PENGAMPU :
G1A114073
G1A114075
RICCO FIRMANSYAH
G1A114076
RACHILLA ARANDITA S
G1A114080
G1A114081
G1A114085
M AINUN NAJIB
G1A114086
M HERPIAN NUGRAHADIL
G1A114087
HANIFA AZZAHRA
G1A114089
RENO WAISYAH
G1A114090
DESY PERMATASARI
G1A114091
G1A114092
PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
SKENARIO
Anak Z, perempuan 7 tahun dengan berat badan 20 kg, diantar ibunya
berobat kepuskesmas dengan keluhan badan lemah dan pusing yang dirasakan
semakin memberat sejak 4 hari yang lalu. Wajah anak Z tampak pucat, ia juga
mengalami penurunan nafsu makan, mual dan merasa tidak nyaman pada
perutnya.
Anak Z tinggal didaerah perkebunan, ia senang bermain tanah tanpa
menggunakan alas kaki dan juga tidak mencuci tangan saat makan. Ibunya
merasa prestasi anak Z disekolah rendah, dan anak Z sulit untuk berkonsentrasi
dalam belajar.
Dokter menduga anak Z mengalami cacingan dan merencanakan
melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan penyakitnya sehingga
anak Z dapat diberikan terapi adekuat serta konseling untuk mencegah dan
menghindari komplikasi yang tidak di inginkan.
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Pusing
keseimbangan1
2. Cacingan
:sensasi
nyeri
pada
kepala
akibat
kehilangan
3. Konseling
:tanyajawab
dengan pasien1
tentang
suatu
masalah
antara
ahli/dokter
4. Komplikasi
5. Pucat
akibat
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa penyebab dari keluhan An. Z?
2. Apa makna klinis dari keluhan an. Z?
3. Bagaimana mekanisme dari keluhan an. Z?
4. Apa hubungan dari keluhan an. Z dengan tinggal di daerah perkebunan?
5. Apa hubungan dan dampak dari keluhan an z dengan kebiasaan tidak
mencuci tangan saat makan dan tidak menggunakan sendal saat
bermain?
6. Bagaimana langkah-langkah mencuci tangan yang baik dan benar?
7. Apa ada hubungan dari keluhan an. Z dengan menurunnya prestasi
disekolah dan sulit berkonsentrasi dalam belajar?
8. Apa kemungkinan jenis cacing yang menginfeksi an Z?
9. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan cacingan pada an z?
10.Mengapa dokter menduga an. Z mengalami cacingan?
11.Apa saja jenis-jenis penyakit yang disebabkan oleh cacing?
12.Apa saja pemeriksaan penunjang yang perlu dilakaukan pada an. Z?
13.Bagaimana alur penegakan diagnosa dari penyakit an. Z?
14.Apa diagnosis banding dari keluhan an. Z?
3
ANALISIS MASALAH
1. Apa penyebab keluhan dari an Z?
Jawab :
Mual dan adanya rasa tidak nyaman pada perut diakibatkan oleh
suatu penyakit sehingga memicu terjadinya penurunan nafsu makan,
nafsu makan akan kembali normal setelah penyakit tersebut pergi.
Selain itu, stres, sedih dan cemas juga bisa mempengaruhi nafsu
makan normal. Kurang darah atau dalam dunia medis disebut dengan
anemia merupakan kondisi yang disebabkan karena menurunnya
jumlah sel darah merah. Sel darah merah yang mengandung komposisi
hemoglobin, berfungsi untuk mengantarkan oksigen ke seluruh sel
tubuh manusia. Kekurangan sel darah merah ini akan mempengaruhi
proses transportasi oksigen dan karbondioksida dalam tubuh, sehingga
dapat menyebabkan gejala seperti: badan lemah, pusing yang semakin
memberat, wajah tampak pucat.2
2. Trichuriasis
Trichuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh T.
trichiura (cacing cambuk) yang hidup di usus besar manusia khususnya
caecum yang penularannya melalui tanah. Cacing ini tersebar di
seluruh dunia, prevalensinya paling tinggi berada di daerah panas dan
lembab seperti di negara tropis dan juga di daerah-daerah dengan
sanitasi yang buruk, cacing ini jarang dijumpai di daerah yang gersang,
sangat panas atau sangat dingin. Cacing ini merupakan penyebab
infeksi cacing kedua terbanyak pada manusia di daerah tropis. Cacing
dewasa masuk ke mukosa caecum dan colon proximal manusia dan
dapat hidup di saluran pencernaan selama bertahun-tahun. Infeksi
ringan pada manusia biasanya tanpa gejala. Kelainan patologi
disebabkan oleh cacing dewasa. Bila jumlah cacing cukup banyak
dapat menyebabkan colitis dan apendisitis akibat blokade lumen
appendics. Infeksi yang berat menyebabkan nyeri perut, tenesmus,
diare berisi darah dan lendir (disentri), anemia, prolapsus rektum, dan
hipoproteinemia. Pada anak, cacing ini dapat menyebabkan jari tabuh
(clubbing fingers) akibat anemia dan gangguan pertumbuhan. 3,9
3. Infeksi Cacing Tambang
Infeksi cacing tambang pada manusia disebabkan oleh infeksi
parasit cacing nematoda N. americanus dan Ancylostoma duodenale
yang penularannya melalui kontak dengan tanah yang terkontaminasi.
11
4. Enterobiasis (Oxyuriasis)
Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada
manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis
merupakan infeksi cacing yang terbesar dan sangat luas dibandingkan
dengan infeksi cacing lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya
hubungan yang erat antara parasit ini dengan manusia dan lingkungan
sekitarnya. Cacingan, penyakit yang cukup akrab di kalangan anakanak Indonesia. Mulai dari yang berukuran besar seperti cacing perut,
sampai yang kecil setitik seperti cacing kremi (pinworm). Cacing kremi
atau Oxyuris vermicularis atau Enterobius vermicularis adalah parasit
yang hanya menyerang manusia, penyakitnya kita sebut oxyuriasis
atau enterobiasis. Oleh awam, kita sering mendengar, Kremian. 3,5
12
13
Lendir: Pada feses normal tidak ada lendir. Bila terdapat lendir
berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Jika lendir hanya
ditemukan dibagian luar feses, lokasi iritasi mungkin usus besar,
jika bercampur dengan feses mungkin iritasi berasal dari usus
halus.
b. Mikroskopis
Sel epitel: Beberapa sel epitel yang berasal dari dinding usus
bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Jika sel
epitel berasal dari bagian yang lebih proksimal, sel-sel itu
sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah
banyak kalau ada peradangan dinding usus.
Sisa makanan: Sebagian besar berasal dari makanan daundaunan dan sebagian lagi dari makanan yang berasal dari
hewan, seperti serat otot, serat elastik, dan lain-lain.
14
Identitas penderita
Lokasi
Kualitas keluhan
Kuantitas keluhan
Factor-faktor pemberat
Factor-faktor peringan
Gejala penyerta
Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan Penunjang:
Pemeriksaan Feces
Untuk mendiagnosis kecacingan banyak cara dan tehniknya,
cara yang lazim ialah memeriksa tinja segar dengan membuat
15
Anchilostomiasis
Askariasis
Enterobasis
Anemia Defisiensi3
Mengi
16
Sakit perut
Mudah tersinggung
Kurang berenergi
Muka pucat
Sesak napas
17
SINTESIS
Cacingan adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing.
beberapa jenis cacing yang hidup di daerah tropis dan subtropis. Yaitu:
Ada
ETIOLOGI
Ascaris lumbricoides
etiologi Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini disebut Ascariasis. Ascaris
lumbricoides merupakan nematoda usus terbesar. Angka kejadiannya di dunia
18
lebih banyak dari cacing lainnya, diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia
pernah terinfeksi dengan cacing ini. Hal ini disebabkan karena telur cacing ini
lebih tahan terhadap panas dan kekeringan. Tidak jarang ditemukan infeksi
campuran dengan cacing lain, terutama Trichuris trichiura. Manusia dapat
terinfeksi dengan cara menelan telur cacing Ascaris lumbricoides yang infektif
(telur yang mengandung larva). Di daerah tropis, infeksi cacing ini mengenai
hampir seluruh lapisan masyarakat, dan anak lebih sering terinfeksi. Pencemaran
tanah oleh cacing lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan
intensitas infeksi pada anak dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh
karena berbeda dalam kebiasaan, aktivitas dan perkembangan imunitas yang
didapat. Prevalensi tertinggi Ascariasis di daerah tropis pada usia 38 tahun. 3
Cacing dewasa, Cacing berwarna putih atau merah muda. Cacing ini dapat
langsung di identifikasikan karena ukurannya yang besar, yaitu cacing jantan 10
31 cm dengan diameter 24 mm, betina 2235 cm, kadang-kadang sampai 39
cm dengan diameter 36 mm. Pada kepala terdapat tiga bibir, satu yang lebar di
medio dorsal dan sepasang di ventro lateral. bagian anterior tubuh, mempunyai
dentakel-dentakel halus. Ujung posterior cacing jantan melengkung kearah
ventral dan sepasang spikulum terdapat dalam sebuah kantong. Vulva cacing
betina letaknya di tengah ventral dekat perbatasan bagian anterior dan bagian
tengah.
Telur yang dibuahi, besar dan berbentuk lonjong dengan ukuran 4575
mikron x 3550 mikron. Pada waktu dikeluarkan dalam tinja telur belum
membelah. Dengan adanya mamillated outer coat, telur ini dapat bertahan hidup
karena partikel tanah melekat pada dinding telur yang dapat melindunginya dari
kerusakan. Telur yang tidak dibuahi yang ditemukan dalam tinja berukuran 88
94 mikron x 44 mikron. Telur yang tidak dibuahi dihasilkan oleh cacing betina
yang tidak dibuahi atau cacing yang masih muda dan belum lama mengeluarkan
telur. Isi telur yang tidak dibuahi terdiri atas granula dengan berbagai ukuran dan
tidak teratur. Dinding telur yang lebih bujur ini, lebih tipis dari dinding telur yang
dibuahi.3,5
mereka tidak berpikir sampai ke tahap itu. Sehinga anak-anak lebih mudah
diinfeksi oleh larva cacing Ascaris misalnya melalui makanan, ataupun infeksi
melalui kulit akibat kontak langsung dengan tanah yang mengandung telur
Ascaris lumbricoides.
Faktor host merupakan salah satu hal yang penting karena manusia
sebagai sumber infeksi dapat mengurangi kontaminasi ataupun pencemaran
tanah oleh telur dan larva cacing, selain itu manusia justru akan menambah
tercemarnya lingkungan sekitarnya.
Prevalensi Ascariasis di daerah pedesaan lebih tinggi, hal ini terjadi karena
buruknya sistem sanitasi lingkungan di pedesaan, tidak adanya jamban sehingga
tinja manusia tidak terisolasi sehingga larva cacing mudah menyebar. Hal ini
juga terjadi pada golongan masyarakat yang memiliki tingkat sosial ekonomi
yang rendah, sehingga memiliki kebiasaan buang air besar (defekasi) ditanah,
yang kemudian tanah akan terkontaminasi dengan telur cacingyang infektif dan
larva cacing yang seterusnya akan terjadi reinfeksi secara terus menerus pada
daerah endemik (Brown dan Harold, 1983). Perkembangan telur dan larva cacing
sangat cocok pada iklim tropik dengan suhu optimal adalah 23o C sampai 30o C.
Jenis tanah liat merupakan tanah yang sangat cocok untuk perkembangan telur
cacing, sementara dengan bantuan angin maka telur cacing yang infektif
bersama dengan debu dapat menyebar ke lingkungan.
21
cm. mereka hidup 10-24 bulan di jejunum dan ileum media intestinal. Setiap
hari, cacing betina menghasilkan 240.000 telur yang difertilisasi oleh cacing
jantan. Telur-telur fertilisasi dikeluarkan di tanah bisa menginfeksi sekitar 5-10
hari. Telur tersebut bisa bertahan hingga 17 bulan di tanah. Infeksi terjadi
melalui kontaminasi tangan atau makanan, masukan ke mulut dan telur-telur
menetas usus kecil.
23
Larva stadium kedua melalui dinding intestinal dan migrasi melalui system
portal ke hepar (4d) dan lalu ke paru-paru (14d). Pajanan signifikan
mengakibatkan pneumonia subsekuen dan eosinofilia. Gejala-gejala pneumonitis
termasuk wheezing, dispnea, batuk nonproduktif, hemoptisis, dan demam. Larva
yang tertelan akhirnya mencapai jejunum, dimana mereka matang menjadi
dewasa kira-kira 65 hari. Cacing dewasa memakan hasil pencernaan host. Anakanak dengan diet marginal rentan terhadap defisiensi protein, kalori, atau
vitamin A, berakibat pada retardasi pertumbuhan dan meningkatkan kerentanan
terhadap penyakit infeksi seperti malaria. Cacing besar menyebabkan obstruksi
ileum, ductus communis, pancreas, atau apendiks. Cacing tidak bermultiplikasi di
dalam host. Infeksi bertahan melebihi 2tahun waktu hidup maksimum cacing,
pajanan ulang terjadi. Beberapa anak menjadi infeksi berat, mungkin dari
pajanan berulang dan atau imunodefisiensi.
Oxycuris atau enterobius, Cacing dewasa betina biasanya akan
bermigrasi pada malam hari ke daerah sekitar anus untuk bertelur. Telur akan
terdeposit di sekitar area ini O. Hal ini akan menyebabkan rasa gatal di sekitar
anus (pruritus ani nokturnal). Apabila digaruk maka penularan dapat terjadi dari
kuku jari tangan ke mulut (self-infection infeksi oleh diri sendiri). Metode
penularan lainnya adalah dari-orang-ke-orang melalui pakaian, peralatan tidur.
Penularan juga dapat terjadi dalam lingkungan yang terkontaminasi cacing
kremi, misalnya melalui debu rumah. Telur menetas di usus halus, selanjutnya
larva akan bermigrasi ke daerah sekitar anus (sekum ,caecum). Di sini larva akan
tinggal sampai dewasa. lnfeksi dapat juga terjadi karena menghisap debu yang
mengandung telur dan retrofeksi dari anus. Bila sifat infeksinya adalah
retroinfeksi dari anus, maka telur akan menetas di sekitar anus, selanjutnya
larva akan bermigrasi ke kolon asendens, sekum, atau apendiks dan berkembang
24
sampai dewasa. Suatu penelitian pada anak melaporkan bahwa ada 33% anak
yang memiliki telur cacing pada kuku jarinya.
(Gambar 21 .3).
25
terbawah yakni duodenum, jejunum, dan ileum proksimal. Otot esofagus cacing
menyebabkan tekanan negatif yang menyedot gumpalan jaringan intestinal ke
dalam kapsul bukal cacing. Akibatnya, terjadi rupture arteriol dan venula
sepanjang permukaan luminal usus.
Gambar 3.
A.duodenale dewasa
melekat ke mukosa
duodenum
Cacing dewasa mengeluarkan hyaluronidase,yang mendegradasi mukosa
usus dan mengikis pembuluh darah akibatnya terjadi ekstravasasi darah. Mereka
juga mencerna darah. A.duodenale menghisap darah 0,2 ml darah per hari dan
N.americanus 0,03 ml darah per hari. Antikoagulan mengakibatkan aliran darah
dihambat oleh adanya faktor Xa dan VIIa. Cacing dewasa juga menguraikan
faktor-faktor (contoh : faktor penghambat neutrofil) yang melindungi mereka dari
pertahanan host.
Pada minggu 3-5, cacing dewasa menjadi matang secara seksual. Dan
cacing wanita mulai produksi telur yang sering tampak di feses.
Masa inkubasi mulai dari bentuk dewasa pada usus sampai dengan
timbulnya gejala klinis seperti nyeri perut, berkisar antara 1-3 bulan. Untuk
meyebabkan anemia diperlukan kurang lebih 500 cacing dewasa. Pada infeksi
yang berat dapat terjadi kehilangan darah sampai 200 ml/hari, meskipun pada
umumnya didapatkan perdarahan intestinal kronik yang terjadi perlahanlahan.
Terjadinya anemia defisiensi besi pada infeksi cacing tambang tergantung pada
status besi tubuh dan gizi pejamu, beratnya infeksi (jumlah cacing dalam usus
penderita), serta spesies cacing tambang dalam usus. Infeksi A. duodenale
menyebabkan perdarahan yang lebih banyak dibandingkan N.Americanu. Gejala
klinis nekatoriasis dan ankilostomosis ditimbulkan oleh adanya larva maupun
cacing dewasa. Apabila larva menembus kulit dalam jumlah banyak, akan
menimbulkan rasa gatal-gatal dan kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
Trichuris trichiura. Apabila manusia menelan telur yang matang, maka
telur akan menetaskan larva yang akan berpenetrasi pada mukosa usus halus
selama 3-10 hari. Selanjutnya larva akan bergerak turun dengan lambat untuk
menjadi dewasa di sekum dan kolon asendens. Siklus hidup dari telur sampai
cacing dewasa memerlukan waktu sekitar tiga bulan dan mulai memproduksi
telur. Cacing tersebut akan membenamkan bagian anteriornya di mukosa usus
dan mulai memproduksi telur sebanyak 2000-7000 butir perhari. Di dalam
27
sekum, cacing bisa hidup sampai bertahun-tahun. Cacing akan meletakkan telur
pada sekum dan telur-telur ini keluar bersama tinja. pada lingkungan yang
kondusif, telur akan matang dalam waktu 2-4 minggu (Gambar 21.4). Bila telur
berada di tempat yang mendukung perkembangannya seperti di tempat yang
lembab, bangat maka telur akan matang dan siap menginfeksi host lain. Pada
infeksi yang berat, cacing dapat pula ditemukan pada ileum, appendix, bahkan
seluruh usus besar.
Untuk lebih jelasnya, siklus hidup Trichuris trichiura dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
GEJALA KLINIS
Ascariasis. Gejala klinik yang disebabkan infeksi Ascaris dihubungkan
dengan 1. respon imun hospes, 2. efek migrasi larva, 3. efek mekanik cacing
dewasa, 4. defisiensi gizi akibat keberadaan cacing dewasa. Dalam perjalanan
larva melalui hati dan paruparu biasanya tidak menimbulkan gejala. Bila jumlah
larvanya cukup besar dapat menimbulkan tanda-tanda pneumonitis. Ketika larva
menembus jaringan paruparu masuk ke dalam alveoli, mungkin terjadi sedikit
kerusakan pada epitel bronkhial. Dengan terjadinya reinfeksi dan migrasi larva
berikutnya, jumlah larva yang sedikitpun dapat menimbulkan reaksi jaringan
yang hebat. Reaksi jaringan yang hebat dapat terjadi di sekitar larva di dalam
hati dan paru-paru, disertai infiltrasi eosinofil, makrofag, dan sel sel epiteloid.
Keadaan ini disebut sebagai pneumonitis. Ascaris yang dapat disertai reaksi
alergi seperti dispnea, batuk kering atau produktif, mengi, demam. Terdapatnya
cacing dewasa dalam usus biasanya tidak menyebabkan kelainan kecuali bila
jumlahnya banyak sekali, meskipun demikian, karena kecenderungan cacing
dewasa untuk bermigrasi, seekor cacing pun dapat menimbulkan kelainan serius.
28
tinja
dengan
TATALAKSANA3,5,11
29
Ascaris lumbricoides
Obat pilihan adalah albendazol 400mg, atau mebendazol 500mg dosis
tunggal. Obat alternatif adalah levamisol 2,5 mg/kg atau piranteal pamoat
10mg/kg dosis tunggal. Oksantel-pirantel pamoat adalah obat yang dapat
digunakan untuk infeksi campuran A.lumbricoides dan T.trichiura. Untuk
penanganan komplikasi meliputi pemberian prednisolon pada Lofflers syndrome;
pada obstruksi intestinal dilakukan pemasangan nasogastric tube, cairan
intravena, analgesik, dan bila gagal diperlukan intervensi bedah.
Ancylostoma duodenale
Penatalaksanaan ditujukan untuk eliminasi parasit dan mengatasi anemia.
Albendazol 400 mg dosis tunggal menghasilkan kesembuhan 80% dan dosis 200
mg/hari selama 3 hari memberi kesembuhan 100%. Alternatif lain adalah
mebendazol 500 mg dosis tunggal pirantel pamoat 10 mg/kg selama 3 hari.
Penanganan anemia adalah pemberian ferous sulfat atau ferous glukonat peroral
200 mg tiga kali sehari dan dilanjutkan sampai 3 bulan setelah kadar hemoglobin
normal dicapai untuk mempertahankan cadangan besi. Pada kasus, kadar Hb
meningkat 1 gram perminggu. Perlu juga diberikan asam folat 5 mg per hari
selama 1 bulan. Pilihan lain adalah besi parenteral (iron-dextran atau iron-poly
sorbitol gluconic acid) pada pasien yang tidak dapat mentoleransi besi per oral.
Trichuris trichiura
Terapi pilihan adalah albendazol 400 mg atau mebendazol 500 mg dosis tunggal.
Alternatif lain yang sama efektifnya adalah kombinasi albendazol 400 mg dan
ivermectin 200 g/kg.
Enterobius vermicularis
Obat pilihan adalah albendazol 400 mg dosis tunggal. Dapat pula diberikan
mebendazol 100 mg atau pirantel pamoat 10 mg/kg berat badan dosis tunggal.
Terapi diulang setiap 6 minggu sampai lingkungan bersih dan semua anggota
keluarga sebaiknya diterapi untuk mecegah reinfeksi.
KOMPLIKASI11,12
Trichuris trichura
-infeksi ringan tidak menimbulkan gejala
- infeksi berat: nyeri perut, muntah, sulit BAB, kembung, s/d prolapsus recti
Ascarisiasis
a. Akibat migrasi ascaris lumbricoides :
Ikterus obstruktif
30
b.
Kolangitis
Kolesistitis
Pankreatitis
Apendisitis
Perforasi usus
Ileus obstruktif
Volvulus
Intususepsi
c.
d.
Infeksi ulang.
EDUKASI12
Anchylostoma duodenale / cacing tambang
-
31
PROGNOSIS5,11
Askariasis
Prognosis baik selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang
bermigrasi. Dalam waktu 1,2 tahun, infeksi cacing ini dapat sembuh dengan
sendirinya Kesembuhan askariasis dengan pengobatan mencapai 70% hingga
99%. (Ismid et al., 2008).
Trichuriasis
Dengan pengobatan yang adekuat, prognosisnya akan baik.
Infeksi Cacing Tambang (Ankilostomiasis)
Prognosis dari penyakit ankilostomiasis adalah baik, walaupun pasien
datang dengan komplikasi ankilostoma dapat disembuhkan asalkan dengan
pengobatan yang adekuat.
Enterobiasis
Infeksi cacing ini biasanya tidak begitu berat, dan dengan pemberian
obat-obat yang efektif maka komplikasi dapat dihindari. Pengobatan yang secara
periodik akan memberikan prognosis yang baik. Yang sering menimbulkan
masalah adalah infeksi intra familiar, apalagi dengan keadaan higienik yang
buruk.
Baik dan biasanya tidak menimbulkan bahaya, terutama dengan
pengobatan yang baik. Yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan
pencegahan auto atau hetero-infection kembali.
32
Daftar Pustaka
1. Dorland, W. M. Newman. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta:
EGC Medical Publisher.2012
2. Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson.Patofisiologi Konsep Klinis Proses
Proses Penyakit Edisi 6 Jilid 1. Jakarta : EGC. 2006
3. Sudoyo, Aru W, Dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid I.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran UI.
2006
4. Diakses Dari Jurnal Digilib.Unimus.Ac.Id/Download.Php?Id=4837 Pada
17 September 2016 Pukul 20.31 Wib.
5. Widoyono. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, &
Pemberantasannya. Edisi II. Jakarta : Penerbit Erlangga, 2011. Hal. :
174-186
6. Diakses
Dari
Jurnal
Http://Www.Who.Int/Water_Sanitation_Health/Diseases/Ascariasis/En/
Pada 15 September 2016.
7. KARYADI, D., TARWOTJO, 1., BASTA, S., SUKIRMAN, HUSAINI, ENOCH, H.,
MARGONO, S.S. And SALIM, A., : Nutritionand Health Status Of
33
Pengajar
Departemen
Parasitologi
FKUI.
2009.
Buku
Ajar
34