Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FILSAFAT ILMU

FILOSOF IMMANUEL KANT PADA ZAMAN MODERN (17-19 M)

Oleh:
Zuyinatul Latifah
16728251031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Fisafat ilmu berasal dari dua kata yang memiliki dua makna berbeda namun sangat
berkaitan. Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, dimana philo berarti cinta dan
sophia berarti kebenaran pertama, kebijaksanaan, pertimbangan sehat atau kecerdikan dalam
memutuskan suatu hal sehingga filsafat sering diartikan sebagai cinta kebenaran atau cinta
kebijaksanaan. Ilmu berasal dari bahasa Arab ilm yang berarti memahami, mengerti atau
mengetahui. Ilmu juga dapat diartikan mencari, menyelidiki, menemukan suatu hal yang
dibutuhkan oleh manusia. Sedangkan filsafat ilmu adalah ilmu yang digunakan untuk untuk
menyelidiki dan mempelajari segala sesuatu secara mendalam, berpikir kritis, sungguhsungguh mengenai fenomena atau masalah yang muncul baik berkaitan dengan Tuhan, alam
dan pemikiran manusia. Penyelidikan secara mendalam tersebut diharapakan dapat
memperoleh kebenaran atau solusi yang benar bagi setiap fenomena atau masalah yang
terjadi.
Berdasarkan pengertian filsafat ilmu di atas, kita dapat melihat keterkaitan keduanya
yang sangat erat dimana perkembangan ilmu dapat memperkuat keberadaan filsafat. Selain
itu, filsafat juga memiliki peranan dalam kelahiran ilmu pengetahuan dimana beberapa tokoh
sains lahir dari seorang filosof. Para filosof sains selalu menggunakan pemikiran kefilsafatan
dimana proses penemuan penelitiannya mencakup ciri berpikir yang rasional (berpikir
mendalam atau sampai akar tentang suatu masalah yang akan diteliti), universal (penelitian
menyangkut pengalaman umum manusia), koheren dan konsisten (berpikir logis dan tidak
mengandung pertentangan), sistematik (uraian penemuan harus saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya), komprehensif (menyeluruh), bebas (tidak terikat oleh sosial, sejarah,
budaya, agama), serta bertanggungjawab (bertanggung jawab terhadap hasil penelitiannya).
Perkembangan filsafat ilmu terbagi menjadi beberapa zaman yaitu zaman pra yunani
kuno, zaman yunani kuno, zaman pertengahan, zaman renaissance, zaman modern, dan
zaman kontemporer. Namun, dalam hal ini pemakalah akan menekankan pada perkembangan
filsafat ilmu pada zaman modern abad 17-19 M.
Sebelum perkembangan ilmu filsafat modern lahir, muncul perkembangan filsafat
pada zaman renaissance. Zaman reinassance terkenal dengan pemikirannya bahwa semakin
berkurangnya kekuasaan gereja dan semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan. Hal
tersebut kemudian berpengaruh sampai pada kebudayaan zaman modern dimana filsafat dan

ilmu pengetahuan tidak lagi didasarkan pada otoritas dogma (doktrin atau kepercayaan)
gereja melainkan didasarkan pada kepercayaan dan kepastian intelektual yang kebenarannya
dibuktikan melalui metode, perkiraan, dan pemikiran yang dapat diuji. Kebenaran tersebut
tidak bersifat tetap namun dapat berubah dan dikoreksi sepanjang waktu.
Para filosof pada zaman modern kembali menegaskan bahwa ilmu pengetahuan tidak
mutlak berasal dari kitab suci atau dogma gereja, melainkan dari diri manusia sendiri.
Pemusatan manusia sebagai sumber pengetahuan sering disebut antroposentris. Para filosof
juga menyatakan bahwa aku sebagai pusat pemikiran, pusat pengamatan, pusat kebebasan,
pusat tindakan, pusat kehendak dan pusat perasaan.
Pada zaman modern muncul pertanyaan dari para filosof terkait bagaimana manusia
memperoleh pengetahuan? dan apakah cara yang paling tepat untuk mendapatkan
pengetahuan yang benar? serta apakah kebenaran itu?. Beberapa filosof kebingungan
menjawab pertanyaan dasar tersebut, karena semua ilmu pengetahuan sebelumnya selalu
didasarkan pada pemikiran manusia dan kebenarannya ditentukan oleh manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, pada zaman modern muncul beberapa aliran seperti aliran rasionalisme,
aliran empirisisme, dan aliran kritisisme. Aliran-aliran tersebut mencoba memberikan
jawaban terkait kebingungan para filosof, dimana aliran rasionalisme dan aliran empirisisme
memiliki jawaban yang sangat bertolak belakang.
Aliran rasionalisme yang dipelopori oleh Rene Descartes berpendapat bahwa sumber
pengetahuan manusia ada pada akal dan pengalaman indrawi hanya sebagai penunjang
kebenaran dari pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Pengetahuan yang berawal
dari akal pasti dapat menerangkan segala bentuk persoalan dan sekaligus dapat memecahkan
masalah. Aliran ini menekankan bahwa setiap orang harus menggunakan akalnya untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga jika ada siapapun yang malas menggunakan
akalnya aliran ini menyatakan perang. Tujuan dari aliran ini adalah menciptakan dunia baru
yang dipimpin oleh akal manusia yang sehat .
Sedangkan aliran empirisisme yang dipelopori oleh David Hume berpendapat bahwa
sumber pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi atau pengalaman lahir yang
menyangkut manusia dan pengalaman batin yang menyangkut pribadi manusia. Pengalaman
tersebut didasarkan pada suatu hal yang akan terjadi dimana kita tidak dapat mengetahui
segala sesuatu secara pasti sebelum kita melewati pengalaman indrawi. Oleh karena itu,
aliran ini sering menyebutkan bahwa manusia ibarat kertas putih yang belum terisi apapun

(tidak mempunyai ide bawaan) dan baru terisi melalui pengalaman baik lahiriah atau batiniah
sehingga manusia tidak dapat memutuskan sesuatu secara pasti sebelum memiliki
pengalaman. Menurut aliran empirisisme, akal hanya sebagai pengatur dan pengolah dari data
yang diperoleh manusia dari pengalaman inderawinya saja.
Berdasarkan pendapat dari dua aliran maka tentu saja sangat bertolak belakang. Oleh
karena itu pemakalah akan menjelaskan aliran yang akan menengahi dua aliran tersebut yaitu
aliran kritisisme. Seorang filosof bernama Immanuel Kant menjelaskan aliran kritisisme
dimana sumber pengetahuan berasal dari pengalaman indrawi dan pengolahan kesan oleh
akal sehingga memunculkan sebab akibat. Lebih jelas pemakalah akan menjabarkannya pada
Bab II dari makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
Immanuel Kant adalah seorang filosof besar yang berasal dari Jerman. Beliau lahir di
Konigsberg Kerajaan Prusia, 22 April 1724 dan meninggal di Konigsberg Kerajaan Prusia, 12
Februari 1804. Ayah Kant adalah seorang ahli pembuat baju besi dan ayahnya bernama Johan
Georg Kant, sedangkan ibunya bernama Anna Regina Kant. Pada tahun 1730 1740
perdagangan di Konigsberg mengalami kemerosoton, sehingga hal tersebut mempengaruhi
perdagangan baju besi yang dirintis oleh keluarga Kant dan akhirnya membuat keluarga Kant
hidup dalam kesulitan. Pada saat Kant berumur 13 tahun, Ibunya meninggal kemudian saat
Kant beranjak umur 22 tahun ayahnya juga meninggal.
Kant menempuh pendidikan dasar di Sains George Hospital School kemudian
melanjutkan studinya di Collegium Fredericianum dimana sekolah tersebut berpegang pada
ajaran pietist. Ajaran pietist adalah ajaran agama di Jerman yang mendasarkan keyakinan
pada pengalaman religi dan studi kitab suci. Pada tahun 1740, Kant melanjutkan
pendidikannya di University of Konigsberg dan mempelajari tentang filosofi, matematika,
dan ilmu alam (Metafisika dan Geografi fisik).

Gambar 2.1
Immanuel Kant
Kant pernah menjadi guru besar untuk logika dan ilmu metafisika di suatu Universitas
Konigsberg. Kegiatan yang rutin dilakukan Kant setiap hari adalah makan, berjalan, ceramah,
berpikir berjam-jam dan menulis. Beliau termasuk orang yang sangat disiplin dimana beliau
rutin menyajikan kuliah tentang geografi fisik yang dilandasi ilmu filsafat. Pemikiran Kant
sangat kritis, hal tersebut dapat terlihat dari tulisan tulisannya yang membawa revolusi jauh
jangkauannya dalam filsafat modern.
Pada dunia filsafat, Kant menganut metode filsafat Transdental dimana bertitik tolak
pada tepatnya pengertian tertentu dengan cara menyelidiki secara detail suatu hal. Filsafat

Kant sering disebut sebagai aliran filsafat kritisisme. Kritisisme adalah teori filsafat yang
menjembatani atau mempersatukan perbedaan pendapat yang terjadi pada aliran rasionalisme
dan empirisisme. Perbedaan pendapat diantara keduanya akhirnya dapat diatasi oleh filsafat
Immanuel Kant dimana menekankan sumber pengetahuan adalah penggabungan antara dua
komponen yaitu pengalaman inderawi dan pengolahan kesan kesan dari akal sehingga
menghasilkan hubungan sebab akibat. Hasil akhir dari penggabungan tersebut adalah ilmu
pengetahuan.
Kant berpendapat bahwa jika hanya mementingkan salah satu dari kedua aspek sumber
pengetahuan (akal atau pengalaman), maka sebenarnya tidak akan diperoleh pengetahuan
yang kebenarannya bersifat universal sekaligus tidak akan memperoleh pengetahuan yang
baru. Pengetahuan yang diperoleh melalui aliran rasionalisme adalah pengetahuan yang
bersifat universal karena pengetahuan tersebut dijabarkan secara logis dengan pembuktian
yang ketat sehingga menghasilkan ilmu yang pasti. Namun kelemahan dari teori ini adalah
tidak dapat memberikan informasi baru karena semua informasi sudah mutlak kebenarannya.
Sedangkan aliran empirisisme dapat memberikan informasi yang baru namun kebenarannya
tidak universal karena setiap manusia memiliki pengalaman yang berbeda dalam hidupnya.
Adanya perbedaan tersebut mendorong Kant untuk menggabungkan secara serentak
sumber pengetahuan yang berasal dari akal dan pengalaman agar pengetahuan yang diterima
manusia menjadi utuh, universal dan dapat memberikan informasi yang baru. Penggabungan
dua sumber pengetahuan secara bersamaan sering disebut sebagai sintesis a priori.
Selanjutnya Kant juga mengatakan bahwa pengetahuan selalu bersifat sintetis. Pengetahuan
inderawi misalnya merupakan sintesis dari hal diluar atau dari bentuk ruang dan waktu.
Sedangkan pengetahuan dari akal merupakan sintesis dari data yang diperoleh dari
pengetahuan inderawi.

BAB III
PENUTUP
Filsafat Immanuel Kant merupakan aliran filsafat yang menggabungkan antara aliran
filsafat rasionalisme (sumber pengetahuan berasal dari akal) yang dipelopori oleh Rene
Descartes dengan aliran filsafat empirisisme (sumber pengetahuan berasal dari pengalaman)
yang dipelopori oleh David Hume. Filsafat Kant sering juga disebut sebagai filsafat
kritisisme. Penggabungan tersebut ditekankan oleh Kant karena untuk memperoleh ilmu

pengetahuan yang universal dan memberikan informasi yang baru perlu adanya pengetahuan
yang berasal dari akal dan sekaligus dari pengalaman. Keduanya saling mendukung satu
sama lain sehingga mengahasilkan ilmu pengetahuan yang utuh.

DAFTAR PUSTAKA
Mustansyir, Rizal. 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Praja, S. Juhaya.2009. Pengantar Filsafat Islam (Konsep, Filsuf, dan Ajarannya). Bandung:
Pustaka Setia
Rasjidi. 1979. Persoalan Persoalan Filsafat. Jakarta: Midas Surya Grafindo.
Surajiyo. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Wordpress. 2011. https://andersonyankee.files.wordpress.com/2011/12/kant__8_original.jpg.
Diakses 14 September 2016 pukul 22.13 WIB.

Anda mungkin juga menyukai