Anda di halaman 1dari 8

alang-alang di pegunungan Andes (Peru).

Setelah tahun 1892, perkembangan anastetik


meningkat pesat hingga ditemukan prokain dan benzokain, dan derivat-derivat lainnya seperti
tetrakain dan cinchokain.
Anastesi bekerja dengan menghindarkan untuk sementara pembentukan dan tranmisi impuls
melalui sel saraf dan ujungnya. Anastetik lokal juga dapat menghambat penerusan impuls dengan
jalan menurunkan permeabilitas sel saraf untuk ion natrium.
Beberapa kireteria yang harus dipenuhi suatu jenis obat yang digunakan sebagai anestetika
lokal :
a.

Tidak merangsang jaringan

b.

Tidak mengakibatkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf

c.

Toksisitas sistemik rendah.

d.

Efektif dengan jalan injeksi atau penggunaan setempat pada selaput lendir

e.
Mulai kerjanya sesingkat mungkin, tetapi bertahan cukup lama dan dapat larut dalam air
dan menghasilkan larutan yang stabil, juga terhadap pernapasan (sterilisasi).
Selain anestesi, obat-obatan yang digunakan melalui transdermal pun mayoritas menggunakan
prinsip efek lokal yang hanya mengobati/mencegah rasa yang tidak nyaman pada bagian yang
diolesi/ditempelkan obat.
Transdermal merupakan salah satu cara administrasi obat dengan bentuk sediaan farmasi/obat
berupa krim, gel atau patch (koyo) yang digunakan pada permukaan kulit, namun mampu
menghantarkan obat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (trans = lewat, dermal = kulit)
Beberapa bahan kimia dapat menyebabkan cedera pada tempat bahan itu bersentuhan dengan
tubuh. Efek lokal ini dapat diakibatkan oleh senyawa-senyawa kaustik, misalnya pada saluran
pencernaan, bahan korosif pada kulit, serta iritasi gas atau uap pada saluran napas. Efek lokal ini
menggambarkan perusakan umum pada sel-sel hidup.
Cara penggunaan obat yang memberi efek lokal adalah:
a.
Inhalasi, yaitu larutan obat disemprotkan ke dalam mulut atau hidung dengan alat seperti :
inhaler, nebulizeer atau aerosol.
b.
Penggunaan obat pada mukosa seperti: mata, telinga, hidung, vagina, dengan obat tetes,
dsb.
c.

Penggunaan pada kulit dengan salep, krim, lotion, dsb.

Tikus yang digunakan dalam praktikum dilakukan pengorbanan terlebih dahulu. pengorbanan
dapat dilakukan dengan cara anastesi lokal maupun dengan cara dislokasi lokal. Anastesi lokal
dilakukan dengan cara memasukkan tikus kedalam toples yang telah dijenuhkan dengan larutan
eter dan tertutup, tunggu hingga tikus dalam keadaan mati. Selain anastesi lokal, dislokasi lokal
juga dapat digunakan dengan cara memisahkan/menghambat pengaliran darah ke otak dengan
merenggangkan bagian-bagian tulang belakang dari tikus.
Tikus yang sudah dikorbankan kemudian dikuliti (ambil kulitnya) sesuai dengan keperluan, baik
dari segi jumlah maupun ukurannya. Selain kulit, bagian usus dari tikus juga digunakan dengan
cara membelah usus tikus dan membersihkan dari sisa kotoran yang ada di usus.
Kulit dan usus yang sudah ada tadi di letakkan diatas kertas saring dan mulailah dengan
pengujian yang sudah ditentukan.
Pada pengujian efek menggugurkan bulu, semua kelompok menghasilkan hasil yang sama yakni
hasil uji menunjukkan adanya kerontokan bulu setelah diberikan larutan natrium hidroksida 20%.
Hal ini terjadi karena garam natrium hidroksida bekerja dengan cara memecah ikatan S-S pada
keratin kulit, sehingga bulu akan rusak dan mudah gugur.
Pada pengujian efek korosif, beberapa hasil yang dapat diamati adalah:
HgCl2 pada usus akan menyebabkan usus menjadi memutih (pucat) dan menipis.
Sedangkan pada kulit akan menyebabkan kulit menjadi putih (pucat) dan melepuh.
Fenol 5% pada usus tidak menyebabkan efek yang begitu berarti. Sedangkan pada kulit
menyebabkan kulit menjadi kering dan pucat.
H2SO4 pada usus akan menyebabkan usus menjadi pucat, tipis, kaku, dan kering.
Sedangkan pada kulit menyebabkan kulit menjadi melepuh, kaku, pucat dan berkerut.
HCl pada usus akan menyebabkan kulit menjadi putih, kerut, kaku, dan pucat. Sedangkan
pada kulit akan menyebabkan pelepuhan, putih dan kerut.
AgNO3 pada usus akan menyebabkan usus pucat dan melepuh. Sedangkan pada kulit
akan menyebabkan pelepuhan, putih, berkerut dan lunak.
Tincture Iod pada usus akan menyebabkan usus menjadi tipis, pucat dan kaku. Sedangkan
pada kulit akan menyebabkan kulit pucat, tengang, dan kaku.
Pada pengujian efek lokal fenol 5%, hasil/efek yang ditimbulkan sangat tergantung pada
campuran yang digunakan. Berikut hasil yang diperoleh:
Fenol 5% + aquades akan menyebabkan iritasi berupa kebas, pucat, kerut, dan panas pada
lokasi yang terkena.

Fenol 5% + etanol akan menyebabkan iritasi berupa keriput, dingin, pucat dan nyeri

Fenol 5% + gliserin akan menyebabkan iritasi berupa panas, kebas, nyeri, dan panas.

Fenol 5% + minyak hanya menghasilkan sedikit respon (1 kelompok). Yakni panas kebas
panas dan merah. Sedangkan kelompok lain nihil.
Efek astringen dilakukan dengan mengkumurkan larutan gambir kedalam mulut. Kita ketahui
bahwa astringen sangat banyak ditemukan pada tanaman yang memiliki rasa kelat-pahit. Seperti
gambir, sirih, teh, dan lain sebagainya.

E.

KESIMPULAN

1.
Obat yang berefek non-sistemik (lokal) merupakan obat yang mempunyai pengaruh pada
tubuh bersifat lokal atau pada daerah yang diberikan obat. Contoh obat ini adalah obat-obat yang
bersifat anestesi lokal ataupun transdermal.
2.
Beberapa efek dari obat lokal yang dapat ditemui adalah menggugurkan bulu, korosif, dan
astringen.
3.

Tingkat pengguguran bulu tergantung kepada kadar dan jenis dari larutan yang digunakan

4.
Semakin tinggi kadar suatu zat yang bersifat menggugurkan bulu, maka akan semakin
mendekati tingkat korosif.
5.
Sama halnya dengan efek menggugurkan bulu. Larutan yang bersifat korosif pun beraneka
ragam, dan menghasilkan mekanisme efek yang berbeda-beda, tergantung kepada kekuatan
korosif yang dikandungnya.
6.
Astringen merupakan salah satu efek dari efek lokal obat yang mekanisme kerjanya di
mulut. Senyawa ini banyak ditemukan pada gambir, teh, dan tumbuhan lain yang memiliki rasa
kelat hingga kepahitan..

PEMBAHASAN SOAL

1.
Apakah ada perbedaan bau yang jelas dari obat-obat yang bersifat menggugurkan bulu
sebelum dan sesudah digunakan?
Jawab :

2.

Apakah mungkin suatu obat bekerja korosif tanpa menghilangkan bulu dan sebaliknya?

Jawab :
Hal itu mungkin saja terjadi, namun kemungkinannya hanya sedikit sekali. Obat yang bekerja
korosif akan mengendapkan protein kulit, sehingga kulit/ membran mukosa akan menjadi rusak.
Hal juga akan berpengaruh pada organ rambut. Rambut merupakan struktur protein yang
kompleks, yang terdiri dari bermacam-macam jenis.
3.
Sebutkan obat-obat lain yang mempunyai efek lokal lain dari yang telah dilakukan
eksperimen dari berbagai landasan kerja masing-masing.
Jawab :
4.
Berdasarkan pengamatan saudara dalam eksperimen ini, kemukakan berbagai faktor yang
mempengaruhi berbagai efek-efek obat yang bekerja lokal dan bagaimana cara memanfaatkan
faktor-faktor ini dalam situasi pemakaian obat!
Jawab :
Berbagai faktor yang mempengaruhi efek obat secara lokal diantaranya :
Jenis senyawa yang terkandung dalam obat. Setiap senyawa memiliki karakteristik
sendiri-sendiri tidak ada yang sama. Bahkan jika ada yang sama, kemungkinan intensitas atau
kekuatan dari senyawa itu berbeda. Begitu juga halnya dengan efek lokal ini.
Konsentrasi dari senyawa yang terkandung. Hal ini juga sangat mempengaruhi. Zat-zat
korosif akan bekerja sebagai korosif jika didukung oleh konsentrasi yang memungkinkan.
Semakin rendah tingkat konsentrasi, maka akan semakin rendah kekuatan korosifnya.
Faktor-faktor tersebut dapat dimanfaatkan dalam dunia medis yang tentunya membantu
mencegah ataupun mengatasi segala permasalahan baik berupa penyakit maupun gejala. Dengan

mengetahui tingkat kekorosifan suatu senyawa obat, maka akan mempermudahkan kita dalam
menganalisa pembuatan sediaan obat, agar tidak terdapat kerugian dari pihak pasien.
5.
Berdasarkan pada pengamatan dan catatan-catatan saudara, rumuskan secara tegas
persyaratan yang wajar dipenuhi oleh obat-obat sediaan farmasi dengan efek lokal (untuk
menjamin pemakaiannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : DEPKES RI


Guyton, A.C & Hall, J. E. Buku ajar fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Kontrol nyeri sangat penting dalam praktek operasi kedokteran gigi. Kontrol nyeri yang
baik akan membantu operator dalam melakukan operasi dengan hati-hati, tidak terburu-buru,
tidak menjadi pengalaman operasi yang buruk bagi pasien dan dokter bedah. Sebagai tambahan
pasien yang tenang akan sangat mambantu bagi seorang dokter gigi. Operasi dentoalveolar dan
prosedur operasi gigi minor lainnya yang dilakukan pada pasien rawat jalan sangat tergantung
pada anestesi lokal yang baik.
Menurut istilah, anestesi local (anestesi regional) adalah hilangnya rasa sakit pada bagian
tubuh tertentu tanpa disertai dengan hilangnya kesadaran. Anestesi local merupakan aplikasi atau
injeksi obat anestesi pada daerah spesifik tubuh, kebalikan dari anestesi umum yang meliputi
seluruh tubuh dan otak. Local anestesi memblok secara reversible pada system konduksi saraf
pada daerah tertentu sehingga terjadi kehilangan sensasi dan aktivitas motorik.
Untuk menghasilkan konduksi anestesi, anestesi local diinjeksikan pada permukaan
tubuh. Anestesi lokal akan berdifusi masuk ke dalam syaraf dan menghambat serta
memperlambat sinyal terhadap rasa nyeri, kontraksi otot, regulasi dari sirkulasi darah dan fungsi
tubuh lainnya. Biasanya obat dengan dosis atau konsentrasi yang tinggi akan menghambat semua
sensasi (nyeri, sentuhan, suhu, dan lain-lain) serta kontrol otot. Dosis atau konsentrasi akan
menghambat sensasi nyeri dengan efek yang minimal pada kekuatan otot.
Anestesi local dapat memblok hampir setiap syaraf antara akhir dari syaraf perifer dan
system syaraf pusat. Teknik perifer yang paling bagus adalah anestesi local pada permukaan kulit
atau tubuh.
Anestesi lokal adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar cukup obat ini bekerja pada tiap bagian susunan saraf. Sebagai
contoh, bila anestesi lokal dikenakan pada korteks motoris, impuls yang dialirkan dari daerah
tersebut terhenti, dan bila disuntikkan ke dalam kulit, maka transmisi impuls sensorik dihambat.

Anda mungkin juga menyukai