Ini Udah Bener G Yaa Case Pneumonia Rev 1
Ini Udah Bener G Yaa Case Pneumonia Rev 1
PNEUMONIA
Oleh:
Rimayanti, S.Ked
NIM. 1508434428
Pembimbing:
Dr. dr. Dewi A.Wisnumurti, Sp.A (K), IBCLC
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Pneumonia adalah infeksi akut
hasil
Riskesdas
sebesar
0,20%. 2
sebanyak 4,5%. Pada anak-anak usia yang paling tinggi terjadi pneumonia adalah
usia 1-4 tahun.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) bahwa kejadian
pneumonia mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1% menjadi 2,7%
pada tahun 2013.6
Angka mortalitas akibat pneumonia relatif rendah. Sebagian besar
pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan terutama
berdasarkan berat-ringanya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak
mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan
kunci utama keberhasilan pengobatan. Terapi antibiotik harus segera diberikan
pada anak dengan pneumonia yang diduga disebabkan oleh bakteri. Identifikasi
dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya
ujimikrobiologi cepat. Antibiotik diberikan berdasarkan pengalaman empiris yang
didasarkan pada etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan
klinis pasien.7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai parenkim paru,
Etiologi
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara lain
Penyebab
Streptokokus pnemonia
Streptokokus piogenesis
Stafilokokus aureus
Klebsiela pnemonia
Eserikia koli
Yesirnia pestis
Legionnaires bacillus
Aktinomisetes
Aktinomisetes israeli
Norkardia asteroides
Fungi
Kokioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergilus
Fikomisetes
Riketsia
Koksiela burneti
Klamidia
Chlamydia trachomatis
Sumber : Alsagaf dan Mukty.20101
Bakteri
Tipe pnemonia
Pneumonia bakterial
Legionnaires disease
Aktinomisetes pulmonal
Nokardia pulmonal
Kokidioidomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis Aspergilosis
Mukomikosis
Q fever
Chamydial pneumonia
Penyebab
Mikoplasma pnemonia
Tipe pnemonia
Pneumonia mikoplasmal
Virus
Pneumonia virus
Protozoa
Pneumonia
pneumosistis
(pneumonia plasma sel)
3 minggu -3
bulan
Chlamydia
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae
Adeno
Infulenza
Parainfulenza 1,2,3
Respiratoy Syncytial
Virus
Bordetella pertussis
Haemophillus influenzae
tipe B
Moraxella catharalis
Ureaplasma urealyticum
Sitomegalo
4 bulan 5
tahun
Chlamydia
pneumoniae
Mycoplasma
pneumoniae
Streptococcus
pneumoniae
Adeno
Influenza
Parainfulenza
Rino
Respiratoy Syncytial
Virus
Haemophillus influenzae
tipe B
Moraxella catharalis
Neisseria meningitides
Varicella
zoster
Haemophillus influenza
Legionella sp
Staphylococcus aureus
Adeno
Epstein Barr
Infulenza
Parainfulenza
Rino
Respiratori
syncytial virus
Varisela-zoster
Lahir 20 hari
5 tahun
remaja
Chlamydia
pneumonia
Mycoplasma
pneumonia
Streptococcus
pneumoniae
Chlamydia
pneumonie
Sumber : Opstapchuk M, Roberts DM, Haddy R.7
konsolidasi
merata
diseluruh
lapangan
paru,
biasanya
disebut
bronkopneumonia. Dan pada anak atau remaja dapat berupa konsolidasi pada satu
lobus yang disebut pneumonia lobaris.7
2.3
Faktor Risiko
Faktor resiko pneumonia terbagi menyadi faktor intrinsik dan ektrinsik.
Faktro intrinsik terdiri dari usia, jenis kelamin, riwayat kelahiran (BBLR), status
gizi dan imunisasi. Faktor ekstrinsik terdiri dari faktor biologi, faktor fisik dan
faktor sosial ekonomi. Faktor biologi yaitu mikroorganisme. Faktor fisik meliputi
kondisi tempat tinggal,
Klasifikasi.
Akibat tingginya angka mortalitas pneumonia pada balita maka dalam
b. Bukan pneumonia
2.
b. Pneumonia
-
c. Bukan pneumonia
2.4
respon
inflamsi
yang
diperantarai
leukosit,
komplemen,
sitokin,
Selanjutnya jumlah
Manifestasi klinis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia
Diagnosis.
Diagnosis etiologi ditegakkan dengan
serologis untuk mendapatkan terapi yang optimal, akan tetapi penyebab tidak
mudah ditemukan karena memerlukan laboratorium yang memadai. Oleh karena
Anamnesis
Pada pasien dengan pneumonia pada anamnesis didapatkan adanya batuk
yang awalnya kering kemudian menjadi produktif dengan dahak yang purulent,
juga disertai dengan sesak nafas, selain itu
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik nilai keadaan umum pasien, kesadaran, adanya
: 60 kali/menit
: 50 kali/menit
: 40 kali/menit
: 30 kali/menit
Nafas cepat ditandai dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam ketika menarik nafas (retraksi epigastrium). Tanda bahaya pada anak usia
2 bulan 5 tahun adalah tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
gizi buruk. Tanda bahaya pada anak dibawah 2 bulan adalah malas minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, mengi, dan demam/badan terasa dingin.7
2.6.3
Pemeriksaan penunjang
a.
Gambaran radiologis
Pemeriksaan foto thoraks dilakukan untuk menunjang diagnosis,
satu paru hingga konsolidasi luas pada kedua paru. Pada suatu penilitan
mengatakan
dilobus atas, bila ditemukan pada lobus kiri, dan terbanyak di lobus bawah.7
Gambaran foto thoraks dapat membantu mengarahkan kecendrungan
etiologi pneumonia. Penebalan peribronkial, infiltrat intersisial merata dan
hiperinflasi cendrung terlihat pada pneumonia virus. Infiltrat alveolar berupa
konsolidasi segmen atau lobar, bronkopneumonia, air bronchogram
sangat
Pemeriksaan labolatorium
Pada
pemeriksaan
laboratorium
darah
rutin
ditemukan,
adanya
10
Penatalaksaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak dirawat. Indikasi perawatan
Bayi
Saturasi oksigen 92%, sianosis
Frekuensi napas >60 x/menit
Distress pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum/menyusu
Keluarga tidak bisa merawat dirumah
b.
Anak
Saturasi oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas >50 x/menit
Distres pernapasan
Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat dirumah1
2.7.1 Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia ringan yang dirawat jalan diberikan antibiotik oral lini
-
11
Pemberian antibiotik.
Beri ampisilin/amoksisilin
setiap 6 jam, yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama.
Bila anak memberi respon berikan sampai 5 hari. Selanjutnya terapi
dilanjutkan dirumah dengan amoksisilin oral 15 mg/kgbb 3 kali sehari,
untuk 5 hari berikutnya.
12
kombinasi
ampisilin-kloramfenikol
atau
ampisilin-
gentamisin.
Sebagai alternatif, berikan ceftriaxone 80-100 mg/kgbb
sekali sehari.
Makrolid diberikan jika Mycoplasma pneumoniae atau Chlamydia
IM atau IV
Dosis
Frekuensi
Penisilin G
Tiap 4 jam
Relative
cost
Rendah
Tiap 6 jam
Tiap 6 jam
1x /hari
Rendah
Rendah
Tinggi
Tiap 8 jam
Tinggi
Streptococcus pneumoiae,
Haemophillus influenzae
Tiap 6 jam
Rendah
10 mg/kgbb/kali
Dosis tunggal maksimal 1
Tiap 6 jam
Rendah
Streptococcus aureus,
Streptococcus pneumoiae
(alternatif untuk anak
alergi beta lactam, lebih
jarang menimbulkan
Flebitis pada pemberian IV
dari eritromisin)
Streptococcus pneumoiae,
Chlamydia pneumoniae,
Ampisilin
Kloramfenikol
Ceftriaxon
Cefuroxime
Clindamycin
Eritromisin
Keterangan
Streptococcus pneumoiae
Streptococcus pneumoiae,
Haemophillus influenzae
13
gram
Mycoplasma pneumoniae
Sumber : Antonius P, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED 1
BAB III
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama/No. MR
Umur
: 6 tahun 4 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Ayah / Ibu
: S/E
Alamat
Suku
: Melayu
Masuk RS
: 20 Agustus 2016
ALLOANAMNESIS
Diberikan oleh
Keluhan utama
14
10 hari SMRS, ibu pasien mengatakan anaknya batuk, batuk awal nya kering
kemudian 5 hari setelah itu batuk menjadi berdahak, dahak sulit dikeluarkan
sehingga ibu tidak tahu warna dahak anaknya. Pasien ada kontak dengan penderita
batuk yang lama yaitu kakak pasien.
4 hari SMRS, ibu pasien mengeluhkan anaknya demam, demam tidak disertai
menggigil dan berkeringat, demam terjadi pada malam hari dan siang hari, demam
naik turun, turun ketika minum obat yang dibeli ibu dari warung, ibu tidak ingat
nama obatnya.
3 hari SMRS, ibu pasien mengelukan anaknya sesak. Sesak dirasakan secara
tiba-tiba dan semakin memberat ketika batuk dan beraktivitas, sesak tidak
dipengaruhi oleh cuaca yang dingin ataupun debu. Sesak tidak disertai dengan
suara nafas yang berbunyi ngik-ngik. 12 jam SMRS, anak mengalami sesak nafas
setelah pasien ikut lomba tarik tambang yang semakin lama semakin berat.
Kemudian orang tua membawa anaknya ke RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.
Ibu pasien juga mengeluhkan nafsu makan anaknya menurun, namun anak
masih ada makan dan minum. Mual (-), muntah (-), BAK dan BAB tidak ada
keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Ada anggota keluarga yang mengeluhkan hal yang sama, yaitu kakak pasien
Pekerjaan ayah
Pekerjaan ibu
Riwayat Kehamilan
:
: Tidak bekerja
: Berjualan sarapan pagi di depan Sekolah Dasar.
:
15
:
Food Record
Buah/biskuit
Bubur susu
Buah/biscuit
-
Nasi tim
Nasi tim
-
Makanan padat
Nasi padat
Nasi padat
Riwayat Imunisasi
Jenis Imunisasi
Hepatitis B
Polio
BCG
DPT
Campak
Kesan : Imunisasi lengkap
Waktu pemberian
Baru lahir
1 bulan
6 bulan
Baru lahir
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 tahun
5 tahun
1 bulan
2 bulan
4 bulan
6 bulan
2 tahun
5 tahun
9 bulan
2 tahun
Riwayat pertumbuhan
Berat badan lahir
: 3200 gram
Panjang badan lahir : 50 cm
Berat badan masuk : 20 Kg
Panjang badan masuk : 114 cm
Kesan : Tumbuh sesuai usia
Riwayat Perkembangan
Usia
1 bulan
Motorik kasar
Tangan & kaki
:
Motorik halus
Kepala menoleh
Komunikasi
Reaksi dengan
Sosial
Menatap wajah
16
bergerak aktif
5 bulan
7 bulan
Berdiri dengan
pegangan
8 bulan
Berdiri tanpa
pegangan
Berjalan
Lari, lompat
12 bulan
15 bulan
5 tahun
kesamping kirikanan
Mengambil
dengan tangan
kanan & kiri
suara kencang
ibu
Menoleh ke
suara
Meraih
menggapai
Meraih makanan
Bersuara
ma..ma...
Mencoret-coret
Berbicara 2 kata
Menggambar
manusia
Suhu
: 37,80C
Nadi
: 109 x/menit
Nafas
: 41 x/menit
Gizi
17
TB
: 114 cm
BB
: 20 kg
LILA
: 12,5 cm
Lingkar kepala
: 50 cm
: Normocephali
RAMBUT
MATA
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
Sklera
: Ikterik (-/-)
Pupil
Refleks Cahaya
TELINGA
HIDUNG
MULUT
Bibir
: basah
Selaput lender
: basah
Palatum
: utuh
Lidah
: tidak kotor
Gigi
: karies (-)
LEHER
KGB
Kaku kuduk
: Tidak ditemukan
Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
Alat Kelamin
Ekstremitas
Status Neurologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Darah rutin 20 Agustus 2016 :
Hb
: 14,2 gr/dl
Ht
: 40,2 %
Leukosit
: 16.412 /uL
Trombosit
: 302.000/Ul
Eritrosit
19
Foto thoraks :
Interpretasi
Kesan
: Bronkopneumonia
: Komposmentis
20
Suhu
: 37,80C
Nadi
: 109 x/menit
Nafas
: 41 x/menit
Hidung
Thoraks
Inspeksi
Auskultasi : Ronkhi basah halus (+/+), lebih terdengar pada lapangan paru
kiri.
HAL-HAL YANG PENTING DARI LAB RUTIN :
Darah Rutin
: Leukosit: 16.412/uL
DIAGNOSIS KERJA
: Pneumonia
DIAGNOSIS GIZI
: Gizi baik
TERAPI :
Medikamentosa
:
O2 Nasal Kanul 3 liter/menit
IVFD D 0,5% 10 tpm
Ceftriaxone 2 x 750 mg
PCT tab (250 mg), jika demam
Nebu ventolin 1 amp/8 jam
Gizi
: RDA x BBI
(Kebutuhan Kalori)
: 90 x 19 = 1710 kkal
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Bonam
21
BBI = 19
kg
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Anak pada laporan kasus ini mengalami pneumonia, yang terjadi
kemungkinan akibat suatu proses infeksi pada parenkim paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (virus/bakteri). Hal ini di dapatkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Hasil anamnesis pada pasien yaitu
pasien mengalami demam tinggi terus menerus batuk berdahak yang sulit
dikeluarkan, sesak nafas dan nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi nafas meningkat yaitu 41 x/menit, nafas cuping hidung,
terdapat retraksi subcostal, vokal fremitus meningkat di lapangan paru kiri dan
auskultasi terdapat ronki basah halus (+/+) terutama pada lapangan paru kiri.
Masuknya mikroorganisme ke paru bagian perifer melalui saluran respiratori.
Mula-mula mekanisme pertahanan tubuh terganggu, akibat meningkatnya
mikroorganisme masuk melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran
nafas bagian atas. Kemudian terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya, sehingga
bagian parenkim paru yang terkena mengalami konsolidasi eksudatif jaringan ikat
paru yang bisa terjadi lobularis (bronkopneumoni), lobaris, atau intertisial.7
Anak pada laporan kasus ini berusia 6 tahun, dimana penyebab pneumonia
yang sering terjadi pada usia anak 5 tahun sampai dengan usia remaja adalah
bakteri jenis Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae dan Streptococcus
pneumoniae. Hal ini didukung dengan adanya leukositosis dari hasil pemeriksaan
penunjang yaitu kadar leukosit 16.412 /uL, hasil tersebut membuktikan adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada pemeriksaan foto thoraks didapatkan
kesan adanya infiltrat pada paru. Hal ini bisa disebabkan oleh mikroorganisme
bakteri/virus yang biasanya bermanifestasi sebagai bercak bercak konsolidasi
merata di seluruh lapangan paru sehingga dapat disimpulkan diagnosis pada
pasien ini sesuai dengan pneumonia.
Faktor risiko yang terdapat pada pasien ini adalah faktor ekstrinsik
(biologi, fisik,sosial). Hal ini berdasarkan hasil observasi, kondisi rumah pasien
23
berada di kawasan rawa dengan lantai dan dinding terbuat dari kayu, ventilasi
udara dan pencahayaan yang kurang. Hal ini dapat dipikirkan sebagai faktor risiko
yang memiliki peranan dalam terjadinya pneumonia pada kasus ini. Dimana
fungsi ventilasi dan jendela memiliki fungsi yang penting untuk kualitas dan
kecukupan sirkulasi udara yang keluar masuk dalam ruangan rumah. Rumah
dengan lantai dan dinding yang terbuat dari kayu serta tidak adanya langit-langit
rumah dapat menyebabkan rumah menjadi lebih panas, berdebu dan lebih lembab.
Suhu yang panas dapat meningkatkan penguapan di dalam ruangan sehingga tidak
hanya kelembaban yang meningkat tetapi juga kandungan pencemar yang berasal
dari bahan bangunan rumah. Kelembaban tinggi (> 80%), menunjukkan
kandungan uap air di udara cukup tinggi, merupakan kondisi yang baik untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup bakteri pneumococcus dengan cepat. Hal
ini di dukung oleh suatu penelitian tentang faktor faktor lingkungan fisik rumah
yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak balita di wilayah kerja
puskesmas Kawunganten Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa terjadinya
pneumonia sebesar 57,34% pada pasien dengan rumah terbuat dari kayu, dimana
81,5% anak yang menderita pneumonia tinggal di rumah dengan ventilasi udara
dan pencahayaan yang kurang.1,12
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah pemberian oksigen dengan nasal
kanul 3 liter, untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%. Kemudian diberikan
antibiotik intravena, yakni ceftriaxone golongan sefalosporin generasi ke 3 dengan
dosis pemberian 50 mg/kgbb/hari yaitu
24
umur penderita, kecukupan terapi dan adanya penyakit atau komplikasi penyerta.
Pada pasien ini, tidak terdapat penyakit yang medasari, sehingga dapat sembuh
total sangat baik, termasuk pertumbuhan dan perkembangan normal, fungsi paru
normal dan kerentanan terhadap infeksi paru tidak bertambah. Kemudian edukasi
kepada orangtua dilakukan dengan meyakinkan bahwa pneumonia umumnya
memiliki prognosis baik, menjelaskan penanganan pneumonia, memberikan
informasi mengenai kemungkinan pneumonia dapat muncul kembali. 12,14,15
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit
pada pasien saat ini tidak mengancam nyawa.Untuk quo ad functionam bonam,
karena organ-organ vital pasien masih berfungsi dengan baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Antonius P, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati
ED, editors. Ikatan Dokter Anak Indonesia: Pedoman pelayanan medis. IDAI;
2010.hlm.250255.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil kesehatan Indonesia 2013.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.2014. hlm. 139140.
3. World Health Organization .Pneumonia [on the internet]. 2015.
[updated
2015
Nov
;
cited
2016
agus
6].
Available
from :http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/.
4. New Medical life sciences & medicine. Pneumonia Epidemiology [on the
internet]. 2015. [Updated 2016 Mei ;cited 2016 agus 6]. Available
from :http://www.news-medical.net/health/Pneumonia-Epidemiology.aspx.
5. Anwar A, Dharmayanti I. Pneumonia pada anak balita di Indonesia.
Pneumonia among Children Under Five Years of Age in Indonesia. 2013;
(29).hlm.35965.
6. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI;2013.Hlm. 6768.
7. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak. Ed 1.
UUK Respirologi IDAI.2015. hlm.35065.
8. Prince, Aderson Sylvia. Patofiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Ed.6 vol.2. Editor dr.Hurianti, dr. Wulansari p, dr. Natalia S. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC, 2005. hlm. 804815
9. Bennett NJ. Pediatric pneumonia [on the internet]. [update 2016 Jun ; cited
2016
agus
10].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/967822-overview
10. World Health Organization. Buku saku: pelayanan kesehatan anak di Rumah
Sakit. WHO;2009.hlm.8590.
11. Asih R, Landia S, Makmur M. Pneumonia. Kapita Selekta Ilmu Kesehat Anak
VI;2006.hlm.225.
12. Bennett NJ. Pediatric pneumonia medication [on the internet].2015.
[update
2016
Jun
;
cited
2016
agus
6].
Available
from :http://emedicine.medscape.com/article/967822-medication#3.
26
Vol 2, editors Prof. DR. Dr. A. Wahab S, Sp.A (K). Penerbit Buku Kedokteran.
EGC, 2000. hlm. 883889
27