Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Senyawa inorganik dan organik beracun merupakan penyebab utama lingkungan terkontaminasi
yang selanjutnya berakibat pada kesehatan dan tentunya akan mempengaruhi populasi manusia.
Jumlah limbah beracun makin meningkat dan asal limbah sangat beragam.
Sumber pencemar
. Limbah dapat berasal dari Hasil industri dan barang komersial: i. Industri, ii. Kegiatan militer, iii.
Kegiatan perubatan, iv. Sumber radioaktif, v. Limbah rumah tangga, vi. Kotoran manusia, vii.
Industri ringan, seperti pada dry cleaning dan viii. Kegiatan pertanian.
Kategori berdasar effek
. Berdasarkan efeknya maka bahan kimia dapat dikategorikan atas 2 kelompok yaitu berbahaya
(hazardous): termasuk mudah meledak (explosive), mudah terbakar (flammable), irritant, sensitizers,
asam, alkalin (caustic), dan beracun (toxins) yaitu mampu membunuh sel

Logam berat merupakan bahan pencemar tertinggi sebagai sumber limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Limbah logam berat banyak ditemukan dalam proses penambangan baik penambangan yang
dilakukan oleh perusahaan besar maupun penambangan secara tradisional yang dilakukan masyarakat.

Limbah logam berat yang dibuang secara sembarangan akan menjaddi sumber penyakit dan kerusakan
ingkungan lainnya. Diperlukan adanya pengolahan tingkat lanjut untuk mengurangi dan atau bahkan
menghilangkan kandungan berbahaya. Salah satu pilihannya adalah dengan menerapkan aplikasi
bioteknologi yaitu bioremediasi.

Bioremediasi
Strategi atau proses yang menggunakan mikroorganisme, tanaman maupun enzim dari mikroba
maupun tanaman untuk menetralkan sifat beracun dari kontaminan (detoxify) di dalam tanah
maupun lingkungan lainnya disebut dengan bioremediasi

Kriteria bioremediasi
Adapun kriteria yang harus dipenuhi adalah :
1.

Organisme harus memiliki aktivitas katabolisme yang penting dalam merombak kontaminan

pada kecepatan yang layak untuk menjadikan pada tingkat yang sesuai standar

2.

Kontaminan target haruslah bersifat bioavailable

3.

Daerah tempat kontaminan memiliki kondisi tanah yang kondusive untuk berkembangnya

mikroorganisme dan tanaman atau aktivitas enzimatik


4.

Biaya remediasi harus lebih rendah atau tidak lebih tinggi dari teknologi lainnya yang dapat

digunakan untuk memindahkan kontaminan

Faktor-faktor yang mempengaruhi bioremediasi


Jenis Polutan
Faktor yang mempengaruhi berlangsung atau jalannya bioremediasi adalah : faktor bahan polutan,
faktor organisme yang terlibat dan faktor lingkungan.

Bioremediasi ini melibatkan unsur mikrobiologi sebagai pendukungnya. Mikroba mengurangi bahaya
pencemaran logam berat dapat dilakukan dengan cara detoksifikasi, biohidrometakurgi, bioleaching, dan
bioakumulasi.

Detoksifikasi (biosorpsi) pada prinsipnya mengubah ion logam berat yang bersifat toksik

menjadi senyawa yang bersifat tidak toksik. Proses ini umumnya berlangsung dalam kondisi anaerob
dan memanfaatkan senyawa kimia sebagai akseptor

Biohidrometalurgi pada prinsipnya mengubah ion logam yang terikat pada suatu senyawa yang

tidak dapat larut dalam air menjadi senyawa yang dapat larut dalam

Bioleaching merupakan aktivitas mikroba untuk melarutkan logam berat dari senyawa yang

mengikatnya dalam bentuk ion bebas. Biasanya mikroba menghasilkan asam dan senyawa pelarut

untuk membebaskan ion logam dari senyawa pengikatnya. Proses ini biasanya langsung diikuti
dengan akumulasi ion

Bioakumulasi merupakan interaksi mikroba dan ion-ion logam yang berhubungan dengan

lintasan metabolism
Adapun contoh mikroba pendegradasi logam adalah Enterobacter cloacae dan Pseudomonas
fluorescens mampu mengubah Cr (VI) menjadi Cr (III) dengan bantuan senyawa-senyawa hasil
metabolisme, misalnya hidrogen sulfida, asam askorbat, glutathion, sistein. Contoh lain Desulfovibrio sp.
membentuk senyawa sulfida dengan memanfaatkan hidrogen sulfida yang dibebaskan untuk mengatasi
pencemaran logam Cu.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MENGGUNAKAN BIOREMEDIASI


Keuntungan
Ramah lingkungan (aman)
Tidak mahal
Tidak menghasilkan limbah yang baru (masalah baru)

Dapat bekerja pada senyawa organik dan inorganik


Dapat dilakukan in-situ maupun ex-situ
Mudah diimplementasikan dan dikelola
Kerugian
Kurang dapat diaplikasikan pada limbah yang bioavailability rendah
Polutan mungkin tidak berbahaya untuk salah satu spesies tetapi berbahaya untuk spesies lain
Mikroorganisme perombak menginginkan kondisi lingkungan yang spesifik
Memakan waktu yang panjang untuk meremediasikan
Terbatas hanya pada daerah perakaran saja
Tanaman yang dipanen pada daerah diremediasi dikategorikan sebagai limbah berbahaya
Mungkin dapat menjadi rantai makanan

Referensi

Citroreksoko, P. 1996. Pengantar Bioremediasi. Prosiding pelatihan dan lokakarya: peranan


bioremediasi dalam pengelolaan lingkungan (Cibinong, 24-28 Juni 1996). Puslitbang Bioteknologi
LIPI, BBPT, dan Hanns Seidel Foundation: Cibinong, Bogor. Hal. 1-1 1.
Hardiani, Henggar, 2011. Bioremediasi Logam Timbal (Pb) dalam Tanah Terkontaminasi Limbah
Sludge Industri Kertas Proses Deinking. Bandung. Balai Besar Pulp dan Kertas.

Anda mungkin juga menyukai