BLOK GIT
MUAL DAN BUANG AIR KECIL SEPERTI TEH
Kelompok
Ketua
Sekretaris
Anggota
: A7
: Fulristami Zaenab
: Hilda Utami
: Arisya Hanifah Nurazkiyah
Ika rohaeti
Kartika Pradipta
Desya Billa Kusuma
Fitri Iriyani
Hana Kumari
Gadieh Kasih Muharrom
Ina Romantin
(1102014110)
(1102014121)
(1102011045)
(1102012117)
(1102013144)
(1102014070)
(1102014106)
(1102014120)
(1102014112)
(1102014128)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jalan Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21. 424457
LANGKAH 1
1) Skenario
MUAL DAN BUANG AIR KECIL SEPERTI TEH
Anak perempuan 8 tahun, di bawa ibunya ke puskesmas cempaka putih karena mual
15 hari yang lalu. Buang air kecil berwarna seperti air teh, buang air besar normal. Ibunya
menyampaikan beberapa anak di kelas juga menderita penyakit yang sama.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan tampak sakit berat, komposmentis, suhu 37,9 0 C
dan daerah redup hepar menigkat abdomen di dapatkan nyeri tekan di hipokondrium kanan,
hepar teraba 2 cm di bawah arkus kostae, tepi tajam, permukaan rata, konsistensi kenyal.
Dokter mencurigai anak ini menderita hepatitis yang perlalu rawat inap, maka dokter merujuk
pasien untuk perawatan. orang tua di jelaskan prinsip penatalaksanaan dan cara pencegahan
agar keluarganya tidak tertular.
setelah pasien di rawat, dilakukan pemeriksaan laboraturium dengan hasil anemia,
lekopeni SGOT dan SGPT meningkat 10 kali normal, bilirubin meningkat dan bilirubin urin
positif. seromarker hepatitis belum ada hasil.
2) Kata Sulit
SGOT : Enzim yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. SGOT
akan di keluarkan jika hati mengalami gangguan.
Sklera mata sub-ikterik : Lapisan luar bola mata yang hampir menguning.
konjungtiva anemis : keadaan dimana konjungtiva seseorang pucat karena
darah tidak sampai ke perifer.
SGPT : enzim gol transferase yang mengatalisis pemindahan reversibel sebuah
gugus amino dari alanin ke alfa ketuglutarat untuk membentuk glutamat &
firupat dengan piridoksal, posfat sebagai koofaktor akan meningkat pada
penyakit hati.
3) Pertanyaan sementara
1. Apa yang menyebab urin berwarna gelap seperti air teh ?
2. Mengapa pada mata dan kulit terlihat kuning ?
3. Bagaimana cara penularan penyakit ini ?
4. Mengapa terdapat nyeri tekan pada hipokondrium kanan ?
5. Bagaimana cara pencegahannya ?
6. Apa yang menyebabkan anemia dan leukopeni ?
7. Mengapa Bilirubin meningkat ?
8. Apa diagnosis dari penyakit tersebut ?
9. Apa tatalaksana dari penyakit tersebut ?
10. Apakah fungsi hati ?
11. Komplikasi dari penyakit hati ?
12. Apa penyebab dari penyakit ini ?
4)
1.
2.
3.
Jawaban Sementara
Karena bilirubin di ekresikan melalui urin
Karena bilirubin meningkat dan di ekresikan melalui urin.
Penularannya dapat melalui : Makanan & Minuman yang terkontaminasi,
Cairan tubuh, Pecal Oral
4. Terdapat pembesaran hepar sehingga menekan saraf sekitar.
5. Pecegahannya : Diberi Imunoglobulin, Vaksinasi, Higenis yang baik, Tidak
menggunakan alat makan secara bersamaan
6. Hepatitis di sebabkan karena virus leukopeni, dan destruksi sel darah merah
berlebihan Anemia.
7. Karena virus merusak sel-sel hepar sehingga sel-sel hepar tidak dapat
mengekresikan bilirubin bilirubin meningkat.
8. Hepatitis A
9. Dirawat jika dehidrasi berat. Hindari makan yang berpengawet, Hindari
minum alkohol. Hindari makan makan lemak terlalu banyak.
10. Sebagai tempat penyimpanan mineral seperti : CU, FE. Membantu
metabolisme lemak & karbohidrat. Membantu penghancuran eritrosit yang
sudah tua. Menetralisirkan racun. Sintesis asam amino. Sintesis trombopoeitin.
HIPOTESA
Virus hepatitis A menyebabkan penyakit hepatitis A, virus tersebut merusak sel-sel
hepar sehingga hepar tidak dapat mengekresikan bilirububin menyebabkan ikterus
pada mata dan kulit. virus hepatitis dapat menular melalu cairan tubuh, fecal oral, dan
makanan yang terkontaminasi, hepatitis A dapat menyebabkan komplikasi nekrosis
hepatik, cara pencegahan dengan tidak menggunakan alat makan secara bersamaan.
SASARAN BELAJAR
LI. 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Hepar
LO. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makro Hepar
LO. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikro Hepar
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi hepar
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan Hepatitis A
LO. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi
LO. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi
LO. 2.3. Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi
LO. 2.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi
LO. 2.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis
LO. 2.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis & Diagnosis Banding
LO. 2.7. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana
LO. 2.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
LO. 2.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis
LO. 2.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
Lobulus hati
Lobulus Klasik
Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang
mendarahinya yang bermuara pada pusatnya vena centralis. Batasbatasnya adalah jaringan penyambung interlobular.
Lobulus Portal
Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris
didalam segitiga Kiernan.
Setelah dicerna dan diserap ke dalam aliran darah, glukosa disalurkan ke seluruh
tubuh sebagai sumber energi. Ketika glukosa masuk ke organ pencernaan (usus)
lalu masuk ke pembuluh darah diperlukan insulin agar mudah diserap di sel
tubuh, apabila masih belum dipakai, glukosa diubah sel hati menjadi glikogen
dan disimpan didalam hati (glikogenesis). Sehingga hati berperan sebagai
penyangga kadar glukosa untuk darah. Apabila kadar gula darah turun, glikogen
diubah menjadi glukosa (glikogenolisis). Selain itu terdapat glukoneogenesis,
terjadi saat penurunan glukosa diantara waktu makan dengan mengubah asam
amino menjadi glukosa setelah deaminasi (pengeluaran gugus amino) dan
mengubah gliserol dari penguraian asam lemak menjadi glukosa
Metabolisme Asam amino
Hati sebagai tempat penyimpanan protein. Setelah pencernaan asam amino
memasuki semua sel dan diubah menjadi protein untuk digunakan membentuk:
1. Enzim dan komponen struktural sel (DNA/RNA inti, basa purin dan
pirimidin, ribosom, kolagen, protein kontraktil otot).
2. Selain itu, sintesis protein digunakan dalam pembentukan protein serum
(albumin, globulin, globulin kecuali globulin)
3. Factor pembekuan darah I, II, V, VII, VIII, IX, dan X; vitamin K digunakan
sebagai kofaktor pada sintesi ini kecuali factor V)
4. Hormon (tiroksin, epinefrin, insulin)
5. Neurotransmiter, kreatin fosfat, heme pada hemoglobin dan sitokrom,
pigmen kulit melanin.
Penguraian protein terjadi ketika asam amino plasma turun dibawah ambang
batas. Ketika tidak ada lagi asam amino yang disimpan sebagai protein, maka
hati melakukan deaminasi asam amino dan menggunakannya sebagai sumber
energi atau mengubahnya menjadi glukosa, glikogen atau asam lemak. Selama
deaminasi asam amino, terjadi pelepasan amonia yang hampir seluruhnya diubah
di hati menjadi urea yang kemudian diekskresikan lewat ginjal. Selain hati, ginjal
dan mukosa usus ikut berperan sebagai tempat penyimpanan protein.
Biotransformasi Amonia
Amonia adalah suatu produk sampingan penguraian protein. Sebelum rangka
karbon pada asam amino dioksidasi, nitrogen terlebih dahulu harus dikeluarkan.
Nitrogen asam amino membentuk ammonia. Amonia ditransformasikan menjadi
urea (sifatnya yang larut dalam urin) di hati dan diekskresikan dalam urin. Tanpa
fungsi hati ini, terjadi penimbunan amonia (bersifat toksik) yang bisa
menyebabkan disfungi saraf, koma, dan kematian. Walaupun urea adalah produk
ekskresi nitrogen yang utama, nitrogen juga dibentuk menjadi senyawa lain,
asam urat (produk penguraian basa purin), keratin (dari kreatin fosfat), ammonia
(dari glutamine). Semua senyawa ini, selain lewat urin, juga dikeluarkan melalui
feses dan kulit.
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi-reduksi. Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme, dimana
75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran
eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom,
katalase dan peroksidase. Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan
bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan
ekskresi bilirubin.
Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan
bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat
dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian
akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH
normal bersifat tidak larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem
retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan
dengan albumin.
Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan
kemudian akan ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada
albumin bersifat nontoksik. Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai
membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel.
Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan
ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya.
Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi
akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.
Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi
yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim
uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini
kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul
bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik
untuk rekonjugasi berikutnya.
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam
kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan
melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi
tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi
bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam
usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk
dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.
terus menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux(aliran kembali
keatas) ke pembuluh darah sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan
kulit terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal dan air kencing seperti teh
pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke
ginjal dan di eksresikan melalui urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam
usus mengakibatkan gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit)
sehingga proses pencernaan lemak terganggu (lemak bertahan dalam lambung
dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada lambung
sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan
teraktifasi nya pusat muntah yang berada di medula oblongata yang
menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun nya nafsu makan.
(Kumar,Cotran,Robbins.Buku Ajar Patologi.Edisi 7.Jakarta:EGC,2007)
PEMERIKSAAN FISIK
Sclera mata ikterik
Nyeri hipokondrium kanan
Hepar teraba 3 cm dibawah arcus costae
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Virus marker
IgM anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya.
Anti-HAV yang positif tanpa IgM anti-HAV mengindikasikan infeksi
lampau.
Alanin
Transaminase
(ALT)/SGPT
Aspartat
Transaminase
(AST)/SGOT
Bilirubin
Gamma glutamil
transpeptidase
(GGT)
Laktat
Dehidrogenase
(LDH)
Nukleotidase
Albumin
Fetoprotein
Antibodi
mitokondria
Protombin Time
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan per oral,
kadar SGOT-SGPT > 10 kali nilai normal, perubahan prilaku atau
penurunan kesadaran akibat ensefalopati hepatitis fulminan dan prolong
atau relapsing hepatitis.
Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh
sendiri (self limiting disease). Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT dan
bilirubin terkonjugasi diulang pada minggu ke 2 untuk melihat proses
penyembuhan dan bulan ke 3 untuk melihat kemungkinan prolonged atau
relapsing hepatitis. Pembatasan aktivitas fisik selama kadar SGOT SGPT
masih >3 kali batas atas nilai normal.
Virus hepatitis A biasanya menghilang sendiri setelah beberapa minggu.
Namun, untuk
mempercepat proses penyembuhan, diperlukan
penatalaksanaan sebagai berikut:
Istirahat
Bed rest pada fase akut, untuk kembali bekerja perlu waktu
berangsur-angsur.
Diet
1 Makanan disesuaikan dengan selera penderita
2 Diberikan sedikit-sedikit
3 Dihindari makanan yang mengandung alkohol atau
hepatotoksik
Medikamentosa (simtomatik)
A Analgetik antipiretik, bila demam, sakit kepala atau
pusing
B Antiemesis, bila terjadi mual/muntah
C Vitamin, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu
makan
LO. 3.8. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi
HAV tidak menyebabkan hepatitis kronis atau keadaan pembawa (carrier)
dan hanya sekali-sekali menyebabkan hepatitis fulminan. Angka kematian
akibat HAV sangat rendah, sekitar 0,1% dan tampaknya lebih sering terjadi
pada pasien yang sudah mengidap penyakit hati akibat penyakit lain,
misalnya virus hepatitis B atau alkohol.
LO. 3.9. Memahami dan Menjelaskan Prognosis
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan
hepatitisA infeksi sembuh sendiri. Hanya 0,1% pasien berkembang
menjadi nekrosis hepatik akut fatal.
LO. 3.10. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan
Pencegahan dengan imunoprofilaksis
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29. Jakarta: EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
EGC
Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan IPD FKUI
Kumar,Cotran,Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi.Edisi 7. Jakarta: EGC
Price, Sylvia A. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Volume 2
Edisi 6. Jakarta: EGC
Putz, Reinhard & Reinhard Pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Jilid 2 Edisi
22. Jakarta: EGC
Robbins, Stanley L. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Volume 2 Edisi 7. Jakarta:
EGC
http://panmedical.wordpress.com/2010/04/01/fungsi-hepar/ (diakses pada 22 mei
2013 : 20.00 WIB)
http://www.medscape.com/viewarticle/765040_3
http://emedicine.medscape.com/article/177484-overview#showall