BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anatomi Payudara
Payudara merupakan suatu kelenjar yang terdiri atas lemak, kelenjar,
dan jaringan ikat, yang terdapat di bawah kulit dan di atas otot dada. Pria
dan wanita memiliki payudara yang memiliki sifat yang sama sampai saat
pubertas. Pada saat pubertas terjadi perubahan pada payudara wanita,
dimana payudara wanita mengalami perkembangan dan berfungsi untuk
memproduksi susu sebagai nutrisi bagi bayi.10
Payudara terletak di dinding anterior dada dan meluas dari sisi
lateral sternum menuju garis mid-aksilaris di lateral. Secara umum
payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus adalah bagian yang
membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil ASI), lobulus, dan
lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau kehitaman di sekitar
puting. Puting (papilla) merupakan bagian yang menonjol di puncak
payudara dan tempat keluarnya ASI.10 Tiap payudara berisi sampai 20
glandula Mammaeria yang masing masing memiliki saluran dalam bentuk
ductus lactiferus.11 Lobus-lobus tersebut dipisahkan oleh septa fibrosa yang
berjalan dari fascia profunda menuju ke kulit atas dan membentuk struktur
payudara.10
dikenal
sebagai
ruang
retromammer, yang
sentral.
Bagian terbesar dari sisanya disalurkan ke nodi lymphoidei
infraclaviculares,
c.
supraclaviculares,
dan
parasternales
limfe
yang
10
11
hormon ini adalah untuk mencegah sekresi sesungguhnya dari air susu.
Sebaliknya hormon prolaktin mempunyai efek yang berlawanan pada
sekresi air susu-yaitu meningkatkannya. Hormon ini disekresikan oleh
kelenjar hipofisis anterior ibu, dan konsentrasinya dalam darah ibu
meningkat secara tetap dari minggu ke lima kelahiran sampai kelahiran
bayi, dimana pada saat ini meningkat 10 sampai 20 kali dari kadar normal
2.3
saat tidak hamil. Konsentrasi prolaktin sangat tinggi pada akhir kehamilan.13
Kanker Payudara
2.3.1 Definisi Kanker Payudara
Kanker atau neoplasma merupakan suatu penyakit akibat
adanya pertumbuhan yang abnormal dari sel-sel jaringan tubuh yang
dapat mengakibatkan invasi ke jaringan-jaringan normal. Definisi
yang paling sederhana yang dapat diberikan adalah pertumbuhan selsel yang kehilangan pengendaliannya. Kanker dapat menyebar pada
bagian tubuh tertentu seperti payudara.14
Kanker payudara (Carcinoma mammaee) didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Kanker payudara oleh WHO dimasukkan ke dalam International
Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 174 untuk
wanita dan 175 untuk pria.15
12
13
terkena
kanker
payudara
3,6
kali
lebih
tinggi
payudara.
Walaupun
buktinya
juga
saling
bertentangan,
14
pada
perempuan
pasca
menopause.
Estrogen
15
16
suatu keganasan.22
Tahap Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami
inisiasi akan berubah manjadi ganas. Sel yang melewati tahap
inisiasi tidak akan terpengaruh oleh tahap promosi. Oleh
karena itu, diperlukan faktor untuk terjadinya keganasan yaitu
sel-sel yang peka dan karsinogen.22
17
dll.21
Pemeriksaan fisik yang sistematis
Mencakup pemeriksaan fisik yang
menyeluruh
(sesuai
18
supraklavikular.21
Pemeriksaan penunjang
a. Mammografi
Suatu tehnik pemeriksaan soft tissue teknik. Untuk
melihat tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign,
19
adanya
perbedaan
yang
nyata
ukuran
klinik
dan
sekunder
berupa
retraksi,
penebalan
kulit,
Thoraks Foto
Bone Screening/Born Survey
USG Abdomen/Liver
20
aksila.16
Radioterapi
21
d.
dikombinasikan.
Salah
satu
diantaranya
adalah
kanker saja.16
Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJH)
Biopsi merupakan salah satu cara pemeriksaan patologi anatomi yang
dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti suatu lesi khususnya
yang dicurigai sebagai suatu keganasan. Pemeriksaan patologi ini juga
22
determinasi reseptor
23
jarum halus (Triple test) memberikan hasil diagnosis dengan nilai akurasi
yang tinggi pada lesi yang dicurigai sebagai malignansi. Ada dua metode
yang dapat digunakan untuk mendapatkan material sitologi dari lesi
payudara, cairan dari puting susu dan tindakan biopsi aspirasi jarum halus
pada lesi dengan menggunakan jarum.26
Diagnosa dari sediaan hapus hasil biopsi aspirasi jarum halus dapat
ditegakkan dengan segera oleh ahli patologi untuk mengevaluasi materi
sediaan dan dapat dilakukan aspirasi ulang jika dibutuhkan material yang
lebih banyak atau pada sediaan hapus yang tidak representatif. Jika
dibandingkan antara biopsi aspirasi jarum halus stereotaktik dengan
stereotactic core biopsy pada pemeriksaan kelompokan mikrokalsifikasi
pada payudara, biopsi aspirasi jarum halus lebih unggul jika dibandingkan
dengan konfirmasi core biopsy (99% versus 94%) dan identifikasi kanker
yang berhubungan dengan mikrokalsifikasi , negatif palsu 4% versus 8%.25
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dody novrial pada tahun 2010
memiliki tingkat validitas yang tinggi sebagai metode diagnostik pada
kanker payudara, dengan sensitivitas 91%, spesifisitas 79% dan akurasi
87%.9 menurut penelitian Ballo M and Sniege N tahun 2007 didapatkan
bahwa BAJH memiliki sensitivitas 97,5% dan spesifisitas 100%. Penelitian
lain yang dilakukan Antley et all tahun 2007 menunjukan BAJH
sensitivitasnya 99% dan spesifisitasnya 99,5%.6
Secara statistik, Cheung et al. menunjukkan bahwa tidak perbedaan
yang signifikan antara biopsi aspirasi jarum halus dan core biopsy. Mason
et al. Menunjukkan bahwa dalam menegakkan suatu diagnosa lesi papilar
24
pada payudara antara biopsi aspirasi jarum halus dan core biopsy
menunjukkan hasil yang sama dan merekomendasikan untuk dilakukannya
biopsi eksisi jika diagnosis kedua teknik meragukan. Tindakan biopsi
aspirasi pada seorang ahli sitologi yang berpengalaman dapat memberikan
hasil akurasi yang tinggi, cepat dan nilai ekonomis yang jauh lebih rendah
dan menguntungkan bagi penderita.26
Stereotactic core biopsy lebih akurat dari pada steorotaktik biopsi
aspirasi jarum halus untuk menegakkan lesi yang non palpasi. Florentine et
al menyarankan untuk dilakukan core biopsy untuk membuktikan diagnosa
definitif pada karsinoma invasif yang secara biopsi aspirasi harum halus
masih merupakan suatu dugaan.26
Aspirasi biopsi jarum halus yang dilakukan pada puting susu memiliki
keterbatasan kecuali bila pada pemeriksaan klinik dan mamografi lesi dapat
dideteksi. Beberapa lesi kadang-kadang menimbulkan keragu-raguan dan
dapat memberikan hasil negatif palsu. Keadaan ini dapat menyebabkan
misdiagnostik sehingga terjadi keterlambatan dalam mengenal suatu lesi
karsinoma.26
2.5
25
b.
c.
Diagnosis pertama pada wanita muda yang kurang dari 30 tahun dan
wanita lanjut usia.
26
d.
e.
f.
g.
h.
27
2.6
Kriteria Diagnosis28
1. Cell-rich smear (Kaya Akan Sel)
2. Tidak Kohesif, terutama sel epitel yang menyebar
3. Sel memiliki sitoplasma berlimpah, banyak inti yang tidak dikelilingi
4.
2.7
Keuntungan BAJH27
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai
dampak yang menguntungkan yaitu, teknik sederhana, murah, cepat dan
tidak menimbulkan efek samping yang berarti, memberi dampak yang
menguntungkan sebagai berikut :
a.
b.
c.
Keinginan
pasien
konsultasi
pada
dokter
meningkat
Keterbatasan BAJH27
Harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi terbatas.
2.9
a.
b.
c.
d.
dan
28
disertai
pengambilan
sebagian
jaringan
normal
sebagai
2.10
antara
lain
tipe
solid,
kribriformis,
papilaris,
29
c.
30
khusus.17
Karsinoma Invasif
a. Karsinoma Duktus Invasif
Istilah yang digunakan untuk semua karsinoma yang
tidak dapat di subklasifikasikan ke dalam salah satu tipe khusus
dan tidak menunjukan bahwa tumor ini secara spesifik berasal
dari sistem duktus. Karsinoma tanpa tipe khusus atau tidak
dirinci lebih lanjut sinonim untuk karsinoma duktus. Sebagian
besar (70% hingga 80%) kanker masuk ke dalam ketegori ini.
Kanker tipe ini biasanya berkaitan dengan DCIS, tetapi kadangkadang ditemukan LCIS. Sebagian besar karsinoma duktus
menimbulkan respons desmoplastik, yang menggantikan lemak
payudara normal (menghasilkan densitas pada mamografi) dan
b.
31
c.
duktus
yang
tampak
normal
atau
karsinomatosa,
e.
tidak ada.17
Karsinoma Koloid (Musinosa)
Subtipe yang jarang. Sel tumor menghasilkan banyak
musin ekstrasel yang merembes ke dalam stroma di sekitarnya.
32
massa
sirkumskripta
dan
mungkin
disangka
fibroadenoma.17
Karsinoma Tubulus
Jarang bermanifestasi sebagai massa yang dapat diraba
tetapi merupakan penyebab 10% karsinoma invasif yang
berukuran kurang dari 1 cm yang ditemukan pada pemeriksaan
penapisan mamografik. Pada mamografi, tumor biasanya
tampak sebagai densitas iregular. 24
Tabel 2.1
Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan sistem TNM24
Interpretasi
Tumor Primer
Tumor Tidak Teraba
Tumor Tidak Jelas Keadaanya
Carsinoma in situ
Tumor Besarnya kurang dari 2 cm.
T1a : tumor kurang dari 0,5 cm
T1b : Tumor antara 0,5 s/d 1 cm
T1c : tumor antara 1-2 cm
Tumor antara 2-5 cm
Tumor lebih dari 5 cm
Tumor dengan setiap ukuran tapi sudah ada
infiltrasi/perlekatan
langsung
dengan
T4
33
Tabel 2.2
Klasifikasi Palpable Lymph Node (N) dan metastasis berdasarkan sistem
TNM24
Palpable Lymph
Interpretasi
Node (N)
NX
N0
N1
digerakkan.
Kelenjar getah bening aksila ipsilateral melekat
N2
satu sama lain.
Metastasis pada kelenjar getah bening mamamry
N3
M0
M1
34
b.
Stadium II
Sesuai dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah
ada satu atau beberapa kelenjar getah bening (KGB) aksila yang masih
bebas dengan diameter kurang dari 2 cm.24
c. Stadium III
Stadium III dibagi dalam :
a)
Stadium IIIA
Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), tapi
masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening
b)
d.
35
36
Klinis
Massa di
Payudara
Tidak nyeri
Dapat di
gerakan.
Peau dorange
Radiologi
Halus
Cell- Rich Smears
Tidak Kohesif.
Sel epitel menyebar.
Banyak inti tidak dikelilingi
sitoplasma.
Inti bulat vesikuler
Anak inti yang tampak di
tengah
Histopatologi
comedocarcinoma.
Sel sel yang besar,
pleomorfik.
Gambaran nukleus
bervariasi dari yang
derajat rendah dan
monomorfik hingga
derajat tinggi dan
heterogen.
Inti vesikuler.
Comedosarcoma ( pada
Invasive Ductal
Tidak Diteliti
Diteliti
Carcinoma )
Indian File.
Desmoplasia (fibrosis)
37
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui
Variabel Dependent
Biopsi Aspirasi
Jarum Halus
Histopatologi
Uji Diagnostik
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
Uji Sensitivitas
& Spesifisitas
2.15 Hipotesa
Ho : Tidak ada perbedaan antara pemeriksaan Biopsi jarum halus
dengan histopatologi terhadap pasien kanker payudara di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Ha : Ada perbedaan hasil antara antara pemeriksaan Biopsi jarum
halus dengan histopatologi terhadap pasien kanker payudara di RSUD Dr.
H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.