Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI ANALITIK

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2016


MODUL
PEMBIMBING

: SPEKTROFOTOMETRI UV
: Bevi Lidya,Dra,MS,Apt

PERCOBAAN : 29 MARET 2016


PENYERAHAN
2016
OLEH

: 5APRIL

KELOMPOK : 4

NAMA :
1. INDA ROBAYANI W

(151411012)

2. LIA AMALIA

(151411013)

3. LIRA APRILIA P

(151411014)

4. LISTYA RAHMAYANTI (151411015)


KELAS : 1A-TK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2016
MODUL PRAKTIKUM

: Spktrofotometri UV

NAMA PEMBIMBING
TANGGAL PRAKTIKUM
TANGGAL PENYERAHAN

: Bevi Lidya,Dra,MS,Apt
: 29 Maret 2016
: 5 April 2016

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Dengan melakukan percobaan penentuan kadar kafein, diharapkan praktikan
mampu melakukan beberapa hal berikut.
1. Mengoperasikan mesin spektrofotometri UV dengan baik sesuai prosedur dan
standar operasional.
2. Melakukan kalibrasi mesin spektrofotometri UV sesuai dengan persyaratan sistem
mutu.
3. Memahami hubungan antara konsentrasi larutan dengan kekuatan absorbansinya
terhadap cahaya.
II.

DASAR TEORI
1. Kafein

Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina


berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif
dan diuretik ringan. Kafeina ditemukan oleh seorang kimiawan Jerman, Friedrich
Ferdinand Runge, pada tahun 1819.
Alkaloid adalah basa organik yang mengandung amina sekunder, tersier atau
siklik.Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,
daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein
memiliki berat molekul 194,19 gr/gmol dengan rumus kimia C 8H10N8O2 dan pH 6,9
(larutan kafein 1% dalam air).

Rumus Molekul kafein


Kafein sebagai zat stimulan sering dituding
sebagai penyebab kecanduan.Hal tersebut tidak
sepenuhnya
benar.Kafein
hanya
dapat
menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam
jumlah yang sangat banyak dan rutin.Kafein
memiliki sifat antisorporific yang dapat mengatasi
sergapan rasa kantuk.kadar kafein per 240 mL
untuk berbagai jenis minuman adalah :
-

Produk
Minuman bersoda
Kopi
Minuman energy
Teh
Cokelat
Susu cokelat

Kadar
23
65-120
70-85
20-90
5-35
1-15

Spektrofotometri UV
Spektrofotometri UV merupakan salah satu metode analisis yang dilakukan dengan
panjang gelombang 250-400 nm atau 595299 kJ/mol. Sinar ultraviolet atau sinar
ungu terbagi menjadi dua jenis yaitu

Ultraviolet jauh
Ultaviolet dekat

Ultraviolet jauh memiliki rentang panjang gelombang 10 200 nm, sedangkan


ultraviolet dekat memiliki rentang panjang gelombang 200-400 nm. Cahaya UV
tidak bisa dilihat oleh manusia, namun beberapa hewan, termasuk burung, reptil
dan serangga seperti lebah dapat melihat sinar pada panjang gelombang UV.
Pada spektrofotometer UV biasanya menggunakan lampu deuterium atau disebut
juga heavi hidrogen sebagai sumber cahaya.Deuterium merupakan salah satu
isotop hidrogen yang memiliki 1 proton dan 1 neutron pada intinya.Deuterium
berbeda dengan hidrogen yang hanya memiliki 1 neutron tanpa proton.Air yang
atom hidrogennya merupakan isotop deuterium dinamakan air berat (D2O).
Air berat digunakan sebagai moderator neutron dan pendingin pada reaktor
nuklir.Deuterium juga berpotensi sebagai bahan bakar fusi nuklir komersial. Perlu
diketahui air berat yang dibekukan (es) dapat tenggelam dalam air karena massa
jenisnya lebih besar dari massa jenis air. Hal ini, tentu berbeda dengan es yang
dibuat dari air (H2O) yang mengapung bila dimasukan dalam air karena massa
jenisnya lebih kecil dari air.
Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut tidak tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna
maka perlu direaksikan dengan reagen tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan
tidak berwarna.Namun biasanya zat yang berwarna lebih banyak dianalisis
menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
Senyawa-senyawa
organik
sebagian
besar
tidak
tidak
berwarna
sehinggaspektrofotometer UV lebih banyak digunakan dalam analisis senyawa
organik khususnya dalam penentuan struktur senyawa organik.

Larutan-larutan tidak berwarna yang dianalisis menggunakan spektrofotometer UV


tidak boleh ada partikel koloid ataupun suspensi. Karena adanya partikel-partikel
koloid ataupun suspensi akan memperbesar absorbansi, akibatnya bila dihubungkan
dengan rumus yang diturunkan dari hukum Lambaert-Beer konsentrasi zat yang
dianalisis makin besar dan apabila digunakan untuk penentuan struktur suatu
senyawa maka pita pada spektrum akan melebar dari yang sesungguhnya.
Analisis menggunakan sinar ultraviolet biasanya dilakukan menggunakan ultraviolet
dekat, sedangkan analisis menggunakan ultraviolet jauh maka instrumen yang
digunakan harus dalam keadaan vakum.
Hal ini disebabkan jika digunakan ultraviolet jauh maka udara akan ikut menyerap
panjang gelombang yang digunakan. Akbatnya kesalahan yang dilakukan makin
fatal, karena jika udara ikut menyerap maka absorbansi yang dihasilkan akan makin
besar, jika hal ini dihubungkan dengan hukum Lamber-Beer maka konsentrasi zat
yang dianalisis lebih tinggi dari yang seharusnya.
Perhitungan konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan dapat dilakukan
dengan cara kurva kalibarasi seperti yang telah dijelaskan di Spektrofotometri sinar
tampak (Visible)

Gambar.Spektrofotometri Shimadzu 1700


Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, S.M, 2002)
Skema konstruksi spektrofotometer :
Ketika cahaya putih dilewatkan dalam suatu substansi maka setiap warna
cahaya yang dipantulkan akan memiliki panjang gelombang yang berbeda. Berkas
cahaya tersebut diasumsikan sebagai warna komplemen dari panjang gelombang
yang diserap. Mekanisme kerja dari spektrofotometer pada dasarnya adalah
memisahkan cahaya menjadi monokromatik, yang kemudian cahaya tersebut

dilewatkan pada suatu sampel yang akan diukur kekuatan radiasinya. Jika P
merupakan banyaknya sinar sinar yang diteruskan oleh larutan sampel dan Po
merupakan banyaknya sinar yang diserap, maka ratio P/Po dapat kita sebut sebagai
transmitansi.Selain mengukur transmitansi, spektrofotometer pada dasarnya adalah
untuk mengukur absorbansi sampel karena adanya interaksi atom, molekul, dan ion
pada sampel tersebut.
Panjang gelombang yang diserap oleh sampel dari sejumlah cahaya yang
diberikan akan sebanding dengan konsentrasi sampel dan ketebalan larutan
sampel. Secara matematis hubungan ini diberikan oleh hukum Lambert beer:
A = bc
Dimana:

= absorptivitas molar (L.cm-1.mol-1)

b = ketebalan kuvet (cm)

c = konsentrasi (molL-1)
III.

ALAT DAN BAHAN

Alat
Bahan
1. Spektrofotometri
1. Kafein 100 ppm
2. HCl 0,1 M
Shimadzu UV 1700
dan kuvet kuarsa
2. Labu takar 50 ml
3. Gelas kimia 250 ml,
100 ml, 50 ml
4. Pipet Volume 10 ml,
25ml
5. Bola hisap

IV.

CARA KERJA

1. PEMBUATAN LARUTAN STANDAR DAN PENENTUAN PANJANG GELOMBANG


MAKSIMUM
Membuat 100ml larutan induk kafein
(100 ppm) dalam HCl 0,1N

Buat sederetan larutan standar kafein dengan konsentrasi 2,4,6,8,10 dan 12


ppm dalam HCl 0,1N dari labu induk. Dalam labu takar 50 ml.
Dengan menggunakan rumus V1 x N1 = V2 x N2 maka dapat
ditemukan :
2 ppm = 0,5 ml

6 ppm = 1,5 ml

10 ppm = 2,5 ml

4 ppm = 1 ml

8 ppm = 2 ml

12 ppm = 3 ml

Tentukan panjang gelombang maksimum, dengan cara: ukur


serapannya (ambil larutan standar 8 ppm) dari berbagai
panjang gelombang ( dari 380 190 nm)

Ukur serapan berbagai konsentrasi larutan standar pada


panjang gelombang yang sudah ditentukan
2. SPEKTROFOTOMETER UV-1700 SHIMADZU
A. Menyalakan Alat

Keluarkan silica gel dari sample

Nyalakan alat UV-1700 (tombol samping kanan)

Buka monitor perlahan. Putar tombol sebelah


kanan hingga layar monitor tampak Initialization

Tunggu sampai proses inisialisasi selesai dan keluar tampilan "mode

B. Pengukuran Spektrum
Pilih menu 'spectrum' lalu tekan 2 kemudian atur parameter

Masukkan kuvet berisi larutan blangko (kedua-duanya)

Tekan tombol 'Base corr' F1, tunggu sampai muncul 0,000 A (alat akan
berbunyi bip-bip)

Ganti kuvet blangko yang bagian depan dengan larutan sampel (isi kuvet dengan
larutan sampel yang diinginkan)

Tekan tombol 'start', maka muncul spektrum antara Abs dengan Wavelength

Muncul 'wavelength & absorbance', tampilan kurva A vs

C.
Pengukuran
Tekan
tombol 'data Photometric
procc' F2, 'peak'(3) untuk mengetahui panjang gelombang
maksimum dan absorbansi
Pilih Menu Photometric
Tekan

Lalu tekan Go to

Isikan nilai panjang

Masukan kuvet yang berisi larutan blanko


pada sample compartement

Tekan tombol auto zero lalu tunggu hingga


A:0,000 A dan alat berbunyi bip-bip

Ganti kuvet isi blanko dengan kuvet yang berisi larutan sample yang akan di

Tekan tombol start

Ganti kuvet sample dengan larutan sample lain dan tekan start

Muncul table Photometric

D. Pengukuran Quantitative
a) Pembuatan Kurva Kalibrasi

Pilih menu 'quantitative' dengan cara tekan (3), (jika dari menu 'spectrum'
tekan ' return' lebih dahulu
Atur parameter:
1. Meas, 1 lamda: isikan panjang gelombang ; tekan 'enter'
2. Method; multi point (3); isi jumlah larutan standar yang digunakan 'enter' ;
orde 1 'enter' ; zero intept NO 'enter'
3. No of meas. 1
4. Unit ppm

5. Data print NO
Masukkan kuvet isi larutan blangko pada kedua sisi 'reference sample'

Tekan 'start', masukkan nilai konsentrasi larutan standar, tekan 'enter' (pekarjaan
Tekan
'cal.curve'
F1 untuk
tamilan
kurva
kalibrasi
tersebut
dilanjutkan/diulang
sampai
selesai
Tekan
tombol
'Auto
zero'
, melihat
tunggu
0,000A
Ganti kuvet
blangko
(bagian
depan)
larutan
standar
yang pertama
Muncul
tampilan
:dengan
NO I sampai
Conc
I dengan
ABS

Tekan 'start' ; maka akan keluar nilai ABS

Ganti kuvet dengan larutan standar yang berikutnya, tekan ' start' , demikian seterusya
sampai pengukuran selesai
E. Pengukuran Konsentrasi Sampel

Tekan return sampai kembali ke


menu utama Quantitative

Ganti kuvet isi larutan standar dengan larutan


sampel yang akan dianalisis

Tekan start . Ulangi pekerjaan tersebut hingga sampel yang


akan dianalisis mendapatkan hasil yang baik.

F. Mematikan Alat
Kosongkan compartement cell

Masukkan kembali silica gel

Putar tombol sebelah kanan hingga layar monitor


tampak biru

V.
DATA PENGAMATAN :
A. Pengukuran Spektrum
Besar panjang gelombang maksimum (max)
Absorbansi
= 0.201

= 280.0 nm

B. Pengukuran Photometric
Sample
2 ppm
4 ppm
8 ppm
10 ppm
12 ppm

ABS
0.109
0.191
0.366
0.491
0.568

K*ABS
0.1093
0.1910
0.3660
0.4910
0.5684

Concentration (ppm)
0.000
2.000
4.000
8.000
10.000
12.000

ABS
0.003
0.108
0.199
0.393
0.503
0.617

C. Pengukuran Quantitative
Sample
1
2
3
4
5
6

Pengukuran Sample berdasarkan pengukuran Quantitative


Sample
1
2

ABS
0.419
0.467

Concentration (ppm)
8.2826
9.2313

D. Perhitungan Pembuatan Larutan Standar Kafein


1. Pengenceran Larutan cafein 1000 ppm menjadi lautan kafein 100 ppm
N1 .V1 = N2 .V2
1.000 . V1
= 100 . 100

10.000
1.000

V1

V1

= 10 ml

2. Membuat Larutan Standar kafein


a. Membuat Larutan Blanko (0 ppm)
N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1 = 0 . 25

0
100

V1

V1

= 0 ml

b. Membuat Larutan Kafein 2 ppm


N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1 = 2 . 25

50
100

V1

V1

= 0,5 ml

c. Membuat Larutan Kafein 4 ppm


N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1 = 4 . 25

100
100

V1

V1

= 1 ml

d. Membuat Larutan Kafein 8 ppm


N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1 = 8 . 25

200
100

V1

V1

= 2 ml

e. Membuat Larutan Kafein 10 ppm


N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1 = 10 . 25

f.

250
100

V1

V1

= 2,5 ml

Membuat Larutan Kafein 12 ppm


N1 .V1
= N2 .V2
100 . V1 = 12 . 25

300
100

V1

V1

= 3 ml

E. Kurva Pengukuran Photometric

Kurva Pengukuran Photometric


0.6
f(x) = 0.05x + 0
R = 1

0.5
0.4
Absorbansi

Y-Values

0.3

Linear (Y-Values)

0.2
0.1
0
0

10

12

14

Konsentrasi

F. Kurva Pengukuran Quantitative

Kurva Pengukuran Quantitative


0.7
0.6

f(x) = 0.05x + 0
R = 1

0.5

Absorbansi

0.4

Y-Values

0.3

Linear (Y-Values)

0.2
0.1
0
0

Konsentrasi

10

12

14

PENGOLAHAN DATA
1. Penentuan Konsentrasi Sample dengan kurva pengukuran photometric
Sampel 1
Absorbansi : 0.419
y = 0.047x + 0.004
0.419 = 0.047x + 0.004
0.047x = 0.419 0.004
0.047x = 0.415
X
= 0.415 : 0.047
X
= 8.829 ppm
Sampel 2
Absorbansi : 0.467
y = 0.047x + 0.004
0.467 = 0.047x + 0.004
0.047x = 0.467 0.004
0.047x = 0.463
X
= 0.463 : 0.047
X
= 9.851 ppm

2. Penentuan Konsentrasi Sampel dengan kurva kalibrasi pengukuran


quantitative yang dibuat secara manual di Microsoft excel dengan rumus y
= 0.050x + 0.001
Sampel 1
Absorbansi : 0.419
y = 0.050x + 0.001
0.419 = 0.050x + 0.001
0.050x = 0.419 0.001
0.050x = 0.418
X
= 0.418 : 0.050
X
= 8.36 ppm
Sampel 2
Absorbansi : 0.467
y = 0.050x + 0.001
0.467 = 0.050x + 0.001
0.050x = 0.467 0.001
0.050x = 0.466
X
= 0.466 : 0.050
X
= 9.32 ppm
3. Penentuan Konsentrasi Sampel dengan kurva kalibrasi pengukuran
quantitative yang didapat dari alat Shimadzu dengan rumus y = 0.0506x
dan nilai r2 = 0.9990
Sampel 1
Absorbansi : 0.419

y = 0.0506x
0.419 = 0.0506x
X
= 0.419 : 0.0506
X
= 8.28 ppm
Sampel 2
Absorbansi : 0.467
y = 0.0506x
0.467 = 0.05006x
X
= 0.467 : 0.0506
X
= 9.229 ppm

VI.

PEMBAHASAN
1) Oleh Inda Robayani Walayudara (151411012)
Praktikum kali ini tentang penentuan konsentrasi dalam sampel
dengan menggunakan metoda spektrofotometri UV dengan mencari
absorbansi dari larutan standar yang telahdibua yaitu kafein 100 ppm.
Larutan ini digunakan karena merupakan senyawa organik yag pada
umumnya tidak berwarna. Kafein juga memiliki ikatan rangkap yang
memudahkan dibaca oleh spektrofotometri UV. Dibuatnya larutan
standar dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 0 ppm, 2ppm, 4ppm,
8ppm, 10ppm dan 12 ppm, blanko disini menggunakan aquades yang
tidak ditmabhakn larutan kafein. Untuk menentukkan konsentrasi
larutan yang digunakan adalah panjang gelombang maksimum yang
ditentukkan dengan larutan 4 ppm yang digunakan karena nilai
absorbansi lebih stabil dan didapatkan panjang gelombag
maksimumnya sebesar 280,0 nm dengan nilai absorbansinya 0,201
digunakan untuk mengukur absorbansi larutan standar yang lainnya.
Penentuan kurva kalibrasi diakukan dengan mencari nilai absorbansi
dimulai darikonsentrasi larutan standar yang paling rendah sampai
yang paling tinggi. Nilai absorbansi yang didapatkan dengan
photometric adalah 0,109 ; 0,191 ; 0,366 ; 0,491 dan 0,568 dan
dengan quantitative adalah 0,003 ; 0,108 ; 0,199 ; 0,393 ; 0,503 dan
0,617. Dari hasil kurva kalibrasi alat shimadzu 1700 tersebut
didapatkan persamaan linearnya dengan menarik garis lurus (linear)
yaitu y = 0,0472x + 0,0043 dan nilai R = 0,9976. Persamaan itu

digunakan dengan menentukkan konsentrasi sampel dengan kurva


photometric dengan memasukkan nilai y yang merupakan nilai
absorbansi sampel dan x untuk menentukkan konstrasi sampel sebesar
8.829 ppm untuk sampel pertama dan 9.851 ppm untuk sampel kedua.
Penentuan kurva kalibrasi dengan kurva quantitative juga dilakukan
dari alat shimadzu 1700 dan didapatkan hasil persamaan linearnya
yaitu y = 0.0506x dan nilai r2 = 0.9990. Adapun absorbansi untuk
sampel pertama adalah 0,419 dengan konsentrasi sampelnya 8,2826
ppm sedangkan untuk sampel dua absorbansinya adalah 0,467 dengan
konsentrasi sampelnya adalah 9,2313 ppm.
Perhitungan konsentrasi sampel juga dilakukan secara manual
dengan memasukkan data ke microsoft excel untuk mendapatkan
kurvanya dan didapatkan persamaan linearnya yaitu y = 0,0505x +
0,001 dengan nlai R = 0,9989 dengan konsentrasi sampel pertama
adalah 8,36 ppm dengan nilai absorbansinya 0,419 sedngkan untuk
sampel kedua konsentrasiya adalah 9,32 ppm dengan nilai
absorbansinya 0,467 ppm.
Terdapat perbedaan hasil konsentrasi pada perhitungan yang
dilakakukan menggunakan alat shimadzu 1700 dengan manual
menggunakan microsoft excel dikarenakan keakuratan dan ketelitian
alat yang dihasilkan berbeda, meskipun begitu tetapi nilai dari hasil
perhitungan tidak menunjukkan hasil yang begitu jauh dengan nilai
yang dihasilkan dari alat. Oleh karena itu, diketahui bahwa hubungan
antara konsentrasi dengan nilai absorbansi tegak lurus, sehingga
dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi semakin besar
juga nilai absorbansinya.
2) Oleh Lira Aprilia Pujianti (151411014)
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menghitung kadar kafein
dengan alat spektrofotometri UV. Alat yang digunakan pada praktikum kali
ini ada spektrofotometri Shimadzu. Mengapa menggunakan larutan kafein,
karena alat spektrofotometri ini dapat mengukur larutan yang memiliki
ikatan rangkap, dan disini kafein memiliki ikatan rangkap yang berselangseling. Sebelum melakukan praktikum dengan alat, disiapkan terlebih
dahulu 6 larutan yaitu aquades sebagai larutan blanko dan 5 larutan
standar yang merupakan campuran antara larutan induk kafein yang
dibuat dalam berbagai konsentrasi (2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12
ppm) dengan larutan HCl. Aquades yang digunakan sebagai blanko karena
merupakan larutan yang tidak mengandung analit yaitu kafein. Larutan
blanko ini digunakan sebagai control untuk tujuan kalibrasi sebagai
pembanding dalam analisis fotometri. Larutan blanko ini memiliki nilai
absorbansi sama dengan 0.000.

Sebelum menguji larutan sampel, terlebih dahulu dicari nilai panjang


gelombang maksimum dengan pengukuran spectrum. Pada pengukuran
panjang gelombang ini menggunakan larutan standar kafein dengan
konsentrasi 4 ppm. Dari proses ini diperoleh nilai panjang gelombang
sebesar 280.0 nm dengan abseorbansi 0.201.
Selanjutnya adalah proses mengukur larutan standar kafein dengan
berbagai konsentrasi dengan menggunakan pengukuran photometric. Dari
pengukuran ini akan diperoleh nilai absorbansi yang berbanding lurus
dengan besar konsentrasi analit (kafein). Semakin besar konsentrasi analit
(kafein), maka akan semakin pula nilai absorbansi. Setelah didapat data
absorbansi sleuruh konsentrasi maka dibuat kurva hubungan antara
absorbansi terhadap konsentrasi. Setalah dibuat kurva buat garis linear.
Garis linear ini menunjukkan bahwa absorbansi merupakan fungsi dari
konsentrasi. Dari kurva didapat persamaan linear yaitu y = 0.047x + 0.004
dan R = 0.997.
Setelah proses pengukuran photometric, dilakukan proses
pembuatan kurva kalibrasi dengan pengukuran quantitative. Setelah
larutan standar dengan berbagai konsnetrasi diukur nilai absorbansinya,
dengan metode ini dapat langsung ditampilkan bentuk kurva dan
persamaan linear absorbansi fungsi konsentrasi. Dari metode pengukuran
quantitative didapatkan persamaan linear dari kurva kalibrasi yang
ditampilkan yaitu y = 0,0506x. Dengan metoda pengukuran quantitative
pun dapat langsung mengetahui nilai absorbansi dan seklaigus konsentrasi
dari
larutan
sampel
yang
akan
diuji.
Dari hasil pengukuran quantitative didapat nilai absorbansi dan
konsentrasi larutan sampel 1 sebesar 0.419 dan 8.2826 ppm. Dan
besarnya nilai absorbansi dan konsentrasi larutan sampel 2 sebesar 0.467
dan 9.2313 ppm.
Dari tabel pengamatan pada proses pengukuran quantitative bila
dibuat kurva manual menghasilkan persamaan linear yang berbeda. Dari
kurva yang dibuat secara manual didapat rumus persamaan linerar yaitu y
= 0.047x + 0.004 dengan R = 0.997. Dengan perbedaan rumus yang
didapat, makan menghasilkan perhitungan konsentrasi sampel yang
berbeda. Dari kurva yang dibuat manual nilai konsentrasi analit (kafein)
yang didapat pada sampel 1 sebesar 8.36 ppm dan pada sampel 2 sebesar
9.32 ppm. Perbedaan hasil ini terjadi karena skala perhitungan setiap alat
berbeda, dimana skala alat shimadzu mungkin berbeda dengan skala
perhitungan pada software di computer. Namun bila dilihat dari hasil nilai
yang didapat tidak terlalu jauh. Begitu pula hasil perhitungan konsentrasi
dengan persamaan yang didapat dari kurva pengkuran photometric
didapat pada sampel 1 sebesar 8.829 ppm dan pada sampel 2 sebesar
9.851 ppm.
Dari perbedaan nilai yang didapat, kita dapat mengetahui mana nilai
yang presisi dan akurat dengan melihat nilai r 2 yang didapat, bila nilai r2

lebih mendekati 1, maka nilai yang didapat cukup akurat. Dari hasil yang
didapat nilai r2 yang paling mendekati 1 adalah pada pengukuran
quatitative dengan persamaan yang diperoleh langsung dari alat yaitu
sebesar 0.9990. Maka dapat kita ketahui bahwa nilai konsentrasi sampel
yang paling tepat adalah 8.2826 ppm untuk sampel 1 dan 9.2313 ppm
untuk sampel 2.
Dari praktikum ini kita dapat membuktikan bahwa hukum Lambert
Beer (A = bc) itu , dimana konsentrasi berbanding lurus dengan
absorbansi.

VII.

KESIMPULAN
1) Diketahui bahwa hubungan antara konsentrasi dengan nilai
absorbansi tegak lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi konsentrasi semakin besar juga nilai absorbansinya.

VIII.

DAFTAR PUSTAKA
POLBAN. 2011.

Petunjuk

Praktikum

Kimia

Instrumen

Analitik.

Bandung
Anonim.
2011.
https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/07/spektrofotometri-uvultraviolet/ [Diunduh 28 Maret 2016]

Anda mungkin juga menyukai