Anda di halaman 1dari 59

SKENARIO 2

Kejadian Penyakit dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat


Pada tahun 2011, diterapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) Demam Berdarah Dengue di Kota
Pekanbaru. Pernyataan resmi ini disampaikan pejabat Wali Kota Pekanbaru setelah mendengar
laporan Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dalam rapat koordinasi. Pada bulan Februari
2010 terdapat sebanyak 202 kasus dan bulan Februari 2011 mencapai 450 kasus. Hal ini
menunjukkan peningkatan sebesar kurang lebih dua kali lipat dari periode tahun sebelumnya. IR
(Incidence Rate) DBD menurut WHO di Indonesia adalah sebesar <50 per 100.000 penduduk
dengan CFR (Case Fatality Rate) 0,2. Kematian yang terjadi pada kasus DBD disebabkan masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap gejala DBD. Sering kali pasien
dating ke puskesmas dalam stadium lanjut, dimana terdapat pendarahan spontan dan syok. Pada
stadium demam terdapat kebiasaan masyarakat yang cenderung untuk mengobati diri sendiri
dengan cara membaluri badan dengan bawang merah yang dicampur minyak goring terlebih
dahulu kemudian membeli obat penurun panas di warung atau took obat. Masyarakat tidak
mengerti kalau pada saat mulai demam harus segera dibawa ke Puskesmas.
Karena adanya KLB tersebut, Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) ke
lapangan untuk mengetahui penyebab terjadinya KLB. Berdasarkan hasil penyelidikan
epidemiologi, tersebut Puskesmas melakukan tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi
KLB.
Banyaknya penderita DBD di Puskesmas membutuhkan obat-obatan dan cairan infus bagi pasien
yang jumlahnya sangat banyak, sementara persediaan di Puskesmas juga terbatas. Untuk
mengatasi hal tersebut Puskemas melakukan rujukan kesehatan masyarakat ke Dinas Kesehatan
Kota Pekanbaru.
Program penanggulangan DBD yang berjalan seharusnya bukan hanya dikerjakan oleh
Puskesmas sendiri secara lintas program, tapi juga dikerjakan secara lintas sektoral demi untuk
meningkatkan mutu pelayanan. Pada saat yang bersamaan, terjadi ledakan kasus Campak di
Puskesmas setempat. Ternayta cakupan imunisasi Campak dalam 3 tahun terakhir selalu berada
pada kisaran < 50%.
Dalam pertemuan lintas sektoral, tokoh agama juga terlibat dalam ikut urun rembuk penyelesaian
masalah kesehatan di masyarakat. Tokoh agama menyampaikan, bahwa dalam pandangan Islam
mencipatakan kemaslahatan insani yang hakiki adalah merupakan salah satu tujuan syariat Islam
dan hukum menjaga kesehatan dan berobat adalah wajib.

Kata Sulit :
1. IR (Incidence Rate) : frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di suatu
tempat/wilayah/Negara pada waktu tertentu
2. CFR (Case Fatality Rate) : Presentasi angka kematian oleh sebab penyakit tertentu untuk
menentukan sebab keganasan/kegawatan kasus tersebut
3. KLB (Kejadian Luar Biasa) : Status yang ditegakkan Indonesia untuk mengklasifikasikan
merebaknya suatu wabah penyakit
4. PE (Penyelidikan Epidemiologi) : suatu kegiatan penyelidikan/survey yang bertujuan
untuk dapat gambaran masalah kesehatan secara menyeluruh.

Pertanyaan :
1. Apa yang menyebabkan insiden DBD terus meningkat?
2. Apa syarat Puskesmas merujuk ke Dinkes/RS?
3. Apa tindakan Puskesmas untuk menanggulangi KLB?
4. Mengapa masyarakat tidak mengerti jika mulai demam harus dibaw ake Puskesmas?
5. Apa efek dari pembaluran bawang merah, minyak goreng?
6. Apa kriteria KLB?
7. Bagaimana pandangan Islam tentang menjaga kesehatan dan berobat?
8. Apa fungsi tokoh masyarakat dalam penanggulangan KLB?
9. Mengapa cakupan imunisasi campak berada pada kisaran <50% dalam 5 tahun terakhir?
10. Apa beda KLB dan wabah?
Jawaban :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Karena kurangnya pengetahuan tentang gejala DBD. Input dan Process kurang baik.
Jika sudah tidak bisa ditangani tenaga medis
Penyelidikan Epidemiologi untuk mennetukan penanganan KLB
Kurang pengetahuan, budaya dan social
Efek psikis, sugesti
Peningkatan kejadian kesakitan dalam 3 kurun waktu tertentu, penyakit yang belum ada
di daerah itu mendadak naik
7. Wajib
8. Mempengaruhi dalam penurunan insiden penyakit
9. Kurang pengetahuan, penyuluhan, stigma masyarakat
10. Wabah dan KLB memiliki mortalitas dan morbiditas. Tapi pada wabah lebih ke
peningkatan kejadian penyakit menular yang meningkat sedangkan KLB lebih ke
kesakitan dan kematian yang meningkat bermakna secara epidemiologi.
Hipotesis
Input (kurang pengetahuan) dan proses (6m 1i, kurang penyuluhan)

Insiden DBD meningkat 2 kali lipat

KLB

Puskesmas merujuk ke RS

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan menjelaskan KLB dan wabah


1.1.
Definisi
Wabah
Menurut UU no 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular, wabah adalah
kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat enimbulkan malapetaka.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wabah : penyakit menular yang
berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah luas
Menurut Benenson (1985), wabah : terdapatnya penderita suatu penyakit
tertentu pada penduduk suatu daerah yang nyata jelas melebihi jumlah yang
biasa
Last (1981), wabah : timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat
berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan,
yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa
Selain kata wabah, dikenal juga letusan penyakit (outbreak) dan KLB. Di
Indonesia pernyataan wabah hanya boleh ditetapkan Menteri Kesehatan. Apabila
peningkatan penderita penyakit memenuhi definisi wabah di atas,dinyatakan
sebagai letusan penyakit jika kejadian tersebut terbatas dan bisa ditanggulangi
oleh pemerintah daerah. Dinyatakan sebagai KLB jika memerlukan bantuan dari
pemerintah pusat Dirjen P2M dan PLP (Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit
Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman).
Bentuk wabah menurut sifatnya
1. Common Source Epidemic
Keadaan wabah dengan bentuk common source epidemic (CSE) adalah suatu letusan
penyakit yang disebabkan oleh terpaparnya sejumlah orang dalam suatu kelompok
secara menyeluruh dan terjadinya dalam waktu yang relatif singkat ( sangat
mendadak ). Jika keterpaparan kelompok serta penularan penyakit berlangsung
sangat cepat waktu yang sangat singkat (point of epidemic atau poit source of
epidemic), maka resultan dari semua kasus atau kejadian berkembang hanya dalam
satu masa tunas saja. Pada dasarnya dijumpai bahwa pada CSE kurva epidemic
mengikuti suatu distribusi normal, sehingga dengan demikian bila proporsi kumulatif
kasus digambarkan menurut lamanya kejadian sakit (onset) akan berbentuk suatu
garis lurus. Median dari masa tunas dapat ditentukan secara mudah dengan membaca
waktu dari setengah (50%) yang terjadi pada grafik. Dalam hal ini, pengetahuan
tentang median dari masa tunas dapat menolong kita dalam mengidentifikasi agent
penyebab, mengingat tiap jenis agent mempunyai masa tunas tertentu. Point source
epidemic dapat pula terjadi pada penyakit oleh faktor penyebab bukan infeksi yang
menimbulkan keterpaparan umum seperti adanya zat beracun polusi zat kimia yang
beracun di udara terbuka.

2. Propataged atau Progressive Epidemic


Bentuk epidemic ini terjadi karena adanya penularan dari orang ke orang baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui udara, makanan maupun vektor. Kejadian
epidemi semacam ini relatif lebih lama waktunya sesuai dengan sifat penyakit serta
lamanya masa tunas. Juga sangat di pengaruhi oleh kepadatan penduduk serta
penyebaran anggota masyarakat yang rentan terhadap penyakit tersebut. Masa tunas
penyakit tersebut di atas adalah sekitar satu bulan sehingga tampak masa epidemi
cukup lama dengan situasi peningkatan jumlah penderita dari waktu ke waktu sampai
pada saat di mana jumlah anggota masyarakat yang rentan mencapai batas yang
minimal. Pada saat sebagian besar anggota masyarakat sudah terserang penyakit
maka jumlah yang rentan mencapai batas kritis, sehingga kurva epidemi mulai
menurun sampai batas minimal.
Penyebaran masalah kesehatan menurut Waktu, dapat dibedakan menjadi 4 macam,
yaitu :
1. Penyebaran Satu Saat
Beberapa keadaan khusus yang ditemukan pada penyebaran penyakit pada Satu Saat
dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) . Point Source Epidemic
Disebut juga Common Source Epidemic yaitu : Suatu keadaan wabah yang ditandai
oleh:
Timbulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang cepat,
Masa inkubasi yang pendek
Episode penyakit merupakan peristiwa tunggal
Hilangnya penyakit dalam waktu yang cepat
Contoh : Peristiwa keracunan makanan.
Muncul hanya pada waktu tertentu saja
b) . Contagious Diseases Epidemic
Disebut juga Propagated Epidemic, adalah : Suatu keadaan wabah yg ditandai oleh :

Masa inkubasi yang panjang,


Tim bulnya gejala penyakit (onset penyakit) yang pelan,
Episode penyakit me rupakan peristiwa m ajem uk,
Waktu munculnya penyakit tidak jelas,
Hilangnya penyakit dalam waktu yang lama.
Contoh : Wabah penyakit menular.
2. Penyebaran Satu Kurun Waktu
Yaitu Perhitungan penyebaran masalah kesehatan yg dilakukan pd satu kurun waktu
tertentu atau disebut Clustering Menurut Waktu. Digunakan untuk mencari Penyebab
Penyakit.
3. Penyebaran Siklis

Disebut penyebaran secara siklis bila Frekuensi suatu masalah kesehatan naik atau
turun menurut suatu siklus tertentu, misalnya menurut kalender tertentu (minggu,
bulan, tahun); menurut keadaan cuaca tertentu (musim hujan, musim panas); menurut
peristiwa tertentu (musim panen, paceklik).
4. Penyebaran Sekular
Disebut penyebaran secara sekular apabila perubahan yang terjadi berlangsung dalam
waktu yang cukup lama, Misalnya lebih dari 10 tahun.
Kejadian Luar Biasa
KLB adalah status yang diatur pemerintah, timbulnya atau meningkatnya
kejadiankesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
1.2.
Kriteria
Untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui
Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan Kriteria
kerja KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal
Angka kejadian penyakit/kematian meningkat secara terus menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
Angka kejadian penyakit/kematian meningkat menjadi dua kali lipat atau
lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
Jumlah penderita baru dalam 1 bulan meningkat menjadi 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih dibanding dengan angka rata rata/bulan dari tahun
sebelumnya.
Case Fatality Rate yang selanjutnya disingkat CFR menunjukan tingkat
keganasan dari suatu penyakit. CFR dari suatu penyakit dalam suatu kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR
dari periode sebelumnya.
Propotional Rate yang selanjutnya disingkat (PR) penderita baru dari suatu
periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode
yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS
1.Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis).
2.Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu
sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang
bersangkutan.
Beberapa penyakit yang dialami 1 atau lebih penderita :
1.Keracunan makanan
2.Keracunan pestisida

Klasifikasi KLB
Menurut Penyebab:
Toksin
Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera,
Eschorichia, Shigella.
Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin.
Infeksi
Virus.
Bacteri.
Protozoa.
Cacing.
Toksin Biologis
Racun jamur.
Alfatoxin.
Plankton
Racun ikan
Racun tumbuh-tumbuhan
Toksin Kimia
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain
cyanida.
Zat kimia organik: nitrit, pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya
Menurut Sumber KLB
Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti :
Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek,
penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira,
Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Menurut Penyakit wabah


Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:
Kholera
Pes
Demam kuning

Demam bolak-balik
Tifus bercak wabah
Demam Berdarah Dengue
Campak
Polio
Difteri
Pertusis
Rabies
Malaria
Influensa
Hepatitis
Tipus perut
Meningitis
Encephalitis
SARS
Anthrax
1.3.

Penghitungan

Pengukuran epidemiologi penyakit dibagi manjadi 2 yaitu:


1. Insiden
Insiden adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di dalam kelompok masyarakat. Untuk dapat
menghitung angka insidensi suatu penyakit, sebelumnya harus diketahui terlebih
dahulu tentang :
Data tentang jumlah penderita baru.
Jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru
Secara umum angka insiden ini dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Incidence Rate
Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu
tertentu(umumnya 1 tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan.
Rumus yang digunakan:
Jumlah Penderita Baru
Insiden rate = x K
Jumlah penduduk yg mungkin terkena
Penyakit tersebut pada pertengahan tahun
K = Konstanta ( 100%, 1000 )
Manfaat Incidence Rate adalah :
- Mengetahui masalah kesehatan yang dihadapi
- Mengetahui Resiko untuk terkena masalah kesehatan yang dihadapi
- Mengetahui beban tugas yang harus diselenggarakan oleh suatu fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Attack Rate

Yaitu Jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu saat
dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut
pada saat yang sama.
Manfaat Attack Rate adalah :
- Memperkirakan derajat serangan atau penularan suatu penyakit.
Makin tinggi nilai AR, maka makin tinggi pula kemampuan Penularan
penyakit tersebut.
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru dlm Satu Saat
Attack rate =xK
Jumlah Penduduk yg. Mungkin terkena Penyakit
Tersebut pd. Saat yg. Sama.
c. Secondary Attack Rate
Jumlah penderita baru suatu penyakit yang terjangkit pada serangan kedua
dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi orang/penduduk yang pernah
terkena penyakit pada serangan pertama.
Digunakan menghitung suatu panyakit menular dan dalam suatu populasi yang kecil
( misalnya dalam Satu Keluarga ).
Rumus yang digunakan :
Jumlah Penderita Baru pd. Serangan Kedua
SAR = xK
(Jml. Penddk Pendd. Yg. Terkena Serangan Pertama )
2. Prevalen
Gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada
perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa
memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko
(Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi
sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak
mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum
nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Period Prevalen Rate
Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk
penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker
dan Kelainan Jiwa.
Rumus yang digunakan :
Jumlah penderita lama & baru
Periode Prevalen Rate = xK
Jumlah penduduk pertengahan
b) Point Prevalen Rate

Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan
jumlah penduduk pada saat itu. Dapat dimanfaatkan untuk mengetahui Mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Rumus :
Jumlah Penderita lama & baru Saat itu
Point Prevalen Rate = x K
Jumlah Penduduk Saat itu
Pengukuran Mortality Rate
CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: CDR (Crude Death Rate)
Jumlah semua kematian
--------------------------------- x k
Jumlah semua penduduk
SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu tahun
dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: SDR (Specific Death Rate
Jumlah kematian penyakit
----------------------------------- x k
Jumlah semua penduduk
CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk
menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit
MATERNAL MORTALITY RATE
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup
MMR (Maternal Mortality Rate):

10

Jumlah kematian Ibu


------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup

INFANT MORTALITY RATE


IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per
1000 kelahiran hidup
IMR (Infant Mortality Rate):
Juml kematian bayi
----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup

NEONATAL MORTALITY RATE


NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur
< 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
NMR (Neonatal Mortality Rate):
Jumlah kematian neonatus
------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup

PERINATAL MORTALITY RATE


PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28
minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
PMR (Perinatal Mortality Rate):
Jumlah kematian perinatal
---------------------------------- x 1000
Jumlah kelahiran hidup

1.4.

Penanggulangan
Penanggulangan wabah : Upaya penanggulangan wabah meliputi penyelidikan
epidemiologis, pemeriksaan, pengobatan,perawatan dan isolasi penderita
termasuk tindakan karantina, pencegahan dan pengebalan,pemusnahan penyebab
penyakit, penanganan jenazah akibat wabah, penyuluhan kepada masyarakat dan
upaya penanggulangan lainnya
Penyelidikan epidemiologis :
a. Mengetahui sebab-sebab penyakit wabah;
b. Menentukan faktor penyebab timbulnya wabah;
c. Mengetahui kelompok masyarakat yang terancam terkena wabah;

11

d. Menentukan cara penanggulangan.


Hal ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan:
a. Pengumpulan data kesakitan dan kematian penduduk;
b. Pemeriksaan klinis, fisik, laboratorium dan penegakan diagnosis;
c. Pengamatan terhadap penduduk pemeriksaan terhadap makhluk hidup lain
dan benda-benda yang ada di suatu wilayah yang diduga mengandung
penyebab penyakit wabah.

Tindakan pemeriksaan, pengobatan, perawatan, isolasi penderita dan tindakan


karantina dilakukan di sarana pelayanan kesehatan, atau di tempat lain yang
ditentukan.

Tindakan pencegahan dan pengebalan dilakukan terhadap masyarakat yang


mempunyai risiko terkena penyakit wabah.

Tidakan pemusnahan penyebab penyakit dilakukan terhadap:


a. bibit penyakit/kuman;
b. hewan, tumbuh-tumbuhan dan atau benda yang mengandung penyebab
penyakit. Pemusnahan harus dilakukan dengan cara tanpa merusak lingkungan
hidup atau tidak menyebabkan tersebarnya wabah penyakit.

Penanganan jenazah akibat wabah


a. Pemeriksaan jenazah oleh pejabat kesehatan;
b. Perlakuan terhadap jenazah dan penghapus hamaan bahan-bahan dan alat
yang digunakan dalam penanganan jenazah diawasi oleh pejabat kesehatan.

Penyuluhan kepada masyarakat mengenai upaya penanggulangan wabah


dilakukan oleh pejabat kesehatan dengan mengikutsertakan pejabat instansi
lain, lembaga swadaya masyarakat, pemuka agama dan pemuka masyarakat.
Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai
media komunikasi massa baik Pemerintah maupun swasta.
Penanggulangan KLB
Pokok program penanggulangan KLB adalah identifikasi ancaman KLB
secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, upaya pencegahan terjadinya KLB
dengan melakukan upaya perbaikan kondisi rentan KLB, penyelenggaraan
SDK-KLB, kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan adanya KLB dan
tindakan penyelidikan dan penanggulangan KLB secara cepat dan tepat.
SDK-KLB (Sistem Kewaspadaan Dini-KLB) adalah suatu kegiatan
pengkajian epidemiologi untuk identifikasi ancaman KLB, peringatan
kewaspadaan dini KLB, peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan
terhadap KLB.
1. Kajian epidemiologi ancaman KLB
Bahan kajian berupa :

12

a.
b.
c.
d.
e.

Data surveilans epidemiologi penyakit berpotensi KLB


Kerentanan masyarakat, antara lain status gizi dan imunisasi
Kerentanan lingkungan
Kerentanan pelayanan kesehatan
Ancaman penyebaran penyakit berpotensi KLB dari
daerah/Negara lain
f. Sumber data lain dari jejaring surveilans epidemiologi

suatu

2. Peringatan Kewaspadaan Dini KLB


Hal ini dibuat untuk jangka pendek (3-6 bulan mendatang) di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan propinsi, Departemen
Kesehatan, sector terkait dan anggota masyarakat, sehingga mendorong
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB di unit pelayanan
kesehatan dan program terkait serta peningkatan kewaspadaan masyarakat
perorangan dan kelompok. Peringatan kewaspadaan dini KLB juga bisa
dilakukan terhadap penyakit berpotensi KLB dalam jangka panjang (5
tahun mendatang) agar siap siaga lebih baik.
3. Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan KLB
a. Deteksi dini kondisi rentan KLB
Kewaspadaan terhadap timbulnya kerentanan masyarakat, kerentanan
lingkungan-perilaku, dan kerentanan pelayanan kesehatan terhadap
KLB dengan menerapkan cara-cara surveilans epidemiologi atau
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) kondisi rentan KLB.
b. Deteksi dini KLB
Adalah kewaspadaan terhadap timbulnya KLB dengan identifikasi
kasus berpotensi KLB, pemantauan wilayah setempat terhadap
penyakit-penyakit berpotensi KLB dan penyelidikan dugaan KLB.
c. Deteksi dini KLB melalui pelaporan kewaspadaan KLB oleh
masyarakat
Isi laporan kewaspadaan terdiri dari jenis penyakit, gejala penyakit,
desa/lurah, kecamatan dan kabupaten/kota tempat kejadian, waktu
kejadian, jumlah penderita dan jumlah meninggal.
Perorangan dan organisasi yang wajib membuat laporan kewaspadaan
KLB :
o
Orang yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit
berpotensi KLB
o
Petugas kesehatan yang memeriksa penderita atau memeriksa bahan-bahan
pemeriksaan penderita penyakit berpotensi KLB
o
Kepala stasiun kereta api, kepala pelabuhan laut, kepala Bandar udara, kepala
terminal kendaraan bermotor, kepala asrama, kepala sekolah, kepala kantor pemerintah
dan swasta, pimpinan perusahaan, kepala Unit Pelayanan Kesehatan
o
Nakhoda kapal, pilot pesawat terbang, dan pengemudi angkutan darat
d. Kesiapsiagaan menghadapi KLB
Hal ini dilakukan terhadap :

13

sumber daya manusia : tenaga dokter, perawat, surveilans


epidemiologi, sanitarian, entomologi serta tenaga lain sesuai
kebutuhan. Tenaga ini harus menguasai pedoman penyelidikan
dan penanggulangan KLB yang diprioritaskan di daerahnya
system konsultasi dan referensi : tiap daerah harus
bekerjasama dengan para ahli, baik ahli setempat,
kabupaten/kota atau propinsi lain, nasional, internasional
termasuk rujukan laboratorium. Hal lain yang dilakukan juga
adalah dengan melengkapi kepustakaan dengan referensi
berbagai jenis penyakit berpotensi KLB.
sarana penunjang dan anggaran biaya : peralatan komunikasi,
transportasi, obat-obatan, laboratorium, bahan dan peralatan
lainnya, termasuk pengadaan anggaran dalam jumlah yang
memadai jika terjadi KLB.
strategi dan tim penanggulangan KLB :
Kerjasama Penanggulangan KLB Kabupaten/Kota, Propinsi
dan Pusat.
e. Tindakan penanggulangan KLB yang cepat dan tepat
Tiap daerah menetapkan mekanisme agar tiap kejadian KLB terdeteksi
dini dan dilakukan tindakan penanggulangan dengan cepat dan tepat
f. Advokasi dan asistensi penyelenggaraan SDK-KLB
Penyelenggaraan SDK-KLB dilakukan terus menerus sistematis di
tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota
g. Pengembangan SDK-KLB darurat
Jika diperlukan untuk menghadapi ancaman terjadinya KLB penyakit
tertentu yang sangat serius dapat dikembangkan dan atau ditingkatkan
SDK-KLB penyakit tertentu dan dalam periode waktu terbatas dan
wilayah terbatas.

14

Bagan 1.

Skema

Penyelenggaraan SDK-KLB (http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK


%20No.%20949%20ttg%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Sistem%20Kewaspadaan
%20Dini%20KLB.pdf)
STP (Surveilan Terpadu Penyakit) : pelaksanaan surveilans epidemiologi penyakit
menular dan surveilans epidemiologi penyakit tidak menular dengan metode pelaksanaan
surveilans epidemiologi rutin terpadu yang bersumber data Puskesmas, Rumah sakit, Lab
dan Dinas kesehatan Kabupaten/Kota
Jejaring SE (jejaring Surveilans epidemiologi) : pertukaran data dan informasi
epidemiologi, analisis, dan peningkatan kemampuan surveilan
Bagan 2. Skema Program Penanggulangan KLB

(http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20949%20ttg
%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Sistem%20Kewaspadaan%20Dini%20KLB.pdf

15

2. Memahami dan menjelaskan Sistem Rujukan


2.1.
Definisi
Penyerahan Tanggungjawab dari satu pelayanan kesehatan ke pelayanan kesehatan
lain. Secara lengkap : suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan tanggungjawab timbal balik terhadap suatu kasus
penyakit/masalah kesehatan, secara vertikal dari unit yang berkemampuan kurang ke
unit yang lebih mampu atau secara horizontal yaitu antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.
Jenis rujukan ada 2 :
1. rujukan medis berkaitan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
pasien. Hal ini berkaitan dengan pasien, pengetahuan dan bahan-bahan pemeriksaan.
2. rujukan kesehatan masyarakat berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan. Misalnya rujukan teknologi, sarana, operasional

Bagan 3. Jenis rujukan (Soekidjo, 2011)


Tujuan rujukan :

dihasilkannya pemerataan upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah


kesehatan secara berdaya dan berhasil guna
meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu

16

pasien mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih


mampu sehingga jiwanya dapat terselamatkan, dengan demikian dapat
menurunkan AKI dan AKB

2.2.

Syarat dan kriteria rujukan


Syarat rujukan
Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang
menerima rujukan :

Adanya pencatatan tertentu :


Surat rujukan
Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
Pencatatan yang tepat dan benar
Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Kriteria rujukan

(1) Rujukan harus dibuat oleh orang yang mempunyai kompetensi dan wewenang untuk
merujuk, mengetahui kompetensi sasaran/tujuan rujukan dan mengetahui kondisi
serta kebutuhan objek yang dirujuk.
(2) Rujukan dan rujukan balik mengacu pada standar rujukan pelayanan medis Daerah
(3)

Agar rujukan dapat diselenggarakan tepat dan memadai, maka suatu rujukan
hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Adanya unit yang mempunyai tanggungjawab dalam rujukan, baik yang merujuk
atau yang menerima rujukan.
b. Adanya Tenaga kesehatan yang kompeten dan mempunyai kewenangan
melaksanakan pelayanan medis dan rujukan medis yang dibutuhkan.
c. Adanya pencatatan/kartu/dokumen tertentu berupa :

Formulir rujukan dan rujukan balik sesuai contoh.

Kartu Jamkesmas, Jamkesda dan kartu Assuransi lain.

Pencatatan dan dokumen hasil pemeriksaan penunjang

d. Adanya pengertian timbal balik antara pengirim dan penerima rujukan.


e. Adanya pengertian petugas tentang sistem rujukan.

17

f. Rujukan dapat bersifat horizontal dan vertikal, dengan prinsip mengirim ke arah
fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu dan lengkap.
(4) Untuk menjamin keadaan umum pasien agar tetap dalam kondisi stabil selama
perjalanan menuju ketempat rujukan, maka :
a. sarana transportasi yang digunakan harus dilengkapi alat resusitasi, cairan infus,
oksigen dan dapat menjamin pasien sampai ke tempat rujukan tepat waktu;
b. pasien didampingi oleh tenaga kesehatan yang mahir tindakan kegawat
daruratan;
c. sarana transportasi/petugas kesehatan pendamping memiliki sistem komunikasi;
(5) Rujukan pasien/specimen ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dan atau
lengkap hanya dapat dilakukan apabila :
a. dari hasil pemeriksaan medis, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak
dapat diatasi;
b. pasien memerlukan pelayanan medis spesialis dan atau subspesialis yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
c. pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan semula;
d. pasien atau keluarganya menyadari bahwa rujukan dilaksanakan karena alasan
medis;
e. rujukan dilaksanakan ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat yang diketahui
mempunyai tenaga dan sarana yang dibutuhkan menurut kebutuhan medis atau
penunjang medis sesuai dengan rujukan kewilayahan;
f. rujukan tanpa alasan medis dapat dilakukan apabila suatu rumah sakit kelebihan
pasien ( jumlah tempat tidur tidak mencukupi);
g. rujukan sebagaimana dimaksud huruf f dirujuk ke rumah sakit yang setara atau
sesuai dengan jaringan pelayanannya;
h. khusus untuk pasien Jamkesda dan pemegang Assuransi Kesehatan lainnya,
harus ada kejelasan tentang pembiayaan rujukan dan pembiayaan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tujuan Rujukan
i. khusus untuk pasien Jamkesda hanya dapat dirujuk ke rumah sakit yang setara
yaitu ke PPK1 atau PPK 2 lainnya yang mengadakan kerjasama dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat;
6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan/tenaga kesehatan dilarang merujuk dan menentukan
tujuan rujukan atas dasar kompensasi/imbalan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2.3.

Sistem lintas program dan sektoral

18

Keterpaduan lintas program : upaya memadukan penyelenggaraaan berupa pelayanan


kesehatan yang menjadi tanggungjawab Puskesmas. Contoh :
a. MTBS ( Manajemen Terpadu Balita Sakit) : keterpaduan KIA dengan P2M, gizi,
promosi kesehatan, pengobatan
b. UKS (Upaya Kesehatan Sekolah)
c. Puskesmas keliling
d. Posyandu
Keterpaduan lintas sektor : upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya
Pusjesmas dengan berbagai program dari sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk
organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha. Contoh :
a. Upaya kesehatan sekolah : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
b. Upaya promosi kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
c. Upaya kesehatan ibu dan anak : : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat,
lurah/kepala desa, pendidikan, agama
d. Upaya perbaikan gizi : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, dunia usaha
e. Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan : keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama
f. Upaya kesehatan kerja : keterpaduan sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, pendidikan, agama, tenaga kerja, dunia usaha
Jenis pelayanan kesehatan:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk
meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Bentuk pelayanan :
puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, Balkesmas. Puskesmas
pembantu : unit pelayanan kesehatan yang sederhana dan berfungsi menunjang
dan membantu memperluas jangkauan Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (secondary health care) diperlukan pasien
yang rawat inap, yang sudah tidak bisa ditanganti tingkat pelayanan kesehatan
sekunder. Bentuk pelayanan : Rumah Sakit tipe C, memerlukan tersedianya
tenaga-tenaga spesialis
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health care) diperlukan pasien yang
tidak bisa ditangani pelayanan kesehatan sekunder, memerlukan tenaga-tenaga
superspesialis. Bentuk pelayanan : Rumah Sakit A dan B
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan , disingkat BAKSOKU
yang dijabarkan sebagai berikut :

19

B (bidang) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten


dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus
set, tensimeter, dan stetoskop
K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an
mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien)
ke tempat rujukan.
S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat obat yang telah diterima ibu (klien)
O (obat) : bawa obat obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat
U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat rujukan

Bagan 4. Skema Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan di Indonesia (Soekidjo, 2003)


3. Memahami dan menjelaskan perilaku kesehatan dan pola pencaharian
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003).

20

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-OR atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung
atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang
menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,
sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,
perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut
perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut
upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
Domain Perilaku
Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

21

pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut,


yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan
ranah psikomotor (psicomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
1) Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat,
kondisi fisik.
2) Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.
3) Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa

22

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan


bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
1) Persepsi (perception)

23

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2) Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
3) Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik
tingkat tiga.
4) Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan
yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan
bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi
proses berurutan yakni :
1) Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2) Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3) Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5) Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
Asumsi Determinan Perilaku

24

Menurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan.


Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri
orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas,
sosial budaya dan sebagainya. Proses terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan pada
gambar berikut :

Bagan 5. Determinan perilaku


Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara
lain :
1. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.

25

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)


Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal autonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).
3. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :
Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu
tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu
tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka
apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.

26

Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam


suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia (Notoatmodjo, 2003).
4. Memahami dan menjelaskan pelayanan kesehatan dari Puskesmas
4.1.
Pelayanan kesehatan

Sistem terdiri dari :


Input
Subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem, seperti sistem pelayanan kesehatan :
- Potensi masyarakat
- Tenaga kesehatan
- Sarana kesehatan
Proses
Kegiatan yg berfungsi untuk mengubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yg
diharapkan dari sistem tersebut, yaitu berbagai kegiatan dalam pelayanan kesehatan.
Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses, Output pelayanan kesehatan : pelayanan
yang berkualitas, efektif dan efisien serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
sehingga pasien sembuh & sehat optimal.
Dampak
Akibat yang dihasilkan sebuah hasil dari sistem, relative lama waktunya. Dampak
sistem Pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan & kematian
menurun.
Umpan balik (feedback)
Suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, berupa kualitas tenaga kesehatan
Lingkungan
Semua keadaan di luar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.
Tingkat Pelayanan Kesehatan
Menurut Leavel & Clark dalam memberikan pelayanan kesehatan harus
memandang pada tingkat pelayanan kesehatan yg akan diberikan, yaitu :
Health promotion (promosi kesehatan)
Merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan
kesehatan, Contoh : kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan.
Specifik protection (perlindungan khusus)
Masyarakat terlindung dari bahaya/ penyakit2 tertentu. Cth : Imunisasi,
perlindungan keselamatan kerja
Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini & pengobatan segera)
Sudah mulai timbulnya gejala penyakit, Cth : survey penyaringan kasus.
Disability limitation (pembatasan cacat)

27

Dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak
kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan.
Rehabilitation (rehabilitasi)
Dilaksanakan setelah pasien didiagnosa sembuh. Sering pada tahap ini dijumpai
pada fase pemulihan terhadap kecacatan seperti latihan- latihan yang diberikan pada
pasien.
Lembaga pelayanan kesehatan
Rawat jalan
Institusi
Hospice
Community Based Agency
Lingkup sistem pelayanan kesehatan
Tertiary health service : tenaga ahli/subspesialis (RS tipe A atau B)
Secondary health care : RS yg tersedia tenaga spesialis
Primary health care : Puskesmas, balai kesehatan
Rumah sakit dapat dibagi dalam beberapa jenis menurut kategorinya :
Menurut pemilik : pemerintah, swasta
Menurut filosofi yang dianut : profit hospital dan non profit hospital
Menurut jenis pelayanan yang diselenggarakan : General Hospital dan Specialty
Hospital
Menurut lokasi (pemerintah) : pusat, provinsi dan kabupaten
Menurut kemampuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dapat
digolongkan dalam beberapa kategori :
Rumah sakit tipe A : Specialis dan sub specialis lebih luas, Top referral hospital
Rumah sakit tipe B : Specialis dan sub specialis terbatas, pelayanan rujukan dari
kabupaten
Rumah sakit tipe C : Spesialis terbatas, Pelayanan rujukan dari Puskesmas
Rumah sakit tipe D : Pelayanan rujukan dari Puskesmas
Rumah sakit tipe E : (rumah sakit khusus) : RS Jiwa, RS Jantung, RS Paru, kanker,
Kusta.
- Puskesmas dibina oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota terkait kegiatan upaya
kesehatan masyarakat (UKM)
- Puskesmas dibina oleh rumah sakit kabupaten/kota terkait upaya kesehatan
perorangan (UKP)
Sedang dalam proses untuk penggabungan UKM dan UKP

UKM
Pemerintah dan peran serta aktif masyarkat dan swasta.
Mencakup: promkes, pemeliharaan kes, P2M, keswa, pengendalian penyakit tdk
menular, sanitasi dasar, gizi masyarakat.

UKP
dapat diselenggarakan oleh masyarakat, swasta dan Pemerintah .

28

Mencakup: promkes, pencegahan, pengobatan rwt jalan, pengobt rwt inap,


rehabilitasi
Puskesmas :
Posyandu balita dan lansia
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Polindes (poliklinik desa)
Puskesmas kebanyakan hanya dijadikan tempat transit permohonan rujukan.
Trend Issu pelayanan kesehatan
Adanya fragmentasi pelayanan
penerapan otonomi
penetapan Puskesmas sebagai ujung tombak
Alokasi anggaran promotive dan prepentive
Serta kurangnya sumber daya manusia

1.
2.
3.
4.
5.

Faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan


Ilmu pengetahuan & teknologi baru
Pergeseran nilai masyarakat
Aspek legal dan etik
Ekonomi
Politik

Masalah sistem pelayanan kesehatan


Upaya Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
Sumber Daya Manusia Kesehatan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Makanan
Manajemen dan Informasi Kesehatan
Pemberdayaan Masyarakat

Undang- undang sistem pelayanan kesehatan


Landasan Adil, yaitu Pancasila
Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya: Pasal 28 A, setiap orang
berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Pasal 28 A ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan.

29

Bagan 6. Skema Fungsi kesehatan


Menurut skema di atas fungsi sistem kesehatan yaitu: (1) stewardship; (2) Pendanaan;
(3) Pengembangan Sumber Daya, termasuk SDM; dan (4) pemberi pelayanan
berusaha agar terjadi perluasan cakupan pelayanan kesehatan, peningkatan mutu
pelayanan, dan efisiensi yang pada akhirnya meningkatkan status kesehatan.
4.2.
Definisi puskesmas
1. Dr AZRUL AZWAR, MPH ( 1990 )
Pusat Kesehatan Masyarakat : adalah suatu keseatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
wilayah kerja tertentu dalam bentuk-bentuk usaha kesehatan pokok.
2. DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1981
Pusat Kesehatan Masyarakat ( Puskesmas ) adalah : suatu kesatuan organisasi
Kesehatan yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terintegrasi di masyaakat disuatu wilayah kerja tertentu dalam usaha-usaha kesehatan
pokok
3. DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1987
Puskesmas adalah sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat serta
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat
dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya.
Puskesmas adalah : suatu unit organisasi fungsional yang secara profesional
melakukan upaya pelayanan kesehatan pokok yang menggunakan peran serta
masyarakat secara aktif untuk dapat memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu.
1. Menurut Kepmenkes RI No.128/Menkes/SK/II/2004
Puskesmas adalah UPTD Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.
2. Departemen Kesehatan RI 1991
Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

30

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah
kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
4.3.
Visi, Misi, Tujuan, dan Fungsi puskesmas
1. Visi : Tercapainya kecamatan sehat
Masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakannya.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
3. Tujuan
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni;
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.
4. Fungsi Puskesmas
Pusat pembangunan berwawasan kesehatan.
Mengupayakan program-program pembangunan yang berwawasan kesehatan,yaitu :
Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar
menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan.
Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap
program pembangunan di wilayah kerjanya.
Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan dan pemulihan.
Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat.
Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat :
1) Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat.
2) Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk
pembiayaan.
3) Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
Yaitu menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan masyarakat (public goods)
2) Pelayanan kesehatan perorangan(private goods)

31

4.4.
Program Pokok Puskesmas
1. Promosi Kesehatan
2. Kesehatan Lingkungan
3. Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular
4. Kesehatan Keluarga Dan Reproduksi
5. Perbaikan Gizi Masyarakat
6. Penyembuhan Penyakit Dan Pelayanan Kesehatan
1.

Promosi Kesehatan
A. Pengertian
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah upaya untuk memberikan
pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, kelompok dan
masyarakat, dalam berbagai tatanan, dengan membuka jalur komunikasi,
menyediakan informasi, dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan prilaku, dengan melakukan advokasi, pembinaan
suasana dan gerakan pemberdayaan masyarakat untuk mengenali,
menjaga/memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya.
B. Tujuan
Tercapainya perubahan prilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam
membina dan memelihara prilaku sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
C. Sasaran
a. Pelaksanaan posyandu dan Pembinaan kader
b. Penyuluhan Kesehatan
- Penyuluhan dalam gedung
- Penyuluhan luar gedung
Penyuluhan kelompok :
- Kelompok posyandu
- Penyuluhan masyarakat
- Anak sekolah
Penyuluhan perorangan : PHN
c. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
d. Advokasi program kesehatan dan program prioritas
Kampanye program prioritas antara lain : vitamin A, narkoba, P2M DBD,
HIV, malaria, diare
e. Promosi kesehatan tentang narkoba
f. Promosi tentang kepesertaan jamkesmas
g. Pembinaan dana sehat/jamkesmas

2.

Kesehatan Lingkungan
A. Pengertian
Berdasarkan teori Blum, lingkungan merupakan salah satu faktor yang
pengaruhnya paling besar terhadap status kesehatan masyarakat di samping
faktor pelayanan kesehatan, faktor genetik dan faktor prilaku. Bahaya
potensial terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan dapat
bersifat fisik, kimia maupun biologi.

32

B.

C.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.

Sejalan dengan kebijaksanaanParadigma Sehat yang mengutamakan


upaya-upaya yang bersifat promotif, preventif dan protektif. Maka upaya
kesehatan lingkungan sangat penting.
Semua kegiatan kesehatan lingkungan yang dilakukan oleh para staf
Puskesmas akan berhasil baik apabila masyarakat berperan serta dalam
pelaksanaannya harus mengikut sertakan masyarakat sejak perencanaan
sampai pemeliharaan.
Tujuan
Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya
kualitas lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi
masyarakat dari segala kemungkinan resiko kejadian yang dapat
menimbulkan gangguan dan bahaya kesehatan menuju derajat
kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik.
Tujuan Khusus
1. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan yang optimal
2. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikut sertaan sektor
lain yang bersangkutan, serta bertanggung jawab atas upaya
peningkatan dan pelestarian lingkungan hidup.
3. Terlaksananya peraturan perundangan tentang penyehatan
lingkungan dan permukiman yang berlaku.
4. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan
dalam peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
5. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi
perumahan, kelompok masyarakat, tempat pembuatan/penjualan
makanan, perusahaan dan tempat-tempat umum.
Kegiatan
Kegiatan-kegiatan utama kesehatan lingkungan yang harus dilakukan
Puskesmas meliputi:
Penyehatan air
Penyehatan makanan dan minuman
Pengawasan pembuangan kotoran mannusia
Pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah
Penyehatan pemukiman
Pengawasan sanitasi tempat umum
Pengamanan polusi industri
Pengamanan pestisida
Klinik sanitasi

Pencegahan Pemberantasan Penyakit Menular


1. Penyakit Menular
Adalah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau toksinnya, yang
beraasal dari sumber penularan atau reservoir, yang ditularkan/
ditansmisikan kepada pejamu (host) yang rentan.
2. Kejadian Luar Biasa (KLB)

33

3.

4.
a.
b.
c.
5.

6.

7.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Adalah kejadian kesakitan atau kematian yang menarik perhatian umum


dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di kalangan masyarakat,
atau menurut pengamatan epidemiologik dianggap adanya peningkatan
yang berarti (bermakna) dari kejadiankesakitan/kematian tersebut kepada
kelompok penduduk dalam kurun tertentu.
Wabah Penyakit Menular
Adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat mennnimbulkan
malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit yang
mennular)
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)
Penanggulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya-upaya:
Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita, membangun pospos kesehatan di tempat kejadian dengan dukungan tenaga dan sarana obat
yang memadai termasuk rujukan.
Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya, abatisasi
pada KLB, DBD, Kaporisasi pada sumur-sumur yang tercemar pada KLB
diare, dsb.
Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan ,
pengamatan/pemantauan (surveinlans ketat) dan logistik.
Program Pencegahan
Adalah mencegah agar penyakit menular tidak menyebar didalam
masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan memberikan kekebalan
kepada host melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan imunisasi.
Cara Penularan Penyakit Menular
Dikenal beberapa cara penularan penyakit menular yaitu:
a. Penularan secara kontak
b. Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman yang
tercemar
c. Penularan melalui vektor
d. Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik dan tato.
Surveilans Evidemiologi Penyakit Menular
Adalah suatu kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan
terhadap kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya secar sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk
perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan sistem
kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan: Pengumpulan
Data/Informasi Untuk Menentukan Tindakan (Surveillance For Action).
B. Program Pemberantasan Penyakit Menular
Program imunisasi
Program TB paru dengan kegiatan penemuan penderita TBC
Program malaria dengan angka insiden malaria (AMI)
Program ISPA dengan frekuensi penemuan dan penaggulangan pneumonia
Program diare meliputi frekuensi penanggulangan diare
Program rabies

34

g. Program Surveilans
h. Pemberantasan P2B2 demam berdarah
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.

Kesehatan Keluarga dan Reproduksi


A. Pengertian
Kesehatan Keluarga adalah wujud keluarga sehat, kecil bahagia dan sejahtra
dari suami istri, anak dan anggota keluarga lainnya (UU RI no 23 th 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh.
Bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.(WHO)
B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan kesadaran kemandirian wanita dan keluarganya dalam mengatur
biologik keluarga termasuk fungsi reproduksinya serta berperan serta aktif
dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehatan keluarga serta
meningkatkan kualitas hidup keluarga
Tujuan Khusus
Peran serta aktif wanita dan keluarganya dalam mencegah dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dan masalah reproduksi
Memberikan informasi, edukasi terpadu mengenai seksualitas dan kesehatan
reproduksi, manfaat dan resiko dari: obat, alat, perawatan, tindakan serta
kemampuan memilih kontrasepsi dengan tepat
Melaksanakan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
Melaksanakan pelayanan kontrasepsi yang aman dan efektif
Kehamilan dap persalinan yang direncanakan dan aman
Pencegahan dan penanganan engguguran kandungan yang tidak dikehendaki
Pelayanan infertilitas
Informasi secara menyeluruh tentang pengaruh defisiensi hormon di usia lanjut
pada usia lanjut penapisan masalah malignasi
C. Kebijaksanaan Penyelenggaraan Pembinaan Kesehatan Keluarga dan
Reproduksi Sesuai dengan intervensi nasional penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi di indonesia berdasarkan rekomendasi strategi regional
WHO untuk negara-negara Asia Tenggara, maka kegiatan pelayanan reproduksi
adalah:
Kesehatan Ibu Dan Anak
Kesehatan Anak Usia Sekolah
Kesehatan Remaja, termasuk pencegahan serta penanganan PMS (Penyakit
Menular akibat Hubungan Seks, HIV/AIDS)
Keluarga Berencana
Kesehatan Usia Lanjut (Program Pengembangan Puskesmas)
D. Indikator keberhasilan
Indikator keberhasilan program di wilayah kerja dinilai dari:
Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Ibu

35

3. Prosentase Ibu Hamil Yang Mempunyai Berat Badan Dan Tinggi Yang Normal
4. Prosentase Ibu Hamil Dengan Anemia
5. Prosentase Balita Dengan Berat Badan Dan Tinggi Sesuai Umur
Kesehatan ibu dan anak
A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan ibu dalam menjalankan fungsi reproduksi yang berkualitas serta upaya
kelangsungan hidup, pengembangan dan perlindungan bayi, anak bawah lima
tahun (BALITA) dan anak usia pra sekolah dalam proses tumbuh kembang.
Prioritas pelayanan KIA dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan ibbu
dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Pelayanan KIA Puskesmas terdiri dari
1. Pelayanan kesehatan asuhan kebidanan di wilayah Puskesmas
2. Pelayanan kesehatan bagi bayi, balita dan anak pra sekolah

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Terciptanya pelayanan berkualitas denagn partisipasi penuh pengguna jasa dan
keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap ibu mempunyai kesempatan yang
terbaik dalam hal waktu dan jarak antar kehamilan, melahirkan bayi sehat yang
aman dalam lingkungan yang kondusif sehat, denagn asuhan antenatal yang ade
kuat, dengan gizi serta persiapan menyusui yang baik.
Tujuan Khusus
Memberikan pelayanan kebidanan dasar dan KIE kepada ibu hamil termasuk KB
berupa pelayanan antenatal, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas serta
perawatan bayi baru lahir.
Memberikan pertolongan pertama penanganan kedaruratan kebidanan dan
neonatal serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai kebutuhan
Memantau cangkupan pelayanan kebidanan dasar dan penagganan kedaruratan
kebidanan neonatal
Meningkatkan kualitas pelayanan KIA secara berkelanjutan
Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KIA
Memberikan pelayanan kesehatan neonatal esensial seluruh bayi baru lahir yang
meliputi usaha pernafasan spontan, menjaga bayi tetap hangat, menyusui dini
dan eksklusif, mencegah interaksi serta tata laksana neonatal sakit
Melaksanakan pemeliharaan kesehatan kepada seluruh balita dan anak pra
sekolah yang meliputi perawatn bayi baru lahir, pemeriksaan kesehatan rutin
pemberian imunisasi dan upaya perbaikan gizi
Melaksanakan secara dini pelayanan program dan stimulasi tumbuh kembang
pada seluruh balita dan anak pra sekolah yang melipui perkembangan motorik,
kemampuan berbicara dan kognitif serta sosialisasi dan kemandirian anak
Melaksanakan management terpadu balita sakit yang datang berobat ke fasilitas
rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindak lanjutnya

36

C. Sasaran
Adalah ibu, bayi, balita, anak usia pra sekolah dan keluarga yang tinggal dan
beraada di wilayah kerja Puskesmas serta yang berkunjung ke Puskesmas.
Kesehatan Anak Usia Sekolah
A. Pengertian
Upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan serta membentuk prilaku hidup sehat anak usia sekolah yang
berada di sekolah dan perguruan agama. Anak usia sekolah (7-21 tahun) sesuai
proses tumbuh kembang di bagi 3 subkelompok yaitu:
1. Pra-remaja (7-9 tahun)
2. Remaja (10-19 tahun)
3. Dewasa Muda (20-21 tahun)

a.
b.
c.
d.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan peserta didik, sehingga memungkinkan
pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
Tujuan Khusus
Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinssip
hidup sehat serta berpartisipasi aktif di dalam usaha peningkatan kesehatan
sekolah, perguruan agama, di rumah tangga maupun di lingkungan masyarakat
Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalah
gunaan narkotika dan bahan berbahaya, alkohol, rokok dan sebagainya
Meningkatnya mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan bagi peserta didik ddik
sekolah dan diluar sekolah
Terciptanya lingkungan kehidupan sehat di sekolah
C. Sasaran
Masyarakat sekolah dari tingkat pendidik dasar sampai dengan tingkat
pendidikan menengah termasuk perguruan agama,beserta lingkungannya, serta
perguruan tinggi (tingkat 1 dan 2)
Kesehatan Remaja
A. Pengertian
Adalah pembinaan yang meliputi perencanaan, penilaian, pembimbingan dan
pengendalian segala upaya untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan
peningkatan peran serta aktif remaja dalam perawatan kesehatan diri dan
kesehaatan keluarga, dengan dukungan kerjasama lintas program dan lintas
ssektoral
B. Tujuan
Tujuan Umum

37

a.
b.
c.
d.
e.

Meningkatnya kemampuan hidup sehat remaja sebagai unsur kesehatan keluarga,


guna membina kesehatan diri dan lingkungannya dalam rangka meningkatkan
ketahanan diri, prestasi dan peran aktifnya dalam pembangunan nasional
Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan remaja tentang perkembangan biologik yang terjadi
pada dirinya
Menurunnya angka kehamilan dikalangan remaja
Menurunnya angka kematian bayi dan ibu akibat kehamilan remaja
Menurunnya angka kejadian Penyakit akibat hubungan seksual(PHS) di kalangan
remaja
Meningkatnya peran serta aktif keluarga dan masyarakat dalam upaya pembinaan
kesehatan remaja.
C. Sasaran
Sasaran untuk wilayah Puskesmas
a. Sasaran Remaja
Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam institusi pendidikan formal
dan non formal di wilayah Puskesmas
Remaja berusia 10-19 tahun dan belum kawin dalam kelompok pekerja
Remaja berusia 10-19 tahun dalam kelompok masyarakat (Olahraga, Kesenian,
PMI Remaja, Pramuka, Karang Taruna)
b. Sasaran Pembina Remaja
Perkumpulan orang tua murid
Pimpinan/supervisor/pembimbing kegiatan remaja
Pimpinan kelompok pekerja/industri yang beranggotakan remaja
c. Sasaran Pengelola Kegiatan
Pimpinan pengelola program/upaya pelayanan kesehatana.
Petugas Pelayanan Kesehatan

Keluarga Berencana
A. Pengertian
Adalah upaya kesehatan primer yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
kesehatan pasangan usia subur dalam menjalankan fungsi reproduksi yang
berkualitas.
Prioritas pelayanan KB dewasa ini adalah meningkatkan derajat kesehatan pasangan
usia subur dan keluarganya dalam pengaturan kehamilan, baik jumlah dan waktu
kehamilan serta jarak antar kehamilan guna menurunkan angka kelahiran nasional
B. Tujuan
Tujuan Umum
Adalah terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan penuh pengguna jasa
pelayanan dan keluarganya dalam mewujudkan bahwa setiap pasangan usia subur
mempunya kesempatan yang terbaik dalam mengatur jumlah, waktu dan jarak antar
kehamilan guna merencanakan dan mewujudkan suatu keluarga kecil, bahagia dan
sejahtra.
Tujuan Khusus

38

a. Memberikan pelayanan kontrasepsi yang berkualitas dan KIE kepada pasangan usia
subur dan keluarganya
b. Memberikan pertolongan pertama/penanganan efek samping dan kegagalan metode
kontrasepsi serta merujuk ke fasilitas rujukan primer (RS Dati II) sesuai dengan
kebutuhan
c. Memantau cakupan pelayanan kontrasepsi dan kegagalan metoda kontrasepsi
d. Meningkatkan kualitas pelayanan KB secara berkelanjutan
e. Menumbuhkan, mengoptimalkan dan memelihara peran serta masyarakat dalam
upaya KB
f. Memberikan pelayanan kesehatan pasangan usia subur, calon pasangan usia subur,
serta anggota keluarga yang lain dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan
fungsi reproduksinya
g. Melaksanakan penanganan infentaris pasangan usia subur yang berkualitas dan
merunjuk ke fasilitas rujukan primer sesuai dengan kebutuhan
h. Melaksanakan managemen terpadu pelayanan kontrasepsi yang datang berobat ke
fasilitas rawat jalan termasuk pelayanan pra rujukan dan tindakan lanjutnya
C. Sasaran
a. Sasaran pelayanan KB adalah pasangan usia subur
b. Calon pasangan usia subur
c. Pasangan usia subur dengan wanita yang akan memasuki masa menoupaus
d. Keluarga yang tinggal dan berada di wilayah kerja Puskesmas
e. WUS yang datang pada pelayanan rawat jalan Puskesmas yang dalam fase intervensi
pelayanan KB.
5.

1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.

Perbaikan Gizi masyarakat


A. Pengertian
Adalah kegiatan untuk mengupayakan peningkatan status gizi masyarakat
dengan pengelolaan terkoordinasi dari berbagai profesi kesehatan serta
dukungan peran serta aktif masyarakat
B. Program
Upaya Perbaikan Gizi Puskesmas meliputi:
Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)
Upaya Perbaikan Gizi Institusi (UPGI)
Upaya Penanggulangan Kelainan Gizi Yang Terdiri Dari:
Pencegahan Dan Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium
(GAKY)
Pencegahan Dan Penanggulangan Anemia Besi (AGB)
Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Kalori Energi Protein (KEP) Dan
Kurang Energi Kronis (KEK)
Pencegahan Dan Penaggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Kekurangan Gizi Mikro Lain
Pencegahan Dan Penaggulangan Masalah Gizi Lebih
Sistem Kewaspadaan Pangan Dan Gizi (SKPG)

C. Tujuan

39

a.
b.
c.
d.
e.

a.
b.
c.
d.
e.

Tujuan Umum
Menanggulangi masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mewujudkan prilaku gizi yang baik dan benarsesuai denagn
gizi seimbang
Meningkatkan perhatian dan upaya peningkatan status gizi warga dari berbagai
institusi pemerintahan serta swasta
Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas gizi/petugas Puskesmas
lainnya dalam merencanakan, melaksanakan, membina, memantau dan
mengevaluasi upaya perbaikan gizi masyarakat
Terselenggaranya pelayanan gizi yang melibatkan partisipasi keluarga terhadap
pencegahan dan penanggulangan masalah kelainan gizi
Terwujudnya rangkaian kegiatan pencatatan/pelaporan masalah gizi dan
tersedianya informasi situasi pangan dan gizi.
D. Sasaran
Sasaran upaya perbaikan gizi adalah kelompok-kelompok yang beresiko
menderita kelainan gizi antara lain:
Bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak usia sekolah
Wanita Usia Subur (WUS) termasuk calon pengantin (cantin), ibu hamil, ibu
nifas, ibu menyusui, dan usia lanjut (usila)
Semua penduduk rawan gizi (endemik)
Semua anak dan dewasa mempunyai masalah gizi
Pekerja penghasilan rendah.

6. Penyembuhan Penyakit dan Pelayanan Kesehatan


1. Pelayanan Medik Rawat Jalan
A. Pengertian
Adalah pelayanan medik yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan (dokter)
baik secara sendiri ataupun atas koordinasi bersama dengan sesama profesi
maupun pelaksana penunjang pelayanan kesehatan lain sesuai dengan
wewenangnya, untuk menyelesaikan masalah kesehatan dan menyembuhkan
penyakit yang ditemukan dari pengguna jasa pelayanan kesehatan, dengan tidak
memandang umur dan jenis kelamin, yang dapat diselenggarakan pada ruang
praktek.

B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan medik rawat jalan adalah terwujudnya pengguna jasa dan
keluarganya yang partisipatif, sehat sejahtera, badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara sosial dan
ekonomi dengan baik
Tujuan Khusus
Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh
anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatannya sendiri, trutama melalui
peningkatan kesehatan dasar dan pencegahan penyakit

40

Meningkatkan kesehatan pengguna jasa pelayanan, dan komunikasi yang


dilayani oleh Puskesmas
Terselenggaranya pelayanan medik yang berkualitas serta melibatkan partisipasi
keluarga terhadap perawatan untuk:
i. Mengurangi penderitaan karena sakit
ii. Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
iii. Memulihkan kesehatan fisik, psikis dan sosial
Menurunnya angka morbidilitas penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
C. Sasaran
Sasaran pelayanan medik rawat jalan yang diselenggarakan Puskesmas adalah
semua anggota masyarakat dengan tidak memandang umur, dan tidak
membedakan strata sosial.
2. Pelayanan Kedaruratan Medik
A. Pengertian
Adalah pelayanan medik terdepan yang merupakan penatalaksanaan
kecelakaan dan keadaan kedaruratan medik berkenaan dengan perubahan
keadaan baik fisiologik, anatomik dan mental psikologikal dari pengguna jasa
pelayanan, yang terjadi mendadak, yang tindakan mengatasinya harus segera
dilaksanakan di mulai dari tempat kejadian sampai dengan pelayanan medik
untuk menyelamatkan kehidupan.
B. Tujuan
Tujuan pelayanan kecelakaan dan kedaruratan medik adalah memberikan
pertolongan medik segera dengan menyelesaikan masalah kritis yang ditemukan
untuk mengambil fungsi vital tubbuh serta meringankan penderitaaan dari
pengguna pelayanan.
C. Prinsip Kerja
Pelayanan kedaruratan medik mempunyai prinsip-prinsip kerja khusus yang
harus dilaksanakan, yaitu:
a. Pertolongan harus cepat dan tepat
b. Pertolongan harus memenuhi standar pelayanan tingkat primer, yaitu :
i. Menstabilkan kondisi medik untuk evakuasi ke tempat rujukan
ii. Memperbaiki jalan nafas dan pernafasan spontan, agar terjaminnya
oksigenasi yang adekuat ke seluruh tubuh terutama otak
iii. Memperbaiki sirkulasi darah
iv. Menghilangkan dan mengurangi rasa nyeri
v. Melakukan tindakan invasif medik yang diperlukan
c. Memberikan informed consent kepada keluarga penderita
3. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
A. Pengertian
Adalah pelayanan gigi dan mulut yang dilakukan oleh pelaksana pelayanan
medik ataupun kesehatan yang berwenang dalam bidang kesehatan gigi dan
mulut, yang dilaksanakan sendiri atau bersama menurut fungsinya masing-

41

masing, gguna mengantisifasi proses penyakit gigi dan mulut dan


permasalahannya secara keseluruhan, yang dapat dilaksanakan dalam prosedur
pelayanan di kamar praktek dan dengan pembinaan kesehatan wilayah setempat.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi:
a. Pelayanan kesehatan gigi dasar paripurna yang terintegrasi dengan programprogram lain di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi esensial yang
terbanyak di butuhkan oleh masyarakat dengan mengutamakan upaya
peningkatan dan pencegahan penyakit gigi.
b. Pelayanan kesehatan gigi khusus adalah upaya perlindungan khusus, tindakan,
pengobatan dan pemulihan masalah kesehatan gigi dan mulut serta pelayanan
asuhan sistemik kesehatan gigi dan mulut.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah meningkatkannya
partisipasi anggota masyarakat dan keluarganya untuk bersama-sama
mewujudkan tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang
optimal
Tujuan Khusus
a. Meningkatnya kesadaran, sikap dan prilaku masyarakat dalam
kemampuan pemeliharaan diri di bilang kesehatan gigi dan mulut dalam
mencari pertolongan sedini mungkin
b. Meningkatkan kesehatan gigi pengguna jasa pelayanan, keluarga dan
komunikasinya
c. Terselenggaranya pelayanan medik gigi dan mulut yang berkualitas serta
melibatkan partisipasi keluarga terhadap perawatan untuk:
i. Menghentikan perjalanan penyakit gigi dan mulut yang diderita
ii. Terhindarnya/berkurangnya gangguan fungsi kunyah akibat kerusakan
gigi dan mulut
iii. Mengurangi penderita karena sakit
iv. Mencegah timbul dan berkembangnya penyakit ke arah kecacatan
v. Memulihkan kesehatan gigi dan mulut
d. Menurunnya prevelensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat terutama pada kelompok masyarakat yang rawan
C. Sasaran
Kelompok rentan untuk mendapatkan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan
mulut yaitu:
a. Anak sekolah dasar (upaya kesehatan gigi sekolah)
b. kelompok ibu hamil dan menyusui
c. Anak pra sekolah
d. Kelompok masyarakat lain berpenghasilam rendah
e. Lansia
4.5.

Imunisasi

42

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan, kekebalan


seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. (Depkes RI, 2005).
Tujuan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi lebih kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan.
(A.Aziz, 2008)
Jenis Imunisasi Dasar, dan Pemberian
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan leh emerintah/ imunisasi
dasar dan ada juga yang hanya anjuran. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana
telah diwajibkan oleh WHO ditambah dengan hepatitis B, sedangkan imunisasi
yang hanya dianjurkan oleh pemerintah dapat digunakan untuk mecegah suatu
kejadian luar biasa atau penyakit endemik atau untuk kepentingan tertentu misal
imunisasi meningitis pada jamaah haji.
Jenis-Jenis Imunisasi :
a. Imunisasi pasif (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah Immunoglobulin jenis imunisasi ini dapat mencegah
penyakitcampak (measles pada anak-anak).
b.

Imunisasi aktif (active immunization)Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :


1. BCG, untuk mencegah penyakit TBC
2. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus
3. Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis
4. Campak, untuk mencegah penyakit campak (measles)
5. Hepatitis B, untuk mencegah penyakit hepatitis B (Notoatmodjo. 1997)
Keberhasilan pemberian imunisasi pada anak dipengerhui oleh beberapa faktor,
diantaranya yaitu :
Tingginya kadar antibodi pada saat dilakukan imunisasi
Potensi antigen yang disuntikkan
Waktu pemberian imunisasi
Status nutrisi terutama protein karena protein diperlukan untuk sintesis antibodi

Imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah diantaranya


A. BCG
BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk
mencegah terjadinya penyakit TBC. Bisa pada TB meninges, TB milier seluruh
lapang paru atau TB tulang. Vaksin BCG meruoakan. Vaksin BCG merupakan
vaksin yang mengandung bakteri TB yang dilemahkan. Diberikan segera setelah
bayi kahir atau 1 bulan. Tapi menurut rekomendasi IDAI diberikan pada usia 23bulan (tabel 1), bila vaksin BCG diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan
uji tuberkulin, bila tidak memungkikan, BCG dapatdiberikan, namun observasi
dalam 1minggu, bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan, perlu dievaluasi
lebih lanjut untuk dignostik TB

43

Di Negara yang telah maju, imunisasi BCG diberikan kepada mereka


yang mempunyai resiko kontak dengan penderita TBC dan uji tuberkulinya
masih negative, misalnya dokter, mahasiswa k e d o k t e r a n , d a n p e r a w a t . U j i
tuberculin adalah suatu tes (uji) untuk mengetahui
a p a k a h seseorang telah memiliki zat anti terhadap penyakit TBC atau belum.Di
Indonesia pemberian imunisasi BCG tidak hanya terbatas pada mereka yang
memiliki resikotinggi mengingat tingginya kemungkinan infeksi kuman
TBC. Imunisasi BCG diberikan padas e m u a b a y i b a r u l a h i r s a m p a i
usia kurang dari dua bulan. Penyuntikan biasanya dilakukan
dibagian atas lengan kanan (region deltoid) dengan dosis 0,05 ml
reaksi yang mungkin timbulsetelah penyuntikan adalah : Kemerah-merahan
disekitar suntikan, dapat timbul luka yang lama sembuh di daerah
suntikan,dan terjadi pembengkakan di kelenjar sekitar daerah suntikan (biasanya
di daerah ketiak).Bila terjadi hal tersebut di atas yang penting adalah menjaga
kebersihan terutama daerah sekitar luka dan segera bawa ke dokter. Menurut
penelitian yang dilakukan Muchtasraningsih (2005) terhadap sejumlah pasien TB
paru BTA (+) rawat jalan selama tahun 300
B. Hepatitis B
Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair, frekuensi pemberian pada
waktu 12jam setelah lahirr (taebl 1) secara intramuskular. Hasil penelitian
Muchlastriningsih (2005) bahwa pasien hepatitis yang dirawat jalan dan rawat inap
dari glongan usia 15-44 tahun (50,54%).
Adapun cara pemakaiannya (vaksin dari Koerean Green Cross) sebagai berikut :
1.Imunisasi dasar dilakukan tiga kali. Dua kali pertama untuk
merangsang tubuhmenghasilkan zat anti dan yang ketiga untuk meningkatkan
jumlah zat anti yang sudahada
2.Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah untuk bayi baru lahir (0 11
bulan) dengan satukali suntikan dosis 0,5 ml satu bulan kemudian mendapat satu
kali lagi.
Setelah itu,imunisasi ketiga diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan, mengenai
waktu pemberian suntikan yang ketiga ada beberapa pendapat. Untuk pelaksanaan
program diberikan 1 bulan setelah suntikan kedua. Hal ini semata-mata untuk
kemudahan dalam pelaksanaan,tetapi kekebalan yang didapat tidaklah berbeda.
Imunisasi hepatitis B ulangan dilakukan setiap 5 tahun sekali.
C. Imunisasi polio
Kandungannya adalah vairus yang dilemahkan, diberikan pada kunjungan pertama.
Bayi yang lahir di rumah bersalin atau rumah sakit, vaksin OPV (oral) diberikan
vaksin polio saat bayi dipulangkan utnuk menghindari transmisi virus vaksin
kepada bayi lain. Selanjutnya untuk polio 1, 2,3 dapat diberikan secara OPV atau
IPV
D. DPT

44

DPT (Diptheri, Pertussis, Tetanus) merupakannn vaksin difteri yang telah


dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti
(toksoid), diberikan melalui intramuskular. Diberikan pada usia 6 minggu. Efek
ringan pembengkakan lokal, nyeri lokal dan demam, nyeri berat mislnya menangis
hebat, kesakitan 4jam atau lebih, kesadaran menurun, kejang, ensefalopati dan syok
Diberikan vaksin DTwp atau DtaP, Perbedaan utama pada komponen antigen untuk
pertusis. Vaksin DTwP berisi sel bakteri Pertusis utuh yang berisi ribuan antigen,
termasuk antigen yang tidak diperlukan, sehingga sering menimbulkan reaksi panas
tinggi, bengkak, merah, nyeri ditempat suntikan. Sedangkan vaksin DTaP berisi
bagian bakteri pertusis yang tidak utuh dan hanya mengandung sedikit antigen yang
dibutuhkan saja, sehingga jarang menimbulkan reaksi tersebut. Karena proses
pembuatan DTaP lebih rumit, maka harganya jauh lebih mahal.
Reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DTwP antara lain demam tinggi,
rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan
hilang dalam 2 hari. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih
banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan
yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15
mg/kgbb setiap 3 - 4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi tersebut berat dan
menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi/anak ke dokter.
(Soedjatmiko IDAI, 2009).
Atau kombinasi dengan Hepatitis B atau Hib. Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5
tahun. Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian
Kesehatan. Untuk anak umur di atas 7 tahun dianjurkan vaksin Td.
E. Campak
Diberikan pada umur 9 bulan, vaksin penguat diberikan pada umur 5-7 tahun.
Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal imunisasi Kementerian Kesehatan.
Imunisasi campak bisa diberikan sendir i atau bersama dalam imunisasi
MMR. Vaksin ini mengandung virus yang dilemahkan. Efek samping ini seperti
ruam dan pasan lokal. Menurut Muchlastriningsih (2005) jumlah pasien campak
rawat jalan paling banyak dari goongan usia 5-14tahun (30,6%)
Selain imunisasi wajib di atas, ada imunisasi yang dianjurkan diantaranya :
A. MMR
MMR (measles, mumps, dan rubella) merupakan imunisasi yang digunakan dalam
memebrikan kekebalan terhadap campak/measles, gondong, / mumps dan cmpak
jerman/ rubella. Dalam MMR antigen yang dipake adalah birus campak yang
dilemahkan, virus Rubella strain RA 27/3 dan virus gondong.vaksin ini tidak
dianjurkan untuk bayii dibawah usia 1 tahun karena dikhawatirkan terjadi
interferensi dengan antibodi maternal yang tela ada. Khusus di daerah endemik,
sebaiknya diberikan imunisasi campak monovalen pada usia 4-6bulan atau 911bulan dan booster/ulangan. dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum
mendapat vaksin campak umur 9 bulan. Selanjutnya MMR ulangan diberikan pada
umur 5-7 tahun.

45

B. Tifoid
Da 3 jenis vaksin tifoid diantaranya
kuman yang dimatikan diberikan pada bayi 6-12 bulan 0,1 ml
1-2 tahun 0,2ml, 2-12 tahun 0,5ml
Pada imunisasi awal diberikan 2x dengan interval 4minggu
kemudaian booster 1 tahun kemudian
kuman yang dilemahkan(vivotif, berna) diberikan dalam bentuk Icapsul enteric
coastest seelum makan pada ari 1,2 dan 5 untuk anak usia dia atas 6 taun dan
Antigen celular Vi polisakarida (Typphin, VI, pasrteur Merius). Vaksin kuman yang
dimatikan diberikan pada anak usia diatas 2tahun dan dapat diulang setiap 3 tahun
C. Varisella
dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah
dasar. Bila diberikan pada umur > 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4
minggu
D. Hepatitis A
Pemberian diberikan pada usia 1 tahun 2x interval 6-12bulan. Imunisasi awal
menggunakan vaksin Hrvrix (hepatitis A strain HM175 yang dinonaktifkan) lalu
booster pada 6 bulan setelahnya
E. HiB
HiB (Haemophilus Influenzae tipe b) vaksin ini adalah bentuk polisakarida murni
(PRP/purified capsular polysacharidae)diberikan pada usia 2 bulan, lalu 4 bulan
lalu 6 bulan dan HiB 4 pada usia 15-24bulan

Tabel 1. Jadwal imunisasi 2011-2012 (IDAI 2012)

46

Tabel
2. Kontra indikasi jenis vaksin (Wong, 2004)

Tabel 3. Kejadian yang mungkin terjadi pascaimunisasi (Wong, 2004)


Perkembangan Imunisasi di Indonesia
Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada
tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar.
Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang
selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi
pencegahan terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus
Toxoid (TT) pada wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada
tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes
RI,2005).
Program Imunisasi TT di Indonesia
Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus
yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml aluminium fosfat.
Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin
mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada
bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005)
Sifat Vaksin

47

Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS) yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin atau
suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005).
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) sudah mendapat TT sebanyak 2
kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang
dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang dicatat sebagai
TT ulang juga.
2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon pengantin) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang
3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara pemberian dan dosis
1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5
ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan
berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis
ke empat dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian
dosis ke tiga dan ke empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa
kehamilan bahkan pada periode
trimester pertama.
3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari
berikutnya
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang gejala
demam. (Depkes RI, 2005).

48

Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala-gejala berat (pingsan) karena dosis
pertama TT. (Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung. (Depkes RI, 2005).
Perencanaan Program Vaksinansi
Pada program imunisasi menentukan jumlah sasaran merupakan suatu unsur yang
paling penting. Menghitung jumlah sasaran ibu hamil didasarkan 10 % lebih besar
dari jumlah bayi. Perhitungan ini dipakai untuk tingkat pusat, propinsi,
kabupaten/kota, kecamatan dan desa.
Sasaran Imunisasi Ibu Hamil = 1,1 x Jumlah bayi
Menentukan Target Cakupan
Menentukan target cakupan adalah menetapkan berapa besar cakupan imunisasi
yang akan dicapai pada tahun yang direncanakan untuk mengetahui kebutuhan
vaksin yang sebenarnya. Penetapan target cakupan berdasarkan tingkat pencapaian
di masing-masing wilayah kerja maksimal 100 %.
Target Cakupan Imunisasi Ibu Hamil yang akan dicapai :
TT 1 Ibu hamil = 90% TT2 + (Plus TT3+TT4+TT5)=80%
Menghitung Indeks Pemakaian Vaksin (IP)
Menghitung indeks pemakaian vaksin berdasarkan jumlah cakupan imunisasi yang
dicapai secara absolut dan berapa banyak vaksin yang digunakan.Dari pencatatan
stok vaksin setiap bulan diperoleh jumlah ampul/vial vaksin yang digunakan. Untuk
mengetahui berapa rata-rata jumlah dosis diberikan untuk setiap ampul/vial, yang
disebut Indeks Pemakaian Vaksin (IP) dapat dihitung :
Jumlah suntikan (cakupan) yang dicapai tahun lalu
IP Vaksin = ----------------------------------------------------------------------------Jumlah vaksin yang terpakai tahun lalu
Menghitung Kebutuhan Vaksin
1. Setelah menghitung jumlah sasaran imunisasi, menentukan target cakupan dan
menghitung besarnya indeks pemakaian vaksin, maka data-data tersebut digunakan
unuk menghitung kebutuhan vaksin.
2. Puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.(Depkes RI,
2005).
Sebelum menghitung jumlah vaksin yang kita perlukan, terlebih dahulu dihitung
jumlah kontak tiap jenis Rumusnya :
Jumlah Kontak = Jumlah sasaran x Target cakupan

49

Untuk menghindari penumpukan vaksin, jumlah kebutuhan vaksin satu tahun harus
dikurangi sisa vaksin tahun lalu. Rumus Kebutuhan Vaksin ;
Jumlah kontak
Kebutuhan Vaksin =--------------------- = ....ampul/vial
IP
5. Memahami dan menjelaskan pandangan Islam tentang wabah, menjaga kesehatan
dan berobat
Wabah
Islam memandang konsep pencegahan tersebarnya penyakit dengan melakukan sistem
karantina. Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Jika kalian mendengar wabah-wabah
di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya. Tetapi jika terjadi wabah di suatu
tempat kalian berada, maka janganlah kalian meninggalkan tempat itu." (HR. Bukhari
Muslim). Selain itu, Nabi SAW juga bersabda, "Orang yang melarikan diri dari tempat
wabah adalah seperti orang yang melarikan diri dari pertempuran di jalan Allah. Dan
barangsiapa yang sabar dan tetap di tempatnya, maka dia akan diberi pahala dengan
pahala seorang yang mati di jalan Allah".
Dengan demikian, sistem karantina ini, dimana semua orang yang menderita wabah
dicegah meninggalkan tempat tersebut, dan pengunjung juga dicegah masuk, sekarang
telah diberlakukan di seluruh dunia. Pada zaman Nabi SAW dan sebelum Pasteur berhasil
menemukan keberadaan mikroba, orang berfikir bahwa wabah penyakit yang terjadi itu
disebabkan oleh setan dan bintang-bintang. Menurut mereka, wabah tersebut tidak
berhubungan dengan kebersihan atau perilaku tertentu, sehingga mereka melakukan ritual
magis untuk mengatasinya. Dalam kondisi wabah seperti itu, Nabi SAW melakukan
sistem karantina yang merupakan dasar pencegahan modern setelah penemuan mikroba
yang menyebabkan penyakit. Nabi SAW memerintahkan para sahabat, "Jika kalian
mendengar tentang wabah wabah di suatu negeri, maka janganlah kalian memasukinya.
Tetapi jika terjadi wabah di tempat kalian berada, maka janganlah kalian jangan
meninggalkan tempat itu." Hal ini merupakan proses pengisolasian wabah agar tidak
menular ke tempat lain dan menjadi pandemi.
Untuk memastikan perintah dilakukan dengan baik, Rasulullah akan memerintahkan
mendirikan tembok di sekitar daerah wabah dan menjanjikan kepada orang-orang yang
sabar dan tinggal di daerah wabah dengan pahala sebagai mujahit di jalan Allah.
Sementara mereka yang melarikan diri dari tempat tersebut diancam dengan malapetaka
dan kebinasaan. Jika orang yang sehat diperintahkan untuk tetap tinggal dengan orang
sakit di suatu daerah wabah, pasti ia akan menganggap bahwa hal tersebut sebagai sebuah
bualan belaka. Dan karena didasari keinginan untuk hidup, maka pasti ia akan melarikan
diri ke tempat lain. Namun orang muslim tidak boleh melarikan diri dan meninggalkan
tempat wabah sesuai dengan instruksi nabi. Orang-orang nonmuslim mengejek tindakan
itu hingga mereka kemudian menemukan bahwa mereka yang tampak sehat dan tampa
gejala dapat saja menjadi pembawa kuman yang dimungkinkan akan menjadi carrier dan
mentransfer wabah ke tempat lain jika mereka pindah kesana. Mereka akan bergerak
bebas dan berbaur dengan orang yang sehat, sehingga mereka dapat menyebabkan orang

50

lain terserang penyakit. Rasulullah mencegah hal tersebut bahkan menjanjikan pahala
syahid jika orang tersebut tetap tinggal dan meninggal karenanya.
Menjaga kesehatan dan berobat
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang
tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat
sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:

Dari Ibn Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya:
Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi
menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman
Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR Ahmad, alTumudzi, dan al-Bazzar)

Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan,
antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta
menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Halhal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun
ayat al-Quran.

Nilai Sehat dalam Ajaran Islam


Menurut penelitian Ali Munis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas
Ain Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan
terhadap yang disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan
spesialisasinya.

Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis
(kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya,
berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.

51

Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu: dalam
hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu,
keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.

Pertama; Mengatur Pola Makan dan Minum


Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga
kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan
thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti

ditegaskan dalam ayat:


maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.(QS. Abasa : 24 )

Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan dua sifat,
yang halal dan thayyib, di antaranya dalam :

(Q.S Al-Baqarah : 168)


Wahai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan; karena sesungguhnya syetan itu
adalah musuh yang nyata bagimu"

dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan
kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah dan kamu beriman kepada-Nya( Q.S. Al-Maidah:
88)

52

Maka, makanlah dari rizki yang diberikan Allah kepadamu yang halal lagi baik, dan
bersyukurlah atas nikmat Allah jika benar ibadah(pengabdian)-mu hanya kepada-Nya
semata (An-Nahl :114)

Kedua; Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat


Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam menekankan
bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai
kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.

Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang
medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan
membinasakan diri dan mubadzir dan akibat yang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain
dan lingkungan.

Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran
Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak

Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat
cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar
mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara
proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.

Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti
melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun
maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang
ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus
menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya, sebagaimana
disebutkan dalam hadits:

Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa
kamu puasa di szam? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya
Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam

53

dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmujuga ada hak (HR
Bukhari dan Muslim).

Ketiga; Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan

Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan
berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea
atau deportore, dalam bahasa Itali disebut deporte yang berarti penyenangan, pemeliharaan
atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan
manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.

Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan,
tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya
ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup
akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan
tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.

Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks
perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan
musuh, yaitu ayat:

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):

Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah
memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana
dinyatakan dalam satu hadits:

54

Nabi berkata: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sang gupi Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah,
Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn
Majah, Ahmad, dan al-Darimi)

Keempat; Anjuran Menjaga Kebersihan


Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek
penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan
dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan,
al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari
penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.

Imam al-Suyuthi, Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam
menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari
taabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda: Dari Ali ra., dari
Nabi saw, beliau berkata: Kunci shalat adalah bersuci(HR Ibnu Majah, al-Turmudzi,
Ahmad, dan al-Darimi)

BEROBAT
HUKUM BEROBAT
Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnya dibolehkan, kemudian
mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat) menjadi beberapa pendapat yang
masyhur:
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya
perintah Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah
adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafiiyah, dan
madzhab Hanabilah.
2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu alaihi
wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain
Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab
Syafiiyah.
3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan
dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini
adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).

55

4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya,
Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Masud, Abu
Dardaradhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin.
5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan
lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab
Syafiiyah.
Kesimpulan dari berbagai macam pendapat
Sesungguhnya terdapat berbagai macam dalil dan keterangan yang berbeda- beda tentang
berobat, oleh karena itu sebenarnya pendapat- pendapat di atas tidaklah bertentangan. Akan
tetapi berobat hukumnya berbeda- berbeda menurut perbedaan kondis. Ada yang haram,
makruh, mubah, sunnah, bahkan ada yang wajib.
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya
memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat islam ditegakkan,
terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan setiap
penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat dengan yang
haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Shahih wa Dhaif alJami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada Nabishallallahu
alaihi wa sallam:
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan obatnya, kecuali
satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka bertanya,apa itu ? Nabi
bersabda,penyakit tua.(HR.Tirmidzi 2038, dan disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan
Ibnu Majah 3436)
BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a.Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan jiwa
adalah wajib.
b.Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini adalah
untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c.Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah wajib
untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

56

d.Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk


penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul lebih banyak
daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga,
atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib berobat untuk
kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan
orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat
menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi
hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan
diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga kuat akan
berbuat sis- sia dan membuang harta.
b.Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari ujian
ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu Abbas dalam
kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah ini.
c.Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang diderita,
tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik tidak berobat.
d.Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit, dan
dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan sebab
kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan,
jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.

57

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Pedoman Penanggulangan KLB-DBD bagi keperawatan di RS dan Puskesmas
Hadinegoro, Sri Rezeki. 2011. Panduan Imunisasi Anak, ed.1. Ikatan Dokter Anak Indonesia
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemiologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC
Tamher dan Noorsiani. 2008. Flu Burung : Aspek Klinis dan Epidemiologis . Jakarta : Salemba
Medika
Trihono. 2010. Arrimes : Manajemen Puskesmas berbasis paradigma sehat. Jakarta : Sagung
Seto
Ahmad, Jurnal. 2013. Konsep Kesehatan dalam Islam.
http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/(21 Mei 2013)
Dewi,
Selfiana.
2011.
Konsep
Karantina
dalam
Islam.
http://bacaanhikmahkeluarga.blogspot.com/2011/06/konsep-karantina-dalam-islam.html (21 Mei
2013)
Kusumawardhani, Putri. 2010. Sistem rujukan.
http://putrikusumawardhani.wordpress.com/2010/04/08/sistem-rujukan/ (21 Mei 2013)
Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2011.
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=skema%20sistem%20rujukan%20pelayanan
%20kesehatan%20di
%20indonesia&source=web&cd=1&cad=rja&sqi=2&ved=0CCYQFjAA&url=http%3A
%2F%2Fwww.diskes.jabarprov.go.id%2Fassets%2Fdata%2Farsip
%2FDRAFT_PERGUB_SISTEM_RUJUKAN_PELAYANAN_KESEHATAN.docx&ei=Ml
SdUfaIA9HMkgWrpIHABw&usg=AFQjCNFLcmOAk38SizR1CxvLBhtcvb0qXw&bvm=b
v.46751780,d.dGI (23 Mei 2013)

58

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 949 /Menkes/SK/VIII/2004 Tentang


Program Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa.
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20949%20ttg
%20Pedoman%20Penyelenggaraan%20Sistem%20Kewaspadaan%20Dini%20KLB.pdf (21
Mei 2013)
Republik Indonesia. 1984. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1984 tentang
wabah penyakit menular. http://www.depkes.go.id/h1n1/download/UU%20No%2041984.pdf (21 mei 2013)
Republik Indonesia. 1991. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 40 tahun 1991
tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
http://www.depkes.go.id/h1n1/download/PP%20Nomor40-1991.pdf (21 Mei 2013)

59

Anda mungkin juga menyukai