Kata Sulit :
1. IR (Incidence Rate) : frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat/wilayah/Negara pada waktu tertentu
2. CFR (Case Fatality Rate) : Presentasi angka kematian oleh sebab penyakit tertentu untuk
menentukan sebab keganasan/kegawatan kasus tersebut
3. KLB (Kejadian Luar Biasa) : Status yang ditegakkan Indonesia untuk mengklasifikasikan
merebaknya suatu wabah penyakit
4. PE (Penyelidikan Epidemiologi) : suatu kegiatan penyelidikan/survey yang bertujuan
untuk dapat gambaran masalah kesehatan secara menyeluruh.
Pertanyaan :
1. Apa yang menyebabkan insiden DBD terus meningkat?
2. Apa syarat Puskesmas merujuk ke Dinkes/RS?
3. Apa tindakan Puskesmas untuk menanggulangi KLB?
4. Mengapa masyarakat tidak mengerti jika mulai demam harus dibaw ake Puskesmas?
5. Apa efek dari pembaluran bawang merah, minyak goreng?
6. Apa kriteria KLB?
7. Bagaimana pandangan Islam tentang menjaga kesehatan dan berobat?
8. Apa fungsi tokoh masyarakat dalam penanggulangan KLB?
9. Mengapa cakupan imunisasi campak berada pada kisaran <50% dalam 5 tahun terakhir?
10. Apa beda KLB dan wabah?
Jawaban :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karena kurangnya pengetahuan tentang gejala DBD. Input dan Process kurang baik.
Jika sudah tidak bisa ditangani tenaga medis
Penyelidikan Epidemiologi untuk mennetukan penanganan KLB
Kurang pengetahuan, budaya dan social
Efek psikis, sugesti
Peningkatan kejadian kesakitan dalam 3 kurun waktu tertentu, penyakit yang belum ada
di daerah itu mendadak naik
7. Wajib
8. Mempengaruhi dalam penurunan insiden penyakit
9. Kurang pengetahuan, penyuluhan, stigma masyarakat
10. Wabah dan KLB memiliki mortalitas dan morbiditas. Tapi pada wabah lebih ke
peningkatan kejadian penyakit menular yang meningkat sedangkan KLB lebih ke
kesakitan dan kematian yang meningkat bermakna secara epidemiologi.
Hipotesis
Input (kurang pengetahuan) dan proses (6m 1i, kurang penyuluhan)
KLB
Puskesmas merujuk ke RS
SASARAN BELAJAR
Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau
turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu (minggu,
bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim panas); menurut
peristiwa tertentu (musim panen, paceklik).
4. Penyebaran Sekular
Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun.
Kejadian Luar Biasa
KLB adalah status yang diatur pemerintah, timbulnya atau meningkatnya
kejadiankesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
1.2.
Kriteria
Untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan Kriteria
kerja KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal
Angka kejadian penyakit/kematian meningkat secara terus menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
Angka kejadian penyakit/kematian meningkat menjadi dua kali lipat atau
lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
Jumlah penderita baru dalam 1 bulan meningkat menjadi 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata rata/bulan dari tahun
sebelumnya.
Case Fatality Rate yang selanjutnya disingkat CFR menunjukan tingkat
keganasan dari suatu penyakit. CFR dari suatu penyakit dalam suatu kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya.
Propotional Rate yang selanjutnya disingkat (PR) penderita baru dari suatu
periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode
yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS
1.Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
2.Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
1.Keracunan makanan
2.Keracunan pestisida
Klasifikasi KLB
Menurut Penyebab:
Toksin
Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella.
Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin.
Infeksi
Virus.
Bacteri.
Protozoa.
Cacing.
Toksin Biologis
Racun jamur.
Alfatoxin.
Plankton
Racun ikan
Racun tumbuh-tumbuhan
Toksin Kimia
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain
cyanida.
Zat kimia organik: nitrit, pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Menurut Sumber KLB
Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti :
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,
penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
Demam bolak-balik
Tifus bercak wabah
Demam Berdarah Dengue
Campak
Polio
Difteri
Pertusis
Rabies
Malaria
Influensa
Hepatitis
Tipus perut
Meningitis
Encephalitis
SARS
Anthrax
1.3.
Penghitungan
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut
pada saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
- Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan
penyakit tersebut.
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru dlm Satu Saat
Attack rate =xK
Jumlah Penduduk yg. Mungkin terkena Penyakit
Tersebut pd. Saat yg. Sama.
c. Secondary Attack Rate
Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua
dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah
terkena penyakit pada serangan pertama.
Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil
( misalnya dalam Satu Keluarga ).
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru pd. Serangan Kedua
SAR = xK
(Jml. Penddk Pendd. Yg. Terkena Serangan Pertama )
2. Prevalen
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada
perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko
(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi
sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum
nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk
penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker
dan Kelainan Jiwa.
Rumus yang digunakan :
Jumlah penderita lama & baru
Periode Prevalen Rate = xK
Jumlah penduduk pertengahan
b) Point Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
Jumlah Penderita lama & baru Saat itu
Point Prevalen Rate = x K
Jumlah Penduduk Saat itu
Pengukuran Mortality Rate
CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: CDR (Crude Death Rate)
Jumlah semua kematian
--------------------------------- x k
Jumlah semua penduduk
SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: SDR (Specific Death Rate
Jumlah kematian penyakit
----------------------------------- x k
Jumlah semua penduduk
CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit
MATERNAL MORTALITY RATE
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup
MMR (Maternal Mortality Rate):
10
1.4.
Penanggulangan
Penanggulangan wabah : Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan
epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan,perawatan dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan,pemusnahan penyebab
penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan
upaya penanggulangan lainnya
Penyelidikan epidemiologis :
a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;
b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;
c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah;
11
12
a.
b.
c.
d.
e.
suatu
13
14
Bagan 1.
Skema
(http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20949%20ttg
%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Sistem%20Kewaspadaan%20Dini%20KLB.pdf
15
16
2.2.
(1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk
merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi
serta kebutuhan objek yang dirujuk.
(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah
(3)
Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan
hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk
atau yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :
17
f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,
oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat
daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;
(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau
lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak
dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan
medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui
mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau
penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan
pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau
sesuai dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya,
harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara
yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat;
6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan
tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2.3.
18
19
20
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-OR atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,
sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
21
22
23
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik
tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Asumsi Determinan Perilaku
24
25
26
27
Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan.
Rehabilitation (rehabilitasi)
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosa sembuh. Sering pada tahap ini dijumpai
pada fase pemulihan terhadap kecacatan seperti latihan- latihan yang diberikan pada
pasien.
Lembaga pelayanan kesehatan
Rawat jalan
Institusi
Hospice
Community Based Agency
Lingkup sistem pelayanan kesehatan
Tertiary health service : tenaga ahli/subspesialis (RS tipe A atau B)
Secondary health care : RS yg tersedia tenaga spesialis
Primary health care : Puskesmas, balai kesehatan
Rumah sakit dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut kategorinya :
Menurut pemilik : pemerintah, swasta
Menurut filosofi yang dianut : profit hospital dan non profit hospital
Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan : General Hospital dan Specialty
Hospital
Menurut lokasi (pemerintah) : pusat, provinsi dan kabupaten
Menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat
digolongkan dalam beberapa kategori :
Rumah sakit tipe A : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital
Rumah sakit tipe B : Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari
kabupaten
Rumah sakit tipe C : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas
Rumah sakit tipe D : Pelayanan rujukan dari Puskesmas
Rumah sakit tipe E : (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru, kanker,
Kusta.
- Puskesmas dibina oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota terkait kegiatan upaya
kesehatan masyarakat (UKM)
- Puskesmas dibina oleh rumah sakit kabupaten/kota terkait upaya kesehatan
perorangan (UKP)
Sedang dalam proses untuk penggabungan UKM dan UKP
UKM
Pemerintah dan peran serta aktif masyarkat dan swasta.
Mencakup: promkes, pemeliharaan kes, P2M, keswa, pengendalian penyakit tdk
menular, sanitasi dasar, gizi masyarakat.
UKP
dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan Pemerintah .
28
1.
2.
3.
4.
5.
29
30
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
4.3.
Visi, Misi, Tujuan, dan Fungsi puskesmas
1. Visi : Tercapainya kecamatan sehat
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakannya.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni;
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
4. Fungsi Puskesmas
Pusat pembangunan berwawasan kesehatan.
Mengupayakan program-program pembangunan yang berwawasan kesehatan,yaitu :
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan dan pemulihan.
Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat :
1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
3) Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)
2) Pelayanan kesehatan perorangan(private goods)
31
4.4.
Program Pokok Puskesmas
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
4. Kesehatan Keluarga Dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit Dan Pelayanan Kesehatan
1.
Promosi Kesehatan
A. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali,
menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
B. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
C. Sasaran
a. Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
b. Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan dalam gedung
- Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
- Kelompok posyandu
- Penyuluhan masyarakat
- Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas
Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD,
HIV, malaria, diare
e. Promosi kesehatan tentang narkoba
f. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
g. Pembinaan dana sehat/jamkesmas
2.
Kesehatan Lingkungan
A. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping
faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya
potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat
bersifat fisik, kimia maupun biologi.
32
B.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.
33
3.
4.
a.
b.
c.
5.
6.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
34
g. Program Surveilans
h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
35
3. Prosentase Ibu Hamil Yang Mempunyai Berat Badan Dan Tinggi Yang Normal
4. Prosentase Ibu Hamil Dengan Anemia
5. Prosentase Balita Dengan Berat Badan Dan Tinggi Sesuai Umur
Kesehatan ibu dan anak
A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya
kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima
tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh kembang.
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibbu
dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa dan
keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang
terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang
aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan antenatal yang ade
kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik.
Tujuan Khusus
Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk KB
berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta
perawatan bayi baru lahir.
Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai kebutuhan
Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan kedaruratan
kebidanan neonatal
Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KIA
Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang
meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini
dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit
Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin
pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang
pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan motorik,
kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian anak
Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya
36
C. Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan
beraada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.
Kesehatan Anak Usia Sekolah
A. Pengertian
Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang
berada di sekolah dan perguruan agama. Anak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai
proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu:
1. Pra-remaja (7-9 tahun)
2. Remaja (10-19 tahun)
3. Dewasa Muda (20-21 tahun)
a.
b.
c.
d.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
Tujuan Khusus
Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinssip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan
sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat
Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah
gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya
Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik ddik
sekolah dan diluar sekolah
Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah
C. Sasaran
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya, serta
perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)
Kesehatan Remaja
A. Pengertian
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan dan
pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan
peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan
kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas
ssektoral
B. Tujuan
Tujuan Umum
37
a.
b.
c.
d.
e.
Keluarga Berencana
A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan
usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu
kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional
B. Tujuan
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa
pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur
mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak antar
kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil, bahagia dan
sejahtra.
Tujuan Khusus
38
a. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan usia
subur dan keluarganya
b. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan metode
kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai dengan
kebutuhan
c. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KB
f. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia subur,
serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan
fungsi reproduksinya
g. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas dan
merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
h. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutnya
C. Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi
pelayanan KB.
5.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
C. Tujuan
39
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn
gizi seimbang
Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai
institusi pemerintahan serta swasta
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas
lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan
mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap
pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
D. Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain:
Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
Semua penduduk rawan gizi (endemik)
Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
Pekerja penghasilan rendah.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan
keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan
ekonomi dengan baik
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui
peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit
40
41
Imunisasi
42
43
44
45
B. Tifoid
Da 3 jenis vaksin tifoid diantaranya
kuman yang dimatikan diberikan pada bayi 6-12 bulan 0,1 ml
1-2 tahun 0,2ml, 2-12 tahun 0,5ml
Pada imunisasi awal diberikan 2x dengan interval 4minggu
kemudaian booster 1 tahun kemudian
kuman yang dilemahkan(vivotif, berna) diberikan dalam bentuk Icapsul enteric
coastest seelum makan pada ari 1,2 dan 5 untuk anak usia dia atas 6 taun dan
Antigen celular Vi polisakarida (Typphin, VI, pasrteur Merius). Vaksin kuman yang
dimatikan diberikan pada anak usia diatas 2tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun
C. Varisella
dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah
dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4
minggu
D. Hepatitis A
Pemberian diberikan pada usia 1 tahun 2x interval 6-12bulan. Imunisasi awal
menggunakan vaksin Hrvrix (hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) lalu
booster pada 6 bulan setelahnya
E. HiB
HiB (Haemophilus Influenzae tipe b) vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni
(PRP/purified capsular polysacharidae)diberikan pada usia 2 bulan, lalu 4 bulan
lalu 6 bulan dan HiB 4 pada usia 15-24bulan
46
Tabel
2. Kontra indikasi jenis vaksin (Wong, 2004)
47
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau
suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005).
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) sudah mendapat TT sebanyak 2
kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang
dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai
TT ulang juga.
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5
ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan
berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis
ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian
dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa
kehamilan bahkan pada periode
trimester pertama.
3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari
berikutnya
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala
demam. (Depkes RI, 2005).
48
Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis
pertama TT. (Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung. (Depkes RI, 2005).
Perencanaan Program Vaksinansi
Pada program imunisasi menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang
paling penting. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih besar
dari jumlah bayi. Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat, propinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Sasaran Imunisasi Ibu Hamil = 1,1 x Jumlah bayi
Menentukan Target Cakupan
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi
yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan
vaksin yang sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat pencapaian
di masing-masing wilayah kerja maksimal 100 %.
Target Cakupan Imunisasi Ibu Hamil yang akan dicapai :
TT 1 Ibu hamil = 90% TT2 + (Plus TT3+TT4+TT5)=80%
Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang
dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan
stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk
mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang
disebut Indeks Pemakaian Vaksin (IP) dapat dihitung :
Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun lalu
IP Vaksin = ----------------------------------------------------------------------------Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu
Menghitung Kebutuhan Vaksin
1. Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan
menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan
unuk menghitung kebutuhan vaksin.
2. Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.(Depkes RI,
2005).
Sebelum menghitung jumlah vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung
jumlah kontak tiap jenis Rumusnya :
Jumlah Kontak = Jumlah sasaran x Target cakupan
49
Untuk menghindari penumpukan vaksin, jumlah kebutuhan vaksin satu tahun harus
dikurangi sisa vaksin tahun lalu. Rumus Kebutuhan Vaksin ;
Jumlah kontak
Kebutuhan Vaksin =--------------------- = ....ampul/vial
IP
5. Memahami dan menjelaskan pandangan Islam tentang wabah, menjaga kesehatan
dan berobat
Wabah
Islam memandang konsep pencegahan tersebarnya penyakit dengan melakukan sistem
karantina. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Jika kalian mendengar wabah-wabah
di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu
tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu." (HR. Bukhari
Muslim). Selain itu, Nabi SAW juga bersabda, "Orang yang melarikan diri dari tempat
wabah adalah seperti orang yang melarikan diri dari pertempuran di jalan Allah. Dan
barangsiapa yang sabar dan tetap di tempatnya, maka dia akan diberi pahala dengan
pahala seorang yang mati di jalan Allah".
Dengan demikian, sistem karantina ini, dimana semua orang yang menderita wabah
dicegah meninggalkan tempat tersebut, dan pengunjung juga dicegah masuk, sekarang
telah diberlakukan di seluruh dunia. Pada zaman Nabi SAW dan sebelum Pasteur berhasil
menemukan keberadaan mikroba, orang berfikir bahwa wabah penyakit yang terjadi itu
disebabkan oleh setan dan bintang-bintang. Menurut mereka, wabah tersebut tidak
berhubungan dengan kebersihan atau perilaku tertentu, sehingga mereka melakukan ritual
magis untuk mengatasinya. Dalam kondisi wabah seperti itu, Nabi SAW melakukan
sistem karantina yang merupakan dasar pencegahan modern setelah penemuan mikroba
yang menyebabkan penyakit. Nabi SAW memerintahkan para sahabat, "Jika kalian
mendengar tentang wabah wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya.
Tetapi jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka janganlah kalian jangan
meninggalkan tempat itu." Hal ini merupakan proses pengisolasian wabah agar tidak
menular ke tempat lain dan menjadi pandemi.
Untuk memastikan perintah dilakukan dengan baik, Rasulullah akan memerintahkan
mendirikan tembok di sekitar daerah wabah dan menjanjikan kepada orang-orang yang
sabar dan tinggal di daerah wabah dengan pahala sebagai mujahit di jalan Allah.
Sementara mereka yang melarikan diri dari tempat tersebut diancam dengan malapetaka
dan kebinasaan. Jika orang yang sehat diperintahkan untuk tetap tinggal dengan orang
sakit di suatu daerah wabah, pasti ia akan menganggap bahwa hal tersebut sebagai sebuah
bualan belaka. Dan karena didasari keinginan untuk hidup, maka pasti ia akan melarikan
diri ke tempat lain. Namun orang muslim tidak boleh melarikan diri dan meninggalkan
tempat wabah sesuai dengan instruksi nabi. Orang-orang nonmuslim mengejek tindakan
itu hingga mereka kemudian menemukan bahwa mereka yang tampak sehat dan tampa
gejala dapat saja menjadi pembawa kuman yang dimungkinkan akan menjadi carrier dan
mentransfer wabah ke tempat lain jika mereka pindah kesana. Mereka akan bergerak
bebas dan berbaur dengan orang yang sehat, sehingga mereka dapat menyebabkan orang
50
lain terserang penyakit. Rasulullah mencegah hal tersebut bahkan menjanjikan pahala
syahid jika orang tersebut tetap tinggal dan meninggal karenanya.
Menjaga kesehatan dan berobat
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang
tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat
sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya:
Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi
menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman
Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR Ahmad, alTumudzi, dan al-Bazzar)
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan,
antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta
menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Halhal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun
ayat al-Quran.
Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis
(kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya,
berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
51
Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam
hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,
keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat,
yang halal dan thayyib, di antaranya dalam :
dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya( Q.S. Al-Maidah:
88)
52
Maka, makanlah dari rizki yang diberikan Allah kepadamu yang halal lagi baik, dan
bersyukurlah atas nikmat Allah jika benar ibadah(pengabdian)-mu hanya kepada-Nya
semata (An-Nahl :114)
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang
medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan
membinasakan diri dan mubadzir dan akibat yang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain
dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran
Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat
cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar
mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara
proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun
maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang
ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus
menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya, sebagaimana
disebutkan dalam hadits:
Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa
kamu puasa di szam? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya
Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam
53
dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga ada hak (HR
Bukhari dan Muslim).
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan
berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea
atau deportore, dalam bahasa Itali disebut deporte yang berarti penyenangan, pemeliharaan
atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan
manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan,
tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya
ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup
akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan
tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks
perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan
musuh, yaitu ayat:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah
memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana
dinyatakan dalam satu hadits:
54
Nabi berkata: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sang gupi Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah,
Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn
Majah, Ahmad, dan al-Darimi)
Imam al-Suyuthi, Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari
taabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: Dari Ali ra., dari
Nabi saw, beliau berkata: Kunci shalat adalah bersuci(HR Ibnu Majah, al-Turmudzi,
Ahmad, dan al-Darimi)
BEROBAT
HUKUM BEROBAT
Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnya dibolehkan, kemudian
mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat) menjadi beberapa pendapat yang
masyhur:
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya
perintah Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah
adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafiiyah, dan
madzhab Hanabilah.
2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu alaihi
wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain
Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab
Syafiiyah.
3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan
dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini
adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).
55
4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya,
Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Masud, Abu
Dardaradhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin.
5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan
lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab
Syafiiyah.
Kesimpulan dari berbagai macam pendapat
Sesungguhnya terdapat berbagai macam dalil dan keterangan yang berbeda- beda tentang
berobat, oleh karena itu sebenarnya pendapat- pendapat di atas tidaklah bertentangan. Akan
tetapi berobat hukumnya berbeda- berbeda menurut perbedaan kondis. Ada yang haram,
makruh, mubah, sunnah, bahkan ada yang wajib.
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan,
terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang
haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif alJami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabishallallahu
alaihi wa sallam:
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali
satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua.(HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan
Ibnu Majah 3436)
BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa
adalah wajib.
b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah
untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib
untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Penanggulangan KLB-DBD bagi keperawatan di RS dan Puskesmas
Hadinegoro, Sri Rezeki. 2011. Panduan Imunisasi Anak, ed.1. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
Tamher dan Noorsiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis . Jakarta : Salemba
Medika
Trihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung
Seto
Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/(21 Mei 2013)
Dewi,
Selfiana.
2011.
Konsep
Karantina
dalam
Islam.
http://bacaanhikmahkeluarga.blogspot.com/2011/06/konsep-karantina-dalam-islam.html (21 Mei
2013)
Kusumawardhani, Putri. 2010. Sistem rujukan.
http://putrikusumawardhani.wordpress.com/2010/04/08/sistem-rujukan/ (21 Mei 2013)
Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2011.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=skema%20sistem%20rujukan%20pelayanan
%20kesehatan%20di
%20indonesia&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A
%2F%2Fwww.diskes.jabarprov.go.id%2Fassets%2Fdata%2Farsip
%2FDRAFT_PERGUB_SISTEM_RUJUKAN_PELAYANAN_KESEHATAN.docx&ei=Ml
SdUfaIA9HMkgWrpIHABw&usg=AFQjCNFLcmOAk38SizR1CxvLBhtcvb0qXw&bvm=b
v.46751780,d.dGI (23 Mei 2013)
58
59