Anda di halaman 1dari 30

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1

1.2

Identitas
Nama

: Tn. M

No MR

: 02.19.40

Umur

: 61 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

Pekerjaan

: Petani

Alamat

: Bandar Lampung

Status Perkawinan

: Menikah

Masuk RS tanggal

: 09 Februari 2016

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 11
Februari 2016.
Keluhan Utama:
Nyeri pinggang menjalar sampai ujung kaki sejak 1 bulan lalu.

Keluhan Tambahan :
Pusing berputar, dan susah buang air kecil, kencing bercampur pasir.

Riwayat Penyakit sekarang:


Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 bulan lalu, nyeri dirasakan
seperti tertimpa benda berat yang menjalar sampai ujung kaki saat
beraktivitas dan saat duduk 5 menit. Nyeri hilang timbul dan ketika nyeri
pinggang kambuh nyeri tidak menghilang walaupun sudah diistirahatkan,
nyeri semakin memberat sejak satu minggu lalu SMRS, demam (-), mual
(-), muntah (-), pusing seperti berputar (+), susah buang air kecil (+),
kencing bercampur pasir (+), kencing bercampur darah (-), buang air kecil
terputus/tidak tuntas (-), BAB (normal).

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami nyeri pinggang + 2 tahun lalu.
Riwayat trauma pada perut bawah disangkal.
Riwayat trauma pada pinggang disangkal.
Riwayat batu saluran kencing disangkal.
Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat penyakit paru disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat asam urat disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dengan riwayat penyakit yang sama (-).

Riwayat Alergi Obat


Os mengaku tidak ada alergi obat.
Riwayat Sosial, Ekonomi, Lingkungan
Pasien memiliki kebiasaan jarang minum air putih. Mengaku sering minum
kopi dan teh, pasien juga sering merokok sewaktu muda. Pasien sering
menahan air kencing saat bekerja.
Pasien bekerja sebagai petani, tinggal bersama istri dan anaknya. Biaya
perawatan pasien dibantu oleh JAMKESKOT.
Kesan ekonomi : kurang.

1.3

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Gizi

: Cukup

Tanda Vital
Pernafasan

: 22x/menit

Nadi

: 87x/menit

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Suhu

: 36,6 C

Kulit
- Warna

: Warna kulit sawo matang, tidak pucat, tidak

ikterik, tidak sianosis


- Lesi

: Tidak terdapat floresesi yang bermakna

- Rambut

: Tumbuh rambut pada seluruh permukaan kulit,

berwarna hitam bercampur uban, tidak mudah dicabut


- Turgor
Kepala

: Baik
: Normocefali

Mata
- Pupil

: Isokor, refleks cahaya +/+

- Kunjungtiva

: Anemis (-/-)

- Sklera

: Ikterik (-/-)

Hidung

: Dalam Batas Normal

Mulut
- Bibir

: Pucat (-), ikterik (-), kering (-)

- Oral Hygiene

: Cukup baik

- Faring

: Tidak hiperemis

- Lidah

: Normoglossi, tidak kotor

Telinga

: Normotia

- Liang telinga

: Sekret -/-, serum +/-, darah -/-

- Nyeri tekan os mastoid

: -/-

- Nyeri tekan tragus

: -/-

- Nyeri Tarik

: -/-

Leher
- Trakea

: Kesan di tengah

- KGB

: Tidak ada pembesaran KGB

- Tiroid

: Tidak ada pembesaran Tiroid

Thoraks
Inspeksi dinding dada :
- Bentuk dada normal
- Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak tampak masa, tidak
terdapat efloresensi yang bermakna
- Sternum bentuk normal mendatar
- Tulang iga normal, sela iga tidak melebar, retraksi sela iga (-)
Paru
- Inspeksi

: Gerak nafas dada kanan dan kiri simetris

- Palpasi

: Pergerakan nafas kedua hemithoraks simetris,

vokal premitus kiri dan kanan teraba sama kuat.


- Perkusi

: Perkusi pada dinding dada kiri dan kanan

didapatkan suara sonor


- Auskultasi

: Suara nafas vesikular terdengar sama pada kedua

sisi hemithoraks, wheezing -/-, ronki -/-.

Jantung
- Inspeksi

: Tidak tampak pulsasi iktus cordis pada dinding dada

- Palpasi

: Pulsasi ictus cordis teraba teratur di ICS 5, 1 cm medial


linea midclavikula sinistra

- Perkusi

:
Batas kanan

: Redup pada ICS 3-5


Linea parasternalis dextra

Batas Atas

: Terdengar redup ICSS 3


Linea parasternal sinistra

Batas Kiri

: Terdengar redup di ICS 5,


1 cm medial linea midklavikula sinistra

- Auskultasi : BJ I & II reguler, murmur (-), Galop (-), bunyi jantung


tambahan (-)

Abdomen
- Inspeksi

: Warna kulit sawo matang, bentuk normal , tidak

ada efloresensi yang bermakna


- Auskultasi

: BU (+) 3x/menit, Normal

- Perkusi

: Timpani diseluruh abdomen, shifting dullness (-)

- Palpasi

: Supel, Rigiditas (-), defens muskular (-), nyeri

tekan (-), Massa (-), Pembesaran hepar (-), turgor kulit baik, nyeri
ketok pinggang (CVA) (-).

Ekstremitas
o Atas
- Kulit

: Kiri dan kanan tidak ada efloresensi bermakna

- Tonus

: Kiri dan kanan tonus otot baik

- Edema

: Tidak ada edem kiri dan kanan

- Deformitas

: Tidak ada deformitas kiri dan kanan

- Nyeri tekan

: Tidak ada nyeri tekan kanan dan kiri.

o Bawah
- Kulit

: Kiri dan kanan tidak ada efloresensi bermakna

- Tonus

: Kiri dan kanan tonus otot baik

- Edema

: Tidak ada edem kiri dan kanan

- Deformitas

: Tidak ada deformitas kiri dan kanan

- Nyeri tekan

: Tidak ada nyeri tekan kanan dan kiri.

1.4 Pemeriksaan Laboratorium


Darah Rutin
Hemoglobin

: 13,4 gr/dl ( normal laki-laki :14-18)

Hematokrit

: 39 vol% (normal laki-laki :40-54)

Leukosit

: 4.100/mm3 ( normal :4500-10.700 ul)

Trombosit

: 190.000/mm3 (159-400 ul)

Eritrosit

: 5,4 ul (normal laki-laki 4,6-6,2 ul)

Hitung jenis
Basofil

: 0 (normal 1-3)

Eosinofil

: 0 ( normal 0-1)

Batang

: 1 (normal 2-6)

Segmen

: 50 (normal 50-70)

Limposit

: 39 (normal 20-40)

Monosit

: 10 (2-8)

MCV

: 77 fl (80-96 fl)

MCH

: 24 pg (27-31 pg)

MCHC

: 33 g/dl (32-36 g/dl)

Kimia Klinik
Ureum

: 20 mg/dl (normal 10-40)

Creatinin

: 1,2 mg/dl (normal laki-laki : 0,9-1,5)

Analisis Urin
Warna urin

: kuning jernih

Berat jenis

: 1,015 (1,005-1,030)

pH

: 6 (6-8)

Sel leukosit

: 4-6/LPB

Eritrosit

: 3-5/LPB

1.5 Pemeriksaan Penunjang


USG Lower Abdomen

Foto Polos Abdomen


BNO/IVP
CT-scan Abdomen
Keterangan
-

Ginjal kanan : Besar dan bentuk normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal, batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal, tidak tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, sistem pelvokalises tidak melebar.

Ginjal kiri : Besar dan bentuk normal, kontur normal, parenkim normal,
intensitas gema normal, batas tekstur parenkim dengan central echocomplex normal, tidak tampak bayangan hiperechoic dengan acustic
shadow, sistem pelvokalises tidak melebar.

Vesika urinaria : Besar dan bentuk normal, dinding tidak menebal, reguler,
tampak lesi hiperechoic dengan posterior acustic shadow, soliter, diameter
11,6 mm, tidak tampak gambaran lumpur (sludge)/massa.

Prostat : Tampak membesar, ukuran 47,6 34,8 43,4 mm (Vol: 37,4


ml), tekstur inhomogen kasar, kalsifikasi (+).

KESAN :
-

Vesicolithiasis

Pembesaran prostat dengan kalsifikasi

USG ginjal bilateral saat ini masih dalam batas normal

ANALISA KASUS :
Dari anamnesa :
Pasien mengeluhkan nyeri pinggang sejak 1 bulan lalu, nyeri dirasakan
seperti tertimpa benda berat yang menjalar sampai ujung kaki saat beraktivitas
dan saat duduk 5 menit. Nyeri hilang timbul dan ketika nyeri pinggang

10

kambuh nyeri tidak menghilang walaupun sudah diistirahatkan, nyeri semakin


memberat sejak satu minggu lalu SMRS, demam (-), mual (-), muntah (-),
pusing seperti berputar (+), susah buang air kecil (+), kencing bercampur pasir
(+), kencing bercampur darah (-), buang air kecil terputus/tidak tuntas (-),
BAB (normal).

Dari pemeriksaan Laboraturium didapatkan kelainan pada :


Hb

: 13,4 gr/dl

Hematokrit : 39 vol%
Leukosit

: 4.100/mm3

Dari pemeriksaan USG :


Menunjukkan adanya

vesicolithiasis

dan

pembesaran

prostat

dengan

kalsifikasi.

1.6

Diagnosis Klinis
Vesicolithiasis

Diagnosa Banding
- Cystitis
- Uretrolitiasis
- BPH
- ISK

11

Pemeriksaan tambahan yang dianjurkan

1.7

1.

USG Lower Abdomen

2.

Foto Polos Abdomen

3.

BNO/IVP

4.

CT-scan Abdomen

Penatalaksanaan
Non Farmakologis
Rajin minum air putih minimal 8 gelas sehari
Tidak menahan buang air kecil
Mengurangi minum teh dan kopi
Farmakologis
-

1.8

Iv RL 20 tetes/menit
Urinter 1 tab/oral
Vit.C 1 tab/oral
B.Comp 1 tab/oral

Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

Quo ad sanationam

: Dubia ad bonam

12

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi Sistem Perkemihan

Gambar 1. Sistem Perkemihan


Sistem kemih (urinearia) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses
penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zatzat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak
di pergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).1 Sistem kemih terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan
ureter), dan saluran kemih bawah (satu kandung kemih dan uretra).2
A. Saluran Kemih Atas
a. Ginjal

13

Ginjal adalah organ yang berfungsi sebagai penyaring darah yang


terletak di bagian belakang kavum abdominalis di belakang peritoneum
melekat langsung pada dinding belakang abdomen.1 Setiap ginjal
memiliki ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian
ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam
kandung kemih.3 Fungsi yang lainnya adalah ginjal dapat menyaring
limbah metabolik, menyaring kelebihan natrium dan air dari darah,
membantu mengatur tekanan darah, pengaturan vitamin D dan kalsium.
b. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal
dengan kandung kemih (vesica urinearia), dengan panjang 25-30 cm,
dengan penampang 0,5 cm.1 Saluran ini menyempit di tiga tempat
yaitu di titik asal ureter pada pelvis

ginjal, di titik saat melewati

pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kendung kemih.


Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat
(jaringan fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan
sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam

kandung kemih (vesica

urinearia). Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui


suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang
dapat membuka dan menutup sehingga dapat mengatur kapan air kemih
bisa lewat menuju ke dalam kandung kemih. Air kemih yang secara
teratur tersebut mengalir dari ureter akan di tampung dan terkumpul di
dalam kandung kemih.
B. Saluran Kemih Bawah
a. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong muscular yang bagian dalamnya
dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis
lainnya sebagai tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal
melalui ureter yang merupakan hasil buangan penyaringan darah.Dalam

14

menampung air kemih kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal


yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang adalah 30-450 ml.
Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan
mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih
terletak pada pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka
kandung kemih akan berada pada abdomen di atas pubis.
b. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada
laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke
bagian penis panjangnya 20 cm. Uretra pada lakilaki terdiri dari uretra
prostatika, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Uretra prostatika
merupakan

saluran terlebar dengan panjang 3 cm, dengan bentuk

seperti

kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke

bawah

makin

dangkal

kemudian

bergabung

membranosa. Uretra membranosa merupakan

dengan

uretra

saluran yang paling

pendek dan paling dangkal. Uretra kavernosa merupakan saluran


terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15 cm. Pada wanita,
uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah
atas, panjangnya 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra lakilaki.

2.2

VESIKOLITIASIS
Batu buli-buli disebut juga batu vesica, vesical calculi, vesical stone,
bladder stone. Batu buli-buli atau vesikolitiasis adalah massa yang
berbentuk kristal yang terbentuk atas material mineral dan protein yang
terdapat pada urin. Batu saluran kemih pada dasarnya dapat terbentuk pada

15

setiap bagian tetapi lebih banyak pada saluran penampung terakhir. Pada
orang dewasa batu saluran kencing banyak mengenai sistem bagian atas
(ginjal, pyelum) sedang pada anak-anak sering pada sistem bagian bawah
(buli-buli). Di negara berkembang batu buli-buli terbanyak ditemukan pada
anak laki-laki pre pubertas. Komponen yang terbanyak penyusun batu bulibuli adalah garam calsium. Pada awalnya merupakan bentuk yang sebesar
biji padi tetapi kemudian dapat berkembang menjadi ukuran yang lebih
besar. Kadangkala juga merupakan batu yang mulitipel.1
2.2.1

Anatomi
Buli-buli merupakan organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot
detrusor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam

adalah otot

longitudinal, di tengah merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah
longitudinal mukosa vesika terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti
pada mukosa pelvis renalis, ureter dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli
kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga
yang disebut trigonum buli-buli. Secara anatomis buli-buli terdiri dari tiga
permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan dengan rongga
peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3) permukaan posterior.2

Gambar 2. Sistem urinarius

16

Gambar 3. Anatomi Buli-buli


Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme berkemih. Dalam
menampung urin, buli-buli mempunyai kapasitas yang maksimal, yang
volumenya untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300-450 ml, sedangkan
kapasitas buli-buli pada anak menurut formula dari koff adalah:
Kapasitas buli- buli = (umur(tahun)+ 2 ) x 30
Pada saat kosong, buli-buli terdapat di belakang simpisis pubis dan
pada saat penuh berada pada atas simpisis pubis sehingga dapat dipalpasi
atau di perkusi. Buli-buli yang terasa penuh memberikan rangsangan pada
saraf afferen dan menyebabkan aktivasi miksi di medulla spinalis segmen
sacral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya
leher buli-buli dan relaksasi spingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.

17

2.2.2

Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih,
dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap
(idiopatik).3,4
a. Faktor Intrinsik
Herediter (keturunan) Studi menunjukkan bahwa penyakit batu
diwariskan. Untuk jenis batu umum penyakit, individu dengan riwayat
keluarga penyakit batu memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi
menjadi batu bekas. Ini risiko yang lebih tinggi mungkin karena
kombinasi dari predisposisi genetik dan eksposur lingkungan yang
sama (misalnya, diet). Meskipun beberapa faktor genetik telah jelas
berhubungan dengan bentuk yang jarang dari nefrolisiasis, (misalnya,
cystinuria), informasi masih terbatas pada gen yang berkontribusi
terhadap risiko bentuk umum dari penyakit batu.
Umur Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Untuk pria, insiden mulai meningkat setelah usia 20, puncak antara 40
dan 60 tahun. Untuk wanita, tingkat insiden tampaknya lebih tinggi
pada akhir 20-an pada usia 50, sisa yang relatif konstan selama
beberapa dekade berikutnya.
Jenis Kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan
b. Faktor Ekstrinsik
Geografi Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu
saluran kemih yang lebih tinggi dari pada daerah lain, sehingga
dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah
Bantu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran
kemih.
Iklim dan temperatur

18

Asupan air Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral


kalsium pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu
saluran kemih.
Diet Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah
terjadinya penyakit batu saluran kemih.
Pekerjaan Sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk dan kurang aktifitas atau sedentary life
2.2.3

Patogenesis
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih
terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine
(statis urin), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Banyak teori
yang menerangkan proses pembentukan batu di saluran kemih; tetapi hingga
kini masih belum jelas teori mana yang paling benar.
Beberapa teori pembentukan batu adalah :
1. Teori Nukleasi
Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu jenuh
(supersaturated) akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti batu dapat berupa kristal atau benda asing di
saluran kemih.4
2. Teori Matriks
Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin, dan
mukoprotein) merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal
batu.4

3. Penghambatan Kristalisasi

19

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal,


antara lain: ma0gnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat itu berkurang, akan
memudahkan terbentuknya batu di dalam saluran kemih. Ion magnesium
(Mg2+) dikenal dapat menghambat pembentukan batu karena jika
berikatan dengan oksalat, membentuk garam magnesium oksalat
sehingga jumlah oksalat yang akan berikatan dengan kalsium (Ca2+)
untuk membentuk kalsium oksalat menurun.

Gambar 4. Batu

Buli-

buli
2.2.4

Faktor Risiko Penyebab Batu


Lebih dari 85% batu pada laki-laki dan 70% pada perempuan
mengandung kalsium terutama kasium oksalat. Predisposisi kejadian batu
khususnya batu kalsium oksalat dapat terjadi karena :
Riwayat batu kandung kemih dan saluran kemih

Usia dan jenis kelamin

Kelainan morfologi

Pernah mengalami infeksi saluran kemih

Adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih

20

Profesi sebagai pekerja keras


Penggunaan obat antasid, aspirin dosis tinggi dan vitamin D terlalu
lama.

Hiperkalsiuria
a. Hiperkalsiuria absortif ditandai oleh kenaikan absorbsi kalsium dari
lumen usus
b. Hiperkalsiuria Puasa ditandai adanya kelebihan kalsium, diduga
berasal dari tulang.
c. Hiperkalsiuria Ginjal yang diakibatkan kelainan reabsobsi kalsium di
tubulus ginjal

Hiperikosuria Merupakan suatu peningkatan asam urat yang dapat


memacu pembentuka batu kalsium, minimal sebagian oleh Kristal asam
urat dengan membentuk nidus untuk prespitasi kalsium oksalat atau
prespitasikalsium pospat. Pada kebanyakan pasien dengan diet purin yag
tinggi.

Penurunan jumlah air kemih Keadaan ini apat disebabkan masuknya


cairan sedikit. Selanjutnya akan menimbulkan pembentukan batu dengan
peningkatan reaktan dan pengurangan aliran kemih.

Hiperoksaluria Merupakan kenaikan ekskresi oksalat diatas normal


(45 mg/hari atau 0,5 mmol/hari). Peningkatan ini dapat menyebabkan
perubahan cukup besar dan memacu prepitasi kalsium oksalat dengan
derajat yang lebih besar dibandingkan kenaikan ekskresi kalsium.3-5

2.2.5

Pemeriksaan Klinis
Pasien yang mempunyai batu buli sering asimtomatik, tetapi pada
anamnesis

biasanya

dilaporkan

bahwa

penderita

mengeluh

nyeri

21

suprapubik, disuria, gross hematuri terminal, perasaan ingin kencing, sering


kencing di malam hari, perasaan tidak enak saat kencing, dan kencing tibatiba terhenti kemudian menjadi lancar kembali dengan perubahan posisi
tubuh. Gejala lain yang umumnya terjadi dalam menyertai nyeri yaitu nyeri
menjalar dari ujung penis, scrotum, perineum, punggung dan panggul,
perasaan tidak nyaman tersebut biasa bersifat tumpul atau tajam, disamping
sering menarik-narik penisnya pada anak laki-laki dan menggosok-gosok
vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat saat pasien sedang
beraktivitas, karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu
memasuki leher vesika. Pasien anak dengan batu buli sering disertai dengan
priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada
inspeksi, ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut.
Adapun tanda yang dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan
gross hematuri, pyuria, bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.5
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya
dapat menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada
pemeriksaan dipstick, batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan
yang positif jika mengandung nitrat, leukosit esterase dan darah. Batu
buli sering menyebabkan disuri dan nyeri hebat, oleh sebab itu banyak
pasien sering mengurangi konsumsi air minum sehingga urin akan pekat.
Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin asam. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria (leukosit),
dan adanya kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga
berguna untuk memberikan antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya
infeksi.1
b. Pemeriksaan Imaging
Urografi

22

Pemeriksaan

radiologis

yang

digunakan

harus

dapat

memvisualisasikan saluran kemih yaitu ginjal, ureter dan vesika


urinaria (KUB). Tetapi pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena
hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque. Batu asam urat dan
ammonium urat

merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu

tersebut terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa calsium sehingga


gambaran akhirnya radioopaque. Pelapisan adalah hal yang sering,
biasanya lapisan tersebut berupa sisa metabolik, infeksi dan
disebabkan hematuri sebelumnya.

Gambar 5. BOF
Cystogram/ intravenous pyelografi
Jika pada pemeriksaan secara klinik dan foto KUB tidak dapat
menunjukkan adanya batu, maka langkah selanjutnya adalah dengan
pemeriksaan IVP. Adanya batu akan ditunjukkan dengan adanya
filling defek.5

23

Gambar 6. IVP
Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif
untuk melihat batu yang radiopaque atau radiolucent.

Gambar 7. USG
CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien
yang nyeri perut, massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan
adanya batu buli- buli yang tidak dapat ditunjukkan pada IVP. Batu
akan terlihat sebagian batu yang keruh.
MRI
Pemeriksaan ini akan menunjukkan adanya lubang hitam yang
semestinya tidak ada pada buli yang seharusnya terisi penuh, ini
diassosiasikan sebagai batu.
Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat
endoskopi melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk
kedalam blader.

24

Gambar 8. Sistoskopi
2.2.7

Pengobatan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm,
karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang
berlebihan disertai diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih
banyak diharapkan dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih.
Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik,
yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan berolahraga
secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih,
karena itu diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi
dapat dicegah pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan
pengasaman urin dan pemberian antiurease, seperti Acetohidroxamic
acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan

menurunkan kadar

ammonium urin.

25

Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam


urat pada saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam
yang terbentuk akan dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH
urin menjadi lebih tinggi atau berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian
bikarbonas natrikus disertai dengan makanan alkalis, batu asam urat
diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit K) pada dosis 60
mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi pilihan.
Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicu
terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga
membuat terapi tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan
produksi kadar asam urat air kemih dan darah dengan bantuan alopurinol,
usaha ini cukup memberi hasil yang baik. Dengan dosis awal 300 mg
perhari, baik diberikan setelah makan.3-5
b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara
buta, tetapi dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan
cara lihat langsung. Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan
litotriptor secara mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai
gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik. Makin sering dipakainya
gelombang kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama
sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di
batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan
keluar bersama kemih.5
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat
gelombang kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun
demikian kita harus memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu
kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat
sehingga perlu diadakan tindakan pengeluarannya. Litotriptor hanya

26

mampu memecahkan batu dalam batas ukuran 3 cm kebawah. Batu diatas


ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy tehnik ini dilakukan setelah adanya
batu ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk
membuat nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli
dengan alat sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi
mekanik (pneumatic jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik
dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy tehnik ini selain digunakan
untuk dewasa juga digunakan untuk anak-anak, tehnik percutaneus
menggunakan endoskopi untuk membuat fragmen batu lebih cepat
hancur lalu dievakuasi. Sering tehnik ini digunakan bersama tehnik
yang pertama denagn tujuan stabilisasi batu dan mencegah irigasi
yang ditimbulkan oleh debris pada batu.
3. Suprapubic Cystostomy tehnik ini digunakan untuk memindah batu
dengan ukuran besar, juga di indikasikan untuk membuang prostate,
dan

diverculotomy.

Pengambilkan

prostate

secara

terbuka

diindikasikan jika beratnya kira- kira 80-100gr. Keuntungan tehnik ini


adalah cepat, lebih mudah untuk memindahkan batu dalam jumlah
banyak, memindah batu yang melekat pada mukosa buli dan
kemampuannya untuk memindah batu yang besar dengan sisi kasar.
Tetapi kerugian penggunaan tehnik ini adalah pasien merasa nyeri post
operasi, lebih lama dirawat di rumah sakit, lebih lama menggunakan
kateter.

27

Gambar 9. Suprapubic Cystostomy

2.2.8 Pencegahan

28

Diuresis yang adekuat


Untuk mencegah timbulnya kembali batu maka pasien harus minum
banyak sehingga urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada
pasien dengan batu asam urat dapat digunakan alkalinisasi urin sehingga
pH

dipertahankan

dalam

kisaran

6,5-7,

mencegah

terjadinya

hiperkalsemia yang akan menimbulkan hiperkalsiuria pasien dianjurkan


untuk mengecek pH urin dengan kertas nitrasin setiap pagi.

Diet untuk mengurangi kadar zat-zat komponen pembentuk batu

Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit5

DAFTAR PUSTAKA
1. Wim de Jong. Bab 3 : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2005
2. Schwartz, Principles of Surgery, Mc Graw Hill, 1999
3. Sabiston, David C, dr. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC. 1995
4. Staf pengajar ilmu bedah UI. Kumpulan kuliah ilmu bedah. Jakarta : Bina
Rupa Aksara.2010.
5. Diunduh dari : www. Medscape.com

29

30

Anda mungkin juga menyukai