Anda di halaman 1dari 10

.

CIRI-CIRI NILAI

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut.


1. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat
abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu.
Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa
mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
2. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu
keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam
bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan.
Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai
keadilan.
3. Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai
ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai
derajat ketakwaan.
2.1.3. MACAM-MACAM NILAI
Dalam
filsafat,
nilai
dibedakan
dalam
tiga
macam,
yaitu
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah
c. Nilai etika/moral adalah baik buruk.
Berdasarkan klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam
kehidupan. Jika seorang mahasiswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara
logika. Apabila ia keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa
mengatakan mahasiswa itu buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral
sehingga bukan pada tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika
adalah apabila kita melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan,
atau merasakan makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.
Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya sangat
indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita tidak bisa
memaksakan
bahwa
luikisan
itu
indah.
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
Menurut Max Scheller (dalam Kaelan ,2002, hlm. 175) menyebutkan hierarki
tersebut terdiri dari :
1. Nilai kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakkan atau tidak mengenakkan, yang
berkaitan dengan indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau menderita.
2. Nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan.
3. Nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun
lingkungan.

4. Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci ke yang tidak suci.
Notonegoro dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia
atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian meliputi:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion)
manusia.
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will)
manusia.
4. Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber
pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Sedangkan di Indonesia (khususnya pada dekade penataran P4) Hierarki nilai
dibagi 3 yaitu :
1. Nilai dasar (dasar ontologis) yaitu merupakan hakikat, esensi, inti sari atau makna
yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena
menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu (Tuhan).
2. Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang bisa diukur atau diarahkan.
Sehingga dapat dikatakan nilai instrumental merupakan suatu eksplisitasi dari nilai
dasar.
3. Nilai praktis, merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam suatu
kehidupan nyata. Sehingga nilai praktis ini merupakan perwujudan dari nilai
instrumental.

2.1.4. Pengertian Moral


Kata
Moral
berasal
dari
kata
latin mos yang
berarti
kebiasaan. Moral berasal dari Bahasa Latin yaitu Moralitas adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut abmoral artinya dia tidak bermoral dan
tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak
yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi
individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam
zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai
moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang
diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin
dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan
bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat. Menurut kamus besar bahasa indonesia adalah ajaran tentang

baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan
sebagainya. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam
berinteraksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai
rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan
lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu
juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Moraljuga dapat
diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan seseorang pada
saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, serta
nasihat, dll.
Berikut ini berbagai pengertian moral yang di asosiasikan oleh beberapa ahli,
terkait denganpengertian moral;
1. DIAN IBUNG
Moral adalah nilai yang berlaku dalam suatu lingkungan sosial dan mengatur tingkah
laku seseorang.
2. WIWIT WAHYUNING, DKK
Moral berkenaan dengan norma norma umum, mengenai apa yang baik atau benar
dalam cara hidup seseorang.
3. ZAINUDDIN SAIFULLAH NAINGGOLAN
Moral ialah suatu tendensi rohani untuk melakukan seperangkat standar dan norma
yang mengatur perilaku seseorang dan masyarakat.
4. SONNY KERAF
Moral menjadi tolok ukur yang dipakai masyarakat untuk menentukan baik buruknya
tindakan manusia sebagai manusia, mungkin sebagai anggota masyarakat atau sebagai
orang dengan jabatan tertentu atau profesi tertentu.
5. IMAM SUKARDI
Moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan ukuran ukuran tindakan yang
diterima oleh umum, meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu.
Adapun pengertian moral dalam kamus filsafat dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Menyangkut kegiatan-kegiatan yang dipandang baik atau buruk, benar atau salah,
tepat atau tidak tepat.
b. Sesuai dengan kaidah-kaidah yang diterima, menyangkut apa yang dianggap benar,
baik, adil dan pantas.
c. Memiliki:
Kemampuan untuk diarahkan oleh (dipengaruhi oleh) keinsyafan benar atau salah.
Kemampuan untuk mengarahkan (mempengaruhi) orang lain sesuai dengan kaidahkaidah perilaku nilai benar dan salah.
d. Menyangkut cara seseorang bertingkah laku dalam berhubungan dengan orang lain.

2.2. Pandangan
Nilai
Masyarakat terhadap
Individu,keluarga
masyarakat terhadap Perkembangan Nilai Budaya

dan

2.2.1. Perkembangan Nilai Budaya terhadap Individu


Nilai budaya yang dianut individu merupakan masukan nilai-nilai yang berasal
dari era global yang sangat luas. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan
pertimbangan seseorang namun tidak menghakimi apakah perilaku itu salah atau
benar. Nilai pada individu akan mengikuti perkembangan dan perubahan yang ada
pada masyarakat. Sebagai contoh makin maraknya sinetron di televisi yang
menampilkan artis-artis dengan pakaian yang agak terbuka maka akan mempengaruhi
nilai-nilai budaya yang ada pada individu. Dahulu di masyarakat terdapat nilai bahwa
selayaknya mengenakan pakaian yang menutup aurat. Begitu juga pada sapek
lingkungan, bila individu tersebut bergaul di lingkungan yang baik maka sikap baik
juga yang akan ditunjukkan dalam kesehariannya. Kini nilai-nilai itu mengalami
pergeseran atau perubahan yakni wanita telah dianggap lazim mengenakan pakaian
yang
mini.
Di era sebelum tahun 1990-an masih banyak wanita yang memliki rambut yang
panjang (sampai lutut) namun pada kenyataannya akhir-akhir ini sudah sedikit sekali
kita dapat menjumpai seorang wanita yang berambut panjang. Hal itu karena bila
seorang wanita berambut panjang maka dianggap tidak fleksibel atau ribet dalam
beraktifitas dan mungkin ada anggapan wanita berambut panjang sudah ketinggalan
jaman.
Selama nilai-nilai itu mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak
berdampak buruk bagi integritas individu itu sendiri dan begitu pula sebaliknya.
2.2.2. Perkembangan Nilai Budaya terhadap Keluarga
Keluarga menempati posisi diantara individu dan masyarakat yang juga
merupakan suatu system. Sebagai system keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu
dan anak atau semua individu yang tiunggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota
keluarga saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
bersama. Keluarga merupakan system yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh
supra sistemnya yaitu linkungan dan masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem
dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat mempengaruhi masyarakat
(suprasistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan fungsi keluarga dalam
membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang bernilai budaya positif.
Keluarga memiliki lima fungsi dasar yang telah diuraikan oleh Friedman (1986)
sebagai berikut:
1. Fungsi afektif: berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan pelaksanaan funsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan
dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif,
seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang
perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:

a.

Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan kasih saying dan dukungan dari
anggota yang lain maka kemapuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam member hubungan
dengan orang lain diluar keluarga.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan penyesuaian
pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan
proses identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif
tersebut.
2. Fungsi sosialisasi: sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan
sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar displin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluarga.
3. Fungsi Reproduksi: keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi: fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan semua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat tinggal dan
lain sebagainya.
5. Fungsi perwatan keluarga: keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan atau merwat
anggota keluarga yang sakit.
Dari berbagai fungsi di atas ada 3 fungsi pokok keluarga terhadap keluarga
lainnya, yaitu :
1. Asih adalah memberikan kasih saying, perhatian, rasa aman, kehangatan,pada
anggotakeluarga sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia
dankebutuhannya.
2. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya
selaluterpelihara sehingga memungkinkan menjadi anak-anak sehat baik fisik, mental,
sosial, danspiritual.
3. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi manusia
dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya.
2.2.3 Perkembangan Nilai Budaya terhadap Masyarakat
Nilai dan masyarakat memiliki kaitan yang sangat penting dan tidak dapat
dipisahkan. Masyarakat akan terkoyak bila nilai-nilai kebersamaan telah lenyap dari
masyarakat itu. Perkembangan nilai dalam suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh
warga
masyarakat
atau
bangsa
yang
memiliki
nilai
itu
sendiri.

Nilai merupakan bagian yang sangat penting di masyarakat dan perkembangan


kebudayaan. Suatu tindakan atau perbuatan warga masyarakat dianggap sah apabila
sesuai atau serasi dengan nilai-nilai yang berlaku atau dijunjung tinggi oleh suatu
masyarakat. Misalnya suatu masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, maka
bila terdapat anggota masyarakat yang selalu berbuat jujur dalam berperilaku seharihari di masyarakat maka ia akan di hormati oleh warga masyarakat itu sendiri. Namun
sebaliknya, bila ia suka berbuat curang, tidak berkata sebenarnya maka warga
masyarakat akan menjadikan ia sebagai bahan pergunjingan.Selama nilai-nilai itu
mengalami perubahan yang masih relative positif maka tidak berdampak buruk bagi
integritas masyarakat namun bila di masyarakat yang berkembang adalah nilai-nilai
yang negative maka dapat mengancam kesinambungan masyarakat itu sendiri. Dulu
kita sering mendengar bahwa masyarakat kita adalah masyarakat yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kegotongroyongan, namun kini nilai-nilai itu telah bergeser menjadi
nilai-nilai yang mengarah pada individualis, yang lebih mengutamakan kepentingan
pribadi daripada kepentingan bersama. Kita juga punya nilai-nilai kepedulian sosial
yang tinggi, namun kini telah mengalami pergeseran menjadi cuek is the best. Hal ini
sangat berbahaya bila kita tidak mengantisipasinya. Jangan sampai integritas
masyarakat terkoyak karena kita tidak mampu mengarahkan perkembangan atau
perubahan nilai yang berlangsung di masyarakat.

2.3.

Hubungan Perkembangan Nilai Budaya Dengan Kesehatan Masyarakat


Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup
manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya.
Pengetahuan tentang suatu kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan
berbagai kepercayaan dan perilaku anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu
mempelajari kebudayaan sebagai upaya mengetahui perilaku masyarakat di
kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta memperbaiki status
kesehatan di masyarakat tersebut.
Dalam tiap kebudayaan terdapat berbagai kepercayaan yang berkaitan dengan
kesehatan. Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis
(misalnya : Ikan) karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit
sembuh dan darah nifas tidak berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak
dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi karena mengandung protein sehingga
mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas kesehatan untuk
meluruskan anggapan tersebut.
Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas
untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus
bedrest total selama seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu
beraktivitas sehingga harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa
dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses
penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini bertentangan dengan ilmu
pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar cepat pulih

kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas kesehatan


dapat masuk perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada
masyarakat.
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti
kebudayaan yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung
dengan aspek kesehatan. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung
kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran
petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan tersebut. Sebagai contoh, ada
kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau agar rambut
bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak mengandung
vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas kesehatan mendukung
kebiasaan minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan bahwa bukan
membuat rambut bayi lebat tetapi karena memang air kacang hujau banyak
vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk amakan
jagung goring (di Jawa disebut marning) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak
bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung goring maka dia akan mudah
haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah yang dapat
melancarkan air susu.
Dalam makalah ini kita mempelajari tentang perkembangan nilai budaya
dan kaitannya dengan kesehatan masyarakat. Hal ini berkaitan dengan pentingnya
petugas kesehatan mempelajari kebudayaan di suatu wilayah agar dapat memperbaiki
status kesehatan masyarakat di daerah tersebut.
2.3.1. Kebudayaan dan Pengobatan Tradisional
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk penyembuhan
anggota masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang
menganggap bahwa penyebab penyakit adalah kuman, kemudian diberi obat
antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman penyebab penyakit. Pada
masyarakat tradisional, tidak semua penyakit itu disebabkan oleh penyebab biologis.
Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, sihir, roh
jahat atau iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Banyak suku di Indonesia menganggap bahwa penyakit itu timbul akibat gunaguna. Orang yang terkena guna-guna akan mendatangi dukun untuk meminta
pertolongan. Masing-masing suku di Indonesia memiliki dukun atau tetua adat sebagai
penyembuh orang yang terkena guna-guna tersebut. Cara yang digunakan juga
berbeda-beda masing-masing suku. Begitu pula suku-suku di dunia, mereka
menggunakan pengobatan tradisional masing-masing untuk menyembuhkan anggota
sukunya yang sakit.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota
sukunya jari kakinya tertusuk sewaktu sedang berjalan melalui jalan biasa dan dia
terkena penyakit tuberkulosis maka dia dianggap terkena serangan sihir. Penyakit itu
disebabkan oleh serangan tukang sihirdan korban tidak akan sembuh sampai serangan
itu berhenti.

Orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit dapat


disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat
mencari pertolongan ke dukun. Dukun itu biasa disebut Shaman. Dengan suatu
upacara penyembuhan maka Shaman akan mengeluarkan benda asing itu dari tubuh
pasien.
2.3.2. Implementasi hubungan sosial budaya dan pengaruhnya terhadap kesehatan
masyarakat
Nilai-nilai sosial budaya banyak ditemukan pada tradisi-tradisi yang turuntemurun mempengaruhi pola piker dan cara pandang kita dalam melakukan sesuatu,
begitu juga pengaruhnya dengan kesehatan masyarakat. Berikut beberapa contoh yang
dapat dijadikan pembanding seberapa besar pengaruh sosial budaya dalam praktik
kesehatan masyarakat.
a. Pengaruh social budaya pada saat kehamilan
1) Enggannya ibu hamil memeriksakan kehamilannya pada bidan di puskesmas atau
sarana kesehatan lainnya. Mereka lebih senang memeriksakan kehamilannya dengan
dukun kampung karena dianggap sudah terpercaya dan turun-temurun dilakukan.
Padahal, dukun kampung tersebut tidak memiliki pengetahuan standar dalam
pelayanan kehamilan yang normal.
2) Pada saat hamil, ibu hamil dilarang makan ikan, telur atau makanan bergizi lainnya
karena dipercaya akan menimbulkan bau amis saat melahirkan. Hal ini sebenarnya
tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan dapat mengakibatkan
ibu kekurangan asupan gizi akan protein yang terkandung pada ikan.
b. Pengaruh sosial pada masa kelahiran
1) Pemberian kunyit atau bahan dapur lain pada tali pusar yang sudah dipercaya turuntemurun. Kemudian, menekan tali pusar tersebut dengan logam. Hal ini tidak boleh
dilakukan karena sebenarnya akan mengakibatkan iritasi dan infeksi kuman pada tali
pusar bayi baru lahir.
2) Apabila proses persalinan yang ditolong dukun kampung menyebabkan kematian ibu
atau anak. Maka hal itu dianggap wajar karena dipercaya ibu hamil telah melanggar
pantangan yang diberikan oleh si dukun.
3) Plasenta bayi baru lahir,setelah di cuci hendak nya di injak dulu oleh kakaknya jika
bayi tsb memiliki kakak. Jika mempercayai mitos tersebut jika tidak terpenuhi malah
akan timbul beban pada keluarga, jadi sebaik nya tidak dilakukan.
4) Plasenta bayi di beri sisir,gula merah, kelapa,pensil,kertas,dan kembang tujuh rupa
kemudian di masukkan ke dalam kendi baru dikuburkan. Jika mempercayai mitos
tersebut ,jika tidak terpenuhi malah akan timbul beban pada keluarga. Jadi sebaik nya
tidak dilakukan.
5) Pusar bayi yang puput di simpan dan jika bayi sudah besar,pusat tersebut bisa jadi
obat untuk bayi,caranya tali pusat di rendam dan di minum kan kepada si bayi. Mitos
seperti ini malah merugikan karna jika sampai terminum oleh bayi maka akan
membiarkan mikroorganisme yang ada di plasenta akan masuk ke tubuh bayi.
6) Wanita- wanita Hausa yang tinggal di sekitar Zaria Nigeria utara, secara tradisi
memakan garam kurang selama priode nifas, untuk meningkatkan produksi air

susunya. Merka juga menganggap bahwa hawa dingin adalah penyebab penyakit. Oleh
sebab itu mereka memanasi tubuhnya paling kurang selama 40 hari setelah
melahirkan. Diet garam yang berlebihan dan hawa panas, merupakan penyebab
timbulnya kegagalan jantung. Faktor budaya disini adalah kebiasaan makan garam
yang berlebihan dan memanasi tubuh adalah faktor pencetus terjadinya kegagalan
jantung.
c. Pengaruh sosial budaya terhadap pelayanan kesehatan
1) Pengobatan tradisional biasanya mengunakan cara-cara menyakitkan seperti mengirisiris bagian tubuh atau dengan memanasi penderita,akan tidak puas hanya dengan
memberikan pil untuk diminum. Hal tersebut diatas bisa menjadi suatu penghalang
dalam memberikan pelayanan kesehatan, tapi dengan berjalannya waktu mereka akan
berfikir dan menerima.
2) Contoh lain dari Papua Nugini dan Nigeria. pigbel sejenis penyakit berat yang dapat
menimbulkan kematian disebabkan oleh kuman clodistrium perfringens type C.
Penduduk papua Nugini yang tinggal didaratan tinggi biasanya sedikit makan daging.
Oleh sebab itu, cenderung untuk menderita kekurangan enzim protetase dalam usus.
Bila suatu perayaan tradisional diadakan, mereka makan daging babi dalam jumlah
banyak tapi tungku tempat masaknya tidak cukup panas untuk memasak daging
dengan baik sehingga kuman clostridia masih dapat berkembang. Makanan pokok
mereka adalah kentang, mengandung tripsin inhibitor, oleh sebab itu racun dari kuman
yang seharusnya terurai oleh tripsin, menjadi terlindung. Tripsin inhibitor juga
dihasilkan oleh cacing ascaris yang banyak terdapat pada penduduk tersebut. Kuman
dapat juga berkembang dalam daging yang kurang dicernakan, dan secara bebas
mengeluarkan racunnya.
3) Bentuk pengobatan yang di berikan biasanya hanya berdasarkan anggapan mereka
sendiri tentang bagaimana penyakit itu timbul. Kalau mereka menganggap penyakit itu
disebabkan oleh hal-hal yang supernatural atau magis, maka digunakan pengobatan
secara tradisional. Pengobatan modern dipilih bila meraka duga penyebabnya adalah
fator ilmiah. Ini dapat merupakan sumber konflik bagi tenaga kesehatan, bila ternyata
pengobatan yang mereka pilih berlawana denganpemikiran secara medis.
4) Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang
disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat
disebabkan hantu jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke
dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur yang ditutupi jaring tanpa
membawa ke pelayanan kesehatan.
5) Banyak masyarakat pedalaman tidak mempercayai kemampuan petugas kesehatan
karena kurangnya informasi yang mereka dapatkan di tempat terpencil. Mereka lebih
senang melakukan ritual-ritual khusus saat terserang penyakit daripada datang ke unit
kesehatan terdekat.
6) Masih banyaknya masyarakat yang enggan melakukan pencegahan kehamilan atau
pelayanan Keluarga Berencana karena bertentangan dengan budaya ataupun
kepercayaan yang dianut. Sehingga mereka cenderung memilih memiliki anak banyak.
Hal ini sebenarnya merugikan karena dapat menimbulkan ledakan penduduk dan

ketidakseimbangan jumlah populasi masyarakat di Indonesia dengan kesempatan kerja


yang tersedia.
7) Masih minimnya kepedulian masyarakat tentang pemahaman konsep sehat sakit.
Mereka menganggap sakit adalah keadaan jika sama ssekali tidak dapat melakukan
aktifitas. Bahkan mereka tidak senang mencegah penyakit melainkan hanya bersifat
pengobatan sehingga seringkali baru dilakukan pengobatan saat kondisinya parah
sehingga tingkat kesembuhannya sangat kecil

Anda mungkin juga menyukai