPL,EDC=Exxpected

Date

of

Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita


dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari
ke 14. Caranya yaitu tanggal hari pertama menstruasi
terakhir (HPM) ditambah 7 dan bulan dikurangi 3.
b) Imunisasi TT
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 125).

Di

Indonesia vaksinasi terhadap tetanus (TT) diberikan 2


kali, sebaiknya setelah bulan ketiga dengan jarak
sekurang-kurangnya

minggu.

Vaksinasi

kedua

sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan sebelum anak


lahir agar serum anti tetanus mencapai kadar optimal.

Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi TT


Antigen
TT 1
TT 2
TT 3
TT 4
TT 5

Interval
Pada
kunjungan
antenatal pertama
4 minggu setelah TT 1
6 bulan setelah TT 2
1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

Lama
Perlindungan
-

%
Perlindungan
-

3 tahun
80%
5 tahun
90%
10 tahun
99%
25 tahun/seumur
hidup

(Kusmiyati, 2010;h. 125)


c) Gerakan Janin
Menurut Varney, dkk (2008; h.693 dan 498)
Gerakan janin dikaji untuk menilai kesejahteraan janin.
Ibu akan dapat merasakan gerakan janin pada sekitar
minggu ke-18 setelah masa menstruasi terakhir.

22

Kusmiyati, dkk (2010;h. 141) menambahkan


dalam waktu 12 jam normal gerakan janin minimal 10
kali.
d) Riwayat ANC
Menurut Kusmiyati (2010, h;172) setiap wanita
hamil memerlukan minimal Dua kali kunjungan selama
trimester ketiga yaitu antara umur kehamilan 28-36
minggu dan sesudah minggu ke 26.
e) Konsumsi Jamu
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h.88) kebiasaan
minum jamu berisiko bagi wanita hamil, karena efek
minum jamu dapat membahayakan tumbuh kembang
janin seperti menimbulkan kecacatan, abortus, BBLR,
partus prematurus, kelainan ginjal dan jantung janin,
asfiksia neonatorum, kematian janin dalam kandungan
dan malformasi organ janin.
f) Pola Konsumsi Tablet Fe
Menurut Hidayah dan Anasari (2012;h. 51) dapat
diketahui bahwa semakin baik kepatuhan ibu dalam
mengkonsumsi tablet Fe maka semakin rendah resiko
ibu mengalami anemia.
3) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Menurut Rukiyah (2009; h.146) Riwayat kehamilan,
persalinan , dan nifas yang lalu : jumlah kehamilan, anak
yang lahir hidup, persalinan yang aterm, persalinan yang
premature, keguguran atau kegagalan kehamilan, persalinan
dengan tindakan (dengan forcep, atau dengan SC), riwayat

23

perdarahan
sebelumnya,

pada

kehamilan,

hipertensi

persalinan

disebabkan

atau

nifas,

kehamilan

pada

kehamilan seelumnya, berat bayi sebelumnya ,2500 atau


>4000, masalah-masalah lain yang dialami, riwayat
kebidanan yang lalu membantu dalam mengelola asuhan
pada kehamilan ini (konseling khusus, test, tindak lanjut,
dan rencana persalinan).
e. Riwayat Pernikahan
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 223)
melalui data ini akan mendapatkan gambaran mengenai
suasana rumah tangga, pasangan serta kepastian mengenai
siapa yang akan mendampingi persalinan. Beberapa pertanyaan
yang diajukan adalah usia nikah pertama, status pernikahan
sah/tidak, lama pernikahan, perkawinan sekarang adalah suami
yang ke berapa.
f. Riwayat KB
Menurut Hani, dkk ( 2011;h. 87) perlu dikaji KB terakhir
yang digunakan jika pada kehamilan perlu juga ditanyakan
recana KB setelah melahirkan.
g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang
mengandung nilai gizi bermutu tinggi meskipun tidak
berarti makanan yang mahal harganya. Gizi pada waktu
hamil harus ditingakatkan hingga 300 kalori per hari, ibu
hamil

seharusnya

mengkonsumsi

makanan

yang

24

mengadung protein, zat besi dan menu cukup cairan


seimbang (Kusmiyati, dkk, 2010;h. 103).
2) Pola Eliminasi
Pada akhir kehamilan, keluhan sering kencing akan
timbul lagi, hal ini dikarenakan kepala janin mulai turun ke
pintu atas panggul sehingga kandung kencing akan mulai
tertekan kembali (Kusmiyati, dkk, 2010;h. 68).
Konstipasi juga terjadi pada bulan-bulan terakhir, hal
ini disebabkan karena progesteron dan usus yang terdesak
oleh rahim yang membesar, atau bisa juga dikarena efek
dari terapi tablet zat besi (Rukiyah, dkk, 2009;h. 117).
3) Pola Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi
dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil
cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genetalia) dengan cara diberesihkan dengan
air dan dikeringkan. Hendaknya memakai baju yang
longgar dan mudah dipakai serta bahan yang mudah
menyerap keringat. (Kusmiyati, dkk, 2010;h. 105).
4) Pola Istirahat
Wanita hamil dianjurkan untuk tidur pada malam hari
selama kurang lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan
rileks pada siang hari selama 1 jam (Kusmiyati, dkk,
2010;h. 124).

25

Menurut Rukiyah, dkk (2009;h. 119) ketika hamil


dini dan lanjut, insomnia dirasakan pada ibu hamil karena
tekanan pada kandung kemih, pruritis, kekhawatiran,
gerakan janin yang sering menendang, kram, heartburn.
5) Aktivitas Sehari-hari
Menurut Kusmiyati, dkk, (2010;h. 107) Ibu hamil
boleh melakukan kegiatan/aktifitas fisik biasa selama tidak
terlalu melelahkan.
Akibat dari kompensasi pembesaran uteus ke posisi
anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang
ke arah dua tungkai. Mobilitas yang meningkat dari sendi
sakroilliaka, sakrokoksigis dan pubis dapat mengakibatkan
perubahan sikap ibu dan menyebabkan perasaan tidak enak
pada bagian bawah punggung terutama pada akhir
kehamilan (Saifuddin, 2010;h.186).
6) Pola Seksual
Menurut Hani, dkk (2011;h. 90) yang perlu dikaji
dalam

pola

hubungan

seksual

adalah

frekuensi

berhubungan, kelainan dan masalah seksual dan lain-lain.


Pada pertengahan trimester ketiga, peningkatan hasrat
seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan
menghilang karena abdomennya yang semakin besar
menjadi halangan (Varney, dkk, 2007;h. 504).
h. Data Psikososial
Menurut Varney, dkk (2007;h. 501-504) Wanita hamil
memiliki kondisi yang sangat rapuh. Mereka cemas, akan halhal yang tidak dipahami karena mereka merasa tidak dapat

26

mengendalikan tubuhnya dan kehidupan yang mereka jalani


sedang berada dalam suatu proses yang tidak dapat diubah
kembali.
Pada Trimester ketiga sering disebut periode penantian
dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai
menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah
sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi.
Wanita mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan
kehidupannnya sendiri. Ia juga mengalami proses duka lain
ketika ia mengantisipasi hilangnya perhatian dan hak istimewa
khusus lain selama hamil.
i. Kebiasaan Yang Merugikan Kesehatan
1) Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan kepada ibu hamil dapat
menimbulkan efek pada janin seperti kelainan bentuk
anatomik atau kecacatan pada janin terutama penggunaan
obat pada trimester pertama, kelainan faal alat tubuh,
gangguan pertukaran zat dalam tubuh (Kusmiyati, dkk,
2010;h. 91).
2) Merokok
Merokok merupakan salah satu isu penting yang
sangat bagus dicermati saat kehamilan karena efek yang
muncul diakibatkan merokok adalah kelahiran BBLR,
persalinan preterm, kematian perinatal (Kusmiyati, dkk,
2010;h. 93).
3) Alkohol

27

Alkohol

yang

dikonsumsi

ibu

hamil

dapat

membahayakan jantung ibu hamil dan merusak janin,


termasuk menimbulkan kecacatan dan kelainan pada janin
dan menyebabkan kelahiran prematur. Efek pemakaian
alkohol dalam kehamilan adalah pertumbuhan janin
terlambat, retardasi mental, kecacatan, kelainan jantung,
dan kelainan neonatal (Kusmiyati, dkk, 2010;h. 93).
3. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum
Baik (Romauli, 2011;h. 172).
b) Kesadaran
Komposmentis (Romauli, 2011;h. 172).
c) Tekanan Darah
Selama pertengahan pertama masa hamil, tekanan
sistolik dan diastolik menurun 5-10 mmHg. Selama
trimester ketiga, tekanan darah ibu harus kembali ke
tekanan darah selama trimester pertama (Rukiyah, dkk,
2009;h. 50-51).
Menurut Hani, dkk (2011;h.

91) Tekanan darah

pada ibu hamil tidak boleh mencapai 140 mmHg


sistolik atau 90 mmHg diastolik.
d) Nadi
Dalam keadaan santai denyut nadi ibu sekitar 6080x/menit. Denyut nadi 100 x/menit atau lebih dalam
keadaan

santai

merupakan

(Romauli,2011;h.173).
e) Suhu

pertanda

buruk

28

Suhu

tubuh

normal

adalah

36-37,5C

(Romauli,2011;h.173)
f) Respirasi
Pada 32 minggu ke atas usus-usus tertekan uterus
yang membesar ke arah diafragma sehingga diafragma
kurang leluasa bergerak mengakibatkan kebanyakan
wanita hamil mengalami derajat kesulitan nafas
(Kusmiyati, dkk, 2010;h. 68). Normalnya 16-24
x/menit. (Romauli,2011;h.173)
g) BB Sebelum/Selama Hamil
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 87) Kenaikan
berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,30,5kg/minggu. Sekitar 60% kenaikan berat badan ini
karena pertumbuhan jaringan janin. Timbulnya lemak
pada ibu lebih kurang 3 kg.
Berat badan wanita hamil akan mengalami
kenaikan sekitar 6,5-16,5 kg (Rukiyah, dkk, 2009;h.
58).
h) Tinggi Badan
Tinggi badan menentukan ukuran panggul ibu,
ukuran normal tinggi badan yang baik untuk ibu hamil
antara lain yaitu >145 cm (Rukiyah, 2013;h.7).
i) IMT
Menurut (Kusmiyati, dkk, 2010;h. 88) Penilaian
indeks massa tubuh diperoleh dengan memperhitungkan
berat badan sebelum hamil dalam kilogram dibagi
tinggi badan dalam meter kuadrad.

29

Tabel 2.2 Indikator Penilaian IMT


Nilai IMT
Kategori
Kurang dari 20
Di bawah normal
20-24,9
Normal
25-29,9
Gemuk/lebih dari normal
Lebih dari 30
Sangat gemuk
(Kusmiyati, dkk, 2010;h. 88)
j) LILA
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 88) Standar
minimal untuk ukuran Lingkar Lengan Atas pada
wanita dewasa atau usia reproduksi adalah 23,5 cm.
Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka
interpretasinya adalah kurang energi kronis (KEK).
2) Status Present
Menurut Baety (2012;h.4-5) pemeriksaan tidak hanya
dilakukan secara pandang tetapi sekaligus dengan rabaan,
pemeriksaan diawali dari :
Kepala
: mesocephal, rambut hitam, kulit rambut bersih
Muka
: simetris, tidak pucat, tidak oedema
Mata
: tidak bengkak. Konjungtiva merah muda, tidak
Hidung

pucat, Sklera putih


: simetris, tidak ditemukan nafas cuping hidung,

Mulut

tidak ditemukan polip


: simetris, bibir tidak kering, lidah tidak

Telinga
Leher

stomatitis
: simetris, tidak ada secret
: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran pembuluh limfe (Hani, dkk,

Dada

2011;h. 92).
: simetris, datar, tidak ada retraksi dinding dada

30

Abdomen : tidak kembung, tidak ada benjolan abnormal.


Tidak ada bekas operasi (Hani, dkk, 2011;h.
Punggung :
Vulva
:
Anus
:
Ekstremitas:

92).
tidak ditemukan lordosis / kifosis / skoliosis
tidak odema dan varises
tidak hemoroid
simetris, sama panjang. Tidak edema, kuku jari
tidak pucat, tidak varices (Hani, dkk, 2011;h.
92-93). Menurut Varney, dkk (2008;h.1070)

Reflek patella normal adalah 2+.


3) Status Obtetri
a) Inspeksi
Menurut (Hani, dkk, 2011;h. 92) status obstetri pada ibu
hamil adalah:
1) Muka

Tidak

ada

edema,

ada/tidak

chloasma gravidarum.
2) Abdomen

: Adakah linea nigra, striae abdomen

Mammae

: Simetris, tidak ada massa, puting

payudara menonjol, kolostrum sudah keluar


3) Genetalia eksterna : Tidak ada luka, tidak varises,
tidak ada cairan abnormal (Rukiyah, dkk,2009;h.12).
b) Palpasi
(1) TFU
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 68) tinggi fundus
uteri pada trimester III adalah:
36 minggu
: fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah
prosesus xifoideus (30 cm).
40 minggu
: fundus uteri terletak kira-kira 3 jari
di bawah prosesus xifoideus (33 cm).

31

(2) Leopold
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 139-140) Untuk
mengetahui letak dan presentasi janin dapat
digunakan palpasi. Salah satu cara palpasi yang
sering digunakan adalah menurut leopold.
Leopold 1 : untuk mengetahui tinggi fundus uteri
dan bagian yang berada pada bagian
fundus.
dan

Fundus teraba bagian lunak


tidak

melenting

(Romauli,2011;h. 175)
Leopold 2 :untuk
mengetahui

letak

(bokong)
janin

memanjang atau melintang, dan bagian


janin yang teraba disebelah kiri atau
kanan.
Taraba bagian panjang, keras seperti
papan (punggung) pada satu sisi uterus
dan pada sisi lain teraba bagian kecil
(Romauli,2011;h. 175).
Leopold 3 : untuk menentukan bagian janin yang
ada di bawah (presentasi).
Bagian terbawah janin teraba bagian
yang bulat, keras dan melenting (kepala
janin) (Romauli,2011;h. 175)
Leopold 4 : untuk menentukan apakah bagian
bawah janin sudah masuk panggul atau
belum.

32

Posisi tangan masih bisa bertemu, dan


belum masuk PAP (konvergen), posisi
tangan tidak bertemu dan sudah masuk
PAP (divergen) (Romauli,2011;h. 176)
Menurut Sofian (2012;h. 37) Pada
nulipara bagian terbawah janin turun
pada 4-6 minggu terakhir kehamilan.
(3) TBJ
Menurut Sofian (2012; h.41) berat badan dapat
diukur dengan menggunakan rumus Jhonson-Tausak
: BB = (tinggi fundus uteri 12) x 155.
c) Auskultasi
(1) DJJ
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h.

139)

Denyut jantung janin normalnya 120-160 kali


permenit.
d) Pemeriksaan Penunjang
Tes Laboratorium digunakan untuk menilai
adanya masalah pada ibu hamil dan jika tertangani
maka akan mencegah kematian dan kesakitan pada ibu
dan anak (Rukiyah, dkk, 2009;h. 148).
(1) Pemeriksaan Hemoglobin
Menurut (Rukiyah, dkk, 2009;h. 149-150)
Pemeriksaan hemoglobin adalah pengambilan darah
melalui jaringan perifer, untuk mengetahui kadar
hemoglobin dalam darah. Pemeriksaan Hb secara
sahli dilakukan pada ibu hamil pada kunjungan awal
dan pada trimester III (28 mg).

33

Hasil

pemeriksaa

Hb

sahli

dapat

diklasifikasikan sebagai berikut: Hb 11 gr %


dikatakan tidak anemia, 9-10 gr % anemia ringan, 78 gr % anemia sedang, <7 gr % anemia berat.
(2) Pemeriksaan Protein Urin
Pemeriksaan protein dalam urin ini bertujuan
untuk mengetahui komplikasi adanya pre eklampsi pada
ibu.
Pemeriksaan protein urin adalah pemeriksaan
protein dengan menggunakan asam asetat 5%, dan
apabila setelah dipanaskan urine menjadi keruh berarti
ada protein di dalam urine (Rukiyah, dkk, 2009;h. 151).
(3) Pemeriksaan Urine Reduksi
Pemeriksaan urine reduksi bertujuan untuk
melihat adanya glukosa dalam urine. Urine normal
biasanya tidak mengandung glukosa (Rukiyah, dkk,
2009;h. 152).
4. Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data
atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan (Rukiyah, dkk, 2009;h. 183).
Menurut Sulistyawati (2009;h. 177) diagnosis kebidanan
meliputi:
a. Paritas: adalah riwayat reproduksi seorang wanita yang
berkaitan dengan kehamilannya (jumlah kehamilan).
Gravida: seorang wanita yang sedang hamil (Sofian, 2012;h.
69)
Para: seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (Sofian, 2012;h. 69)

34

b. Usia kehamilan dalam minggu


c. Keadaan janin
d. Normal atau tidak normal
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah:
Ny....umur....tahun G....P....A....usia Kehamilan....minggu, janin
tunggal, hidup, intra uteri, PUKA/PUKI, presentasi kepala,
fisiologis.
5. Pelaksanaan
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 172-173) Pada asuhan
kebidanan kehamilan fisilogis tindakan bidan untuk setiap kali
kunjungan pada Trimester III setelah 36 minggu yaitu :
a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu hamil
b. Mendeteksi masalah dan mengatasinya
c. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan usia kehamilan
d. Mengajari ibu cara mengatasi ketidaknyamanan
Sedangkan penatalaksanaan dari ketidaknyamanan TM III
menurut Varney, dkk (2007;h. 536-543) adalah :
1) Peningkatan frekuensi berkemih
Menjelaskan kepada ibu penyebab terjadinya sering
berkemih dan menganjurkan kepada ibu agar mengurangi
minum sebelum tidur malam sehingga resiko berkemih juga
berkurang selain itu ibu juga harus mengurangi dan
menghindari minum teh atau kopi.
2) Nyeri ulu hati
Nyeri ulu hati mulai timbul menjelang akhir trimester
kedua dan bertahan hingga trimester ketiga. Cara
mengatasinya adalah :
a) Makan sedikit tapi sering dalam porsi kecil untuk
menghindari lambung yang terlalu penuh.

35

b) Pertahankan postur tubuh yang baik supaya ada ruang


yang

besar bagi lambung untuk menjalankan

fungsinya. Sebaiknya postur tubuh tegak


c) Regangkan lengan melampaui kepala untuk memberi
ruang bagi perut untuk berfungsi
d) Hindari makanan berlemak karena

lemak

akan

mengurang imotilitas usus dan sekresi asam lambung


yang dibutuhkan untuk pencernaan.
e) Hindari minum bersamaan dengan makan karena cairan
cenderung menghambat produksi asam lambung, diet
makanan kering tanpa roti-rotian juga dapat membantu.
f) Hindari makanan dingin.
g) Hindari makanan pedas atau makanan lainnya yang
dapat mengganggu sistem pencernaan.
h) Dianjurkan untuk meminum susu murni dari pada susu
manis
i) Makanan berat atau makanan lengkap sesaat sebelum
tidur.
3) Flatulen
Peningkatan

flatulen

diduga

akibat

penurunan

motilitas gastrointestinal. Cara menguranginya adalah


menghindari makanan yang menghasilkan gas.
4) Konstipasi
Cara mengatasinya konstipasi pada ibu hamil adalah
dengan memenuhi asupan cairan yang adekuat yaitu minum
minimal 8 gelas perhari, istirahat cukup, minum air hangat
setelah bangun tidur untuk mengstimuasi peristaltik,
makan-makanan berserat dan mengandung serat alami,
melakukan latihan secara umum, berjalan setiap hari,

36

mempertahankan postur tubuh yang baik, mekanisme tubuh


yang baik, latihan kontraksi otot abdomen secara teratur
sehingga sirkulasi vena baik, konsumsi laksatif ringan,
pelunak feses, dan/atau supositoria gliserin jika ada
indikasi.
5) Kram tungkai
Cara mengatasi
meluruskan

bagian

kram
kram

tungkai
dan

adalah

menekan

dengan
tumitnya

(dorsofleksikan kaki yang kram), pertahankan mekanisme


tubuh yang baik untuk meningkatkan sirkulasi darah,
elefasikan kaki secara teratur sepanjang hari, diet makanan
yang mengandung kalsium dan fosfor.
6) Insomnia
Cara mengatasinya dengan mandi air hangat, minum
air hangat sebelum tidur, melakukan aktivitas yang tidak
menimbulkan stimulus sebelum tidur, memposisikan tidur
yang nyaman.
7) Nyeri punggung bawah
Cara mengatasinya dengan mengatur postur tubuh
yang baik, mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat
beban, hindari membungkuk berlebihan, mengangkat
beban, dan berjalan tanpa istirahat, ayunkan panggul atau
miringkan panggul, gunakan sepatu tumit rendah, jika
masalah

bertambah

parah

penyokong abdomen eksterna.


8) Varises

sebaiknya

menggunakan

37

Cara mengatasinya adalah hindari mengenakan


pakaian yang ketat, hindari berdiri atau duduk yang terlalu
lama, sediakan waktu istirahat dan mengelevasi kaki secara
periodi, pertahankan tungkai tidak menyilang sewaktu
duduk, pertahankan postur tubuh dan mekanisme tubuh
yang baik, lakukan latihan ringan dengan jalan-jalan secara
teratur untuk peningkatan sirkulasi, lakukan latihan kegel
untuk mengurangi varises vulva atau hemoroid untuk
meningkatkan sirkulasi, lakukan mandi air hangat yang
menenangkan.
9) Hemoroid
Cara mengatasi adanya hemoroid diantaranya adalah
dengan menghindari konstipasi, menghindari mengejan saat
defekasi, kompres es untuk mengurangi hemoroid, mandi
berendam air hangat dapat memberikan kenyamanan dan
meningkatkan

sirkulasi,

latihan

kegel

untuk

mengencangkan perineum serta memasukkan hemoroid ke


dalam rektum.
e. Mengajarkan dan mendorong perilaku yang sehat (cara hidup
sehat bagi wanita hamil, nutrisi, mengenali tanda-tanda bahaya
kehamilan)
Menurut Rukiyah (2009;h. 126-127) tanda-tanda bahaya
selama periode antenatal adalah
1) Perdarahan pervaginam

38

Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normal


adalah merah, banyak/sedikit,. nyeri (berarti plasenta previa
dan solusio plasenta).
2) Sakit kepala yang hebat
Menunjukkan masalah yang serius adalah sakit kepala yang
hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklampsia
3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun
senja).
4) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri yang hebat, menetap, dan tidak hilang setelah
beristirahat.
5) Bengkak pada muka atau tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah yang serius
jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah
beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang lain.
Hal ini dapat merupakan pertanda, anemia, gagal jantung,
atau preeklampsia.
6) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3
jam.
f. Memberikan imunisasi tetanus toxoid, tablet besi
g. Mulai mendiskusikan mengenai persipan kelahiran bayi dan
kesiapan menghadapi kegawatdaruratan
Menurut (Rukiyah, 2009;h. 115-116) Rencana tindakan
yang dibuat oleh ibu, anggota keluarga, dan bidan. 5 komponen
penting dalam rencana persalinan adalah:

39

1) Rencana persalinan yang meliputi tempat persalinan,


memilih

tenaga

kesehatan,

transportasi

ke

tempat

persalinan, biaya persalinan.


2) Pengambilan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan pada
saat pengambil keputusan tidak ada.
3) Mempersiapkan
sistim
transportasi

jika

terjadi

kegawatdaruratan, meliputi dimana ibu akan bersalin,


bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih
lanjut jika terjadi kegawatdaruratan, bagaimana mencari
donor darah yang potensial.
4) Membuat rencana/pola menabung.
5) Menyiapkan langkah yang diperlukan untuk persalinan.
h. Menjadwalkan kunjungan berikutnya
i. Mendokumentasikan pemeriksaan dan asuhan

II.

Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin


Kala I Persalinan
A. Data Subjetif
1. Keluhan Utama
Pada kasus persalinan, informasi yang harus didapat dari pasien
adalah kapan mulai terasa ada kencang-kencang di perut, bagaimana
intensitas

dan frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan dari

vagina yang berbeda dari air kemih, apakah sudah ada pengeluaran
lendir yang disertai darah, serta pergerakan janin untuk memastikan
kesejahteraannya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 221).
2. Tanda-tanda Persalinan
Menurut Varney, dkk (2008;h. 692) tanda-tanda persalinan meliputi:

40

a. Kontraksi
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit) (DEPKES RI, 2008;h.
39).
b. Frekuensi
Kontraksi pada persalinan sejati pada awal tidak teratur dan
durasinya singkat, tetapi kemudian menjadi teratur dan disertai
peningkatan frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi

c. Lokasi ketidaknyamanan
Kontraksi persalinan palsu biasanya dirasakan pada abdomen
bagian bawah dan lipat paha. Kontraksi persalinan sejati biasanya
di ras sabagai nyeri yang menyebar dari fundus ke punggung.
d. PPV
Bloody show adalah tanda yang menunjukan persalinan.
Apabila bloody show meningkat berarti wanita akan segera
memasuki kala II persalian.
3. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 223) pada ibu
bersalin data fokus mengenai asupan makan pasien adalah kapan
atau jam berapa terakhir kali makan, makanan yang dimakan,
jumlah makanan yang dimakan. Data yang perlu ditanyakan
berkaitan dengan intake cairan adalah, kapan terakhir kali minum,
berapa banyak yang diminum, apa yang diminum.

41

Hal ini bermanfaat untuk mengkaji cadangan energi dan


status cairan (Varney, dkk, dkk, 2008; h. 692).
b. Pola Eliminasi
Selama proses persalinan, pasien akan mengalami poliuri
sehingga penting untuk difasilitasi agar kebutuhan eliminasi dapat
terpenuhi. Jika pasien masih berada dalam awal kala I, ambulasi
dengan berjalan seperti aktivitas ke toilet akan membantu
penurunan kepala janin (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 46).
c. Pola Hygiene
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 224) pola
hygiene berkaitan dengan kenyamanan pasien dalam menjalani
proses persalinan:
1) Kapan terakhir mandi, keramas, gosok gigi
2) Kapan terakhir ganti baju dan pakaian dalam
d. Pola Istirahat
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 224) Istirahat
sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi
menghadapi proses persalinannya. Data yang perlu ditanyakan
berhubungan dengan istirahat pasien adalah:
1) Kapan terakhir tidur
2) Berapa lama.
e. Aktivitas Sehari-hari

42

Menggambarkan bagaimana aktivitas yang biasa dilakukan


pasien di rumah. Jika di akhir kehamilannya pasien melakukan
aktivitas yang terlalu berat dikhawatirkan pasien akan merasa
kelelahan sampai akhirnya dapat menimbulkan penyulit pada masa
bersalin (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 224).

f. Pola Seksual
Manurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 224). Data yang
diperlukan berkaitan dengan aktivitas seksual adalah
1) Keluhan
2) Frekuensi
3) Kapan terakhir melakukan hubungan seksual.
4. Data Psikososial Spiritual
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 48) Kehadiran
seorang yang penting dan dapat dipercaya sangat dibutuhkan oleh
pasien yang akan menjalani proses bersalin.
Respon keluarga terhadap persalinan. Adanya respon yang positif
dari keluarga terhadap persalinan akan mempercepat proses adaptasi
pasien menerima peran dan kondisinya, respon pasien terhadap
kelahiran bayinya, respon suami terhadap kehamilan ini, pengetahuan
pasien tentang proses persalinan, dan adat istiadat setempat yang

43

berkaitan dengan persalinan (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h.


225-226).
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum
Keadaan umum baik jika menunjukkan respon yang baik
terhadap lingkungan orang lain (Sulistyawati, 2010;h.226).
2) Kesadaran
Kesadaran klien diketahui dengan melakukan pengkajian
derajat kesehatan klien dari keadaan composmentis (kesadaran
penuh) sampai dengan koma (klien tidak sadar) (Sulistyawati,
2010;h.226).
3) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai
peningkatan sistolik rata-rata 10-20mmHg dan diastolik 510mmHg (Varney, dkk, 2008;h.686).
4) Nadi
Frekuensi denyut nadi sedikit lebih tinggi dibanding
selama

periode

2008;h.687).
5) Suhu

menjelang

persalinan

(Varney,

dkk,

44

Sedikit meningkat selama persalinan. Peningkatan


normal 0,5-1C (Varney, dkk, 2008;h.687).
6) Respirasi
Selama

persalinan

sedikit

peningkatan

frekuensi

pernafasan masih normal (Varney, dkk, 2008;h.687).


7) Berat Badan
Berat badan ditimbang untuk memperoleh kenaikan berat
badan total selama kehamilan ( Varney, dkk,2007;h. 693 ).
Penambahan berat badan ibu dari awal sampai akhir
kehamilan adalah 6,50 sampai 16,50 kg (Romauli, 2011;h.
173).
2. Pemeriksaan Obstetrik
Menurut Baety (2012;h.5) Pemeriksaan obstetrik digunakan untuk
mengetahui kondisi pasien berkaitan dengan kehamilan/persalinan.
Pemeriksaan meliputi :
a. Inspeksi/Periksa Pandang
Muka

: closma gravidarum, tidak ditemukan

Mammae

pucat
: puting susu menonjol, hiperpigmentasi areola,

Abdomen

kolostrum sudah keluar


: menegang, pembesaran uterus sesuai usia kehamilan,

Vagina

dapat ditemukan striae dan linea gravidarum


: perdarahan, cairan keputihan, tanda chadwick.

b. Palpasi
1) TFU

oedema dan

45

Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 68) tinggi fundus uteri pada


trimester III adalah:
36 minggu : fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah prosesus
xifoideus (30 cm).
40 minggu : fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di bawah
prosesus xifoideus (33 cm).
2) TBJ
Menurut Kusmiyati, dkk (2010;h. 139) Dengan menggunakan
cara Mc Donald untuk mengetahui TFU dengan pita ukur
kemudian dilakukan penghitungan tafsiran berat janin dengan
rumus. (TFU dalam cm) n x 155 gram. Bila kepala di atas atau
pada spina iskiadica maka n=11
3) Leopold
a)

Leopold I
Menentukan umur kehamilan dengan menentukan TFU dan
menentukan bagian janin yang ada pada fundus uteri. TFU
pertengahan

pusat-px

(Sulistyawati

dan

Nugraheny,2010;h.244).
b) Leopold II
Menentukan letak janin, apakah memanjang atau melintang,
serta menentukan bagian janin yang ada disebelah kanan
dan kiri uterus. Teraba bagian panjang, keras seperti papan
(punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba
c)

bagian kecil (Romauli,2011;h. 175).


Leopold III

46

Menentukan

bagian terendah

(presentasi)

janin dan

menentukan apakah presentasi janin sudah mulai masuk


PAP.

Tidak

dapat

digerakkan

(Sulistyawati

dan

Nugraheny,2010;h.245).
d) Leopold IV
Untuk menentukan seberapa jauh masuknya presentasi janin
ke PAP.
Menurut Sulistyawati (2009;h.92) Jika kedua tangan
konvergen (dapat saling bertemu) berarti kepala belum
masuk panggul, jika kedua tangan divergen (tidak saling
bertemu) berarti kepala sudah masuk panggul
Menurut Sofian (2012;h. 37) Pada nulipara bagian terbawah
janin turun pada 4-6 minggu terakhir kehamilan. Pada
multipara biasanya tidak terfiksasi pada PAP sampai
persalinan mulai.
4) Perlimaan
Penurunan bagian terbawah dengan metode lima jari (perlimaan)
adalah : 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas
simfisis pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin
telah memasuki PAP, 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah
janin telah memasuki rongga panggul, 2/5 jika hanya sebagian
dari bagian terbawah janin masih berada di atas simfisis dan
(3/5) bagian telah turun melewati bidang tengah rongga panggul
(tidak dapat digerakkan), 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari masih
teraba bagian terbawah janin yang berada di atas simpisis dan

47

4/5 bagian telah masuk ke dalam rongga panggul, 0/5 jika


bagian terbawah janin suah tidak dapat diraba dari pemeriksaan
luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam
rongga panggul (DEPKES RI,2008;h.44).
5) His
Fase kala I persalinan terdiri dari fase laten yaitu dimulai
dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4, kontrkasi
mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak
terlalu mules. Fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3
kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih dan mules,
pembukaan 4 cm hingga lengkap, penurunan bagian terbawah
janin, waktu pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10
cm (Rukiyah, dkk, 2009;h. 5-6).
c. Auskultasi
1) DJJ
Digunakan untuk mengkaji status bayi. Frekuensi
jantung bayi kurang dari 120 atau lebih dari 160 kali
permenit dapat menunjukan gawat janin dan perlu di evaluasi
segera (Varney, dkk, 2008;h.693).
3. Pemeriksaan Dalam
Menurut

Sulistyawati

dan

Nugraheny

(2010;h.

73-74)

Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genetalia bagian dalam mulut


dari vagina sampai serviks menggunakan dua jari, tekniknya adalah

48

menggunakan skala ukuran jari (lebar satu jari berarti 1 cm) untuk
menentukan diamater dilatasi serviks (pembukaan serviks/portio).
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menilai:
a.

Vagina

(terutama

dindingnya),

apakah

ada

bagian

yang

menyempit
b.

Keadaan serta pembukaan serviks


Untuk menentukan apakah perubahan serviks yang progresif telah
terjadi dan mendiagnosis persalinan. Juga untuk menentukan tahap
dan fase persalinan wanita (Varney, dkk, 2008;h. 693).
Fase pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten berlangsung
selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
pembukaan 3 cm. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase
akselerasi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4cm menjadi 9
cm, fase deselerasi yaitu pembukaan jadi lambat kembali dalam 2
jam pembukaan dari 9 menjadi lengkap (Rukiyah, dkk, 2009;h. 6).

c.

Kapasitas panggul

d.

Ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir

e.

Sifat flour albus dan apakah ada alat yang sakit, misalnya
bartholinis

f.

Pecah tidaknya selaput ketuban


Pecah ketuban merupakan predisposisi, baik bagi ibu maupun bayi,
peningkatan resiko infeksi intrauteri (Varney, dkk, 2008;h.692). Air
ketuban berwarna putih keruh, berbau amis (Sofian, 2012; h. 21).

49

g.

Presentasi janin
Teraba bagian berbentuk bulat, teraba keras, dan berbatas tegas
adalah kepala (DEPKES RI, 2008;h. 43).

h.

Turunnya kepala dalam panggul


Pada kala satu persalinan, kepala seharusnya sudah masuk ke
dalam rongga panggul (DEPKES RI, 2008;h. 45).

i.

Penilaian besarnya kepala terhadap panggul

j.

Apakah

proses

persalinan

telah

dimulai

serta

kemajuan

persalinan.
C. Assesment
Ny.umur.G.P....A.Umur kehamilan.minggu, janin tunggal,
hidup, intrauteri, PUKA/PUKI, presentasi kepala, dalam persalinan Kala I
fisiologis.
D. Pelaksanaan
Menurut DEPKES RI (2008; h.52-66) pelaksanaan pada ibu bersalin Kala
I adalah:
1. Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran.
Ruangan yang dipersiapkan bersih dan hangat, ada sumber air bersih dan
mengalir, mempersiapkan air disinfeksi tingkat tinggi, penerangan yang
cukup, dan meja untuk resusitasi.
2. Mempersiapkan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang
diperlukan.
3. Memberi dukungan dan menganjurkan suami dan anggota keluarga yang
lain untuk mendampingi Ibu selama persalinan dan proses kelahiran
bayinya.

50

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triani Yuliastanti dan


Novita Nurhidayati (2013;h. 6-7) ada hubungan yang bermakna antara
pendampingan suami dengan skala nyeri persalinan pada kala 1 fase
aktif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan
suami yang diberikan pada ibu selama proses persalinan dilakukan
dengan baik dengan tindakan suami mendampingi ibu secara langsung
selama persalinan dengan bentuk komunikasi verbal dan non verbal
seperti memberi dorongan semangat dengan kata kata yang
menentramkan hati, memijat bagian tubuh ibu yang sakit, memberikan
makanan dan minuman pada ibu saat tidak ada kontraksi, membantu
mengusap keringat memegang tangan ibu saat kontraksi dan meyakinkan
bahwa ibu bisa menjalani persalinan, serta membantu memimpin ibu agar
mengedan dengan benar sesuai petunjuk tenaga kesehatan.
4. Menganjurkan Ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama
persalinan dan melahirkan bayi serta menganjurkan suami dan
pendamping lainnya untuk membantu Ibu berganti posisi.
5. Menganjurkan Ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum
air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi.
6. Menganjurkan Ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin
selama persalinan, Ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih
sering jika Ibu merasa ingin berkemih atau jika kandung kemih terasa
penuh.
7. Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam
mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya.
8. Melakukan pemantauan kala 1 meliputi :
a. Denyut jantung janin setiap jam
b. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap jam

51

c.
d.
e.
f.
g.
h.

Nadi setiap jam


Pembukaan serviks setiap 4 jam
Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
Tekanan darah setiap 4 jam
Temperatur tubuh setiap 2 jam
Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Kala II Persalinan
Tanggal

Jam

A. Data Subjetif
1. Tanda-tanda kala II
Gejala dan tanda kala II persalinan adalah ibu merasakan ingin
meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi dan ibu merasakan
peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya (DEPKES
RI,2008;h.79).

B. Data Objektif
1. Tanda-tanda Vital
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 102) tanda vital pada
ibu bersalin kala II adalah:
a. Tekanan Darah
Tekanan darah dapat meningkat 15-25 mmHg selama kala II
persalinan.
b. Pernapasan
Peningkatan frekuensi pernapasan normal selama persalinan dan
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi (Rukiyah,
dkk, 2009;h.89).
c. Nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien meneran. Secara
keseluruhan frekuensi nadi meningkat selama kala II disertai
takikardi yang nyata ketika mencapai puncak menjelang kelahiran.

52

d. Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses persalinan dan
segera setelahnya, peningkatan suhu normal adalah 0,5-1 C.
2. Pemeriksaan Obstetri
a. Inspeksi
Perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka,
dan

meningkatnya

pengeluaran

lendir

darah

(DEPKES

RI,2008;h.79).
Pada kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi maksimal.
Saat dilakukan pemeriksaan dalam porsio sudah tak teraba dengan
pembukaan 10 cm. Labia mulai membuka dan tak lama kemudian
kepala janin tampak pada vulva saat ada his (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010;h. 101-102).
b. Kontraksi
Menurut Sulistyawati (2010;h. 235) hasil kontraksi uterus
pada kala II adalah frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit,
intensitas kontraksi kuat, durasi lebih dari 40 detik.
C. Assesment
Ny... Umur.... G...P...A... umur kehamilan....minggu, janin tunggal, hidup,
intrauteri, PUKA/PUKI, presentasi belakang kepala dalam persalinan kala
II fisiologis.
D. Pelaksanaan
Menurut (DEPKES RI,2008; h. 81-92) pelaksanaan pada ibu bersalin kala
II adalah:
1. Menganjurkan kepada keluarga untuk mendampingi Ibu selama proses
persalinan
2. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran
3. Membimbing ibu untuk meneran apabila ada dorongan kuat untuk
meneran.
4. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan
pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

53

Sulistyawati (2010;h.28) mengatakan dorongan meneran akan semakin


meningkat ketika pasien dalam posisi yang nyaman, misalnya setengah
duduk, jongkok, berdiri, atau miring ke kiri.
5. Memberikan minum dan memantau DJJ setiap 5-10 menit.
6. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
7. Menolong kelahiran bayi
a. Saat kepala bayi membuka vulva (5-6 cm), meletakkan kain bersih
dan kering yang dilipat 1/3 nya dibawah bokong ibu.
b. Meletakkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu
c. Melindungi perineum dengan satu tangan (di bawah kain bersih
dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan
pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi.
d. Menahan kepala agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar

secara bertahap melewati introitus dan perinium


e. Memeriksa leher bayi dari lilitan tali pusat. Jika ada lilitan cukup
longgarkan, bila lilitan terlalu erat maka klem tali pusat pada 2
tempat dengan jarak 3cm lalu dipotong diantara 2 klem.
f. Membantu melahirkan bahu dengan cara meletakkan tangan di
kepala bayi lalu menganjurkan ibu untuk meneran sambil menekan
kepala ke arah bawah dan lateral tubuh bayi sampai bahu depan
melewati simfisis kemudian gerakkan kepala ke atas dan lateral
tubuh bayi sehingga bahu bawah dan seluruh dada dapat dilahirkan
g. Melahirkan seluruh tubuh bayi dengan cara :

1) saat bahu posterior lahir, geser tangan bawah (posterior) ke


arah pirenium dan sangga bahu dan lengan atas bayi pada
tangan tersebut
2) gunakan tangan yang sama untuk menopan lahirnya siku dan
tangan posterior saat melewat pirenium

54

3) tangan bawah (posterior) menopang samping lateral tubuh bayi


saat lahir
4) secara simultan, tangan atas (anterior) untuk menelusuri dan
memegang bahu, siku dan lengan bagian anterior
5) melanjutkan penelusuran dan memegang tubuh bayi ke bagian
punggung, bokong, dan kaki
6) dari arah belakang, sisipkan jari telunjuk tangan atas di antara
kedua kaki bayi yang kemudian dipegang dengan jari dan
ketiga jari tangan lainya
h. Meletakkan bayi di atas kain atau handuk yang telah disiapkan

pada perut ibu dan posisikan kepala bayi sedikit lebih rendah dari
i.

tubuhnya
Mengeringkan bayi sambil melakukan

j.

tubuh bayi
Menyelimuti bayi dengan kain atau handuk dan menutupi kepala

rangsangan taktil pada

bayi.
Kala III Persalinan
Tanggal

Jam

A. Data Subjetif
Menurut Sulistyawati (2010;h. 165) data subjektif pada ibu bersalin kala
III adalah:
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir
2. Pasien mengatakan bahwa ia merasa mulas dan ingin meneran
3. Pasien mengatakan bahwa plasenta belum lahir.
B. Data Objektif

55

1. Menurut Sulistyawati (2010;h. 166) yang perlu dikaji pada data


objektif pada kala III adalah:
a. Jam bayi lahir spontan
b. Perdarahan pervaginam
c. TFU
Uterus berbentuk tak bulat penuh dan tinggi fundus basanya di
bawah pusat (Rukiyah, dkk, 2009;h.146).
d. Kontraksi uterus
Menurut Varney, dkk (2008;h. 825) kontraksi uterus intensitasnya
kuat selama 10 menit pertama, kemudian berlanjut 4 sampai 5
menit hingga plasenta terlepas dan keluar.
2. Tanda-tanda klinis pelepasan plasenta
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h. 158) tanda-tanda
pelepasan plasenta adalah:
a. Semburan darah
b. Pemanjangan tali pusat
c. Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globuler (bulat).
3. Tanda vital
Menurut Varney, dkk (2008;h. 826) tanda vital pada ibu bersalin
kala III adalah:
a. Tekanan darah
Tekanan darah sistolik dan diastolik mulai kembali ke tingkat
sebeum persalinan
b. Nadi

56

Nadi secara bertahap kembali ke tingkat sebelum melahirkan


c. Suhu
Suhu tubuh kembali menigkat perlahan
d. Pernapasan
Kembali bernapas normal
C. Assesment
Ny. Umurtahun GPAdalam persalinan kala III fisologis
D. Pelaksanaan
Menurut Depkes RI (2008;h. 101-107) penatalaksanaan pada ibu bersalin
kala III adalah:
1. Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan
ositosin 10 unit IM di 1/3 pada atas bagian luar.
2. Memotong tali pusat setelah 2 menit bayi lahir dengan cara tali pusat
dijepit dengan klem sekitar 3 cm dari perut bayi, kemudian tekan tali
pusat dengan 2 jari lalu mendorong isi tali pusat ke arah Ibu. Lalu
menjepit lagi tali pusat dari jepitan yang pertama sekitar 2 cm. Ikat tali
pusat diantara 2 klem, kemudian dipotong.
3. Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. Setelah
terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan
yang lain mendorong uterus ke arah lumbal dan kepala ibu (darso
cranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadi inversio
uteri. Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi
untuk mengulangi penegangan tali pusat terkendali.
4. Saat mulai kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah, lakukan
tekanan dorsokranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus

57

uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat
dilahirkan.
5. Tetapi jika langkah di atas tidak berjalan dan plasenta tidak turun
setelah 30-40 detik penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda
lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan talipusat.
6. Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai
kontraksi berikutnya. Jika perlu,pindahkan klem lebih dekat ke
perineum pada saat tali pusat memanjang.
7. Pada saat kontraksi berikutnya, ulangi penegangan tali pusat
terkendali dan tekanan dorso kranial pada korpus uteri secara serentak.
Ikuti langkah langkah tersebut pada setiap kontraksi hingga terasa
plasenta terlepas dari dinding uterus.
8. Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta
terdorong keluar melalui introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat
dengan arah sejajar lantai (mengikuti poros jalan lahir)
9. Pada saat plasenta terlihat pada introitus vagina , lahirkan plasenta
dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan
tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampun. Pegang
plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin menjadi satu.
10. Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan lahan untuk
melahirkan selaput ketuban.
11. Jika setelah diperiksa ada bagian selaput ketuban yang tidak utuh
maka lakukan pemeriksaan di vagina dan serviks kemudian
mengeluarkan selaput dengan kedua tangan atau klem.
12. Memassage fundus uteri segera setelah plasenta lahir.
13. Pemeriksaan kelengkapan plasenta

58

Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h.33-37) pemeriksaan


kelengkapan plasenta meliputi:
a. Berbentuk bulat atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm
dan tebal 2-2,5 cm
b. Berat rata-rata 500 gram
c. Bagian plasenta:
Pars maternal adalah bagian plasenta yang menempel pada desidua,
terdapat kotiledon (rata-rata 20 kotiledon). Pada bagian pars fetal
terdapat penanaman tali pusat.
d. Tali pusat
Terdiri dari dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis.
Panjang rata-rata 50 cm. Bentuk tali pusat yang normal adalah
silinder bulat dengan diameter rata-rata 1-1,5 cm.
Kala IV Persalinan
Tanggal

Jam

A. Data Subjetif
Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010;h.239) data subjektif
pada ibu bersalin kala IV adalah:
1. Ibu mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir
2. Ibu mengatakan perutnya mulas
3. Ibu mngatakan merasa lelah tapi bahagia
B. Data Objektif
Data obyektif kala IV menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010: 239)
adalah:
1. Plasenta lahir spontan lengkap pada tanggal.jam
2. TFU beberapa jari diatas pusat
3. Kontraksi uterus baik/tidak.

59

Menurut Rukiyah, dkk (2009;h.157-159) selama sisa waktu kala IV


persalinan, yang harus dipantau dan di evaluasi adalah:
1. Tanda-tanda Vital
a. Nadi
Denyut nadi biasanya berkisar 60 sampai 70 x/menit. Apabila
denyut nadi lebih dari 90 x/menit, perlu dilakukan pemeriksaan dan
pemantauan yang terus menerus.
b. Suhu
Kadang-kadang suhu dapat lebih tinggi dari 37,2 C akibat
dehidrasi atau persalinan yang lama.
2. Pemeriksaan Obstetri
Menurut Rukiyah, dkk (2009;h. 158-159) Pemantuan pada kala IV
adalah:
a. Pemantauan kontraksi
Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara simultan.
b. Palpasi
Setelah pengeluaran plasenta, uterus biasanya berada pada garis
tengah dari abdomen kira-kira 2/3 antara symphisis pubis dan
umbilicus atau berada tepat diatas umbilicus.
Umumnya fundus uteri setinggi atau beberapa jari dibawah pusat
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2010;h. 182).
c. Lochea
Jika uterus berkontraksi kuat, lochea kemungkinan tidak lebih dari
menstruasi.

60

d. Kandung Kemih
Untuk memastikan kandung kemih tidak penuh.
e. Perinium
Perinium dievaluasi untuk melihat adanya edema atau hematoma.
C. Assesment
Ny. UmurGPAdalam persalinan kala IV fisologis
D. Pelaksanaan
Menurut Depkes RI (2008:114-140) pelaksanaan pada ibu bersalin kala IV
adalah:
a. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya fundus uteri
b.
c.
d.

setinggi atau beberapa jari di bawah pusat.


Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan
Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau
episiotomi) perineum.
Evaluasi keadaan umum ibu
Mengevaluasi keadaan umum ibu selama 2 jam pertama. TD, TFU,
nadi, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada
1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua.

e.

Membersihkan ibu dan kenakan pakain Ibu yang bersih dan kering.
Membantu ibu memberikan ASI.

f.

Mendekontaminasi alat dengan larutan klorin 0.5%

g.

Melakukan penanganan pada bayi baru lahir 2 jam pertama.


1) Membiarkan bayi berada di dada ibu (IMD) pada 1 jam pertama.

61

2) Menyuntikkan Vit K1 1 mg IM (untuk mencegah perdarahan BBL


akibat defisiensi Vit K) dan memberikan salep mata tetrasiklin 1%
(mencegah infeksi mata) pada 1 jam pertama setelah IMD.
3) Memberikan HB0 untuk mencegah infeksi hepatitis B pada 1 jam
setelah penyuntikan Vit K1 (pada saat bayi berumur 2 jam)
h.

Mengevaluasi lama persalinan


Tabel 2.3 Lama Persalinan
Kala
Primi
Kala I
13 jam
Kala II
1 jam
Kala III
jam
Lama Persalinan
14 jam
(Sofian, 2012;h.73)

i.

Multi
7 jam
jam
jam
7 jam

Mendokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala empat


persalinan di belakang partograf.

III.

Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas


A. Data Subjetif
1. Keluhan Utama
Masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya
jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010; h.132).
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
Menurut Ambarwati (2010;h. 134) yang perlu dikaji adalah
tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan
bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji

62

untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan


atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang
lalu (Ambarwati, 2010;h. 134).
3. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2010;h. 134).
4. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Menurut Ambarwati (2010;h. 136) yang perlu dikaji dalam
pola nutrisi adalah frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan.
Saleha (2009;h. 58, 71-72,) menambahkan, seorang wanita
dapat merasa lapar dan siap menyantap makanan dua jam setelah
persalinan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan
gizi seperti makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup, minum sedikitnya 3 liter
air setiap hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah dkk
(2012;h.33) ada hubungan antara status gizi dan keberhasilan ibu

63

menyusui 1 minggu post partum di BPS Sri Wanito Rahayu Dawe


Kudus. Semakin baik status gizi ibu, maka tingkat keberhasilan
menyusui makin tinggi.
b. Pola eliminasi
Menurut Saleha (2009;h. 73) Ibu nifas diharapkan buang air
kecil (miksi) 6 jam post partum dan diharapkan dapat buang air
besar (defekasi) setelah hari ke dua post partum.
Ambarwati (2010;h. 136) menambahkan pola eliminasi
menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Pola hygiene
Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perinium,
menganjurkan membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air, sarankan mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari,
sarankan mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya, jika mempunyai luka
episiotomi atau laserasi sarankan untuk menghindari menyentuh
daerah tersebut (Saleha, 2009;h.;73-74).

d. Pola Istirahat

64

Menurut Ambarwati (2010; h.136) Istirahat sangat penting


bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat
mempercepat penyembuhan.
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan
yang berlebih, sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur (Saleha, 2009;h.74).
e. Aktivitas Sehari-hari
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat
tidur dalam 24-48 jam postpartum (Saleha, 2009;h. 72).
f. Konsumsi Vit A dan Zat Besi
Menurut Saleha (2009;h. 72), pil zat besi harus diminum
untuk

menambah

zat

gizi,

setidaknya

selama

40

hari

pascapersalinan. Minum kapsul vit A 200.000 unit agar dapat


memberikan Vit A kepada bayinya melalui ASI.
g. Pola Menyusui
Menurut Saifuddin (2010;h. 362, 378) Pada hari-hari pertama
menyusui, lama menyusui antara 5-10 menit dan boleh dari kedua
payudara karena ASI belum banyak. Upaya untuk menyusui
selama minimal 6 bulan (eksklusive breastfeeding).

h. Pola Seksual

65

Secara fisik aman untuk memulai hubingan suami istri begitu


darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri (Saleha, 2009;h. 75).
5. Data Psikososial Spiritual
Menurut Maryunani (2009, 31-33) Dalam menjalani adaptasi
psikologis setelah melahirkan, Reva Rubin (1963) mengatakan bahwa
ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut:
a. Fase Taking In (Perilaku Dependen)
Berlangsung selama 1-2 hari setelah melahirkan, dimana
fokus perhtaian ibu terutama pada dirinya sendiri. Dikatakan
sebagai fase dependen selama 1-2 hari pertama ini karena pada
waktu ini, ibu menunjukkan kebahagiaan/kegembiraan yang sangat
dan sangat senang untuk menceritakan tentang pengalamannya
melahirkan.
b. Fase Taking Hold (perilaku Dependen-Indpenden)
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
c. Fase Letting Go (perilaku interdependen)
Fase ini berlangsung setelah 10 hari pasca melahirkan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tand-tanda Vital

1) Tekanan Darah

66

Selama beberapa jam setelah melahirkan. Ibu dapat


mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) dapat
terjadi hingga 46 jam pertama (Maryunani, 2009;h. 26).
2) Nadi
Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah melahirkan,
sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) (Maryunani, 2009;h. 26)
3) Pernafasan
Pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus,
kemudian kembali seperti keadaan semula (Saleha, 2009;h.
61).
4) Suhu
Selama 24 pertama, suhu menigkat menjadi 38C,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan
perubahan hormonal (Maryunani, 2009;h. 26).
5) Berat badan
Wanita mengalami panurunan berat badan rata-rata 12
pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan. Penurunan ini mewakili
gabungan berat bayi, plasenta, dan cairan amnion (Varney, dkk,
2008;h. 961).

b. Status Present

67

Dada

: auskultasi jantung dan paru-paru (Varney, dkk,


2008;h. 969).

Genetialia

: kebersihan, pengeluaran pervagina, keadaan luka


jahitan, tanda-tanda infeksi vagina (Sulistyawati,
2015;h. 124)

Vulva

: pengkajian perinium terhadap memar, edema


hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi,
supurasi (Varney, dkk, 2008;h. 969).

Anus

: pemeriksaan anus terhadap adanya hemoroid


(Varney, dkk, 2008;h. 969).

Ekstremitas

: adanya varikosa, edema, nyeri tekan atau panas


pada betis, adanya tanda homan, refleks.
Keadaan

varices,

oedema,

refek

patella

(Ambarwati, 2010;h. 141).


c. Status Obstetri
1) Abdomen
Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempurna,
tetapi dapat berubah menjadi garis putih-keperakan yang halus
setelah periode beberapa bulan (Varney, dkk, 2008;h. 961).

a) TFU

68

Tabel 2.4 Involusi Uteri Pada Ibu Nifas


Involusi
Bayi lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
(Saleha, 2009;h. 55).

TFU
Setinggi pusat, 2 jari di bawh pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Normal
Normal tapi sebelum hamil

b) Kontraksi
Kontraksi uterus terus meningkat secara bermakna
setelah bayi keluar, yang diperkirakan terjadi sebagai
respon terhadap penurunan volume intrauteri yang sangat
besar (Maryunani, 2009;h. 9).
2) Mammae
Pemeriksaan payudara termasuk menunjukkan adanya
kolostrum dan penatalaksanaan puting susu pada awal
menyusui (Varney, dkk, 2008;h. 969).
3) Lokia
Menurut Maryunani (2009;h. 12) Lokia adalah darah
dan cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas. Lokia
rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3
atau ke-4.

4) Perinium

69

Keadaan perineum tidak oedema, tidak hematoma, tidak


ada tanda tanda infeksi pada : bekas luka episiotomi/robekan,
hecting (Ambarwati, 2010;h.141).
5) Serviks
Menurut Sulistyawati (2015;h. 77). Setelah 2 jam, hanya
dapat dimasuki 2-3 jari.
C. Assesment
Ny.... Umur.... P....A.... Dalam masa nifas 6 jam post partum, fisiologis.
D. Pelaksanaan
Menurut Saleha (2009;h. 6) kunjungan nifas pada ibu bersalin setelah 6-8
jam adalah
1. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas
2. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia
3.
4.
5.
6.

uteri
Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia
Perawatan bayi sehari-hari
Menurut Sulistyawati (2015;h. 138)
a. Pertahankan lingkungan bayi tetap hangat untuk menjaga supaya
tidak terjadi penurunan suhu
b. Cegah iritasi kulit bayi dengan selalu menjaga kebersihan tangan
bayi atau pengasuh bayi
c. Jika bayi mneglami iritasi kulit, hindari pemakaian bedak pada
lokasi iritasi
d. Olesi kulit yang iritasi dengan salep sesuai dengan reseep dokter
atau jika iritasi ringan cukup olesi dengan minyak kelapa bersih

70

e. Jaga kebersihan kulit bayi, hindari kulit lembab dengan mengganti


baju bayi minimal 2 kali sehari atau sewaktu-waktu ketika basah
oleh keringat atau terkena muntahan
f. Hindari menggosok kulit bayi terlalu keras ketika membersihkan
daerah anus atau genetalia
g. Jika ditemukan tanda-tanda alergi pada kulit, misalnya kemerahan
dan berbintik-bintik, segera konsultasikan ke dokter dan hentikan
untuk sementara produk sabun bayi yang digunakan
h. Usahakan menjemur bayi tiap pagi antara pukul 06.30 sampai
dengan 07.00 WIB
i. Untuk kenyamanan bayi, pijat kaki dan tangan bayi menjelang
tidur menggunakan baby oil
j. Bersihkan selalu sekitar mulut bayi setiap kali memberikan minum
pada bayi
k. Hindari memiijat daerah perut bayi
l. Untuk menghindari trauma kulit bayi karena kuku bayi yang tajam
dan panjang, usahakan selalu memakaikan sarung tangan pada bayi
m. Pilih baju yang tidak kaku dan menyerap keringat untuk bayi
n. Sediakan selalu minyak telon/kayu putih sebagai antisipasi jika
bayi mengalami gangguan perut (kembung) atau kedinginan
7. Perawatan perinuim (Sulistyawati, 2015;h. 136) yang perlu dilakukan
adalah usahakan luka selalu dalam keadaan kering, hindari menyentuh
luka oerinium dengan tangan, bersihkan kemaluan selalu dari arah

71

depan ke belakang, jaga kebersihan daerah perinium (ganti pembalut


setiap kali sudah penuh atau minimal 3 kali sehari).
Nifas 6 Hari Post Partum
Tanggal

Jam

A. Data Subjetif
1. Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan misalnya ibu post partum normal ingin
memeriksakan

kesehatannya

setelah

persalinan

(Sulistyawati,

2015;h.111).
2. Data Psikososial dan Spiritual
Menurut Maryunani (2009, 32) Pada ibu nifas 3-10 hari akan
mengalami Fase Taking Hold (perilaku Dependen-Indpenden) yaitu
pada fase ini secara bergantian timbul kebutuhan ibu untuk mendapat
perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa
melakukan segala sesuatu secara mandiri. Fase ini berlangsung antara
3-10 hari setelah melahirkan.
B. Data Objektif
1.

Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1)

Tekanan Darah
Menurut Varney, dkk (2008, h; 961) segera setelah
melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara

72

tekanan darah sistolik dan diastolik yang kembali secara spontan ke


tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
2)

Pernapasan
Menurut Ambarwati (2010;h.139) Pernafasan normal pada
masa nifas yaitu 20 30x/menit.

b. Pemeriksaan Obstetri
1) Mammae
Sampai hari ke tiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada
payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi
bengkak terisi darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan
rasa sakit (Saleha, 2009;h.58).
2) Abdomen
Pada ibu nifas 6 hari tinggi fundus berada di pertengahan
pusat simfisis (Saleha, 2009;h. 55).

3) Lokia
Lokia serosa berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan
dan keluar dari hari ke-5 samapi ke-9 berikutnya (Maryunani,
2009;h. 12).
C. Assesment
Ny.... Umur.... P...A.... masa nifas... hari post partum
D. Pelaksanaan
Menurut (Ambarwati dan Wulandari,2010;h.5) Pelaksanaan pada ibu nifas
6 hari post partum adalah:

73

1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,


fundus di bawah umbilicus, tidak ada tanda-tanda perdarahan
abnormal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
Menurut Slistyawati (2015;h. 137-138) Tanda bahaya masa nifas
merupakan hal sangat penting, yang harus disampaiakn kepada ibu dan
keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka
harus secepatnya datang ke bidan atau dokter:
a. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah
banyak
b. Pengeluaran pervagina yang berbau menusuk (menyengat)
c. Rasa sakit di bagain bawah abdomen atau punggung
d. Rasa sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastrik, atau
masalah penglihatan
e. Pembengkakan di wajah atau tangan
f.

Demam, muntah,rasa sakit waktu buang air kecil, atau jika merasa
tidak enak badan

g. Payudara yang berbuah menjadi merah, panas, sakit


h. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu lama
i. Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
j. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayi atau dirinya sendiri
k. Merasa sangat letih atau napas terengah-engah
3. Memastikan agar ibu mendapat istirahat yang cukup
Menurut Sulistyawati (2015;h.136-137) istirahat dan tidur pada
ibu nifas yang baik adalah istirahat malam 6-8 jam sehari, istirahat

74

siang 1-2 jam sehar, tidurlah ketika bayi sedang tidur, tidurlah
bersebelahan dengan bayi
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit. Cara menyusui yang baik adalah upayakan
berada dalam posisi senyaman mungkin saat menyusui, pastikan
payudara dalam keadaan bersih, lebih efektif jika posisi ibu duduk,
usahan perut bayi menempel pada perut ibu, sendawakan bayi setiap
selesai menyusui, menyusui minimal setiap 3 jam sekali atau setiap
bayi meminta (on demand) (Sulistyawati, 2015;h. 139).
5. Memastikan ibu mendapatkan makanan yang bergizi
Menurut Sulistyawati (2015;h.136) makanan yang bergizi bagi ibu
nifas yaitu tidak berpantang terhadap daging, telur dan ikan, banyak
sayur dan buah, banyak minum air putih minimal 3 liter sehari,
terutama setelah menyusui, tambahan kaloti 500mg sehari, konsumsi
tablet vit A dan zat besi selama masa nifas.
Nifas 2 Minggu Post Partum
Tanggal

Jam

A. Data Subjetif
1. Data Psikosoial dan Spiritual
Menurut Maryunani (2009, 33) pada ibu nifas akan mengalami
fase Letting Go (perilaku interdependen), dalam fase ini merupakan
fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung
setelah 10 hari pasca melahirkan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda-tanda Vital
1) Nadi

75

Nadi berkisar antara 60-80x/menit (Ambarwati, 2010;h. 138).


2) Pernapasan
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum
hamil pada bulan keenam setelah melahirkan (Maryunani,
2009;h. 27).

2. Pemeriksaan Obstetri
a. Mammae
Simestris, tidak ada pembengkakan, puting susu menonjol, puting
susu tidak lecet (Ambarwati 2010;h.139).
b. Abdomen
Pada ibu nifas 2 minggu post partum fundus tidak teraba di atas
simfisis (Saleha, 2009;h. 55).
c. Lokia
Lokia alba berwarna putih pucat, putih kekuning-kuningan dan
keluaran selama 2-3 minggu (Maryunani, 2009;h. 12).
C. Assesment
Ny.... Umur.... P...A... masa nifas 2 minggu post partum
D. Pelaksanaan
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010;h.88) asuhan kebidanan pada
ibu nifas 2 minggu adalah :
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada tanda-tanda perdarahan
abnormal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan abnormal.
3. Memastikan agar ibu mendapat istirahat yang cukup.
4. Memastikan ibu mendapatkan makana yang bergizi.

76

5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan


tanda-tanda penyulit.
6. Senam nifas
Lakukan senam nifas dengan aturan senam sebagai berikut, senam
nifas dilakukan pada hari pertama post partum, dilakukan 2 kali sehari,
setiap macam gerakan dilakukan 5-10 kali (Suliatyawati, 2015;h. 138).
Menurut Varney, dkk dkk (2007;h.973) jika ibu belum memilih
metode kontrasepsi selama kujungan segera pada pascapertum, kunjungan
dua-minggu pascaprtum adalah kesempatan terbaik untuk meninjau
pilihan kontrasepsi yang ada.
Menurut Rossyanna, dkk (2011;h. 37) ada hubungan antara tingkat
pengetahuan ibu post partum dengan minat pemakaian alat kontrasepsi
dalam rahim.
Menurut Sulistyawati (2015;h.137) yang perlu dikaji dalam memilih
kontrasepsi yaitu:
1. Kaji keinginan pasangan mengenai siklus reproduksi yang mereka
inginkan
2. Diskusikan dengan suami
3. Jelaskan masing-masing metode alat kontrasepsi
4. Pastikan pilihan alat kontrasepsi yang paling sesuai untuk mereka
Jenis kontrasepsi pascapersalinan menurut Saifuddin, 2006;h.U-53U56) adalah:
1. MAL (Metode Amenore Laktasi)
Metode ini dimulai segera setelah persalinan, efektif sampai 6
bulan pasca persalinan dan belum haid. Bermanfaat bagi kesehatan ibu
dan bayi dan ibu mempunyai kesempatan untuk memilih metode lain.
Penggunaan MAL ibu harus menyusui secara eksklusif. Efektivitas Mal
berkurang jika mulai suplementasi.
2. Kontrasepsi Kombinasi

77

Waktu penggunaan kontrasepsi kombinasi jika klien menyusui,


tidak dapat digunakan sebelum 6-8 minggu pascapersalinan. Jika
memakai MAL penggunaan dapat ditunda sampai 6 bulan. Jika tidak
menyusui dapat dimulai 3 minggu pascapersalinan. Selama 3 minggu
pascapersalinan kontrasepsi kombinasi meningkatkan risiko masalah
pembekuan darah, tetapi setelah 3 minggu tidak ada risiko pembekuan
darah. Jika klien tidak mendapat haid dan sudah berhubungan seksual,
mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak ada kehamilan.
Kontrasepsi

ini

dapat

diberikan

pada

klien

dengan

riwayat

preeklampsia.
3. Kontrasepsi progestin
Kontrasepsi progestin tidak dapat digunakan pada ibu menyusui
sebelum 6 minggu pascapersalinan. Jika ibu tidak menyusui, lebih dari
6 minggu atau sudah mendapat haid dapat dimulai setelah yakin tidak
ada kehamilan. Selama 6 minggu pertama pascapersalinan, progestin
mempengaruhi tumbuh kembang bayi tetapi tidak ada pengaruh
terhadap ASI. Perdarahan ireguler dapat terjadi saat menggunakan
kontrasepsi ini.
4. Kontrasepsi AKDR
AKDR dapat dipasang langsung pascapersalinan sewaktu seksio
sesaria atau 48 jam pascapersalinan (memerlukan petugas terlatih
khusus), insersi dapat ditunda sampai 6-8 minggu pasca persalinan. Jika
klien menyusui atau sudah mendapat haid, insersi dapat dilakukan bila
yakin tidak ada kehamilan. Tidak berpengaruh terhadap ASI dan efek
samping lebih sedikit pada klien yang menyusui. Ekspulsi spontan lebih

78

tinggi

pada

pemasangan

pascaplasental.

Sesudah

4-6

minggu

pascapersalinan teknik sama dengan pemasangan waktu interval.


5. Kontrasepsi mantap (Tubektomi)
Dapat dilakukan dalam 48 jam pascapersalinan, jika tidak,
pemasangan ditunggu sampai 6 minggu pascapersalinan. Tubektomi
tidak berpengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang bayi.
Pemasangan memerlukan anestesi lokal. Konseling harus sudah
dilakukan saat asuhan antenatal.
IV. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
A. Data Subjektif
1. Riwayat Obstetri
a. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Sekarang
1) Riwayat Kehamilan Ibu
Menurut Matondang (2007;h. 12-13) yang

perlu

ditanyakan adalah keadaan kesehatan ibu selama hamil, atau


ada tidaknya penyakit, serta upaya yang dilakukan untuk
mengatasi penyakit tersebut. Dirinci pula beberapa kali ibu
melakukan kunjungan antenatal dan kepada siapa kunjunngan
antenatal dilakukan (dukun, perawat, bidan, dokter umum,
dokter spesialis). Obat-obatan yang diminum pada usia
kehamilan

muda

(trimester

pertama)

mungkin

dapat

menyebabkan cacat bawaan pada bayinya.


2) Riwayat Kelahiran
Menurut Matondang (2007;h. 13) Ikhwal kelahiran
pasien harus ditanyakan dengan teliti, termasuk tanggal dan
tempat kelahiran siapa yang menolong, cara kelahiran
(spontan, ekstraksi, cunam, ekstraksi vakum, bedah kaisar),
adanya kehamilan ganda, keadaan segera setelah lahir, dan

79

morbiditas pada hari-hari pertama setelah lahir. Masa


kehamilan juga perlu ditanyakan, apakah cukup bulan, kurang
bulan, ataukah lewat bulan.
Berat dan pajang badan lahir selalu ditanyakan.
Morbiditas yang berhubungan dengan kelahiran dan selama
masa neonatus perlu ditanyakan termasuk asfiksia, trauma
lahir, infeksi intrapartum, ikterus dan sebagainya yang
mungkin

berhubungan

dengan

masalah

yang

dihadapi

sekarang.
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu
Dalam hal corak reproduksi ibu, perlu ditanyakan umur ibu
saat hamil/melahirkan terutama yang pertama, umur kakak adinya
sehinga dapat diketahui jarak (interval) kelahiran, jumlah
persalinan, termasuk aborsi (Matondang, 2007;h. 16).
2. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling
sedikit setiap 4 jam) mulai dari hari pertama (Marmi, 2015;h. 85).
Pada bayi perlu diketahui susu apa yang diberikan: air susu
ibu (ASI) ataukah pengganti air susu ibu (PASI), atau keduanya.
Apabila

diberikan ASI, apakah ASI diberikan secara eksklusif

(ASI sampai 4 bulan) (Matondang, 2007;h. 13-14).


b. Pola Eliminasi
Kotoran yang dikeluarkan bayi baru lahir pada hari-hari
pertama

kehidupannya

adalah

berupa

mekonium.

Warna

80

mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut. Mekonium


keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir dan
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah lahir.
Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam
setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8
kali/hari (Muslihatun, 2010;h. 44).
c. Pola Hygiene
Untuk

menghindari

terjadinya

hipotermi,

sebaiknya

memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil (setelah 24 jam)


(Muslihatun, 2010;h. 44).
d. Pola Istirahat
Memasuki bulan pertama kehidupan, bayi baru lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur (Muslihatun, 2010;h. 44).
e. Aktivitas Sehari-hari
Pada siang hari hanya 15% waktu digunakan bayi dalam
keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan motorik, sadar dan
mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi untuk
tidur (Muslihatun, 2010;h. 44).
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Kesadaran

81

Menurut Muslihatun (2010;h. 253) Rentang normal


tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga saar
penuh dapat ditenangkan jika rewel.
2) Tanda-tanda Vital
Menurut (Matondang, 2007;h. 154) tanda vital pada neonatus
adalah:

a) Nadi
Laju jantung normal adalah 120-160 kali per menit dan
dipengaruih oleh aktifitas bayi.
b) Suhu
Suhu neonatus normal adalah 36,5-37,5 derajat Celsius.
c) Respirasi
Laju napas normal neonatus berkisar antara 40-60 kali per
menit.
3) Pengukuran antopometri
a) BB
Berat badan neonatus cukup bulan antara 2500 sampai 4000
gram (Matondang, 2007;h. 156).
b) Tinggi Badan
Panjang badan pada neonatus cukup bulan adalah 45
sampai 54 cm (Matondang, 2007;h. 156).
c) Lingkar Kepala

82

Neonatus cukup bulan mempunyai ukuran lingkaran


kepala 33 sampai 37 cm (Matondang, 2007;h. 156).
d) Lingkar Dada
Menurut Matondang (2007;h. 156). Neonatus cukup
bulan mempunyai ukuran badan sebagai beikut lingkar
dada biasanya 2 cm lebih kecil dari lingkar kepala.

4) Warna Kulit
Warna kulit neonatus normal adalah kemerahan, kadangkadang terlihat sianosis pada ujung-ujung jari pada hari
pertama (Matondang, 2007;h. 149).
5) Keaktifan
Keaktifan neonatus dinilai dengan melihat posisi dan
gerakan tungkai dan lengan. Pada neonatus cukup bulan yang
sehat, posisi ekstremitas adalah dalam keadaan fleksi, sedang
gerakan tungkai dan lengannya aktif dan simetris (Matondang,
2007;h. 150).
b. Status Present
1) Kepala
Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat
tulang kepala tumpang tindih karena molding. tidak terdapat
kelainan yang disebabkan trauma lahir, seperti kaput

83

suksadenum, hematoma sefal, perdarahan subaponeurotik atau


fraktur tulang tengkorak (Matondang, 2007;h. 151).
2) Mata
Pada umumnya kelopak mata terlihat bengkak karena
tekanan jalan lahir, mata berair dikarenakan saluran hidung
belum sempurna sehingga mengakibatkan aliran air mata yang
diproduksi menjadi tidak lancar. Mata bayi berkedip jika
terkena cahaya yang terang. (Marmi, 2012 ; h.67).
3) Hidung
Neonatus bernapas melalui hidung. (Matondang, 2007;h. 153).
4) Mulut
Bentuk simetris, mukosa mulut basah, lidah bersih, tidak
ada bercak putih pada gusi, reflek menghisap baik, tidak ada
labi/palastokisis, tidak sianosis (Muslihatun, 2010;h. 33).
5) Telinga
Bentuk telinga dapat dipertahankan. Perhatikanlah letak
daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada neonatus dengan sydrom tertentu antara lain
syndrom Pierre-Robin (Matondang, 2007;h. 152).
6) Leher
Tidak ada pembengkakan dan benjolan (Muslihatun,
2010;h. 254). Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena
jugularis (Marmi, 2015;h. 57-58).

84

7) Dada
Bentuk dada, puting susu, bunyi jantung dan pernafasan
normal (Muslihatun, 2010;h. 254).
8) Abdomen
Dinding perut neonatus lebih datar daripada dinding dada
(Matondang, 2007;h. 154).

9) Genetalia eksterna
Pada bayi perempuan cukup bulan labia minora tertutup
oleh labia mayora (Matondang, 2007;h. 155). Pada bayi lakilaki: testis berada dalam skrotum, penis berlubang dan berada
di ujung penis (Muslihatun, 2010;h. 254).
10) Punggung
Tidak

ada

spina

bifida

dan

mielomeningokel

(Muslihatun, 2010;h. 254).


11) Ekstrmitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas
disentuh, dan pembengkakan. Gerakan, bentuk, dan jumlah jari
(Muslihatun, 2010;h. 253-254).
12) Anus
Berlubang, fungsi spingter ani baik (Muslihatun, 2010;h. 254).
13) Kulit

85

Perriksa adanya ruam dan bercak tanda lahir, periksa


adanya pembengkakan , perhatikan adanya averniks kaseosa,
perhatikan adanya lanugo (Marmi, 2015;h. 60).
c. Reflek
Menurut Marmi (2015;h.71) Gerakan naluriah untuk melindungi
bayi adalah:

1) Reflek hisap
Bila ada benda menyentuh bibir maka akan disertai reflek
menelan. Reflek ini dapat dilihat pada waktu bayi menyusu.
2) Reflek mencari (rooting)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Reflek genggam (palmar grasp)
Dengan meletakkan jari telunjuk pada palmar, tekanan dengan
gentle, normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat. Jika
telapak tangan bayi ditekan bayi mengepakan tinjunya.
4) Reflek babinski
Gores telapak kaki, dimuai dari tumit, gores sisi lateral telapak
kaki kearah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki.
Bayi akan menunjukkan respon berupa semua jari kaki
hyperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi.
5) Reflek moro

86

Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tibatiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara bertepuk tangan.bayi
akan menunjukkan respon berupa memeluk dengan abduksi dan
ekstensi dari ekstremitas yang cepat dan diikuti dengan aduksi
yang lebih lambat dan kemudian timbul fleksi

6) reflek tonik leher atau fencing


Ekstremitas pada satu sisi dimana kepala ditolehkan akan
ekstensi, dan ekstremitas yang berlawanan akan fleksi bila kepala
bayi ditolehkan ke satu sisi selagi istirahat.
C. Assesment
Menurut Muslihatun (2010;h. 255) Mengidentifikasi diagnosa masalah
atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosis
atau masalah yang sudah didentifikasi.
Bayi.... Umur... jam/hari fisiologis
D. Pelaksanaan
Menurut DEPKES RI (2008;h. 126) asuhan pada bayi baru lahir adalah
1. Jaga kehangatan
Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa
hari pertama (DEPKES RI, 2008;h. 133).

87

2. Memandikan Bayi
Tunggu minimal enam jam setelah lahir untuk memandikan bayi.
Sebelum memandikan bayi, pasrikan suhu tubuh bayi stabil. Sebelum
bayu dimandikan, pastikan ruang mandinya hangat dan tidak ada
tiupan angin. Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan
hangat. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih
dan kering (DEPKES RI,2008;h.129).

3. Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat yang benar pada bayi adalah dengan tidak
membubuhkan apapun pada pusar bayi. Menjaga pusar bayi agar tetap
kering. Punting bayi akan segera lepas pada minggu pertama.
(Muslihatun, 2010;h.61)
Asuhan Bayi Baru Lahir Usia 6 Hari
A. Data Subjetif
1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Eliminasi
Menurut Muslihatun (2010;h. 254) BBL normal biasanya
kencing lebih dari enam kali per hari. BBL normal biasanya berak
cair enam sampai delapan kali perhari.
Warna feses bayi berubah menjadi kuning pada saat bayi
berumur 4-5 hari (Muslihatun, 2010;h. 43).
a. Pola Hygiene

88

Tali pusat harus selalu kering dan bersih (Muslihatun, 2010;h.


45).
b. Pola Menyusui
Menurut Muslihatun (2010;h. 40) Menganjurkan ibu untuk
menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24
jam) setiap bayi menginginkan.

B. Data Objektif
1. Berat Badan
Akan terjadi penurunan berat badan kurang dari 10% berat badan
lahir pada minggu pertama (DEPKES RI, 2008;h. 143).
2. Abdomen
Menurut Nurhidayati dan Ernawati (2015;h.118) Dari hasil
penelitian tentang pengaruh penggunaan alat pengikat tali pusat bayi
baru lahir terhadap lama pelepasan tali pusat, maka dapat disimpulkan
bahwa lama pelepasan tali pusat pada kelompok perlakuan (klem tali
pusat) yaitu selama 5-12 hari sedangkan pada kelompok kontrol (benag
tali pusat) yaitu selama 5-9 hari. Terdapat pengaruh penggunaan alat
pengikat tali pusat bayi baru lahir.
C. Assesment
Bayi....Umur.... jam/hari, fisiologis.
D. Pelaksanaan

89

1. Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam


(minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan (Muslihatun,
2010;h. 40).
Berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika
payudara penuh) dan tentu saja ini lebih beararti pada menyusui sesuai
kehendak bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), bergantian
antara payudara kanan dan kiri (Marmi, 2015;h.73).

2. Menjaga kebersihan kulit bayi


Kulit bayi masih sangat sensitif terhadap kemungkinan
terjadinya infeksi. Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, harus
dipastikan semua pakaian, handuk, selimut, dan kain yang digunakan
untuk bayi selalu bersih dan kering (Muslihatun, 2010;h. 44).
3. Perawatan tali pusat
Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Sisa tali pusat harus
dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara
longgar (Muslihatun, 2010;h. 45).
Asuhan Bayi Baru Lahir Usia 2 Minggu
A. Data Subjetif
1. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Pola Hygiene
Bayi lebih baik dimandikan setelah minggu pertama yang
bertujuan unutuk mempertahankan verniks kaseosa dalam tubuh
bayi guna stabilsasi suhu tubuh (Muslihatun, 2010;h.61).

90

b. Pola Eliminasi
Pada saat bayi berumur 3-4 minggu, frekuensi BAB berkurang,
menjadi satu kali dalam 2-3 hari (Muslihatun, 2010;h. 44).
c. Pola istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering
tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata tidur selama 16
jam sehari (Marmi, 2015;h. 81).
B. Data Objektif
1. Berat Badan
Berat badan bayi naik paling tidak 160 gram pada mingguminggu berikutnya atau minimal 300 gram pada bulan pertama
(DEPKES RI,2008;h.143).
C. Assesment
Bayi... Umur... fisiologis.
D. Pelaksanaan
1. Memberikan ibu konseling tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.
Tanda bahaya bayi baru lahir yaitu bayi tidak dapat menyusu,
kejang, mengantuk atau tidak sadar, nafas cepat (> 60 per menit),
merintih, retraksi dinding dada bawah, sianosis sentral (DEPKES
RI,2008;144).
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir tersebut, antara lain
pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, retraksi dada saat
inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38 C atau terlalu dingin
atau kurang dari 36 C (Muslihatun, 2010;h. 46-47).

91

2. Memberikan konseling perawatan bayi baru lahir di rumah


Yaitu menjelaskan pada ibu bahwa bayi-bayi memerlukan satu
lapisan kain lagi dari pada anak-anak yang lebih besar atau orang
dewasa, menjaga ruangan atau bagian ruangan tetap hangat, terutama
pada cuaca dingin, mengenakan pakaian atau selimuti bayi sepanjang
hari, pada malam hari biarkan bayi tidur dengan ibu sehingga mudah
dijangkau ibu untuk menyusui, jangan meletakkan bayi pada
permukaan yang dingin dan basah, jangan membedong atau
membungkus bayi terlalu ketat, jangan meninggalkan bayi terpapar
matahari secara langsung (DEPKES RI,2008;h.143).
3. Memberikan ibu konseling tentang pemberian ASI.
Menurut Marmi (2015;h.73) Menyusui bayi setiap 2-3 jam
bergantian dari payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu
sesuai dengan permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam
24 jam. Pada usia 0-6 bulan kebutuhan gizi bayi baik kulitas maupun
kuantitasnya terpenuhi hanya dari ASI tanpa harus diberikan makanan
ataupun minuman lainnya.
4. Memberikan konseling tentang keamanan Bayi
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal-hal lain yang
tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri
tanpa ada yang menunggu. Tidak membiakan bayi sendiri dalam air
atau tempat tidur, kursi, atau meja. Tidak memberikan apapun lewat
mulut selain ASI karena bayi bisa tersedak. Hati-hati menggunakan

92

bantal di belakang kepala dan di tempat tidurnya karena dapat


menutupi muka. Penggunaan perlak kasur hendaknya menutup seluruh
permukaan kasur untuk mencegah kepala bayi masuk (Muslihatun,
2010;h. 45).

Anda mungkin juga menyukai