PENDAHULUAN
Dalam kehidupan manusia bahwa tanah tidak akan terlepas dari segala tindak tanduk
manusia itu sendiri sebab tanah merupakan tempat bagi manusia untuk menjalani dan
kelanjutan kehidupannya. Oleh itu tanah sangat dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat,
sehingga sering terjadi sengketa diantara sesamanya, terutama yang menyangkut tanah.Untuk
itulah diperlukan kaedah kaedah yang mengatur hubungan antara manusia dengan tanah.
Keseluruhan kaedah hukum yang timbuh dan berkembang didalam pergaulan hidup
antar sesama manusia adalah sangat berhubungan erat tentang pemamfaatan antar sesama
manusia adalah sangat berhubungan erat tentang pemamfaatan sekaligus menghindarkan
perselisihan dan pemamfaatan tanah sebaikbaiknya.Hal inilah yang diatur di dalam hukum
tanah adat. Dari ketentuanketentuan hukum tanah ini akan timbul hak dan kewajiban yang
berkaitan erat dengan hakhak yang ada diatas tanah
Pada kesempatan kali ini, penyaji makalh akan mencoba membahas mengenai
konsepsi dari hukum tanah nasional serta prinsip-prinsip dari hukum tanah nasional itu
sendiri.
BAB II
KONSEPSI DAN PRINSIP
HUKUM TANAH NASIONAL
Suasana religius Hukum Tanah Nasional tampak juga dari apa yang dinyatakan dalam
Konsederans/Berpendapat dan pasal5, sebagai pesan atau peringatan kepada pembuat
Undang-Undang, agar dalam membangun Hukum Tanah Nasional jangan mengabaikan,
melalaikan, harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum agama.1
B. PRINSIP-PRINSIP HUKUM TANAH NASIONAL
1. Asas Nasionalitas
Pasal 1 UUPA
(1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia yang
bersatu sebagai Bangsa Indonesia.
(2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air,
dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan nasional.
(3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termasuk dalam ayat
(2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
Jadi, bumi, air dan ruang angkasa dalam wilayah Republik Indonesia menjadi hak dari
Bangsa Indonesia, jadi tidak semata-mata menjadi hak dari para pemiliknya saja.Demikian
pula, tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau tidaklah semata-mata menjadi hak rakyat asli
dari daerah atau pulau yang bersangkutan saja. Dalam pasal 3 ayat 3 ini berarti bahwa selama
rakyat Indonesia yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia masih ada dan selama bumi, air dan
ruang angkasa Indonesia itu masih ada pula, maka dalam keadaan yang bagaimanapun tidak
ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan tersebut.
2. Asas Hak Menguasai Negara
Pasal 2 UUPA
(1) Atas dasara ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 UUD dan hal-hal sebagai yang dimaksud
dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasikekuasaan
seluruh rakyat.
Perkataan dikuasai bukan berarti dimiliki akan tetapi pengertian yang memberi
wewenang kepada Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat untuk pada tingkatan
tertinggi.
(2) Hak menguasai dari Negara termasud dalam ayat 1 pasal ini memberi wewenang untuk:
a.
b.
c.
Hak ulayat merupakan seperangkat wewenang dan kewajiban suatu masyarakat hukum
adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan wilayahnya. Hak
ulayat atas tanah masyarakat hukum adat sangat luas yang meliputi semua tanah yang ada di
wilayah masyarakat hukum adat.2
a.
Pasal 6 UUPA
Semua ha katas tanah mempunyai fungsi sosial.
Tidaklah dapat dibenarkan, bahwa tanahnya itu akan dipergunakan (atau tidak
dipergunakan) semata-mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan
kerugian bagi masyarakat.
Penggunaan tanah harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat daripada haknya,
hingga bermanfaat baik bagi kesejahteraan dan kebahagiaan yang mempunyainya maupun
bermanfaat bagi masyarakat dan Negara.Tetapi dalam pada itu ketentuan tersebut tidak
berarti, bahwa kepentingan perseorangan akan terdesak sama sekali oleh kepentingan umum
(masyarakat). Undang-Undang Pokok Agraria memperhatikan pula kepentingan-kepentingan
perseorangan.
5. Asas Perlindungan
Pasal 9 (1) jo. pasal 21 ayat 1 UUPA:
Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan bumi,
air dan ruang angkasa, dalam batas-batas ketentuan pasal 1 dan 2.
Yaitu bahwa orang perseorangan atau badan hukum dapat mempunyai hak atas tanah
untuk keperluan pribadi maupun usahanya.
Pasal11 (2) UUPA:
Perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan hukum golongan rakyat dimana perlu
dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional diperhatikan, dengan menjamin
perlindungan terhadap kepentingan golongan yang ekonomi lemah.
a.
b. pemindahan hak milik kepada orang asing dilarang (pasal 26 ayat 2).
c.
Orang-orang asing dapat mempunyai tanah dengan hak pakai yang luasnya terbatas.
d. Demikian juga pada dasarnya badan-badan hukum tidak dapat mempunyai hak milik (pasal
21 ayat 2).
e.
Dasar pertimbangan melarang badan-badan hukum mempunyai hak milik atas tanah, ialah
karena badan-badan hukum tidak perlu mempunyai hak milik tetapi cukup hak-hak lainnya.
f.
Boleh hak lain, asal saja ada jaminan-jaminan yang cukup bagi keperluan-keperluannya yang
khusus (hak guna-usaha, hak guna-bangunan, hak pakai menurut pasal 28, 35 dan 41).
g. Dengan demikian maka dapat dicegah usaha-usaha yang bermaksud menghindari ketentuanketentuan mengenai batas maksimum luas tanah yang dipunyai dengan hak milik (pasal 17).
h. Meskipun pada dasarnya badan-badan hukum tidak dapat mem- punyai hak milik atas tanah,
tetapi mengingat akan keperluan ma- syarakat yang sangat erat hubungannya dengan faham
keagamaan, sosial dan hubungan perekonomian, maka diadakanlah suatu "escape-clause"
yang memungkinkan badan-badan hukum tertentu mempunyai hak milik.
i.
Dengan adanya "escape-clause" ini maka cukuplah nanti bila ada keperluan akan hak milik
bagi sesuatu atau macam badan hukum diberikan dispensasi oleh Pemerintah, dengan jalan
menunjuk badan hukum tersebut sebagai badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak
milik atas tanah (pasal 21 ayat 2).
j.
Badan-badan hukum yang bergerak dalam lapangan sosial dan keagamaan ditunjuk dalam
pasal 49 sebagai badan-badan yang dapat mempunyai hak milik atas tanah, tetapi sepanjang
tanahnya diperlukan untuk usahanya dalam bidang sosial dan keagamaan itu. Dalam hal-hal
yang tidak langsung berhubungan dengan bidang itu mereka dianggap sebagai badan hukum
biasa.
Segala usaha bersama dalam lapangan agrarian harus didasarkan atas kepentingan
nasional dan pemerintah berkewajiban mencegah adanya organisasi dan usaha-usaha
perseorangan dalam lapangan agrarian yang bersifat monopoli swasta.Dan tidak hanya
monopoli swasta, tetapi juga usaha-usaha pemerintah yang bersifat monopoli harus dicegah
jangan sampai merugikan rakyat banyak.
Rencana yang meliputi seluruh wilayah Indonesia, kemudian diperinci menjadi rencanarencana khusus.
b. Rencana khusus (Regional Planning)
Perencanaan atas bagian per bagian wilayah di Indonesia atau dapat dikatakan rencana per
daerahnya.
Asas ini merupakan hal yang baru dengan tujuan setiap jengkal tanah dipergunakan se
efisien mungkin dengan memperhatikan asas Lestari, Optimal, Serasi, dan Seimbang (LOSS)
untuk penggunaan tanh di pedesaan, sedangkan asas Aman, Tertib, Lancar dan Sehat
(ATLAS) untuk penggunaan tanah di perkotaan.
BAB III
KESIMPULAN
KEPUSTAKAAN