Anda di halaman 1dari 37

COVER

DAERAH ALIRAN SUNGAI


OPAK - OYO

Oleh:
REYNARA DAVIN CHEN
111.140.107
ILMU UKUR TANAH
KELAS H
KAMIS 13.00 14.30

MATA KULIAH ILMU UKUR TANAH


PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas akhir mata kuliah Ilmu Ukur Tanah.
Penyusun menyadari bahwa tentunya masih terdapat beberapa kekurangan
dalam penyusunan tugas akhir ini, baik dalam secara penyajian maupun yang lainnya.
Oleh karena itu, penyusun mohon maaf sebesar besarnya kepada pembaca.
Penulis berharap dengan terselesaikannya laporan praktikum pertemuan
tentang metode gravitasi yang telah saya buat ini agar berguna dalam media
pembelajaran kedepan.

Yogyakarta, 2 Juni 2016


Penulis,

Reynara Davin Chen


(111.140.107)

HALAMAN PENGESAHAN
ILMU UKUR TANAH

Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat mengikuti acara Praktikum Geofisika
selanjutnya, tahun ajaran 2016/2017, Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Disusun Oleh:

REYNARA DAVIN CHEN


111.140.107

DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
BAB I........................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................ 1
I.1
I.

LATAR BELAKANG...........................................................................1
MAKSUD DAN TUJUAN........................................................................1

BAB 2........................................................................................................... 2
DASAR TEORI............................................................................................... 2
II.1 Pengertian Peta........................................................................................... 2
BAB 3......................................................................................................... 26
DIAGRAM ALIR........................................................................................... 26
III.1 Diagram Alir........................................................................................... 26
III.2 Pembahasan Diagram Alir..........................................................................26
BAB 4......................................................................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................27
IV.1 Daerah Telitian........................................................................................ 27
IV.2 Penjelasan Geologi Sungai Opak..................................................................28
IV.3 Informasi DAS Opak................................................................................. 31
BAB 5......................................................................................................... 34
PENUTUP................................................................................................... 34
1.1

KESIMPULAN................................................................................. 34

SARAN.................................................................................................... 34
References.................................................................................................... 35

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

LATAR BELAKANG
yang

Ilmu Uur Tanah merupakan salah satu cabang ilmu Geodesi

yang juga menjadi salah satu cabang ilmu yang harus dipelajari dalam menekuni
ilmu Geologi karena dalam Ilmu Ukur Tanah dan dalam ilmu geologi diperlukan
pemahaman dasar mengenai peta dan kedua ilmu tersebut tidak terlepas dari
pemahaman berbagai peta yang digunakan sebgai alat informasi dan komunikasi.
Selain itu, untuk melakukan proses pembuatan peta, ilmu ukur tanah merupakan
cabang ilmu yang digunakan dalam pengukuran dilapangan dan proses
pembuatan peta tersebut. Dengan mempelajari Ilmu Ukur Tanah kita pula dapat
menentukan volume dan luas secara detail agar tidak terjadi kerancuan data atau
spekulasi yang berujung pada kerugian. Maka dari itu, ilmu ini harus dipelajari.
Pembuatan makalah ini juga bertujuan agar mahasiswa mengerjakan dapat
memiliki refrensi untuk kedepannya, agar mahasiswa dapat membuka ulang
materi serta pengalaman dalam mata kuliah ini. Maka dari itu, makalah ini harus
dibuat dan diselesaikan.

I.2.

MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan tujuan dari tugas ilmu ukur tanah ini adalah
1. mampu menginterpretasi daerah aliran sungai dari daerah asal masingmasing serta beberapa komponennya.

BAB II
DASAR TEORI

Ilmu ukur tanah adalah cabang dari ilmu Geodesi yang khusus mempelajari
sebagian kecil dari permukaan bumi dengan cara melakukan pengukuran
pengukuran guna mendapatkan peta. Pengukuran dilakukan terhadap titik titik deail
alam maupun buatan manusia meliputi posisi horizontal (x,y) maupun posisi
vertikalnya (z) yang direferensikan terhadap permukaan air laut rata rata.
Geodesi adalah ilmu yang mencakup kajian dan pengukuran yang lebih luas,
tidak sekedar pemetaan dan penentuan posisi di darat, namun juga di dasar laut untuk
berbagai keperluan (Helmert & Torge,1880), juga penentuan bentuk dan dimensi
bumi baik dengan pengukuran di bumi dan dengan bantuan pesawat udara , maupun
satelit dan sistem informasinya. Selain itu, Geodesi juga didefinisikan sebagai disiplin
ilmu yang mempelajari pengukuran dan perepresentasian dari Bumi dan benda-benda
langit lainnya termasuk medan gaya beratnya masing-masing dalam ruang tiga
dimensi yang berubah dengan waktu

II.1 Pengertian Peta


Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan
skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam
berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak
hingga peta digital yang tampil di layar komputer.
Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa yang berarti taplak atau kain
penutup meja. Namun secara umum pengertian peta adalah lembaran seluruh
atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar yang diperkecil dengan
menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah representasi dua dimensi dari
suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut
kartografi.

A Jenis Dan Macam peta


Peta memiliki fungsi dan peranannya masing masing, berikut beberapa
jenis peta:
1

Peta dapat digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu:


A Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk permukaan
bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief.
B Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang
datar, misalnya kertas, kain atau kanvas.
C Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada
suatu pita magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan
penyajian datanya menggunakan komputer. Peta digital dapat
ditayangkan melalui monitor komputer atau layar televisi. Peta
digital ini hadir seiring perkembangan teknologi komputer dan
perlatan digital lainnya.
D Peta garis, yaitu peta yang menyajikan data alam dan
kenampakan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan
luasan.
E Peta foto, yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara
yang dilengkapi dengan garis kontur, nama, dan legenda

Peta dapat digolongkan berdasarkan tujuannya yaitu:


A Peta Jalan-Jalan : Untuk keperluan tourisme
B Peta Sungai-Sungai : Untuk keperluan pelayaran
C Peta Pengairan : Untuk keperluan irigasi
D Peta Geologi : Untuk menyatakan keadaan geologis suatu
daerah.
E Peta Kehutanan : Untuk menyatakan keadaan hutan dan
tumbuhan.
F Peta Hidrografi : Untuk menyatakan kedalaman laut untuk
pelayaran.
G Peta Kotapraja : Untuk merencanakan pekerjaan teknis di kota.

Peta dapat digolongkan berdasarkan skalanya yaitu:


A Peta Kadaster : berskala 1: 100 - 1:5000
3

B
C
D
E
4

Peta Skala Besar : berskala 1:5000 - 1:250.000


Peta Skala Sedang : berskala 1:250.000 - 1:500.000
Peta Skala Kecil : berskala 1:500.000 - 1:1.000.000
Peta Geografis : berskala <1:1.000.000

Peta dapat digolongkan berdasarkan isinya yaitu:


A Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan
bumi

lengkap

dengan

reliefnya.

Penggambaran

relief

permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis


kontur.

Garis

kontur

adalah

garis

pada

peta

yang

menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian


yang sama.
B Peta korografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau
sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya
berskala sedang. Contoh peta korografi adalah atlas.
C Peta dunia atau geografi, yaitu peta umum yang berskala
sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
D Peta khusus (peta tematik), yaitu peta yang menggambarkan
informasi dengan tema tertentu/khusus. Misalnya, peta politik
dan peta geologi
B Cara Membuat Peta
Kartografi adalah seni pembuatan peta. Tujuannya mengumpulkan dan
menganalisis data dari hasil ukuran berbagai pola atau unsur permukaan
bumi dan menyatakan unsur-unsur tersebut dengan skala tertentu.
Sebagai sebuah sistem komunikasi, kartografi memuat berbagai unsur
yang saling memengaruhi antara satu unsur dan unsur lainnya. Unsurunsur tersebut dapat dibagankan sebagai berikut.

Sistem komunikasi yang terdapat dalam kartografi terdiri atas empat


jenis, yaitu sebagai berikut.

a
b

Numeracy, yaitu jenis komunikasi kartografi matematis.


Articulacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan berbicara.

c
d

Literacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan penggunaan huruf.


Graphicacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan gambar simbol.

Jenis komunikasi dengan gambar simbol inilah (graphicacy) yang


dipakai dalam kartografi. Dalam pembuatan peta, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan. Langkah-langkah pokok dalam pembuatan peta
adalah sebagai berikut.

a
b
c

Menentukan daerah yang akan dipetakan.


Membuat peta dasar (base map), yaitu peta yang belum diberi simbol.
Mencari dan menggolongkan data sesuai dengan tujuan pembuatan

d
e
f
g

peta.
Menentukan simbol-simbol yang merupakan representasi data.
Memplot simbol pada peta dasar.
Membuat legenda.
Melengkapi peta dengan tulisan (lettering) secara baik dan benar,
serta menarik.

-Penulisan pada Peta


Jika memperhatikan tulisan pada peta, nampak antara peta yang
satu dengan yang lain masih ada perbedaan. Khusus untuk membuat
tulisan (lettering) pada peta ada kesepakatan di antara para ahli, yaitu
sebagai berikut.
1
Nama geografis ditulis dengan menggunakan bahasa atau
istilah yang biasa digunakan penduduk setempat. Misalnya, Sungai
ditulis Ci untuk Jawa Barat dan sebagian DKI, Kreung untuk Aceh,
Way untuk Lampung, dan Kali untuk Jawa Tengah, DIY dan Jawa
Timur. Nama sungai ditulis searah dengan aliran sungai dan
menggunakan huruf miring. Misalnya Ci Tarum, Kali Berantas, Kali
Progo, dan Way Kambas.

Nama-nama objek geografis berupa kawasan perairan, seperti


danau, laut, sungai, waduk, ditulis dengan huruf miring. Contohnya

Laut Jawa, Sungai Ci Manuk, Danau Toba, dan Samudra Hindia.


Nama jalan ditulis harus searah dengan arah jalan tersebut dan
ditulis dengan huruf cetak kecil.

-Memperbesar dan Memperkecil Peta


Setelah memahami langkah-langkah pembuatan peta, macammacam simbol peta dan penggunaannya. Sekarang, marilah kita
pelajari cara memperbesar dan memperkecil peta. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk memperbesar maupun memperkecil peta,
yaitu dengan penggunaan metode pembuatan kotak-kotak grid,
fotokopi, maupun dengan alat pantograf.
<Memperbesar Peta>

Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk memperbesar


peta, yaitu sebagai berikut.
Memperbesar Grid (Sistem Grid)
1 Buat grid pada peta yang akan diperbesar.
2 Buat grid yang lebih besar pada kertas yang akan
digunakan

untuk

Pembesarannya

menggambar

sesuai

dengan

peta
rencana

baru.

Untuk

pembesaran,

misalnya 1 kali, 2 kali, 100 %, dan 200 %.


Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta

baru.
Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran.
Ketentuan perubahan skala dalam memperbesar dan
memperkecil peta adalah jika peta diperbesar, penyebut
skala harus dibagi dengan bilangan n. Namun, sebaliknya
jika peta diperkecil sebesar n kali, penyebut skala harus
dikali dengan bilangan n. Berikut ini gambar yang
menjelaskan pengaruh dari skala sebagai komponen peta
terhadap tampilan peta itu sendiri.

Fotokopi
Cara lain memperbesar peta adalah dengan fotokopi.
Peta yang akan diperbesar atau diperkecil, sebaiknya
menggunakan skala garis. Peta yang menggunakan skala angka
atau bilangan, sebenarnya dapat pula diperbesar dan diperkecil
7

ukurannya dengan menggunakan mesin fotokopi. Namun,


sebelum peta tersebut di fotokopi, skala bilangan yang terdapat
dalam peta perlu diubah dulu ke skala garis.
Jika skala peta 1 : 100.000 diubah dari skala angka ke
skala garis hasilnya menjadi:
Artinya, jarak 1 cm di peta mewakili jarak 1 km di
lapangan sebenarnya.
Menggunakan Pantograf
Pantograf adalah

alat

untuk

memperbesar

dan

memperkecil peta. Dulu, alat ini terbuat dari kayu yang telah
diserut menjadi halus, dilengkapi dengan pensil dan paku yang
ditumpulkan terlebih dahulu.
<Mempekecil Peta>
Cara memperkecil peta, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
teknik memperbesar skala peta. Terdapat tiga alternatif teknik yang
dapat Anda gunakan untuk memperkecil peta. Ketiga teknik tersebut
adalah sebagai berikut.
Memperkecil peta dengan bantuan grid peta yang diperkecil.
Fotokopi peta.
Pantograf.
-Alat Bantu Sederhana dalam Pembuatan Peta
Anda harus belajar membuat peta. Pembuatan peta dapat
dilakukan

secara

sederhana.

Proses

pembuatannya

meliputi

pengukuran langsung dan pembuatan peta tematik secara sederhana.


Mulailah dengan pemetaan daerah sempit, kemudian dilanjutkan
secara bertahap hingga mencakup daerah yang lebih luas. Alat yang
dapat digunakan adalah kompas magnetik dan pita ukur, panjangnya

50 meter dan dapat digulung. Pengukuran dilakukan dengan


penggunaan metode berantai (chain survey).
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode
pembuatan peta dengan alat bantu sederhana.
1

Unsur-unsur yang diukur meliputi sudut arah (azimuth

magnetik) dan jarak.


Tahap pengukuran dimulai dari daerah yang sempit,
kemudian diteruskan secara bertahap ke wilayah yang relatif

lebih luas.
Sudut arah (azimuth magnetik) diukur dengan menggunakan
kompas magnetik. Jarak dapat diukur dengan menggunakan
pita ukur dari logam tipis yang dapat digulung, misalnya pita

ukur sepanjang 50 meter.


Pengukuran jarak dan arah (azimuth magnetik) dilakukan
pada garis ukur pokok atau segment garis.

-Langkah Langkah membuat peta adalah sebagai berikut :


1

Teknis Pengukuran Arah dan Jarak


a Sudut Arah (Azimuth)
Tanda orientasi merupakan salah satu unsur utama
proses pengukuran. Setiap peta memiliki arah utama yang
ditunjukkan

ke

arah

atas

(utara).

Apabila

Anda

memperhatikan suatu peta yang lengkap, terdapat tiga arah


utara yang sering digunakan dalam suatu peta, yaitu
sebagai berikut.
1

Arah utara magnetis, yaitu utara yang menunjukkan

kutub magnetis.
Arah utara sebenarnya, sering pula dinamakan utara
geografis, atau utara arah meridian.

Arah utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak


lurus pada bidang horizontal di peta.

Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat.


Perbedaan ketiga arah utara ini perlu diketahui sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah peta. Jika
salah menafsirkan arah orientasi, berarti tanpa disadari kita
telah tersesat.
Arah utara magnetis merupakan arah utara yang paling
mudah ditetapkan, yaitu dengan pertolongan kompas
magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan
arah suatu objek ke tempat objek lain searah jarum jam
disebut sudut arah atau dikenal juga dengan sebutan azimuth
magnetik. Pada peta yang dibuat dengan menggunakan
kompas, perlu diberikan penjelasan bahwa utara yang
digunakan adalah utara magnetis.

10

Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310
b

Pengukuran Jarak
Perlu Anda ketahui, bahwa jarak yang dapat
digambarkan secara langsung pada peta adalah jarak
horizontal, bukan jarak miring.

Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan


merentangkan

pita

dan

menggunakan

waterpass

sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak yang


panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A
D adalah d1 + d2 + d3.

11

Untuk wilayah yang relatif datar, pengukuran


jarak tidak mengalami masalah. Namun pada daerah
yang tidak datar kadangkala terdapat hambatan.
Hambatan ini terutama terjadi pada daerah datar yang
memiliki garis ukur yang relatif panjang, yaitu adanya
objek penghalang seperti sungai atau kolam. Membuat
garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A
sehingga diperoleh garis AC.

Menempatkan titik D tepat ditengah-tengah AC.


Kemudian, menarik garis dari B ke D hingga di bawah
titik C. Kemudian, membuat garis tegak lurus ke bawah
terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi
perpotongan (titik E). Pada Gambar 1.27, diperoleh
segitiga ABD dan CED yang sama dan sebangun
sehingga jarak AB yang akan diukur sama dengan jarak
CE.

Tahapan Pengukuran Jarak dan Arah

12

Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak


mengalami penyimpangan, perlu dilakukan secara bertahap.
Misalkan

akan

memetakan

jalur

jalan

AB,

tahapan

pengukuran yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut.


a Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, meliputi
ukuran pokok yang ditunjukkan oleh garis 12, 23, 34,
dan 45. Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis
b

(UM) ke garis pokok.


Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objekobjek tertentu, seperti bangunan, dan aliran sungai, objek
tersebut dapat dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak
lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang
mewakili objek tersebut. Garis ini disebut offset. Pada
contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur
pokok 12.

Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat


tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A.
Panjang offset 2 diukur dari titik a ke titik a, dan
3

seterusnya.
Penggambaran dan Scribing
Penggambaran dan scribing secara manual merupakan
pekerjaan yang penting dalam memproduksi peta. Di dalam
pemetaan secara photogrametris, biasanya plotting dilakukan
dengan pensil di atas kertas tidak tembus cahaya (opaque
paper) atau material lain yang tembus pandang.
Pekerjaan penggambaran kembali dilakukan oleh seksi
kartografi agar diperoleh gambar yang lengkap dengan standar

13

yang memenuhi persyaratan untuk peta akhir. Jika peta yang


akan

dibuat

terdiri

atas

beberapa

warna

maka

penggambarannyapun dilakukan terpisah untuk setiap warna.


Secara umum, terdapat dua teknik utama yang
digunakan untuk membuat garis-garis di dalam kartografi
reproduksi, yaitu sebagai berikut.
a Penggambaran dengan Pena dan Tinta
Ada dua hal yang perlu diperhatikan

untuk

mendapatkan hasil gambar yang baik, yaitu sebagai


berikut.
1

Material Tempat Dilakukan Penggambaran

Material yang akan dipakai harus memiliki dimensi


kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk
menjaga

ketelitian

dan

untuk

memberikan

keseimbangan yang baik bagi warna yang berbeda.


Plastik film merupakan material gambar yang baik di
dalam kartografi reproduksi. Plastik film memiliki
permukaan yang halus untuk menggambar, tetapi
memiliki kelemahan karena menarik lemak sehingga
terlebih dahulu harus dibersihkan dengan bedak dan
keadaan tangan harus tetap dalam keadaan bersih.
Tinta gambar tidak dapat menembus plastik,
tetapi akan melekat apabila tintanya sudah kering. Jadi,
penggambaran pada media plastik harus dikerjakan
dengan sangat hati-hati karena harus menunggu
tintanya kering. Koreksi penggambaran dilakukan
dengan scraping (dikerok) atau dihapus dengan kain
sebelum tinta tersebut kering.
Tinta yang digunakan untuk pembuatan peta
harus yang berkualitas baik, misalnya tahan air
(waterproof), hitam kelam, tahan lama, dan harus cepat
kering. Untuk penggambaran pada PVC, plastik

14

(astralon, astrafoil) biasanya dipakai tinta Pelikan K


yang memenuhi persyaratan tersebut. Untuk plastik
material, dipakai tinta Pelikan TT. Pelikan T biasanya
digunakan untuk penggambaran pada kertas biasa atau
plastik, sedangkan Pelikan TN adalah tinta spesial
2

untuk penggambaran pada photographic film.


Tipe Pena yang Dipakai Jenis pena yang
digunakan juga tidak boleh sembarangan, harus
diupayakan menggunakan pena yang berkualitas. Pena
yang paling sederhana, di antaranya mapping pen dapat
digunakan untuk pekerjaan dengan tangan bebas (free
hand). Untuk menggambarkan garis lurus dan garis
kurva dengan ber macam-macam ketebalan dipakai
rulling pen karena dengan pena tersebut dapat diatur
ketebalan tintanya. Saat ini, telah banyak pena yang
berkualitas baik, yaitu reservoir pen antara lain
Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran
yang bervariasi mulai ketebalan 0,1 mm sampai 1,2

mm.
Penggoresan
Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing
merupakan

salah

satu

teknik

penggambaran

yang

dilakukan dengan pena scribing. Alat yang dipakai untuk


scribing memiliki bentuk dari yang paling sederhana
sampai yang paling rumit, terbuat dari sejenis batu
permata.

15

Alat yang sering dipakai adalah pena scribing yang


terdiri atas baja atau campuran lain, seperti kawat wolfram
dan lain-lain. Keuntungan dari scribing, di antaranya

sebagai berikut.
Kualitas garis yang dihasilkan tampak lebih rapih, baik,

dan memiliki bentuk yang relatif tetap.


Tidak begitu memerlukan keterampilan khusus, seperti
pada pekerjaan meng gambar, yang terpenting adalah

keuletan dan ke hati-hatian.


Efektif dan efisien.
Penempatan Nama
Lettering pada suatu peta sangat diperlukan. Lettering
harus diupayakan secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada
lettering akan menimbulkan kebingungan pembaca peta,
sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
lettering suatu peta, yaitu sebagai berikut.
a
Corak atau macam huruf, meliputi ketebalan garis dan
huruf serta coretan pada awal dan akhir setiap huruf
b

(Serif).
Bentuk huruf, meliputi huruf besar, huruf kecil,
kombinasi huruf- besarkecil, tegak (Romana, upright),
miring (italic). Huruf-huruf yang dipakai pada kartografi

modern disebut Sans Serif (gothic).


Ukuran huruf, dinyatakan dalam istilah point size. Satu
point size memiliki tinggi lebih kurang 0,35 mm (1/27
inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan

d
e
1

tepi bawah (descender).


Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
Metode lettering, dibedakan atas tiga kategori, yaitu
sebagai berikut.
Stick up lettering
Metode ini paling baik dibandingkan dengan metode
lain nya karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

16

a
b
c

lebih cepat;
tidak membutuhkan keahlian khusus; dan
jika posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat
diperbaiki. Umumya stick up lettering dicetak pada
plastic

yang

balikannya

diberi

perekat.

Cara

penempelannya dilakukan dengan memotong nama


demi nama atau huruf demi huruf. Cara lain
penempelannya dilakukan dengan mengosok setiap
huruf. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up
lettering yaitu nonimpact (photography, electronic) dan
2

impact (dengan mesin ketik atau pencetakan).


Computer Assisted Lettering
Perkembangan pemakaian peralatan komputer grafik
mendorong kartografer untuk menerapkan beberapa
metoda letering secara elek tronis. Dengan cara ini, peta
diberi namanama dengan vector plotter atau raster
printer. Kelemahan metode letering dengan komputer
adalah pada penem patan nama karena komputer hanya
dapat menempatkan nama-nama tersebut secara lurus

dan horizontal.
Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta
Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan
letering dengan tinta, yaitu leroy, wrico, dan varigraph.
Pengoperasikan ketiga alat tersebut menggunakan
bantuan template dan pena khusus. Dari ketiga alat
tersebut, varigraph merupakan alat yang paling baik

karena dapat mengubah bentuk huruf.


Penempatan nama atau huruf
Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang
sukar terutama untuk peta yang padat dengan namanama fenomena.

17

Penempatan nama harus jelas dan mudah dibaca para


pengguna. Ada beberapa ketentuan atau aturan tentang
penempatan nama, yaitu sebagai berikut.
1 Nama-nama dalam suatu lembar peta harus
teratur susunannya, sejajar dengan tepi bawah
peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid
2

(peta skala kecil).


Nama-nama yang tercantum dapat memberi
keterangan dari unsur-unsur yang berbentuk titik,
garis, dan area.
Untuk fenomena yang menggunakan titik, seperti

kota, bangunan, dan gunung sebaiknya diletakkan di


samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut.
Fenomena yang berbentuk linier, seperti sungai,
pantai, jalan, dan batas wilayah administratif
sebaiknya diletakkan sejajar dengan unsur tersebut.
Sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan
sedikit

di

atas

objeknya.

Fenomena

yang

18

memerlukan keterangan luas, seperti negara, danau,


dan pegunungan sebaiknya penamaan ditempatkan
memanjang.
3

Nama-nama harus terletak bebas satu dengan


lainnya dan diusahakan tidak terganggu simbolsimbol lainnya. Namanama tidak boleh saling
berpotongan kecuali apabila ada nama yang

huruf-hurufnya memiliki jarak yang jelas.


Apabila
nama-nama
harus
ditempatkan
melengkung, bentuk dari lengkungan harus

teratur.
Nama-nama yang terpusat di suatu titik lokasi
harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihat

tidak terlalu mepet.


Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap
kontur dimana penem patannya teratur sehingga
tiap angka terbaca dan terdapat ada arah mendaki

lereng.
Pemilihan huruf bergantung pada perencanaan
kartografer sendiri. Akan tetapi, jenis-jenis huruf
tersebut harus sama pada keseluruhan isi peta.
Ada beberapa aturan tentang pemakaian jenis
huruf. Misalnya, huruf-huruf tegak lurus untuk
nama-nama fenomena budaya (kota, jalan,
lalulintas), dan huruf miring untuk nama-nama
unsur fisik (sungai, danau, pegunungan).
Pada dasarnya, tidak ada aturan yang baku

mengenai pemilihan jenis huruf karena diserahkan


sepenuhnya

pada

kartografer

dengan

tetap

19

memerhatikan prinsip agar peta tersebut dapat


memberikan kemudahan bagi para penggunanya.
5

Koreksi Kesalahan
Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan
menggunakan alat sederhana antara lain:
a ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis)
pada kompas;
b kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.
Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut terutama
terjadi pada garis-garis ukur yang membentuk poligon tertutup.
Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada
penggambarannya, titik tidak berhimpit, tetapi menjadi A. Hal
tersebut perlu dikoreksi dengan menggunakan jarak kesalahan
secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E. Caranya sebagai
berikut.
Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama
dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya, jarak A - B
pada polygon 4 cm, maka jarak pada garis A - B juga 4 cm.
Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E - A. Buatlah garis
tegak lurus ke atas dari titik A sesuai dengan panjang
kesalahannya, yaitu a. Kemudian dari garis kesalahan tersebut
kemudian tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan
garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.

C Kegunaan Peta
Menunjukkan lokasi permukaan bumi.
Menentukan arah dan jarak berbagai tempat.

20

Memperlihatkan

bentuk

-bentuk

permukaan

bumi

dan

kenampakangeografi,misalnya lautan, daratan, dan gunung sehingga


dimensinya dapatterlihat dalam peta.
Mengumpulkan dan menyeleksi data-data atau keterangan dari suatu

daerahyang akan disajikan pada peta dengan bentuk simbol yang


konvensional.
D Sistem koordinat
Sistem koordinat merupakan suatu parameter yang menunjukkan
bagaimana suatu objek diletakkan dalam koordinat. Ada tiga system
koordinat yang digunakan pada pemetaan yakni :
1 Sistem Koordinat 1 Dimensi : satu sumbu koordinat

2. Sistem Koordinat 2 Dimensi.

3. Sistem Koordinat 3 Dimensi.

21

Jika kita memperhatikan sebuah peta, kita akan melihat garisgaris membujur (menurun) dan melintang (mendatar) yang akan
membantu kita untuk menentukan posisi suatu tempat di muka
bumi.Garis-garis koordinat tersebut memiliki ukuran (dalam bentuk
angka) yang dibuat berdasarkan kesepakatan. Perpotongan antara garis
bujur dan garis lintang yang disebut dengan koordinat peta.
Sistem Koordinat merupakan kesepakatan tata

cara

menentukan posisi suatu tempat di muka bumi ini. Dengan adanya


sistem koordinat, masyarakat menjadi saling memehami posisi
masing- masing di permukaan bumi. Dengan sistem koordinat pula,
pemetaan suatu wilayah menjadi lebih mudah.
Saat ini terdapat dua sistem koordinat yang biasa digunakan di
Indonesia, yaitu system koordinat BUJUR- LINTANG dan sistem
koordinat UTM (Universal TransverseMercator). Tidak semua sistem
koordinat cocok untuk dipakai di semua wilayah. Sistem koordinat
bujur-lintang tidak cocok digunakan di tempat-rempat yang berdekatan
dengan kutub sebab garis bujur akan menjadi terlalu pendek. Tetapi,
kedua sistem koordinat tersebut cocok digunakan di Indonesia.
Pengertian Datum
Datum (geodetik) merupakan permukaan koordinat (coordinate
serfer), yang bentuk geometriknya bias berupa bola (spherical, dimana
jejari r sama dengan sumbu semimajor a) atau elipsoid (h = 0). Pada
permukaan datum tersebut dilakukan hitungan jarin dan koordinat
titik-titik lainnya.
Ada dua pendapat yang berkembang berkenaan dengan pengertian
datum, yaitu :
1
Pandangan Geodesi. Datum diartikan sebagai, sekumpulan
parameter yang mendefinisikan suatu system koordinat dan
menyatakan posisinya terhadap permukaan bumi. Pendapat ini
dikenal sebagai Sistem Referensi Terestris (TRS). Pendapat
pertama ini lebih mengacu kepada penyelenggaraan datum, yaitu
dengan menetapkan satu ellipsoid referensi dan orientasinya

22

terhadap geoid (bumi) pada suatu lokasi yang dipetakan (best


fitting). Dengan kata lain, suatu datum ditentukan oleh sebuah
spheroid yang mendekati bentuk bumi dan posisi spheroid relative
terhadap pusat bumi. Terminologi datum geodetik biasanya
diambil untuk mengartikan jenis elipsoid datum yang digunakan,
yaitu sumbu-sumbu koordinat kartesian 3D plus sebuah elipsoid.
Berdasarkan pandangan ini, dikenal dua istilah, yaitu datum
local/regional dan datum global. Datum local mengacu kepada
ellipsoid referensi local/regional. Biasanya untuk mendefinisikan
jenis datum lokal ini, diambillah suatu ellipsoid referensi tertentu
dan diorientasikan terhadap permukaan bumi (geoid) setempat,
dengan memberikan nilai koordinat geografi dan azimuth (arah
utara) pada titik datum (initial point) yang diperoleh dari hasil
pengamatan astronomi yang telah dilakukan reduksi dan umumnya
bersifat toposentris. Dari titik datum inilah suatu jaring kerangka
pengukuran dihitung. Sedangkan datum global mengacu pada
elipsoid referensi global yang pusat elipsoidnya terletak pada pusat
2

bumi.
Pandangan Surveyor (praktisi pemetaan). Datum didefinisikan
sebagai

sekumpulan

geometrisnya

diketahui

titik-titik
baik

kontrol

melalui

yang

pengukuran

hubungan
maupun

hitungan. Pendapat kedua ini lebih mengarah kepada realisasi


datum dan dikenal dengan sebutan Kerangaka Referensi Terestris
(TRF).
Datum horizontal
Datum horizontal adalah datum geodetik yang digunakan
untuk pemetaan horizontal dimana untuk mendapatkan koordinat x
dan y.
Datum Vertikal

23

Datum vertikal adalah bidang referensi untuk titik ketinggian


(elevasi).

Datum

vertikal

digunakan

untuk

merepresentasikan

informasi ketinggian atau kedalaman (koordinat z).

BAB III
DIAGRAM ALIR

III.1 Diagram Alir

24

III.2 Pembahasan Diagram Alir

Tahapan pengerjaan dilakukan dengan mengolah data excel yang didapat dari

data lapangan.
Munculkan data excel yang telah diolah dengan bentuk grafik
Lakukan analisa grafik
Berikan kesimpulan dari analisa grafik tersebut

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Daerah Telitian

Gambar IV.1 Gambar Peta DIY


25

Penulis melakukan penelitian pada Daerah Istimewa Yogyakarta (gambar


VI.1), tepatnya pada daerah yang dilalui Sungai Opak. Sungai Opak melewati dua
Kabupaten yaitu Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Sungai Opak memiliki
DAS yang sama juga seprti OYO. Berikut ini merupakan data luas DAS Sungi Opak
dan Sungai Oyo :
1
2
3

Sub DAS Opak


Sub DAS Oyo 1
Sub DAS Winongo

Luas 48,659.08 Ha
Luas 75,473.20 Ha
Luas 13,920.36 Ha

Total Area sebesar 138,052.64 (Bpdas Serayu Opak Progo, 2015)

IV.2 Penjelasan Geologi Sungai Opak

26

Gambar IV.2 Peta Geologi Regional Yogyakarta


Sungai Opak merupakan sungai yang terbentuk akibat subduksi yang ada di
selatan pulau jawa, yang berarti sungai ini terbentuk dengan adanya proses struktur
yang berkembang akibat adanya subduksi. Struktur yang berkembang di sepanjang
opak ini yakni sesar dan kekar yang berkembang dari arah tegasan utama pulau jawa
membentuk terdpatnya zona zona lemah yang menjadi jalurnya air dari titik tinggi

27

menuju titik rendah. Titik tinggi yang dimaksud adalah dari lereng gunung merapi
yang letaknya berada pada bagian utara Yogyakarta dan titik rendah adalah Pantai
Selatan Yogyakarta yaitu Parangtritis.
DAS Opak mengalir secara 3 jenis aliran yaitu Sub Deadritic, Trellis dan
Meandering. Sub deandritic terjadi pada lereng merapi ketika DAS ini menjadi sungai
utama yang dimasuki oleh sub das lain pada lereng merapi dan membentuk pada
kelerengan yang miring. Trellis terbentuk saat DAS Opak melewati Sisi Barat Daerah
Bukit Bintang, karena terdapat perkembangan dari Sesar Mendatar, dan sungainya
menjadi terkena orde dari sesar tersebut. Terakhir adalah Meandering, Bagian selatan
sungai ini mengalir pada daerah yang relative datar, maka dari itu terbentuklah
meandering.

IV.3 Informasi DAS Opak

28

Gambar IV.3 DAS Opak


Sungai Opak memiliki Informasi :
1

Debit
:
Potensi debit di DAS Opak-Oyo berdasarkan data dari Dinas PU DIY
(2005), dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
N
o.
1.

DAS
Opak
Winongo
Winongo
kecil
Code
Gajah Wong
Tambakbaya
n
Kuning
Tepus
Wareng
Gendol
Oyo

Lua
Potens
s Panjang i debit
area (km) (m3/dt
(ha)
k)
740 65,0
8,90

Prasarana terbangun dan


pemanfaatan sumber
daya air

43,8
22,3

7,88
4,86

AWLR Pulo/Bendung
Tegal
Bendung Mojo
Winongo Kecil

41,0
21,0
24,0

2,61
2,75
1,39

Bendung Dokaran
Pabringan
Bendung Margoyoso

30,5
23,0
10,5
16,5
106,0

14,17 Bendung Dadapan


2,54 Bendung Cupuwatu
0,84 Bendung Umbulan
2,67 Bendung Karangploso
2.
514
7,57 Muara Oyo
E Sumber: Dinas PU DIY, tahun 2005
F
Dari tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa Sungai Kuning memiliki
potensi debit paling tinggi yaitu sebesar 14,17 m 3/dtk, sedangkan Sungai
wareng memiliki potensi debit terendah yaitu sebesar 0,84 m3/dtk. Panjang
sungai adalah salah satu aspek yang akan mempengaruhi besarnya debit
aliran sungai, mengingat panjang alur sungai mampu menampung aliran
permukaan yang masuk ke dalam sungai tersebut.

29

2. Curah Hujan

Rerata curah hujan bulanan di DAS Opak

curah hujan (mm)

400
350
300
250
200
150
100
50
0

3. Luas Masing Masing Litologi


a Endapan Merapi Muda
4. Hasil pengukuran debit aliran Sungai
hilir
Lebar
Tinggi
Penampang Penampang
Wilay
(m)
(m)
Leba Ting
ah
Leb
Ting
r
gi
Sungai
ar
gi
bawa dari
atas
total
h
air
Hulu
52
46
3,1
3,2
Tenga
22
15
1,5
2,5
h
Hilir
62
55
2,0
1,0

:
: 48,680,82 Ha
Opak di bagian hulu, tengah, dan
Luas
Penampa
ng yang
terisi air
(m2)
4,9
18,0
29,0

Kecepat
an aliran
(m/dtk)

Debit
(m3/dt
k)

0,50
0,50

2,45

0,25

7,25

9,00

30

BAB V
PENUTUP
V.1.KESIMPULAN
DAS Opak merupakan sungai dengan tubuh sungai yang memiliki
3 Jenis Pola Pengaliran berdasarkan Sub Das yang terakumulasi
dalam DAS ini.

31

Das Opak juga merupakan DAS yang mengalir hanya pada satu

jenis endapan, yaitu Endapan Material Merapi Muda.


DAS ini akan bersatu dengan DAS Oyo, pada bagian selatan DIY
tepatnya di Barat Daerah Mangunan, disitu debit DAS Opak akan
menjadi jauh lebih besar dan ditambah pula material yang dibawa
DAS Oyo hingga akan bermuara di parangtritis.

V.2.Saran

Seharusnya IUT ujian terakhirnya Open Book.

References
Blacky, R. J. (1995). Potential Theory in Gravity and Magnetic Aplication. USA:
Cambridge University Press.
Hadipandoyo, Sasongko. (2004). In House Training Gravity. Cepu, Blora:
PUSDIKLAT MIGAS.

32

Nettleton, L. L. (1976). Indentifikasi Struktur Patahan Berdasarkan Analisa


Derivative Metode Gaya Berat di Pulau Sulawesi. Depok: Universitas
Indonesia.
Chay Asdak. (2007). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Ersin Seyhan. (1995). Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kartasapoetra dan Mul Mulyani. (1994). Teknologi Pengairan Irigasi. Jakarta: Bumi
Aksara.

33

Anda mungkin juga menyukai