ELECTRICAL BURN
Disusun oleh:
Syahreza M. Harahap
Khairul Ihsan Siregar
Melvitha Y.C. Siahaan
Nelly Rahayu
Indah Juliana Harahap
Amanda Sulistiani
Christella Caroline
Fina Fadilla
Suci Intan Fatrisia
090100351
090100165
090100025
090100145
090100237
090100032
090100127
090100185
090100065
Pembimbing:
dr. Eddy Sutrisno, Sp. BP-RE(K)
DEPARTEMEN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Electrical burn. Penulisan makalah ini adalah salah
satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan
Profesi Dokter di Departemen Ilmu Bedah Umum, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dokter
pembimbing, dr. Eddy Sutrisno, Sp.BP-RE(K) yang telah meluangkan waktunya
dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah presentasi ini
sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan...........................................................................................
2.1.2. Etiologi.............................................................................................
2.1.4. Patofisiologi......................................................................................
2.1.7. Diagnosa........................................................................................... 10
2.1.8. Penatalaksanaan................................................................................ 11
2.1.9. Komplikasi....................................................................................... 15
2.1.10. Prognosis........................................................................................ 16
2.2 Electrical burn................................................................................................ 16
2.2.1. Definisi ............................................................................................ 16
2.2.2. Etiologi............................................................................................. 14
2.2.3. Patofisiologi ..................................................................................... 17
2.2.4. Manifestasi klinis.............................................................................. 18
2.2.5. Penatalaksanaan................................................................................ 19
2.3 Compartement syndrome............................................................................... 20
BAB 3 Laporan Kasus....................................................................................... 21
BAB 4 Kesimpulan............................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah pelindung atau barrier pada permukaan luar tubuh manusia
yang terpapar langsung dengan lingkungan luar tubuh. Apabila kulit mengalami
luka, maka jaringan internal yang dilindungi kulit dapat rusak akibat trauma,
radiasi ultraviolet, temperatur, toksin, maupun bakteri. Penyebab terjadinya luka
pada kulit bermacam-macam, salah satu penyebab yang sering ditemukan adalah
luka bakar.1,2
Luka bakar adalah kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh api, atau
oleh penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi. Di
Amerika Serikat, lebih dari 2 juta orang mengalami luka bakar, dimana kira-kira
1,4 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunnya dan diperkirakan sekitar
54.000-180.000 pasien luka bakar memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penderita yang paling sering ditemukan adalah pada usia 20-29 tahun. Luka bakar
juga merupakan masalah besar di negara berkembang, seperti di India dimana
setiap tahunnya ditemukan lebih dari 2 juta kasus luka bakar. Di Indonesia sampai
saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar secara
keseluruhan. Data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM Januari 1998Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah tangga, 20%
karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Berdasarkan
data di RSUP DR Sardjito Yogyakarta, kasus luka bakar yang dirawat inap
mengalami peningkatan, dimana terdapat 76 kasus pada tahun 2005, dan
kemudian menjadi 82 kasus pada tahun 2006.2,3,4,5
Selain angka morbiditas yang tinggi, luka bakar juga memiliki angka
mortalitas yang tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien luka bakar yang
dirawat inap meninggal. Berdasarkan data American Burn Association (ABA)
tahun 2002, dari 50.000 kasus luka bakar yang dirawat inap,
4.500 pasien
AS. Di Indonesia, angka mortalitas penderita luka bakar juga cukup tinggi, yaitu
38,59% (2001) di RSCM dan 26,41% (2000) di RS Dr. Soetomo.2,4
Berdasarkan hal tersebut di atas, pengetahuan mengenai luka bakar,
khususnya dalam menentukan derajat keparahan luka bakar dan tatalaksana yang
cepat dan tepat penting untuk diketahui oleh tenaga kesehatan. Prognosis pasien
luka bakar akan lebih baik apabila pasien menerima tatalaksana awal berupa
primary survey yang baik serta diikuti dengan tatalaksana luka lebih lanjut.6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1.
Definisi
Luka bakar adalah kerusakan jaringan kulit tubuh yang disebabkan oleh api
atau oleh penyebab lain seperti oleh air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.
Kerusakan ini dapat menyertakan jaringan bawah kulit. Luka bakar juga dapat
menyebabkan koagulasi nekrosis pada kulit dan terpaparnya jaringan lapisan
dalam, juga mempunyai efek terhadap sistem organ lain.3
2.1.2.
Etiologi
Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga
pajanan suhu yang tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar
karena api atau tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga.7
Bahan kimia, kontak dengan benda bersuhu panas, api, kilatan dari ledakan
materi eksplosif, gesekan dari benda ke kulit, radiasi dari matahari, radioterapi,
laser, radiasi panas dari pemanas ruangan atau perapian, cairan panas semacam air
panas atau minyak, sengatan listrik atau tersambar petir.3
2.1.3.
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, lebih dari 2 juta orang mengalami luka bakar, dimana
kira-kira 1,4 juta orang mengalami luka bakar setiap tahunnya dan diperkirakan
sekitar 54.000-180.000 pasien luka bakar memerlukan perawatan di rumah sakit.
Penderita yang paling sering ditemukan adalah pada usia 20-29 tahun. Luka bakar
juga merupakan masalah besar di negara berkembang, seperti di India dimana
setiap tahunnya ditemukan lebih dari 2 juta kasus luka bakar. Di Indonesia sampai
saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar secara
keseluruhan. Data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar RSCM Januari 1998Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena
kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Berdasarkan data di
RSUP DR Sardjito Yogyakarta, kasus luka bakar yang dirawat inap mengalami
peningkatan, dimana terdapat 76 kasus pada tahun 2005, dan kemudian menjadi
82 kasus pada tahun 2006.2,3,4,5
Selain angka morbiditas yang tinggi, luka bakar juga memiliki angka
mortalitas yang tinggi. Di Amerika Serikat, sekitar 5% pasien luka bakar yang
dirawat inap meninggal. Berdasarkan data American Burn Association (ABA)
tahun 2002, dari 50.000 kasus luka bakar yang dirawat inap,
4.500 pasien
2.1.5.
Penilaian Luka Bakar
1. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu
tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga
memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat
dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah
terbakar juga mudah lumer oleh suhu yang tinggi, lalu menjadi lengket sehingga
memperberat kedalaman luka bakar.7
Pembagian luka bakar menurut kedalaman luka bakar digolongkan sebagai
derajat pertama superfisial, derajat kedua ketebalan parsial superfisial, derajat
kedua ketebalan parsial dalam dan derajat ketiga ketebalan penuh.8
Luka bakar derajat pertama superfisial terbatas pada epidermis yang
ditandai dengan adanya nyeri dan eritema tanpa lepuh. Kulit sembuh
spontan dalam 3-4 hari dan tidak meninggalkan jaringan parut, biasanya
tidak menimbulkan komplikasi, misalnya tersengat matahari.8
Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam meluas ke epidermis dan
ke dalam lapisan dermis. Luka ini sangat nyeri dan menimbulkan lepuh
dalam beberapa menit. Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut, walaupun orang-orang tertentu terutama
orang Amerika keturunan Afrika, dapat mengalami jaringan parut akibat
luka ini. Penyebuhan memerlukan waktu sebulan. Komplikasi jarang
terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi sekunder pada luka ini.8
Luka bakar derajat ketiga ketebalan parsial dalam meluas ke seluruh
dermis. Folikel rambut mungkin utuh dan akan tumbuh kembali. Luka
bakar jenis ini hanya sensitif parsial terhadap nyeri karena luasnya
destruksi saraf-saraf sensorik. Namun daerah di sekitarnya biasanya
mengalami luka bakar derajat kedua superfisial yang nyeri. Pada luka
bakar jenis ini, penyembuhannya memerlukan waktu beberapa minggu dan
pembersihan (debridement) secara bedah untuk membuang jaringan mati.
Biasanya diperlukan tandur kulit. Pada luka bakar ini selalu terjadi
pembentukan jaringan parut.8
terkelupas.
Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superfisial ditandai oleh
terjadinya lepuh (dalam beberapa menit) dan nyeri hebat.
Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam ditandai oleh lepuh
atau jaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang
2.1.7.
Diagnosa
1. Anamnesis
Anamnesa riwayat trauma sangat penting dalam penanganan luka bakar.
Seaktu menyelamatkan diri dari tempat kebakaran, akan mungkin terjadi cedera
penyerta. Ledakan dapat melemparkan penderita, yang mengakibatkan
misalnya cedera otak, jantung, paru-paru, trauma abdomen dan fraktur. Catat
waktu terjadinya trauma. Luka bakar yang terjadi di ruangan tertutup harus
dicurigai terjadinya trauma inhalasi.11
Anamnesa dari penderita sendiri atau keluarga, hendaknya juga mencakup
riwayat singkat penyakit yang diderita sekarang, misalnya diabetes, hipertensi,
jatung, paru-paru dan atau ginjal serta obat-obatan yang sedang dipakai untuk
terapi. Pentiing juga diketahui riwayat alergi atau status imunisasi tetanus.10
2. Pemeriksaan Fisik
Untuk dapat merencanakan dan menangani penderita dengan baik, lakukan
hal berikut ini, yaitu tentukan luas dan dalamnya luka bakar, periksa apakah
ada cedera ikutan, dan timbang berat badan penderita.10
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
Ambil contoh darah untuk pemeriksaan darah lengkap, golongan darah dan
crossmatch, kadar kaboksihemoglobin, gula darah, elektrolit dan tes kehamilan
pada wanita usia subur. Darah arteri juga diambil untuk analisa gas darah.10
b. Radiologi
10
Pemeriksaan foto thoraks bisa dilakukan secara seri beberapa kali bila diperlukan
dan bila dicurigai adanya cedera ikutan.10
2.1.8.
Penatalaksanaan
Pertolongan pertama dalam luka bakar bertujuan untuk menghentikan proses
bakar, mendinginkan luka bakar dan menutupi luka bakar. Menghentikan proses
bakar dengan cara menjauhkan/ mematikan sumber panas atau memutuskan
sambungan istrik pada luka bakar listrik atau dengan cara menyiramkan air pada
luka bakar untuk mendinginkan luka bakar. Mendinginkan luka bakar dengan
irigadi air dingin dengan suhu 150C selama 20 menit yang bermanfaat untuk
mendinginkan luka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi edema serta
bermakna pada reepitalisasi jaringan. Pemberian analgetik berguna untuk
mengurangi nyeri.3
Tindakan penyelamatan segera pada luka bakar dapat dilakukan dengan:
a. Airway
Adanya riwayat terkurung api atau terdapat tanda-tanda trauma jalan nafas,
memerlukan tindakan pemeriksaan jalan nafas dan tindakan pemasangan jalan
nafas definitif. Trauma bakar faring menyebabkan edema hebat jalan nafas
bagian atas, karenanya memerlukan pembebasan jalan nafas segera.
Manifestasi klinis trauma inhalasi perlahan-lahan dan mungkin nampak dalam
24 jam pertama.10 Indikasi klinis adanya trauma inhalasi antara lain:
- Luka bakar mengenai wajah dan atau leher
- Alis mata dan bulu hidung hangus
- Adanya timbunan karbon dan tanda peradangan akut orofaring
- Sputum yang mengandung karbon atau arang
- Suara serak
- Riwayat gangguan mengunyah dan atau terkurung dalam api
- Luka bakar kepala dan badan akibat ledakan
- Kadar kaboksihemoglobin >10% setelah berada ditempat kebakaran10
Bila ditemukan salah satu dari keadaan diatas, sangat mungkin terjadi
trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan terapi definitif termasuk
pembebasan jalan nafas. Sebelum dirujuk harus dilakukan dahulu intubasi
untuk menjamin jalan nafas. Selain itu stridor juga merupakan indikasi
untuk segera melakukan intubasi. Luka bakar yang melingkari leher
11
bagian atas
Inhalasi hasil pembakaran dan asap beracun menyebabkan trakeobronkitis
ventilasi
mekanis.
Apabila
keadaan
hemodinamik
penderita
12
analgetik
dapat
mengaburkan
tanda-tanda
terjadinya
13
14
Komplikasi
Infeksi
Sepsis
Gangguan elektrolit
Kongesti paru
Kecacatan8
2.1.10.
Prognosis
Penanganan dan prognosis ditentukan oleh derajat luka bakar, luas luka
bakar, daerah luka bakar, usia, dan keadaan kesehatan.7
15
Etiologi
16
Patofisiologi
Secara umum, listrik adalah aliran elektron yang melewati potensial gradien dari
konsentrasi tinggi ke rendah melalui material konduktif. Voltase (V)
menggambarkan magnitud dari perbedaan potensial dan biasanya menggambarkan
bentuk sumber listriknya. Arus merupakan aliran dari listrik. Ada tiga mekanisme
utama dari luka bakar listrik, yaitu:
1
2
Faktor yang mempengaruhi luka bakar aadalah besar energi, resistensi arus,
jalur arus, dan durasi kontak. Arus listriks sangat berhubungan dengan voltase dan
resistensi, sesuai dengan hukum Ohm (I=V/R; dimana I=arus, V= voltase, R=
resistensi).11
Hampir seluruh resistensi tubuh teretak di kulit. Semakin tebal kulit, maka
akan semakin tinggi resistensinya sehingga kerusakan jaringan tubuh akan
semakin sedikit. Sebaliknya, jika kulit rusak atau basah makan akan menurunkan
resitensinya, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada organ interna.11
17
Tabel 2.2. Urutan Jaringan Tubuh dengan Resistensi Rendah hingga Resistensi Tinggi11
Resistensi rendah
Saraf
Darah
Membran mukosa
Resistensi sedang
Otot
Kulit
Resistensi tinggi
Tendon
Tulang
2.2.4
Manifestasi klinis
Jantung
Saraf
Otak
Tulang
Ginjal
Telinga
Mata
arrest
Kelumpuhan, kebas,urine incontinence, nyeri kronik
Kejang, iskemik, penurunan kesadaran
Dislokasi sendi, fraktur
Myoglobinuria, gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut
Perforasi gendang telinga
Katarak
18
Penatalaksanaan
Resusitasi perlu dilakukan bagi pasien dengan electrical burn. Selain itu,
segera operasi harus dilakukan pada 2 kondisi yang unik. Nekrosis jaringan yang
dalam akan menyebabkan asidosis atau myoglobinuria. Keadaan ini tidak dapat
diatasi dengan resusitasi standard. Oleh sebab itu, debridement atau amputasi
perlu dilakukan.16
Selain itu, rusaknya jaringan yang dalam akan menyebabkan edema,
peningkatan risiko untuk terjadinya compartement syndrome, dan berpotensial
menyebabkan kehilangan jaringan yang lebih lanjut. Eschariotomy dan
fasciotomy harus dilakukan bila tekanan di dalam kompartemen di atas 30 mmHg
atau bila secara klinis terjadi compartement syndrome. Adanya defisit nervus
ulnar dan median yang progresif merupakan indikasi untuk dilakukan immediate
median and ulnar nerve release.16
2.3
Compartement syndrome
Compartement syndrome dapat terjadi di ekstremitas. Patofisiologinya
19
20
BAB III
LAPORAN KASUS
1.1.
1.2.
Identitas Pasien
Nama Pasien
: Junihar Lubis
Umur
: 27 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Petani
Alamat
Status
: Belum kawin
Tanggal Masuk
: 11 November 2014
Anamnesis
Keluhan utama
Telaah
RSHAM. Awalnya pasien ingin memperbaiki posisi antena, pasien pada saat itu
membawa payung di tangan kiri dan secara tidak sengaja menyenggol kabel listrik
yang terdapat di atas rumah pasien. Sehingga pasien tersengat arus listrik.
Kemudian pasien merasa hoyong dan terjatuh di atap rumah. Pasien dibawa ke
rumah sakit daerah Siantar untuk mendapatkan pertolongan pertama dan
mendapat perawatan ICU, kemudian pasien dirujuk ke RSUP HAM untuk
mendapatkan tindakan lanjutan.
dan
muntah tidak dijumpai, riwayat jantung berdebar setelah tersambar petir tidak
dijumpai, riwayat penyakit jantung tidak dijumpai, BAB (+), BAK (+). Pasien
mendapatkan pencucian luka pada tanggal 12 November 2014
1.3.
RPT
RPO
: Tidak jelas
Status Presens
Sensorium
: Compos Mentis
Keadaan Umum
: Kurang
21
1.4.
Nadi
: 91 x/i
Pernafasan
: 20 x/i
Suhu
: 36.8C
Keadaan Gizi
: Sedang
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Mata
: luka bakar derajat III 1%, bula (-), dasar putih, pus
: simetris
Palpasi
: soepel
Perkusi
: timpani ,
Auskultasi
: peristaltik (+)N
Genitalia
:
: luka bakar derajat III 1% regio antebrachii, bula (-), dasar
putih, pus (-), perdarahan (-), tepi reguler
22
Luka bakar derajat III 4,5 %, regio manus, bula (-), dasar
putih , pus (-), perdarahan (-), tepi irreguler.
Pulse (-), pucat(+), parasthesia (-), paralysis (-), pain (+)
Kanan
Inferior
Kiri
: luka bakar derajat III 4%, regio pedis, bula (-), dasar
putih, pus (+), perdarahab (-), tepi irreguler
Kanan
: luka bakar derajat III 9%, regio femur, cruris, pedis, bula
9-), dasar putih, pus (+), perdarahan (-), tepi irreguler
Status Lokalisata
Kepala dan leher
Trunkus anterior
Trunkus posterior
Ekstremitas atas kanan
Ekstremitas atas kiri
Ekstremitas bawah kanan
Ekstremitas bawah kiri
Genitalia
Total
1.5.
: 5,5%
: 1%
: 0%
: 0%
: 5,5%
: 9%
: 4%
: 0%
+
: 25%
: 17,50 g%
Eritrosit
: 5,53 x 106/mm3
Hematokrit
: 49,00 %
Leukosit
: 24,92 x 103/mm3
Trombosit
: 238x 103/mm3
Kesan:
Fungsi Ginjal
Ureum
: 30,70 mg/dl
Kreatinin
: 0,83 mg/dL
23
Kesan:
Elektrolit
Na/K/Cl
: 135/4,7/105 mEq/L
KGD ad random
: 149.6 mg/dl
Albumin
: 2,9 g/dl
Hemostasis
PT (kontrol/pasien)
: 28,1/14,6 detik
INR
: 1,99
APTT
: 30,9/36,5 detik
TT
: 11,9/17,5 detik
1.6.
Pemeriksaan Radiologi
a. Thorax Erect
1.7.
Diagnosis
Electrical burn grade II 25% on the head, neck, axillary, (L) antebrachii, (L)
manus, (L) pedis, (R) femoralis, cruris dan pedis + compartement syndrome on
the (L) antebrachii
1.8.
Penatalaksanaan
- Bed rest
- Pasien dipuasakan
- IVFD RL20 gtt/menit
- Inj.Ceftriaxone 1 gr/12jam
- Inj.Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 30mg /8jam
-ATS 3.000 IU
- NGT (25 kkal x 65 kg) + (40 kkal x 25%) = 2625 kkal
3.9.
Rencana
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal
Hasil lab
-
BAB IV
KESIMPULAN
Laki-laki, 27 tahun datang ke IGD RSUP HAM bersama orang tuanya. Dari
alloanamnesa didapatkan keluhan utamanya adalah luka bakar listrik, yang telah
dialami os sejak 24 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya os sedang
membetulkan posisi antenna saat gerimis sehingga os naik k atap dengan
memegang paying. Pada saat itu, payung yang os pegang mengenai kabel listrik.
Os kemudian dibawa ke RSUD namun setelah 1 hari di ICU, keluarga os meminta
os untuk dirujuk ke RSUPHAM.
Pada pemeriksaan fisik, dijumpai luka bakar di kepala, leher, ekstremitas
atas, serta ekstremitas atas. Total luas luka bakar sebesar 25%. Luka bakar terlihat
kering dengan dasar berwarna putih, nyeri tidak dijumpai pada luka. Pasien
didiagnosa dengan electrica burn grade III 25%, dimana pada luka bakar grade
III, luka bakar mencapai lapisan di bawah dermis bahkan dapat sampai ke organ
dalam.
Pada pasien ini dilakukan fasiotomy. Pasien ini dirawat di RR lantai 1 RSUP
HAM selama 1 hari lalu dipindahkan ke RB3. Pada pasien tidak dilakukan
resusitasi cairan yang agresif karena pasien telah melewati 24 jam pertama dan
produksi urin pasien baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amirlak,
B.
et
al.
2013.
Skin
Anatomy.
Dikutip
dari:
al.
2013.
Thermal
Burns.
Dikutip
dari:
pada
Tikus
Putih
(Rattus
norvegicus).
Dikutip
dari:
http://etd.ugm.ac.id/index.php?
mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id
=68047&obyek_id=4 [Diakses tanggal 7 Oktober 2014]
5. Tribunnews. 2012. Kematian Akibat Luka Bakar Capai 40%. Dikutip dari:
http://www.tribunnews.com/kesehatan/2012/02/08/kematian-akibat-lukabakar-capai-40- [Diakses tanggal 7 Oktober 2014]
6. Sheridan, R.L. 2013. Initial Evaluation and Management of the Burn Patient.
Dikutip
dari:
http://emedicine.medscape.com/article/435402-overview
of
Injury.
Available
http://www.degruyter.com/view/j/mjms.2008.1.issue-2/MJMS.1857-
from:
Accessed
November, 14.
16. Holmes JH, Heimbach DM. Burns. In Brunicardi FC, editor. Schwartz's Manual
of Surgery. 8th ed.: McGraw Hill; 2006.
17.