CIRI-CIRI NILAI
4. Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci ke yang tidak suci.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia
atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion)
manusia.
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will)
manusia.
4. Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber
pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Sedangkan di Indonesia (khususnya pada dekade penataran P4) Hierarki nilai
dibagi 3 yaitu :
1. Nilai dasar (dasar ontologis) yaitu merupakan hakikat, esensi, inti sari atau makna
yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena
menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu (Tuhan).
2. Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang bisa diukur atau diarahkan.
Sehingga dapat dikatakan nilai instrumental merupakan suatu eksplisitasi dari nilai
dasar.
3. Nilai praktis, merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam suatu
kehidupan nyata. Sehingga nilai praktis ini merupakan perwujudan dari nilai
instrumental.
baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan
sebagainya. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu
juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moraljuga dapat
diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada
saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta
nasihat, dll.
Berikut ini berbagai pengertian moral yang di asosiasikan oleh beberapa ahli,
terkait denganpengertian moral;
1. DIAN IBUNG
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah
laku seseorang.
2. WIWIT WAHYUNING, DKK
Moral berkenaan dengan norma norma umum, mengenai apa yang baik atau benar
dalam cara hidup seseorang.
3. ZAINUDDIN SAIFULLAH NAINGGOLAN
Moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan norma
yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat.
4. SONNY KERAF
Moral menjadi tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik buruknya
tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat atau sebagai
orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.
5. IMAM SUKARDI
Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran ukuran tindakan yang
diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah,
tepat atau tidak tepat.
b. Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar,
baik, adil dan pantas.
c. Memiliki:
Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah.
Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidahkaidah perilaku nilai benar dan salah.
d. Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain.
2.2. Pandangan
Nilai
Masyarakat terhadap
Individu,keluarga
masyarakat terhadap Perkembangan Nilai Budaya
dan
a.
Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih saying dan dukungan dari
anggota yang lain maka kemapuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam member hubungan
dengan orang lain diluar keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian
pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan
proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif
tersebut.
2. Fungsi sosialisasi: sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar displin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.
3. Fungsi Reproduksi: keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi: fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan
lain sebagainya.
5. Fungsi perwatan keluarga: keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merwat
anggota keluarga yang sakit.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga
lainnya, yaitu :
1. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada
anggotakeluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia
dankebutuhannya.
2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selaluterpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental,
sosial, danspiritual.
3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia
dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.2.3 Perkembangan Nilai Budaya terhadap Masyarakat
Nilai dan masyarakat memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah lenyap dari
masyarakat itu. Perkembangan nilai dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh
warga
masyarakat
atau
bangsa
yang
memiliki
nilai
itu
sendiri.
2.3.
susunya. Merka juga menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit. Oleh
sebab itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah
melahirkan. Diet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab
timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam
yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor pencetus terjadinya kegagalan
jantung.
c. Pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengirisiris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan
memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang
dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan
berfikir dan menerima.
2) Contoh lain dari Papua Nugini dan Nigeria. pigbel sejenis penyakit berat yang dapat
menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman clodistrium perfringens type C.
Penduduk papua Nugini yang tinggal didaratan tinggi biasanya sedikit makan daging.
Oleh sebab itu, cenderung untuk menderita kekurangan enzim protetase dalam usus.
Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah
banyak tapi tungku tempat masaknya tidak cukup panas untuk memasak daging
dengan baik sehingga kuman clostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok
mereka adalah kentang, mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun dari kuman
yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga
dihasilkan oleh cacing ascaris yang banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman
dapat juga berkembang dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara bebas
mengeluarkan racunnya.
3) Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan
secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah
fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata
pengobatan yang mereka pilih berlawana denganpemikiran secara medis.
4) Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang
disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat
disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke
dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring tanpa
membawa ke pelayanan kesehatan.
5) Banyak masyarakat pedalaman tidak mempercayai kemampuan petugas kesehatan
karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan di tempat terpencil. Mereka lebih
senang melakukan ritual-ritual khusus saat terserang penyakit daripada datang ke unit
kesehatan terdekat.
6) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan pencegahan kehamilan atau
pelayanan Keluarga Berencana karena bertentangan dengan budaya ataupun
kepercayaan yang dianut. Sehingga mereka cenderung memilih memiliki anak banyak.
Hal ini sebenarnya merugikan karena dapat menimbulkan ledakan penduduk dan