Anda di halaman 1dari 4

TUGAS RESUME SEJARAH NEW PUBLIC

MANAGEMENT & NEW PUBLIC SERVICE

OLEH :
AKHMAD ALVIAN NANDA ( 115030700111016 )

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2011

SEJARAH MUNCULNYA NEW PUBLIC MANAGEMENT


Munculnya kritik yang keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor
publik menimbulkan gerakan untuk melakukan reformasi manajemen sektor publik. Salah satu
gerakan reformasi sektor publik itu adalah munculnya konsep New Public Management.
New Public Management telah mempengaruhi proses perubahan organisasi sektor publik
secara komprehensif di hampir seluruh dunia. Penekanan gerakan New Public Management
tersebut adalah pada pelaksanaan desentralisasi, devolusi, dan modernisasi pemberian
pelayanan publik. Istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan oleh
Christopher Hood tahun 1991, ia kemudian menyingkat istilah tersebut menjadi NPM (Lihat:
Hughes, 1998). Ditinjau dari perspektif historis, pendekatan manajemen modern di sektor
publik tersebut pada awalnya muncul di Eropa tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi
dari tidak memadainya model administrasi publik tradisional. Pada perkembangannya,
pendekatan manajerial modern tersebut memiliki banyak sebutan, misalnya: managerialism,
new public management, Market-based public administration, postbureaucratic paradigm,
dan entrepreneurial government. Istilah yang kemudian banyak dipakai untuk menyebut
model manajemen publik modern tersebut adalah New Public Management. Istilah New
Public Management dan Managerialism sering saling menggantikan, namun istilah New
Public Managementlah yang kemudian banyak dipakai.
Adanya berbagai nama untuk menyebut pendekatan manajemen modern di sektor
publik tersebut pada dasarnya bermuara pada pandangan umum yang sama. Pertama,
perubahan model manajemen publik tersebut menunjukkan adanya pergeseran besar dari
model administrasi publik tradisional menuju sistem manajemen publik modern yang
memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pencapaian kinerja dan akuntabilitas manajer
publik. Kedua, perubahan itu menunjukkan adanya keinginan untuk bergerak meninggalkan
model birokrasi klasik menuju model organisasi modern yang lebih fleksibel. Ketiga,
perlunya dibuat tujuan organisasi yang jelas dan tujuan personal. Hal itu berdampak pada
perlunya dilakukan pengukuran atas prestasi yang mereka capai melalui indikator kinerja.
Terdapat evaluasi program secara sistematik. Keempat, staf senior tampaknya secara politis
lebih commit terhadap pemerintah saat itu daripada bersikap netral atau non-partisan.
Kelima, fungsi pemerintah tampaknya akan lebih banyak berhadapan dengan pasar,
misalnya tender, yang oleh Osborne dan Gaebler (1992) disebut catalytic government:
steering rather than rowing. Keterlibatan pemerintah tidak selalu berarti pemfasilitasan
pemerintah melalui sarana birokrasi. Keenam, terdapat kecenderungan untuk mengurangi
fungsi pemerintah melalui privatisasi dan bentuk lain dari marketisasi sektor publik
(Hughes, 1998, pp. 52-53).
NPM merupakan teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik
manajemen sektor swasta adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen pada
sektor publik. Oleh karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi
beberapa praktik dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam
organisasi sektor publik, seperti pe-ngadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender
(Compulsory Competitive Tendering-CCT), dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik
(Hughes, 1998; Jackson, 1995; Broadbent & Guthrie, 1992). Penerapan konsep New Public
Management telah menyebabkan terjadi perubahan manajemen sektor publik yang drastis

dari sistem manajemen tradisional yang kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model
manajemen sektor publik yang flek-sibel dan lebih mengakomodasi pasar. Pe-nerapan
konsep NPM dapat dipandang sebagai suatu bentuk modernisasi atau reformasi
manajemen dan administrasi publik, depolitisasi kekuasaan, atau desentralisasi wewenang
yang mendorong demokrasi. Perubahan tersebut juga telah mengubah peran pemerintah
terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat (Hughes, 1998).
Beberapa pihak meyakini bahwa paradigma New Public Management merupakan sebuah
fenomena internasional sebagai bagian dari proses global. Konsep NPM begitu cepat
mempengaruhi praktik manajemen publik di berbagai negara sehingga membentuk sebuah
gerakan yang mendunia.

SEJARAH MUNCULNYA NEW PUBLIC SERVICE


New Public Service merupakan pola terbaru era ini dalam mereformasi kinerja birokrasi.
New Public Service adalah salah satu system yang berusaha memperbaiki kinerja birokrasi
dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam memperbaiki kinerja birokrasi. Dalam sistem
New Public Service, ditawarkan sebuah perubahan yang sangat signifikan dalam proses
memformulasikan dan mengimplemantasikan kebijakan pemerintah berkaitan dengan pelayanan
terhadap publik. Jika dalam sistem-sistem lain proses perumusan kebijakan hanya melibatkan
pemerintah dan swasta maka dalam New Public Service sebaliknya. Dalam New Public Service
dominasi pemerintah yang sangat besar dalam penentuan sebuah kebijakan dilepaskan dan
pemerintah mulai terbuka terhadap partisipasi banyak individu, kelompok dan berbagai institusi
yang berada di luar pemerintah.
Kerangka New Public Service sendiri terdiri dari tiga komponen utama (good
governance) yakni negara (pemerintah), market (pasar) dan masyarakat yang sering disebut
sebagai citizen. Dalam kerangka ini,ketiga komponen ini memainkan peran yang sama penting
dalam menentukan berbagai kebijakan. Suatu hal yang baru dalam hal ini adalah keterlibatan
masyarakat sebagai citizen, di mana masyarakat memainkan peran yang penting sebagai pemberi
mandat kepada pemerintah untuk melaksanakan berbagai kebijakan publik (dengan diimbangi
kewajiban untuk membayar pajak). Dengan sebuah sistem demoratic governance,New Public
Service memantapkan dirinya untuk mereformasi birokrasi dengan membuka ruang yang
sebesar-besarnya terhadap partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam berbagai kebijakan publik.
Proses kebijakan yang terbuka dan partisipatif sendiri adalah salah satu ciri penting dari
tata pemerintahan (birokrasi) yang baik. Dengan kebijakan yang membuka ruang bagi
keterlibatan masyarakat, setiap stakeholder akan dengan mudah memahami alasan sebuah
tindakan perlu dilakukan oleh pemerintah. Mereka juga dapat dengan mudah mengetahui
keinginan yang sebenarnya dari pemerintah ketika pemerintah melaksanakan kebijakan tertentu.
Sehingga dengan demikian stakeholders dapat dengan mudah untuk mengambil sikap untuk
mendukung atau menolak kebijakan-kebijakan yang diambil dan dibuat oleh pemerintah. Oleh
karena itu proses kebijakan ini kemudian harus didukung oleh berbagai hal berupa akuntabilitas,
transparansi, keadilan,responsifitas, kesamaan dan kepastian hukum. Karena kinerja birokrasi
akan menjadi baik ketika para aktor-aktor yang terlibat dalam pengambilan dan pelaksanaan
menggunakan kekuasaan yang berdasarkan prinsip-prinsip tadi.

Dalam konteks Indonesia, keterlibatan masyarakat untuk memperbaiki kinerja dan kultur
birokrasi Indonesia seperti yang ditawarkan oleh New Public Service tentunya harus dilihat
dalam kerangka permasalahan utama yang menyebabkan rendahnya mutu kinerja birokrasi.
Dalam hal ini keterlibatan masyarakat tidak hanya dilihat sebagai bagian dari keterlibatan dalam
menentukan berbagai kebijakan. Birokrasi lahir dan berkembang dalam sejarah manusia, karena
itu birokrasi senantiasa dibentuk, dijalankan dan diarahkan oleh manusia. Bahkan walaupun
hadir sebagai institusi yang objektif namun secara mendasar pelaksanaan birokrasi tetap
bersumber pada aktivitas manusiawi dan tidak dapat terlepas dari tingkah polah manusia.

Anda mungkin juga menyukai