Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

PNEUMONIA

Oleh:
Rimayanti, S.Ked
NIM. 1508434428

Pembimbing:
Dr. dr. Dewi A.Wisnumurti, Sp.A (K), IBCLC

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Pneumonia adalah infeksi akut

pada parenkim paru yang mengenai

alveolus dan jaringan interstitial.1 Terjadinya pneumoni pada anak seringkali


bersamaan dengan terjadinya proses infeksi pada bronkus yang disebut
bronkopneumoni.1 Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak
usia dibawah 5 tahun, usia lanjut lebih dari

65 tahun, dan orang yang

memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).2


Infeksi saluran nafas merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan,
baik di negara maju maupun negara berkembang.1,3 Pneumonia merupakan
penyebab utama kematian balita di dunia, diperkirakan sekitar 15% dari kematian
anak dibawah usia 5 tahun, dan menewaskan sekitar 922.000 anak anak pada
tahun 2015.3 WHO memperkirakan bahwa sekitar 1 juta kematian disebabkan oleh
bakteri ''Streptococcus pneumoniae'', dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi
di negara berkembang.4
Di Indonesia pneumonia merupakan urutan kedua penyebab kematian
pada balita setelah diare.5Angka kematian akibat pneumonia pada balita
sebesar 1,19%. Pada kelompok bayi angka kematian lebih tinggi yaitu sebesar
2,89% dibandingkan pada kelompok usia 1-4 tahun yang
Menurut

hasil

Riskesdas

sebesar

0,20%. 2

tahun 2013, prevalensi pneumonia di Indonesia

sebanyak 4,5%. Pada anak-anak usia yang paling tinggi terjadi pneumonia adalah
usia 1-4 tahun.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa kejadian
pneumonia mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1% menjadi 2,7%
pada tahun 2013.6
Angka mortalitas akibat pneumonia relatif rendah. Sebagian besar
pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan terutama
berdasarkan berat-ringanya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak
mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan
kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan

pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Identifikasi
dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya
ujimikrobiologi cepat. Antibiotik diberikan berdasarkan pengalaman empiris yang
didasarkan pada etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan
klinis pasien.7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkhiolus terminalis yang mencakup bronkhiolus respiratorius, dan


alveoli yang berupa infiltrat atau konsolidasi pada alveoli atau jaringan interstisial
Bronkopneumonia atau sering disebut juga dengan penumonia lobularis adalah
radang paru-paru yang mengenai bronkus, beberapa lobus paru-paru yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak infiltrat biasanya disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme antara lain bakteri, virus, dan jamur.1,5 Peradangan yang
disebabkan oleh nonmikroorganisme seperti, bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan
toksik, obat-obatan, dan lain-lain disebut pneumonitis.1
2.2

Etiologi
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain

virus, bakteri, dan jamur.Streptococcus pneumoniae merupakan penyebab


tersering pneumonia bakterial pada semua kelompok umur. Pneumonia pada anak
dibawah 5 tahun paling sering disebabkan oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV)
merupakan penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada umur yang
lebih muda , adenovirus, parainfluenza virus, influenza virus juga ditemukan.
Mycoplasma pneumoniae dan chlamydia pneumoniae lebih sering ditemukan pada
usia 10 tahun.1Etiologi pneumonia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Etiologi Pneumonia
Grup

Penyebab
Streptokokus pnemonia
Streptokokus piogenesis
Stafilokokus aureus
Klebsiela pnemonia
Eserikia koli
Yesirnia pestis
Legionnaires bacillus
Aktinomisetes
Aktinomisetes israeli
Norkardia asteroides
Fungi
Kokioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergilus
Fikomisetes
Riketsia
Koksiela burneti
Klamidia
Chlamydia trachomatis
Sumber : Alsagaf dan Mukty.20101
Bakteri

Tipe pnemonia
Pneumonia bakterial

Legionnaires disease
Aktinomisetes pulmonal
Nokardia pulmonal
Kokidioidomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis Aspergilosis
Mukomikosis
Q fever
Chamydial pneumonia

Tabel 2.1 Etiologi Pneumonia


Grup
Mikoplasma

Penyebab
Mikoplasma pnemonia

Tipe pnemonia
Pneumonia mikoplasmal

Virus

Influenza virus, adeno


RespiratorySyncytialVirus
Pneumositis karini

Pneumonia virus

Protozoa

Pneumonia
pneumosistis
(pneumonia plasma sel)

Sumber : Alsagaf dan Mukty.20101

Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada


perbedaan dan kekhasan pneumonia pada anak, terutama dalam etiologi,
gambaran klinis, dan pengobatan. Berdasarkan data dari negara maju didapatkan
daftar penyebab pneumonia pada anak yang dikelompokkan dalam usia. Dapat
dilihat pada Table.2.2.7
Tabel 2.2 Etiologi Pneumonia Menurut Umur
Usia

Etiologi yang sering


Bakteri
Virus
E. Colli
Streptococcus
grup B
Listeria
monocytogene
s

Etiologi yang jarang


Bakteri
Virus
Bakteri anaerob
Sitomegalo
Streptococcus group D
Herpes simpleks
Haemophilllus influenza
Streptococcus
pneumoniae
Ureaplasma urealyyicum

3 minggu -3
bulan

Chlamydia
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae

Adeno
Infulenza
Parainfulenza 1,2,3
Respiratoy Syncytial
Virus

Bordetella pertussis
Haemophillus influenzae
tipe B
Moraxella catharalis
Ureaplasma urealyticum

Sitomegalo

4 bulan 5
tahun

Chlamydia
pneumoniae
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae

Adeno
Influenza
Parainfulenza
Rino
Respiratoy Syncytial
Virus

Haemophillus influenzae
tipe B
Moraxella catharalis
Neisseria meningitides

Varicella
zoster

Haemophillus influenza
Legionella sp
Staphylococcus aureus

Adeno
Epstein Barr
Infulenza
Parainfulenza
Rino
Respiratori
syncytial virus
Varisela-zoster

Lahir 20 hari

5 tahun
remaja

Chlamydia
pneumonia
Mycoplasma
pneumonia
Streptococcus
pneumoniae
Chlamydia
pneumonie
Sumber : Opstapchuk M, Roberts DM, Haddy R.7

Infeksi streptococcus pneumoniae biasanya bermanifestasi sebagai bercak


-bercak

konsolidasi

merata

diseluruh

lapangan

paru,

biasanya

disebut

bronkopneumonia. Dan pada anak atau remaja dapat berupa konsolidasi pada satu
lobus yang disebut pneumonia lobaris.7
2.3

Faktor Risiko
Faktor resiko pneumonia terbagi menyadi faktor intrinsik dan ektrinsik.

Faktro intrinsik terdiri dari usia, jenis kelamin, riwayat kelahiran (BBLR), status
gizi dan imunisasi. Faktor ekstrinsik terdiri dari faktor biologi, faktor fisik dan
faktor sosial ekonomi. Faktor biologi yaitu mikroorganisme. Faktor fisik meliputi
kondisi tempat tinggal,

kepadatan, keadaan lantai, dinding, ventilasi dan

pencahayaan, jumlah penghuni kamar yang melebihi 2 orang. Faktor sosial


ekonomi meliputi pendidikan orang tua, penghasilan, kebiasaan merokok dan
bahan bakar memasak.
2.3

Klasifikasi.
Akibat tingginya angka mortalitas pneumonia pada balita maka dalam

upaya penangulangannya, WHO mengembangkan pedoman diagnosis dan


tatalaksana yang sederhana. Tujuannya untuk menyederhanakan kriteria diagnosis
berdasarkan gejala klinis yang langsung dapat dideteksi, menetapkan klasifikasi
penyakit dan menentukan dasar penggunaan antibiotik.7
Klasifikasi pneumonia, dibagi secara anatomis, berdasarkan usia, bayi
yang kurang dari 2 bulan dibagi menjadi pneumonia dan bukan pneumonia, anak
umur 2 bulan sampai 5 tahun dibagi menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan
bukan pneumonia:
Pembagian secara anatomis:
1. Pneumonia lobaris yaitu radang paru yang mengenai satu atau lebih dari satu
lobus.
2. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) yaitu radang yang mengenai lobuleslobulus dan tersebar di dalam paru.
3. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) yaitu radang yang mengenai jaringan
interstisial paru dan bronchitis8
Who mmengklasifikasikan pneumonia sebagaiberikut:
1. Bayi kurang dari 2 bulan
6

Usia dibawah 2 bulan, perjalanan penyakitnya bervariasi, mudah terjadi


komplikasi, dan sering menyebabkan kematian.
a. Pneumonia
-

Bila ada nafas cepat ( >60x/menit), atau sesak nafas.


Harus dirawat dan diberikan antibiotik.

b. Bukan pneumonia
2.

Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas


Tidak perlu rawat, cukup diberikan pengobatan simtomatik.

Anak umur 2 bulan 5 tahun


a. Pneumonia berat
-

Bila ada sesak nafas


Harus dirawat dan diberikan antibiotic.

b. Pneumonia
-

Bila tidak ada sesak nafas


Ada nafas cepat dengan laju nafas >50 x/menit untuk usia 2 bulan 1

tahun dan >40 x/menit untuk anak >1-5 tahun


Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotic.

c. Bukan pneumonia
2.4

Tidak ada nafas cepat dan sesak nafas.


Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan obat
simtomatik seperti obat penurun panas.7
Patogenesis.
Normalnya saluran pernafasan dari daerah laring sampai parenkim paru

tidak terinfeksi.Paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui pertahanan mekanis,


dan faktor imun.Mekanisme pertahanan awal berupa bulu hidung, refleks batuk,
dan mukosilier apparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa skresi IgA lokal
dan

respon

inflamsi

yang

diperantarai

leukosit,

komplemen,

sitokin,

immunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.8


Infeksi dapat terjadi apabila satu atau lebih mekanisme pertahanan
terganggu atau organisme yang menginfeksi bertambah.Penyebab infeksi masuk
melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas.Infeksi
parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa
terjadi lobular (bronkopneumoni), lobaris, atau intertisial. Pneumoni bakteri
dimulai dengan terjadinya hiperemis akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi
cairan intraalveolar, penumpukan serbukkan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan

edema, infiltrasi neutrophil, dan ditemukannya kuman di alveoli, keadaan ini


dikenal dengan hepatisasi merah.7,9
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan
kapasitas vital.Sehingga terjadi peningkatan aliran darah yang melewati paru yang
terinfeksi menyebabkan terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion
mismatching) yang menyebabkan hipoksemia. Kemudian terjadi penumpukan
fibrin, terdapat fibrin dan leukosit PMN dialveoli, dan terjadi fagositosis yang
cepat, stadium

ini disebut dengan hepatisasi kelabu.

Selanjutnya jumlah

makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis,


kuman dan debris menghilang. Stadium ini disebutkan dengan stadium resolusi.
Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal.7,9
2.5

Manifestasi klinis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia

pada anak yaitu imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab


yang luas, gejala klinis yang kadang kadang tidak khas terutama pada bayi,
terbatas nya penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang
relatif lebih sering, dan faktor patogenesis. Kelompok usia anak merupakan faktor
penting yang menyebabkan karateristik penyakit berbeda-beda, sehingga perlu
dipertimbangkan dalam tatalaksana pneumonia.7
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :10
-

Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,


penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah

atau diare; kadang kadang ditenukan gejala infeksi ekstrapulmoner.


Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada,
takipnea, nafas cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti perkusi pekak,

suara nafas melemah, dan adanya ronki.10


2.6

Diagnosis.
Diagnosis etiologi ditegakkan dengan

pemeriksaan mikrobiologis dan

serologis untuk mendapatkan terapi yang optimal, akan tetapi penyebab tidak
mudah ditemukan karena memerlukan laboratorium yang memadai. Oleh karena

ini, bronkopneumonia pada umumnya didiagnosis dari gambaran klinis yang


menunjukkan keterlibatan sistem respiratori serta gambaran radiologi. Predilaktor
paling kuat pneumonia adanya takipnea, batuk, nafas cuping hidung, retraksi,
ronki, dan suara nafas yang melemah.1,10
2.6.1

Anamnesis
Pada pasien dengan pneumonia pada anamnesis didapatkan adanya batuk

yang awalnya kering kemudian menjadi produktif dengan dahak yang purulent,
juga disertai dengan sesak nafas, selain itu

juga ditemukan adanya demam,

kesulitan makan dan minum, anak tampak lemah. 1 WHO mengembangkan


pedoman diagnosis untuk menyederhanakan kritera diagnosis berdasarkan gejala
klinis yang dapat langsung dideteksi. Gejala klinis sederhana tersebut meliputi
nafas cepat, sesak nafas.7,10
2.6.2

Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik nilai keadaan umum pasien, kesadaran, adanya

frekuensi nafas yang meningkat yang menyebabkan anak gelisah dan


rewel.Adanya distress pernafasan seperti takipnue, retraksi subkosta, batuk, dan
krepitasi. Peningkatan suhu, dan adanya sianosis.1
Menurut WHO, peningkatan frekuensi pernafasan adalah :10
-

Anak umur <2 tahun


Anak umur 2 -11 tahun
Anak umur 1 5 tahun
Anak umur 5 tahun

: 60 kali/menit
: 50 kali/menit
: 40 kali/menit
: 30 kali/menit

Nafas cepat ditandai dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam ketika menarik nafas (retraksi epigastrium). Tanda bahaya pada anak usia
2 bulan 5 tahun adalah tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
gizi buruk. Tanda bahaya pada anak dibawah 2 bulan adalah malas minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.7
2.6.3

Pemeriksaan penunjang

a.

Gambaran radiologis
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan untuk menunjang diagnosis,

pemeriksaan ini tidak dilakukan pada pasien pneumoni ringan, pemeriksaan


radiologi juga dilakukan pada pneumoni berat yang dirawat.Pemeriksaan
radiologis juga dilakukan untuk menentukan luasnya kelainan patologi, dan

kemungkinan adanya komplikasi. Pada foto thoraks AP akan ditemukan gambaran


infiltrat yang tersebar pada satu lobus atau beberapa lobus. Menuurt WHO pada
interpretasi foto thoraks tampak infiltrat atau akhir proses konsolidasi (end stage
consolidation) yang didefinisikan sebagai significant amount of alveolar type
consolidation.11
Untuk menunjang diagnosis pneumonia dilakukan foto thoraks posisi AP.
Secara umum gambaran foto thoraks terdiri dari :10
-

Infiltrat interstisial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskular,

peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.


Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram.
Konsolidasi dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris,
atau terlihat sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk
sferis, berbatas yang tidak terlalu tegas., dan menyerupai lesi tumor paru,

yang dikenal dengan round pneumonia.


Bronkopneumonia atau pneumonia lobularis ditandai dengan gambaran
difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
Pada anak gamabarn rontgen foto thoraks meliputi infiltrate ringan pada

satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penilitan
mengatakan

lesi pneumoni pada anak terbanyak pada paru kanan, terutama

dilobus atas, bila ditemukan pada lobus kiri, dan terbanyak di lobus bawah.7
Gambaran foto thoraks dapat membantu mengarahkan kecendrungan
etiologi pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat intersisial merata dan
hiperinflasi cendrung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa
konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumonia, air bronchogram

sangat

mungkin disebabkan oleh bakteri. Pada pneumonia stafilokokus sering ditemukan


abses-abses kecil dan pneumokokal dengan berbagai ukuran.7
b.

Pemeriksaan labolatorium
Pada

pemeriksaan

laboratorium

darah

rutin

ditemukan,

adanya

leokositosis.Pada pneumonia virus maka dapat ditemukan leukosit dalam batas


normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada pneumonia bakteri akan
dietemukan Leukosit 15.000 40.000 /UL dengan predominan PMN. Leukosit

10

>30.000 /UL menngrah pneumoni streptokokus atau staphilokokus, menunjukkan


keadaan bakteremi dengan faktor risiko komplikasi yang lebih tinggi. Leukopenia
(<5000/UL) menunjukkan prognosis yang buruk Laju endap darah dan C-reaktif
protein (CRP) merupakan indikator inflamasi yang tidak khas sehingga hanya
sedikit membantu. Adanya CRP yang positif mengarah ke infeksi bakteri. Kadar
CRP yang tinggi ditemukan pada pasien pneumonia alveolar dibandingkan dengan
pneumonia intersitisialis.1,7
Kultur darah sangat membantu pada kasus pneumonia yang disebabkan
stafilokokus dan pneumokokus yang tidak menunjukkan respon yang baik pada
penanganan awal. Kultur darah direkomendasikan pada pneumoni yang berat dan
pada bayi usia kurang dari 3 bulan.7,10
2.7

Penatalaksaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak dirawat. Indikasi perawatan

terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distress


pernafasan, tidak mau makan/minum, atau adanya penyakit dasar lain, komplikasi,
dan terutama pertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi dengan kemungkinan
klinis pneumoni harus dirawat.7
Keriteria Rawat Inap.
a.
-

Bayi
Saturasi oksigen 92%, sianosis
Frekuensi napas >60 x/menit
Distress pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum/menyusu
Keluarga tidak bisa merawat dirumah

b.

Anak
Saturasi oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas >50 x/menit
Distres pernapasan
Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat dirumah1
2.7.1 Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia ringan yang dirawat jalan diberikan antibiotik oral lini
-

pertama misalnya amoksisilin atau kortimoksazol.Dapat diberikan antibiotic


tunggal dengan efektifitas yang mencapai 90%. Menurut kepustakaan pemberian
amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari memiliki efektivitas yang sama.

11

Dosis amoksisilin 25 mg/kgbb, sedangkan kortimoksazol 4 mg/kgbb trimetropin


20 mg/kgbb sulfametoksazol.7
2.7.2 Pneumonia rawat inap
Dasar tatalaksana pada pasien yang dirawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif.Pengobatan suportif
meliputi pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan
keseimbangan asam basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam
dapat diberikan analgetik/antipiretik.7
a. Tatalaksana umum.
- Terapi oksigen dengan nasal kanul, headbox, atau sungkup untuk
-

mempertahankan saturasi oksigen >92%


Pada pneumonia berat atau asupan oral kurang, diberikan cairan

intravena dan dilakukan balans cairan ketat.


Antipiretik dan analgetik
Nebulisasi dengan 2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance.1
Untuk pengobatan kausal diberikan antibiotik.Pemberian antibiotik lini

pertama dapat diberikan antibiotik golongan beta-laktam dan kloramfenikol.


Antibiotik lain yang dapat diberikan seperti gentamisin, amiksilin, atau golongan
sefalosporin. Sesuai dengan petunjuk etiologi yang ditemukan. Terapi antibiotik
teruskan selama 7-10 hari pada pneumonia tanpa komplikasi.7,12
Antibiotik merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan pada
pneumonia.Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia
yang diduga disebabkan oleh bakteri.Identifikasi penyebab mikroorganisme.tidak
dapat dilakukan karena tidak tersedianya uji mikrobiologi yang cepat. Oleh karena
itu antibiotik yang digunakan berdasarkan pengalaman empiris dan antibiotik
spektrum luas. Pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada kemungkinan
etiologi dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor
epidemiologi.7,12
a.
-

Pemberian antibiotik.
Beri ampisilin/amoksisilin

dengan dosis 25-50 mg/kgbb IV atau Im

setiap 6 jam, yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama.
Bila anak memberi respon berikan sampai 5 hari. Selanjutnya terapi
dilanjutkan dirumah dengan amoksisilin oral 15 mg/kgbb 3 kali sehari,
untuk 5 hari berikutnya.

12

Bila keadaan memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang


berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, memuntahkan semua
makanan dan minuman, kejang, letargi, tidak sadar, sianosis, distress
pernafasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol 25 mg/kgbb secara

IM atau IV setiap 8 jam.


Bila pasien datang dengan klinis yang berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan

kombinasi

ampisilin-kloramfenikol

atau

ampisilin-

gentamisin.
Sebagai alternatif, berikan ceftriaxone 80-100 mg/kgbb

sekali sehari.
Makrolid diberikan jika Mycoplasma pneumoniae atau Chlamydia

pneumoniae dicurigai sebagai penyebab


Jika Staphylococcus aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan

makrolid atau kombinasi flucloxacillin dengan amoksisilin


Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat

IM atau IV

menerima obat peroral atau termasuk dalam derajat pneumonia berat.


Antibiotik yang dianjurkan adalah kloramfenikol, ceftriaxson (50
-

mg/kgbb setiap 12 jam), cefuroxime, dan cefotaxime.


Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat antibiotik intravena.1,10

Pemberian terapi antibiotik intravenadapat dilihat pada Tabel 2.3


Table 2.3 Terapi antibiotik intravena.
Antibiotik

Dosis

Frekuensi

Penisilin G

50.000 unit/ kgbb/kali


Dosiss tunggal maksimal
4.000.000 unit
100 mg/kgbb/hari
100mg/kgbb/hari
50mg/kg/kali
Dosis tunggal maksimal 2
gram
50 mg/kgbb/kali
Dosis tunggal maksimal 2
gram
10 mg/kgbb/hari maksimal
1,2 gram

Tiap 4 jam

Relative
cost
Rendah

Tiap 6 jam
Tiap 6 jam
1x /hari

Rendah
Rendah
Tinggi

Tiap 8 jam

Tinggi

Streptococcus pneumoiae,
Haemophillus influenzae

Tiap 6 jam

Rendah

10 mg/kgbb/kali
Dosis tunggal maksimal 1

Tiap 6 jam

Rendah

Streptococcus aureus,
Streptococcus pneumoiae
(alternatif untuk anak
alergi beta lactam, lebih
jarang menimbulkan
Flebitis pada pemberian IV
dari eritromisin)
Streptococcus pneumoiae,
Chlamydia pneumoniae,

Ampisilin
Kloramfenikol
Ceftriaxon
Cefuroxime
Clindamycin

Eritromisin

Keterangan
Streptococcus pneumoiae

Streptococcus pneumoiae,
Haemophillus influenzae

13

gram
Mycoplasma pneumoniae
Sumber : Antonius P, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED 1

BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama/No. MR

: An. M.a/ 926807

Umur

: 6 tahun 4 bulan

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Ayah / Ibu

: S/E

Alamat

: Jl. Lintas Timur Kulim- Pekanbaru

Suku

: Melayu

Masuk RS

: 20 Agustus 2016

ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh

: Ibu kandung pasien

Keluhan utama

: Sesak nafas yang semakin memberat sejak 12 jam


SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:

14

10 hari SMRS, ibu pasien mengatakan anaknya batuk, batuk awal nya kering
kemudian 5 hari setelah itu batuk menjadi berdahak, dahak sulit dikeluarkan
sehingga ibu tidak tahu warna dahak anaknya. Pasien ada kontak dengan penderita
batuk yang lama yaitu kakak pasien.
4 hari SMRS, ibu pasien mengeluhkan anaknya demam, demam tidak disertai
menggigil dan berkeringat, demam terjadi pada malam hari dan siang hari, demam
naik turun, turun ketika minum obat yang dibeli ibu dari warung, ibu tidak ingat
nama obatnya.
3 hari SMRS, ibu pasien mengelukan anaknya sesak. Sesak dirasakan secara
tiba-tiba dan semakin memberat ketika batuk dan beraktivitas, sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca yang dingin ataupun debu. Sesak tidak disertai dengan
suara nafas yang berbunyi ngik-ngik. 12 jam SMRS, anak mengalami sesak nafas
setelah pasien ikut lomba tarik tambang yang semakin lama semakin berat.
Kemudian orang tua membawa anaknya ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Ibu pasien juga mengeluhkan nafsu makan anaknya menurun, namun anak
masih ada makan dan minum. Mual (-), muntah (-), BAK dan BAB tidak ada
keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
-

Pasien tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya


Tidak ada riwayat penyakit Asma
Tidak ada riwayat penyakit TB
Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan

Riwayat Penyakit Keluarga

Ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama, yaitu kakak pasien

,menderita batuk yang lama.


Tidak ada riwayat penyakit asma dan riwayat alergi obat dan makanan

Riwayat Orang Tua


-

Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu

Riwayat Kehamilan

:
: Tidak bekerja
: Berjualan sarapan pagi di depan Sekolah Dasar.
:

Pasien merupakan anak kempat dari empat bersaudara. Ibu periksa


kehamilan 8 kali selama hamil kebidan dan USG tidak pernah dilakukan.Selama
hamil tidak ada konsumsi obat-obatan yang dibeli sendiri.Tidak ada penyulit ibu
saat hamil seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, demam,

15

keputihan.Pasien lahir secara spontan dengan bidan, kehamilan cukup bulan,


dengan berat badan lahir 3200 gram, panjang badan 50 cm.
Riwayat Makan dan Minum
Usia
ASI/PASI
0-6 bulan
ASI
6 bulan 1 tahun
ASI
1-2 tahun
ASI
2 tahun saat ini
Kesan : Asupan cukup

:
Food Record
Buah/biskuit
Bubur susu
Buah/biscuit
-

Nasi tim
Nasi tim
-

Makanan padat
Nasi padat
Nasi padat

Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi
Hepatitis B

Polio
BCG
DPT
Campak
Kesan : Imunisasi lengkap

Waktu pemberian
Baru lahir
1 bulan
6 bulan
Baru lahir
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 tahun
5 tahun
1 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 tahun
5 tahun
9 bulan
2 tahun

Riwayat pertumbuhan
Berat badan lahir
: 3200 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
Berat badan masuk : 20 Kg
Panjang badan masuk : 114 cm
Kesan : Tumbuh sesuai usia
Riwayat Perkembangan
Usia
1 bulan

Motorik kasar
Tangan & kaki

:
Motorik halus
Kepala menoleh

Komunikasi
Reaksi dengan

Sosial
Menatap wajah

16

bergerak aktif
5 bulan

Duduk tanpa pegang

7 bulan

Berdiri dengan
pegangan

8 bulan

Berdiri tanpa
pegangan
Berjalan
Lari, lompat

12 bulan
15 bulan
5 tahun

kesamping kirikanan
Mengambil
dengan tangan
kanan & kiri

suara kencang

ibu

Menoleh ke
suara
Meraih
menggapai

Meraih makanan

Bersuara
ma..ma...
Mencoret-coret
Berbicara 2 kata
Menggambar
manusia

Minum dari gelas


Mengambil
makanan sendiri

Perkembangan sosial dan bahasa:

Pasien senang bersosialisasi dengan anak sebaya, memiliki banyak teman.

Sering bermain dengan teman-teman di luar rumah.

Dapat menggambar manusia

Kesan : Tidak terdapat gangguan perkembangan sosial dan belajar


Keadaan Perumahan dan tempat tinggal :
Rumah berada di kawasan rawa dengan lantai dan dinding terbuat dari
kayu dengan ventilasi udara dan pencahayaan yang kurang. Ventilasi rumah
berasal dari 1 pintu depan rumah, lingkungan rumah kotor dan padat. Pada sisi
kiri rumah terdapat kolam ikan, rumah berisi 5 orang. Sumber air minum adalah
air sumur galian yang dimasak dan sumber air MCK air sumur galian.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran

: Tampak sakit sedang


: Komposmentis

Tanda tanda Vital


Tekanan darah

Suhu

: 37,80C

Nadi

: 109 x/menit

Nafas

: 41 x/menit

Gizi

17

TB

: 114 cm

BB

: 20 kg

LILA

: 12,5 cm

Lingkar kepala

: 50 cm

BBA x 100% = 20 x 100% = 105%


BBI
19
KEPALA

: Normocephali

RAMBUT

: Hitam dan tidak mudah dicabut

MATA
Konjungtiva

: Anemis (-/-)

Sklera

: Ikterik (-/-)

Pupil

: bulat, sentral, Isokor

Refleks Cahaya

: langsung (+/+), tidak langsung (+/+)

TELINGA

: Normal, serumen (-/-), sekret (-/-)

HIDUNG

: Nafas cuping hidung (+)


Mucosa hiperemis (-/-)

MULUT

Bibir

: basah

Selaput lender

: basah

Palatum

: utuh

Lidah

: tidak kotor

Gigi

: karies (-)

LEHER
KGB

: Tidak ada pembesaran

Kaku kuduk

: Tidak ditemukan

Thoraks
Inspeksi

:Bentuk dan gerakan dinding dada simetris,


retraksi subcostal(+). Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

:Vocal fremitus meningkat pada lapangan paru kiri


Ictus cordis teraba di SIK 5 lineamid clavicula sinistra.

Perkusi

:Sonor di kedua lapangan paru.


18

Batas jantung kiri, SIK 4 linea midklavikula sinistra


Batas jantung kanan, linea parasternal dekstra
Auskultasi

:Vesikuler (+/+), ronki basah halus (+/+) lebih terdengar


pada lapangan paru kiri, wheezing (-/-).
Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi

: Perut datar, venektasi (-), scar (-).


: Perut supel, hepar dan lien tidak teraba, organomegali (-),
massa (-)
:Bising usus (+) dalam batas normal
:Timpani pada seluruh region abdomen.

Alat Kelamin

: laki-laki, tidak tampak ada kelainan

Ekstremitas

: Sewarna dengan kulit sekitar, akral hangat,


CRT < 2 detik, udem (-), pucat (-).

Status Neurologis

: Refleks Fisiologis (+) Refleks patologis (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Darah rutin 20 Agustus 2016 :
Hb

: 14,2 gr/dl

Ht

: 40,2 %

Leukosit

: 16.412 /uL

Trombosit

: 302.000/Ul

Eritrosit

: 4,26 x 106 /ul

19

Foto thoraks :
Interpretasi

: Tampak infiltrat pada paru sinistra

Kesan

: Bronkopneumonia

HAL-HAL YANG PENTING DARI ANAMNESIS :

10 hari SMRS, pasien batuk, batuk awalnya kering, kemudian setelah 5


hari batuk menjadi berdahak, batuk sulit dikeluarkan. Pasien ada kontak

dengan pnderia batuk lama yaitu kakak pasien.


4 hari SMRS, pasien demam, demam tidak berkeringat dan menggigil,

demam turun ketika minum obat dari warung.


3 hari SMRS, pasien mengeluhkan sesak, sesak terjadi tiba-tiba dan
semakin memberat saat batuk dan setelah beraktivitas, sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca seperti udara dingin, debu. Sesak tidak disertai

dengan bunyi ngik.


12 jam SMRS, sesak semakin memberat setelah pasien lomba tarik

tambang dan anak dibawa ke RSUD AA


Nafsu makan anak menurun, namun anak masih ada makan dan minum.

HAL-HAL YANG PENTING DARI PEMERIKSAAN FISIK :


Kesan Utama : Tampak sakit sedang
Kesadaran

: Komposmentis

20

Suhu

: 37,80C

Nadi

: 109 x/menit

Nafas

: 41 x/menit

Hidung

: Nafas cuping hidung (+)

Thoraks

Inspeksi

: Retraksi subcostal (+)

Auskultasi : Ronkhi basah halus (+/+), lebih terdengar pada lapangan paru
kiri.
HAL-HAL YANG PENTING DARI LAB RUTIN :
Darah Rutin

: Leukosit: 16.412/uL

HAL-HAL YANG PENTING DARI PEMERIKSAAN PENUNJANG :


Foto thoraks

: Tampak infiltrat di paru sinistra

DIAGNOSIS KERJA

: Pneumonia

DIAGNOSIS GIZI

: Gizi baik

TERAPI :
Medikamentosa

:
O2 Nasal Kanul 3 liter/menit
IVFD D 0,5% 10 tpm
Ceftriaxone 2 x 750 mg
PCT tab (250 mg), jika demam
Nebu ventolin 1 amp/8 jam

Gizi

: RDA x BBI

(Kebutuhan Kalori)

: 90 x 19 = 1710 kkal

PROGNOSIS
Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad Fungsionam : Bonam

21

BBI = 19
kg

22

BAB IV
PEMBAHASAN
Anak pada laporan kasus ini mengalami pneumonia, yang terjadi
kemungkinan akibat suatu proses infeksi pada parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (virus/bakteri). Hal ini di dapatkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis pada pasien yaitu
pasien mengalami demam tinggi terus menerus batuk berdahak yang sulit
dikeluarkan, sesak nafas dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi nafas meningkat yaitu 41 x/menit, nafas cuping hidung,
terdapat retraksi subcostal, vokal fremitus meningkat di lapangan paru kiri dan
auskultasi terdapat ronki basah halus (+/+) terutama pada lapangan paru kiri.
Masuknya mikroorganisme ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori.
Mula-mula mekanisme pertahanan tubuh terganggu, akibat meningkatnya
mikroorganisme masuk melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas. Kemudian terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya, sehingga
bagian parenkim paru yang terkena mengalami konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa terjadi lobularis (bronkopneumoni), lobaris, atau intertisial.7
Anak pada laporan kasus ini berusia 6 tahun, dimana penyebab pneumonia
yang sering terjadi pada usia anak 5 tahun sampai dengan usia remaja adalah
bakteri jenis Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae dan Streptococcus
pneumoniae. Hal ini didukung dengan adanya leukositosis dari hasil pemeriksaan
penunjang yaitu kadar leukosit 16.412 /uL, hasil tersebut membuktikan adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan
kesan adanya infiltrat pada paru. Hal ini bisa disebabkan oleh mikroorganisme
bakteri/virus yang biasanya bermanifestasi sebagai bercak bercak konsolidasi
merata di seluruh lapangan paru sehingga dapat disimpulkan diagnosis pada
pasien ini sesuai dengan pneumonia.
Faktor risiko yang terdapat pada pasien ini adalah faktor ekstrinsik
(biologi, fisik,sosial). Hal ini berdasarkan hasil observasi, kondisi rumah pasien

23

berada di kawasan rawa dengan lantai dan dinding terbuat dari kayu, ventilasi
udara dan pencahayaan yang kurang. Hal ini dapat dipikirkan sebagai faktor risiko
yang memiliki peranan dalam terjadinya pneumonia pada kasus ini. Dimana
fungsi ventilasi dan jendela memiliki fungsi yang penting untuk kualitas dan
kecukupan sirkulasi udara yang keluar masuk dalam ruangan rumah. Rumah
dengan lantai dan dinding yang terbuat dari kayu serta tidak adanya langit-langit
rumah dapat menyebabkan rumah menjadi lebih panas, berdebu dan lebih lembab.
Suhu yang panas dapat meningkatkan penguapan di dalam ruangan sehingga tidak
hanya kelembaban yang meningkat tetapi juga kandungan pencemar yang berasal
dari bahan bangunan rumah. Kelembaban tinggi (> 80%), menunjukkan
kandungan uap air di udara cukup tinggi, merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri pneumococcus dengan cepat. Hal
ini di dukung oleh suatu penelitian tentang faktor faktor lingkungan fisik rumah
yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja
puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa terjadinya
pneumonia sebesar 57,34% pada pasien dengan rumah terbuat dari kayu, dimana
81,5% anak yang menderita pneumonia tinggal di rumah dengan ventilasi udara
dan pencahayaan yang kurang.1,12
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pemberian oksigen dengan nasal
kanul 3 liter, untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%. Kemudian diberikan
antibiotik intravena, yakni ceftriaxone golongan sefalosporin generasi ke 3 dengan
dosis pemberian 50 mg/kgbb/hari yaitu

2 x 750 mg. Hal ini kemungkinan

dikarenakan ditemukan leukositosis pada pasien ini. Dosis antibiotik yang


diberikan pada pasien ini sesuai, namun untuk mengetahui bakteri penyebab
pneumonia secara pasti sebaiknya perlu dilakukan kultur sputum. Pada penderita
ini tidak dilakukan sehingga tidak dapat ditentukan secara pasti etiologinya.Untuk
demam pasien diberikan antipiretik yaitu paracetamol. Nebulisasi dengan 2
agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary clearance,
diharapkan dapat mempertahankan kerja silia dan mikosa respiratori dalam
meningkatkan mekanisme pertahanan lini pertama. 7,13
Mortalitas dan morbiditas bayi dan anak dengan pneumonia berkisar dari
10% sampai 30% bervariasi dengan lama sakit sebelum rawat inap dirumah sakit,

24

umur penderita, kecukupan terapi dan adanya penyakit atau komplikasi penyerta.
Pada pasien ini, tidak terdapat penyakit yang medasari, sehingga dapat sembuh
total sangat baik, termasuk pertumbuhan dan perkembangan normal, fungsi paru
normal dan kerentanan terhadap infeksi paru tidak bertambah. Kemudian edukasi
kepada orangtua dilakukan dengan meyakinkan bahwa pneumonia umumnya
memiliki prognosis baik, menjelaskan penanganan pneumonia, memberikan
informasi mengenai kemungkinan pneumonia dapat muncul kembali. 12,14,15
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit
pada pasien saat ini tidak mengancam nyawa.Untuk quo ad functionam bonam,
karena organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik.

25

DAFTAR PUSTAKA
1. Antonius P, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Pedoman pelayanan medis. IDAI;
2010.hlm.250255.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2013.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.2014. hlm. 139140.
3. World Health Organization .Pneumonia [on the internet]. 2015.
[updated
2015
Nov
;
cited
2016
agus
6].
Available
from :http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.
4. New Medical life sciences & medicine. Pneumonia Epidemiology [on the
internet]. 2015. [Updated 2016 Mei ;cited 2016 agus 6]. Available
from :http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-Epidemiology.aspx.
5. Anwar A, Dharmayanti I. Pneumonia pada anak balita di Indonesia.
Pneumonia among Children Under Five Years of Age in Indonesia. 2013;
(29).hlm.35965.
6. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI;2013.Hlm. 6768.
7. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak. Ed 1.
UUK Respirologi IDAI.2015. hlm.35065.
8. Prince, Aderson Sylvia. Patofiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Ed.6 vol.2. Editor dr.Hurianti, dr. Wulansari p, dr. Natalia S. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC, 2005. hlm. 804815
9. Bennett NJ. Pediatric pneumonia [on the internet]. [update 2016 Jun ; cited
2016
agus
10].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
10. World Health Organization. Buku saku: pelayanan kesehatan anak di Rumah
Sakit. WHO;2009.hlm.8590.
11. Asih R, Landia S, Makmur M. Pneumonia. Kapita Selekta Ilmu Kesehat Anak
VI;2006.hlm.225.
12. Bennett NJ. Pediatric pneumonia medication [on the internet].2015.
[update
2016
Jun
;
cited
2016
agus
6].
Available
from :http://emedicine.medscape.com/article/967822-medication#3.

26

13. Yuwono A. Tulus, Faktor Faktor Lingkungan Fisik Rumah Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia Pada Anak Balita Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap.[Tesis] Semarang .2008.
Available from: https://core.ac.uk/download/files/379/11717742.pdf. [diakses
tanggal 27 agustus 2016].
14. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children,
Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited
Resources. 2005. [diakses tanggal 27 agustus 2016].
15. Melinda. H, Nataprawira, Alwi H. Enny, Adriani nia. Faktor Risiko Morbiditas
dan Mortalitas Pneumonia Berat pada Anak Usia Balita. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/ Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung : Bandung.
2010. Maj Kedokt Indon, Volum: 60, Nomor: 10, Oktober 2010. Available
from:http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/viewFile/74
3/744.[diakses tanggal 27 agustus2016]
16. Richard E, Berhan, Kligman, & Arvin. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Ed. 15,

Vol 2, editors Prof. DR. Dr. A. Wahab S, Sp.A (K). Penerbit Buku Kedokteran.
EGC, 2000. hlm. 883889

27

Anda mungkin juga menyukai