Analisis Hasil Wawancara
Analisis Hasil Wawancara
Nama
Gol. Peserta
BPJS
Pekerjaan
1.
Slamet Widodo
Kelas I
2.
Kelas I
3.
Kelas I
Dokter Keluarga
4.
Ngatijan
Kelas I
Wirausaha
5.
Maryati
Kelas I
6.
Sri Indarwati
Kelas II
Wirausaha
7.
Hanusa Sanabakti
Kelas II
Wirausaha
8.
Putri Gesang
Kelas II
Wirausaha
9.
10.
Arif Setyawan
Krismanto
Kelas I
Kelas II
Karyawan Swasta
Pengusaha ternak puyuh
implementation
(tahap
implementasi),
confirmation
(tahap
pemantapan).
A. Difusi Inovasi Program Jaminan Kesehatan Nasional
Merujuk pada Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh
penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
akan diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1
Januari 2014.1
Program Jaminan Kesehatan Nasional diterapkan sejak 1
januari 2014. Itu kan nasional, seluruh Indonesia bareng.
(Wawancara dengan Slamet Widodo, Kepala Promosi BPJS
Kesehatan Kantor Cabang Boyolali pada tanggal 18 Mei 2015.)
1
1
Ibid. hlm. 2.
mereka adalah sebatas kartu peserta BPJS Kesehatan ini bisa digunakan untuk
periksa di Puskesmas. Untuk prosedur selanjutnya tinggal menunggu arahan
dari puskesmas tersebut. Ditambah lagi informasi-informasi baru mengenai
program Jaminan Kesehatan Nasional kurang bisa tercover kembali.
Sosialisasi dilakukan agar masyarakat tertarik terhadap program
Jaminan Kesehatan Nasional. Selain memberikan informasi secara terperinci
mengenai Jaminan Kesehatan Nasional, BPJS Kesehatan juga memberikan
pendidikan mengenai pentingnya asuransi sosial. Seperti yang disampaikan
oleh Slamet Widodo berikut;
Untuk menambah minat masyarakat kita sampaikan juga ke
arah manfaat. Berapa pun biaya yang peserta keluarkan untuk
program ini, kalo dibanding kan manfaatnya jauh lebih besar
manfaatnya. Misal gini, cuci darah itu kan paling gsekali cuci 1
jutaan ya. Padahal cuci darah itu sebulan paling ga 10 kali, kan
sudah 10an juta. Kalo dia bayar iurannya cuma berapa? Paling
kelas 3 Cuma 25.500. kalo kelas 1 60rban. Itu dibandingkan
manfaat dan iurannya kan banyak manfaatnya. Kalau kepada
yang sehat saya menekankan bahwa iuran mereka akan
membantu orang lain untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
karena ini prinsipnya asuransi sosial. Jadi itu yang sehat
membantu yang sakit, yang muda membantu yang tua. Jadi
ikhlas. (Wawancara dengan Slamet Widodo, Kepala Promosi
BPJS Kesehatan Kantor Cabang Boyolali pada tanggal 18 Mei
2015.)
Dalam penyebaran informasi atau sosialiasi tentang program Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) ada empat unsur di dalamnya, yaitu: inovasi,
saluran komunikasi, jangka waktu, dan anggota sistem sosial.
1. Inovasi
Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh
seseorang.4 Dalam peneliltian ini, inovasi yang dimaksud adalah Program
Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Program ini dikatakan sebagai inovasi karena terdapat perubahan sistem
dan mekanisme penyelenggaraan dari asuransi kesehatan sosial yang
pernah dimiliki oleh pemerintah dan termasuk dalam program yang sudah
ditetapkan dan disahkan dalam Undang-Undang No.40 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan bahwa
jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS).
Hal yang melatarbelakangi dibuatnya program Jaminan Kesehatan
Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yaitu berawal dari
cita-cita Negara Indonesia untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya secara
adil dan makmur, seperti yang disampaikan oleh Slamet Widodo berikut;
itu kan ada di UUD 1945. Bahwa menciptakan masyarakat
Indonesia yang adil makmur itu. Disitukan yang namanya adil
makmur sejahtera kan ibaratnya seperti kotak yang besar.
Disitu didalamnya ada kemakmuran dalam ekonomi, industry,
papan, sandang, pangan dan lainya kan, nah kesehatan masuk
didalamnya. Jadi apa itu dari situ dari cita-cita luhur baru bisa
terealisasi melalui UU no.40 tahun 2004. Itu pun setelah 10
tahun baru bisa jalan tahun 2014. (Wawancara dengan Slamet
Widodo, Kepala Promosi BPJS Kesehatan Kantor Cabang
Boyolali pada tanggal 18 Mei 2015.)
Ibid. hlm.11.
Tim Penyusun Bahan Sosialisasi dan Advokasi JKN, Op.Cit. hlm. 9-10.
a. Relative Advantages
Relative Advantages adalah sejauh mana inovasi dianggap
lebih baik dari ide yang lain yang menggantikannya. Tingkat
keuntungan relatif tersebut dapat diukur dari segi ekonomis tetapi
faktor prestasi sosial, kenyamanan, dan kepuasan juga merupakan
unsur penting. Semakin besar keuntungan relative dari suatu inovasi,
maka inovasi akan diadopsi semakin cepat.6
Program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai skema
asuransi sosial kesehatan milik pemerintah mudah didapatkan dan
6
Rogers.Op.Cit. hlm.16-17.
asuransi
kesehatan
swasta
jika
seseorang
masyarakat
mengenai
program
Jaminan
c. Complexity
Penerimaan suatu inovasi bagi adopter tidak berlangsung
mulus begitu saja. Inovasi merupakan hal baru yang diperkenalkan
kepada calon adopter, dengan maksud agar calon adopter yaitu
masyarakat mau mencoba dan menerimanya. Apabila inovasi sulit
untuk dipahami terutama oleh masyarakat awam, kemungkinan besar
inovasi tersebut akan diadopsi lebih lama atau bahkan ditolak.
Sebaliknya apabila inovasi mudah dipahami dan mudah untuk
dilaksanakan kemungkinan adopsi akan berlangsung lebih cepat dan
akhirnya diterima.
Mengenai karakteristik kerumitan ini, bisa dikatakan bahwa
tingkat kerumitan berbanding lurus dengan banyaknya adopter.
Semakin sulit suatu inovasi tersebut, maka semakin sedikit atau
semakin lama pula masyarakat untuk mengadopsi.
Pertamanya bingung mas. La ini bedanya apa dengan
asuransi yang sebelumnya, awalnya kan begitu. Wong
Cuma tau dari iklan to. (Hasil wawancara dengan
Ngatijan, 29 November 2015)
Dari wawancara di atas diketahui bahwa kesulitan dalam
penerimaan program Jaminan Kesehatan Nasional adalah kurang
detailnya informasi yang didapat oleh narasumber. Hal ini didukung
dengan wawancara dengan Aris Haryoko, AmKg yang menyebutkan
bahwa kadang masyarakat mendapat sosialisasi yang kurang jelas
dan detail dari BPJS.
d. Triabilty
Karakteristik
inovasi
berikutnya
adalah
kemungkinan
suatu
inovasi
sebaiknya
mampu
menunjukkan
keunggulannya.
Asuransi sosial berupa Jaminan Kesehatan Nasional adalah
hasil pengamatan dan study banding pemerintah ke berbagai Negara
yang telah berhasil menerapkan asuransi sosial dalam rangka
memelihara dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dengan
menggunakan mekanisme asuransi sosial cita-cita untuk memberikan
jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia diharapkan bisa
segera terpenuhi.
Selama ini cakupan beberapa skema jaminan kesehatan yang
ada (ASKES, Jamsostek, Jamkesmas, dan jaminan kesehatan
lainnya) baru mencakup sebanyak 57,24% dari penduduk Indonesia.
Sebanyak 42,76% sisanya masih belum mempunyai jaminan
kesehatan. Seperti yang dapat dilihat dalam data berikut; 7
http://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/932
Bagan 3.1
Profil Jaminan Kesehatan Sosial Tahun 2014
42,7% Tanpa Jaminan
Kesehatan Sosial
28,41% Jamkesmas
7,28% JPK
PNS/veteran/pensiun
8,81% Jamsostek
5,83% Jamkes lainnya
6,91% Jamkesda
(NHIC)
suatu
lembaga
semi-pemerintah
yang
Nomor
142/MENKES/SK/III/2013
tentang
Ujicoba
Ali Ghufron Mukti. Perkembangan Terakhir SJSN dan Peran Layanan Primer (Disampaikan
pada kuliah perdana S2 IKM dan Farmasi UGM, Jogjakarta, 6 September 2013), hlm. 36.
Askes
dan
telah
dilakukan
penatihan
INA-CBG
dan
inovasi,
semakin
besar
kemungkinan
untuk
mengadopsinya.10
Manfaat
program
Jaminan
Kesehatan
Nasional
telah
2. Saluran Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi.
Sedangkan saluran komunikasi adalah sarana atau perantara yang
dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada
komunikan.
Saluran
komunikasi
sering
disebut
dengan
media
11
12
Ibid. hlm. 5.
15
mempermudah
penyebaran
informasi.
dengan
Jaminan
Kesehatan
Nasional.
Seperti
yang
Komunikasi
kelompok
yang
diterapkan
BPJS
16
selebaran
kecil
berisi
informasi-informasi
3. Jangka Waktu
Penyebaran sosialisasi membutuhkan waktu yang cukup lama,
penyebaran sosialiasi juga membutuhkan beberapa tahapan proses yaitu
dari seseorang mulai mengetahui sampai menerima dan melaksanakan
inovasi. Proses sosialisasi mengenai program Jaminan Kesehatan Nasional
sendiri telah dilakukan sejak tahun 2013, hingga sampai peneliti
mengadakan penelitian ini sosialisasi pun masih dilakukan.
Sosialisasi mengenai Jaminan Kesehatan Nasional ini
pertama kali tahun 2013, waktu itu ada roadmap nya untuk
sosialisasi. (Wawancara dengan Slamet Widodo, Kepala
Promosi BPJS Kesehatan Kantor Cabang Boyolali pada
tanggal 18 Mei 2015.)
17
Tabel. 3.2
Jangka Waktu Adopsi Inovasi.
No.
Nama
Tanggal mendaftar
BPJS Kesehatan
Jangka waktu
adopsi
1.
Slamet Widodo
1 Januari 2014
1 hari
2.
1 Januari 2014
1 hari
3.
1 Januari 2014
1 hari
4.
Ngatijan
29 September 2014
271 hari
5.
Maryati
27 Oktober 2014
299 hari
6.
Sri Indarwati
20 April 2014
110 hari
7.
Hanusa Sanabakti
25 Februai 2015
420 hari
8.
Putri Gesang
17 November 2014
320 hari
9.
Arif Setyawan
19 Desember 2014
352 hari
10.
Krismanto
18 Juni 2014
169 hari
Rate of adoption=
194 hari
Dari data di atas dapat dilihat bahwa jangka waktu adopter untuk
mengadopsi inovasi memiliki perbedaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh
faktor-faktor yang terdapat dalam tahapan proses adopsi inovasi. Jangka
waktu di atas dihitung sejak program Jaminan Kesehatan Nasional
diselenggarakan yaitu pada tanggal 1 Januari 2014, sehingga dapat
diketahui bahwa rate of adoption dalam penelitian ini yaitu 194 hari.
Dalam proses adopsi terhadap inovasi, calon adopter tidak begitu
saja mengadopsinya. Setiap calon adopter memiliki pertimbangan sebelum
memutuskan
untuk
mengadopsi
ataupun
tidak.
Pertimbangan-
a. Faktor Pendukung
Calon adopter akan lebih cepat mengadopsi inovasi
karena melihat adanya manfaat yang diperoleh. Program Jaminan
Kesehatan Nasional adalah program yang memberikan manfaat
berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif, sesuai dengan
kebutuhan
medik
yang
diperlukan
untuk
memelihara,
b. Faktor Penghambat
Jangka waktu sesorang untuk menerima suatu inovasi
dalam hal ini adalah Jaminan Kesehatan Nasional dipengaruhi
oleh beberapa hal. Inovasi akan lebih lama di adopsi oleh
masyarakat apabila terdapat banyak faktor penghambat. Dalam
proses adopsi program Jaminan Kesehatan Nasional, ada
beberapa penghambat yang berpotensi membuat adopsi terhadap
program tersebut menjadi lebih lama.
Beberapa faktor penghambat yang ditemukan oleh
peneliti mengenai proses adopsi program Jaminan Kesehatan
Nasional yaitu; sikap masyarakat yang belum percaya pada
institusi asuransi.
...pertama ya biasa saja.wong sakit ya tinggal bayar.
Dulu tu saya sering di datangi agen asuransi itu lo
mas. Tapi saya ga percaya mas. Pokoknya curiga
gitu perasaan itu. (Wawancara dengan Hanusa, 21
November 2015)
Jaminan
Kesehatan
Nasional.
Berawal
dari
Kelompok
-
Early adopter
Early Majority
Ngatijan (Petani)
Sri Indarwati (Pedagang)
Arif Setyawan (Wirausaha)
Krismanto (Peternak Puyuh)
Maryati (Pengusaha)
Putri Gesang (Wirausaha)
Late Majority
Inovator
2.
3.
4.
Informan
a. Inovator
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat
1 narasumber yang dapat digolongkan ke dalam kategori inovator,
yaitu Slamet Widodo sebagai Kepala Unit Pemasaran BPJS
Kesehatan Cabang Boyolali, dirinya memegang peran utama dalam
persebaran informasi mengenai program Jaminan Kesehatan
Nasional. Dia memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai
Jaminan Kesehatan Nasional sehingga berkompeten memberikan
sosialisasi kepada masyarakat.
.. dari cita-cita luhur baru bisa terealisasi melalui
UU no.40 tahun 2004. Itu pun setelah 10 tahun baru
bisa jalan tahun 2014. Sehingga di tahun ini ya tahun
2014 ini ga ada lagi orang sakit jadi miskin. Kalo
sebelumnya orang sakit harus ngitung dulu, punya
sawah apa punya rumah apa mobil dijual untuk
berobat. Kalo sekarang engga, artinya ada
mekanismenya, artinya masyarakat yang sudah
tergabung dalam BPJS ini biaya pengobatannya sudah
ditanggung sesuai dengan prosedur dan hak kelasnya.
Jadi itu awalnya dari cita-cita bangsa. Na ini anti akan
terus sesuai dengan roadmapnya sampai tahun 2019
dengan tercapainya cakupan universal coverage untuk
seluruh masyarakat Indonesia. Sekranag tahun 2014
itu fokus pada untuk kepesertaannya PNS, TNI,
POLRI. Kemudian tahun 2015 untuk usaha besar,
kecil menengah, BUMN, BUMD. 2016 itu usaha kecil
dan usaha mikro, itu sudah diatur dalam perpres. Lalu
dalam universal coverage maksimal tahun 2019.
(Wawancara dengan Slamet Widodo, Kepala Promosi
BPJS Kesehatan Kantor Cabang Boyolali pada
tanggal 18 Mei 2015.)
Sebagai seorang innovator dia berupaya memberikan
sosialisasi dan mengajak masyarakat untuk mengadopsi inovasi
yang dikenalkannya yaitu program Jaminan Kesehatan Nasional.
pelaksanaan
sosialisasi
Jaminan
Kesehatan
Sebelum
melakukan
sosialisasi
langsung
kepada
c. Early Majority
Setelah melakukan penelitian, dari 10 orang informan
terdapat 6 orang yang dapat dimasukkan ke dalam golongan early
majority. Informan yang masuk golongan early majority yaitu Sri
Indarwati, Arif Setyawan, Putri Gesang, Ngatijan, Maryati, dan
Krismanto.
Setiap orang yang termasuk dalam golongan early majority
memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam mengadopsi
inovasi berupa Jaminan Kesehatan Nasional. Hal tersebut terjadi
karena ada faktor yang mempengaruhi. Salah satu faktor yang
mempengaruhi yaitu manfaat yang ada di dalam progam Jaminan
Kesehatan Nasional. Seperti yang disampaikan Sri Indarwati
berikut :
ya intinya sama dengan asuransi kesehatan ya.
Terutama dimasalah pembiayaan ketika kita sakit dan
membutuhkan perawatan di rumah sakit. Program
BPJS Kesehatan bisa meringankan biaya tersebut.
(Hasil wawancara dengan Krismanto, 20 November
2015)
Pernyataan Krismanto didukung oleh Sri Indarwati dan
Maryati dalam kutipan wawancara beikut ini:
Manfaatnya jelas ya, meringankan untuk pembiayaan
perawatan kesehatan. Jadi kalau sewaktu-waktu sakit
ya tinggal priksa aja, tidak usah terlalu memikirkan
biaya karena nanti di cover asuransi. (Hasil
wawancara dengan Sri Indarwati, 22 November 2015)
Jaminan
Kesehatan
Nasional,
faktor
lain
yang
kemampuan
sebagai
penghubung
yang
bisa
diharapkan
mengenai
pengetahuan
terhadap
Jaminan
kesadaran
dan
pemahamannya
mengenai
asuransi
mengadopsi
Jaminan
Kesehatan
Nasional
adalah
persepsi
dan
perlindungan
dalam
memenuhi
kebutuhan
dasar
kesehatannya.
Proses adopsi memliki beberapa tahapan. Tahapan-tahapan dalam
adopsi Program Jaminan Kesehatan Nasional adalah sebagai berikut:
1. Knowledge (Tahap Pengetahuan)
Adopter mulai sadar tentang keberadaan inovasi yang ditawarkan
oleh inovator. Kesadaran tersebut tentunya berkaitan dengan pengetahuan
mengenai inovasi serta manfaat yang akan diterima oleh adopter melalui
program Jaminan Kesehatan Nasional. Tahap knowledge atau tahap
pengetahuan ini ditandai dengan kesadaran adopter terhadap keberadaan
18
19
Ibid.
4. Implementation
Di tahap implementation seorang menggunakan inovasi untuk
mempelajari lebih jauh mengenai inovasi dan lebih meyakinkan
penilaiannya. Seorang adopter akan semakin aktif mencari informasiinformasi yang mungkin belum diketahuinya. Apakah inovasi tersebut
benar-benar cocok bagi dirinya. Hasil tahap implementation ini yang akan
menentukan apakah yang bersangkutan akan melanjutkan untuk menerima
atau menolak inovasi tersebut, meskipun yang bersangkutan telah
memutuskan untuk menerima inovasi di tahap decision sebelumnya.
inovasi
berupa
program
JKN
atau
berhenti
menggunakannya.
Beberapa tanggapan dari adopter setelah menggunakan layanan
BPJS Kesehatan untuk membantu biaya perawatan kesehatan dapat dilihat
pada kutipan wawancara berikut;
.. Sangat membantu saya untuk priksa anak saya waktu
sakit. Habisnya kan banyak sekali, tapi jadi cuma bayar
sedikit. (Hasil wawancara dengan Ngatijan, 29 November
2015)
Pernah, waktu itu saya sakit batuk-batuk terus, dirawat di
RSUD Pandan Arang itu. Ternyata paru-paru saya ada
cairannya. Dirawat 4 hari disana, habis 2 juta berapa gitu.
Tapi pake BPJS jadi gratis. (Hasil wawancara dengan Putri,
23 November 2015)
Ya bagus mas. Waktu anak saya sakit, saya periksakan ke
dokter pribadi. Nah kan sekarang anak saya yg ketiga sudah
ditanggung BPJS Kesehatan. Jadi dari dokter pribadi kemarin
diperiksa ternyata infeksi pencernaan, langsung dirujuk untuk
inap di Rumah Sakit. Prosesnya ga lama dan gratis. (Hasil
wawancara dengan Sri Indarwati, 22 November 2015)
Sudah, untung sudah daftar BPJS, bulan Oktober saya kena
infeksi pencernaan dirawat di rumah sakit 6 hari bagus,
wong saya dirawat 6 hari itu aja gratis mas, alkhamdulillah
tidak keluar biaya. (Hasil wawancara dengan Krismanto, 20
November 2015)
20
Ibid.
Ya puas mas ..... sudah BPJS aja. Nanti kalau tambahtambah lagi kebanyakan potongan bulanannya donk hehe.
(Hasil wawancara dengan Krismanto, 20 November 2015)
Bagus. Administrasinya ya tidak ribet. Biaya rumah sakitnya
jadi gratis...... Puas mas. Wong ya gampang kok pakainya......
sudah pakai BPJS Kesehatan saja lah mas. (Hasil
wawancara dengan Maryati, 25 November 2015)
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa adopter telah melewati
tahap pemantapan. Adopter telah memutuskan untuk terus melanjutkan
program Jaminan Kesehatan Nasional. masing-masing adopter memiliki
alasan-alasan
tersendiri
sebagai
pertimbangan
untuk
melanjutkan