Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Eritema nodosum adalah jenis septal paniculitis yang paling sering secara
kliniko-patologi. Kelainan ini umumnya bermanifestasi dengan onset akut dan secara
klinis ditandai dengan erupsi nodul dan plak eritem yang nyeri yang berlokasi
predominan di bagian anterior (ekstensor) tungkai bawah. Lesi tersebut menunjukkan
regresi spontan, tanpa terbentuknya ulkus, scar, atau atrofi, dan episode berulang
tidak umum terjadi. Eritema nodosum adalah proses reaktif di kulit yang dapat dipicu
oleh beragam stimulus yang mungkin. Penyakit infeksi, sarcoidosis, penyakit
rematik, penyakit inflamasi usus, reaksi pengobatan, kelainan autoimun, kehamilan,
dan keganasan merupakan kondisi yang umum berkaitan dengan eritema nodosum.
Namun, eritema nodosum dapat juga terjadi secara idiopatik.1, 2
Eritema nodosum pertama kali dideskripsikan pada tahun 1798 oleh seorang
dermatologis Inggris, yang bernama Willan. Willan memperkirakan frekuensi
tertinggi proses ini terjadi pada wanita. Kelainan ini lebih lanjut dideskripsikan oleh
Wilson pada tahun 1842, yang memikirkan eritema nodosum adalah bagian dari
eritema multiforme. Selanjutnya, Hebra pada tahun 1860, memperluas karakteristik
klinis proses tersebut dan menggambarkan adanya perubahan warna dalam evolusi
lesi, dan mengajukan istilah dermatitis contusioformis untuk menamai kelainan
tersebut.1
Angka kejadian eritema nodosum bervariasi pada tiap negara. Di Inggris angka
kejadiannya 2,4 kasus per 10.000 per tahun. Di Amerika Serikat, puncak insidens
1

terjadi pada usia 18 hingga 34 tahun. Distribusi usia dan jenis kelamin bervariasi
bergantung pada penyebab dan lokasi geografi. Pada banyak pasien, eritema nodosum
sembuh tanpa efek samping apapun. Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih banyak
menderita eritema nodosum dibandingkan laki-laki, dengan ratio 4:1. Eritema
nodosum dapat terjadi pada anak-anak maupun pasien tua lebih dari 70 tahun, tetapi
usia yang lebih sering mengalami eritema nodosum adalah dewasa muda berusia 18
hingga 34 tahun.2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari Eritema nodusum?
2. Bagaimana epidemiologi dari Eritema nodusum?
3. Apakah etiologi dari Eritema nodusum?
4. Jelaskan patofisiologi dari Eritema nodusum?
5. Sebutkan manifestasi klinis dari Eritema nodusum?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Eritema nodusum?
7. Apa saja diagnosis banding dari Eritema nodusum?
8. Apa saja komplikasi dari Eritema nodusum?
9. Bagaiman penatalaksanaan dari Eritema nodusum?
10. Bagaimana prognosis dari Eritema nodusum?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Eritema nodusum
2

2. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi dari Eritema nodusum


3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi dari Eritema nodusum
4. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari Eritema nodusum
5. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi Eritema nodusum
6. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Eritema nodusum
7. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari Eritema
nodusum
8. Untuk mengetahui dan memahami diagnosis banding dari Eritema nodusum
9. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi dari Eritema nodusum
10. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari Eritema nodusum
11. Untuk mengetahui dan memahami prognosis dari Eritema nodusum
1.4 Manfaat
1.4.1

Menambah wawasan mengenai penyakit Eritema nodusum dan cara


penanganannya

1.4.2

Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti


kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Eritema nodosum adalah kondisi kulit yang ditandai dengan nodul yang
berwarna merah yang terbentuk di bagian anterior tungkai bawah, dan jarang di paha
maupun di lengan. Eritema nodosum merupakan salah satu tipe paniculitis, yaitu
peradangan yang terjadi pada lemak subkutan. Eritema nodosum merupakan tipe
septal paniculitis yang paling umum. Eritema nodosum bukan suatu penyakit, tetapi
merupakan sebuah rekasi terhadap berbagai agen penyebab.3,4
Sinonim:
Erythema nodosum migrans
Subacute nodular migratory panniculitis
Chronic erythema nodosum
2.2.EPIDEMIOLOGI

Eritema nodosum dapat menyerang pada semua umur, namun kasus terbanyak
terjadi pada umur dekade Il-IV (5) Insiden tersering pada wanita daripada laki-laki
dengan perbandingan ratio wanita : laki-laki 3-6 : 1. EN umumnya lebih sedikit
terjadi pada anak-anak daripada dewasa muda.
Di Amerika Serikat dilaporkan insiden terbanyak terjadi pada umur 18-34
tahun. Distribusi umur dan jenis kelamin tergantung pada etiologi dan letak geografis.
Sedangkan di Inggris didapatkan rata-rata 2,4 kasus per 10.000 per tahun.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab eritema nodosum sangat beragam, meliputi infeksi, obat-obatan,
dan penyakit inflamasi serta keganasan.3,5 Namun, penyebab pasti belum diketahui.6
Tabel 1. Penyebab Eritema Nodosum

Walaupun terdapat pengaruh variasi geografi yang berhubungan dengan infeksi


endemik, infeksi oleh bakteri streptokokus adalah faktor penyebab yang paling sering
menimbulkan eritema nodosum pada anak-anak. Sebaliknya, obat-obatan, sarcoidosis
dan penyakit inflamasi usus merupakan keadaan yang berhubungan dengan eritema
nodosum yang umum pada dewasa.3 Di New Zealand penyebab umum timbulnya
eritema nodosum adalah : 4
1. Infeksi tenggorokan, yang disebabkan oleh streptokokus atau virus.
2. Sarcoidosis, terdapat eritema nodosum disertai pembesaran kelenjar limfa di
paru (bihilar limfadenopati), yang dikenal sebagai sindrom Lofgrens, yang

menghasilkan gejala klinis berupa batuk kering dan kadang-kadang sesak


nafas.
3. Tuberkulosis, eritema nodosum terjadi pada infeksi primer TB. Namun, di
New Zealand TB tidak umum terjadi.
4. Kehamilan atau pil kontrasepsi, eritema nodosum dapat terjadi setelah 2
hingga 3 siklus pertama penggunaan pil kontrasepsi. Eritema nodosum juga
dapat terjadi pada kehamilan, menghilang setelah persalinan dan muncul
kembali pada kehamilan berikutnya.
5. Obat-obatan, seperti sulfonamide, salisilat, anti inflamasi non-steroid, bromide
iodide, dan emas.
Pada pasien yang mendapat terapi untuk penyakit kusta dapat timbul eritema
nodosum, yang disebut dengan eritema nodosum leprosum (ENL). 4
2.4 PATOGENESIS
Eritema nodosum diperkirakan sebagai respon hipersensitivitas terhadap
berbagai macam faktor pencetus. Eritema nodosum mungkin hasil dari pembentukkan
kompleks imun dan deposisi kompleks imun tersebut di dalam atau di sekeliling
venul septa jaringan penyambung lemak subkutan. Kompleks imun dalam sirkulasi
dan aktivasi komplemen terekam pada pasien dengan eritema nodosum. Gambaran
histopatologi pada lesi yang telah berkembang sempurna juga menciptakan dugaan
adanya mekanisme hipersensitivitas tipe lambat dan pada penelitian imunofloresensi
langsung menunjukkan deposit immunoglobulin dalam dinding pembuluh darah septa
lemak subkutan. Walaupun, beberapa penulis gagal untuk mendemostrasikan
imunokompleks dalam sirkulasi pada pasien dengan eritema nodosum, dan sebuah
7

reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV juga dapat mempunyai peran peting dalam
patogenesis kelainan ini.1,2
Lesi awal dari eritema nodosum secara histopatologi ditandai dengan infiltrasi
neurtofilik inflamasi pada septa jaringan subkutan. Investigasi terbaru telah
menunjukkan bahwa pasien yang terserang eritema nodosum mempunyai persentase
reactive oxygen intermediates (ROI), yang dihasilkan oleh neutrofil aktif di peredaran
darah perifer, empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang sehat. Selanjutnya,
persentase ROI-yang dihasilkan oleh sel pada pasien dengan eritema nodosum
berhubungan dengan tingkat keparahan klinis. Data tersebut mendukung bahwa ROI
mungkin berperan dalam pathogenesis eritema nodosum. ROI mungkin menujukkan
efek mereka dengan kerusakan jaringan oksidatif dan dengan memicu inflamasi
jaringan.1
Pasien eritema nodosum dengan sarcoidosis menghasilkan tumor nekrosis
faktor yang tidak umum, TNF - II. Pada pasien ini tampak perubahan nukleotida
pada TNF gene promoter, sedangkan pasien dengan eritema nodosum yang tidak
berhubungan dengan sarcoidosis tidak menunjukkan perubahan tersebut. Hal ini
mendukung kepercayaan bahwa eritema nodosum yang berhubungan dengan
sarcoidosis mungkin secara patogenetik berhubungan dengan gangguan produksi
TNF. Sebaliknya, penulis lain menemukan bahwa pola sitokin proinflamasi
menunjukkan peningkatan konsentrasi serum Interleukin 6 (IL-6) baik pada penyakit
infeksi atau non-infeksi yang berhubungan dengan eritema nodosum, sedangkan
hanya keterlibatan minor TNF yang ditemukan pada pasien tersebut.1

Alasan tungkai bawah bagian anterior lebih sensitive untuk terjadinya lesi
eritema nodosum tidak diketahui. Namun, beberapa penulis berasumsi bahwa terdapat
faktor anatomi lokal yang membuat lesi eritema nodosum cenderung berlokasi pada
bagian anterior tungkai bawah.1
2.5 GAMBARAN KLINIS
Berdasarkan hasil anamnesis, didapatkan keluhan berupa lesi yang sangat
nyeri, umumnya selama beberapa hari disertai dengan demam 38-39 0C, malaise,
lemas dan arthralgia (50%), paling sering pada persendian kaki. Selain itu, dapat juga
disertai dengan keluhan sakit kepala, sakit perut, muntah, batuk, atau diare, sesuai
dengan penyebab dasar eritema nodosum. Lesi episklera dan phlyctenular
conjunctivitis juga dapat menyertai lesi kulit. Manifestasi klinis yang jarang
bersamaan

dengan

eritema

nodosum

adalah

limfadenopati,

hepatomegali,

splenomegali, dan pleuritis.1,2,3


Sedangkan dari pemeriksaan fisik, didapatkan lesi kulit berupa indurasi, nodul
yang sangat nyeri (3 hingga 20 cm), batas tidak terlalu jelas, terletak di dalam lapisan
lemak subkutan, terbanyak di tungkai bawah bagian anterior, tersebar bilateral,
namun tidak simetris. Nodul dapat saling menyatu dan menghasilkan plak eritem.
Pada kasus yang jarang, lesi yang tampak dapat meluas, meliputi paha, bagian
ekstensor lengan, leher bahkan wajah. Nodul berwarna merah cerah hingga merah
gelap dan diketahui sebagai nodul dengan palpasi. Istilah eritema nodosum adalah
yang terbaik untuk menggambarkan lesi kulit: lesi terlihat seperti eritema tetapi pada
perabaan terasa seperti nodul. Awalnya, nodul berwarna merah terang dan tampak
sedikit menonjol di atas permukaan kulit. Dalam beberapa hari, lesi tersebut menjadi
9

datar, dengan warna unggu atau merah livid. Pada akhirnya, lesi tersebut tampak
kuning atau kehijauan menyerupai tahap penyembuhan hematoma (erythema
contusioformis). Perubahan warna contusioform cukup khas pada eritema nodosum.
1,5

Pada eritema nodosum terjadi resolusi spontan dalam 3 hingga 6 minggu,


tetapi lebih lama dari waktu tersebut tidak umum terjadi. Perjalanan penyakit
bergantung kepada penyebab dasar eritema nodosum. Lesi yang ada tidak pernah
menjadi ulkus, atrofi ataupun jaringan skar. Rekurensi tidak umum terjadi. 1,5,12
EN akut dapat dibedakan dengan EN kronis, dimana EN kronis memiliki ciriciri sebagai berikut (12):
1. Lesi cenderung terjadi pada wanita tua.
2. Lesinya unilateral atau asimetris jika bilateral.
3. Lesi tidak berhubungan dengan gejala sistemik kecuali artralgia.
4. Lesi tidak menimbulkan rasa nyeri dan tidak lunak jika
dibandingkan dengan EN akut.
5. Lesi tidak berhubungan dengan penyakit dasar.
6. Lesi dimulai dengan lesi tunggal yang cenderung untuk menyembuh
namun berpindah secara sentrifugal, lesi berupa nodul subcutan
dengan bentuk anular plak dengan central clearing.
7. Lesi bertahan lebih lama, bisa sampai berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun

10

Eritema nodosum pada anak biasanya mempunyai durasi waktu yang lebih
pendek dibandingkan dengan dewasa, nyeri sendi hanya terlihat pada sedikit pasien,
dan demam sebagai manifestasi penyerta kurang dari setengah kasus yang ada.1

Gambar 1. Eritema nodosum klasik. Terdapat nodul eritem bilateral yang berlokasi
pada anterior tungkai bawah.3

11

Ganbar 2. Eritema nodosum. Indurasi, sangat nyeri, nodul inflamasi terbanyak di


regio pretibial. Lesi terlihat merah, eritem dengan batas tidak tegas, tetapi pada
perabaan dirasakan nodul yang terletak dalam permukaan kulit. Pada wanita usia 49
tahun ini juga terdapat demam dan arthritis sendi pergelangan kaki disertai infeksi
traktus pernafasan atas. Pada kultur tenggorok didapatkan streptokokus
hemolitikus.5
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menegakkan diagnosis eritema nodosum, selain secara klinis dibantu dengan
berbagai pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk mengetahui penyebab dasar
eritema nodosum. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan
laboratorik, radiologik, skin test dan biopsy. Pemeriksaan laboratorik meliputi : 2,5,15
1. Dilakukan kultur dari apusan tenggorok, untuk menyingkirkan adanya
infeksi oleh group A beta hemolytic streptococcus (GABHS).
12

2. Pemeriksaan hematologi, didapatkan peningkatan laju endap darah dan


C-reaktif protein, serta leukositosis.
3. Pemeriksaan titer antistreptolisin, pada beberapa pasien dengan infeksi
streptokokus didapatkan peningkatan titer antistreptolisin. Namun,
nilai titer yang normal tidak menyingkirkan infeksi streptokokus. Pada
pemeriksaan

awal,

tetap

dilakukan

evaluasi

terhadap

titer

antistreptolisin, karena infeksi streptokokus merupakan penyebab


umum terjadinya eritema nodosum.
4. Dilakukan pemeriksaan tinja, disesuaikan dengan anamnesis adanya
keluhan gastrointestinal, pemeriksaan tinja dapat menyingkirkan
adanya infeksi oleh Yersinia, Salmonella, dan Campylobacter.
Pada pemeriksaan radiologik, dilakukan pemeriksaan radiologi thoraks dan
scan gallium untuk menyingkirkan atau membuktikan adanya sarcoidosis serta
tuberkulosis dan mencari adanya adenopati hilar.2,5 Pemeriksaan penunjang lain yang
dapat membantu menegakkan diagnosis penyebab eritema nodosum adalah
pemeriksaan skin test atau uji tuberculin, yang bertujuan untuk membantu
menyingkirkan tuberkulosis.2,14
Sesungguhnya diagnosis eritema nodosum sering berdasarkan klinis, biopsy
dilakukan hanya apabila kasus sulit didiagnosis. Punch biopsy

umumnya tidak

adekuat. Deep skin incisional biopsy dibutuhkan untuk mengambil sampel berupa
jaringan subkutaneus. Eritema nodosum adalah contoh histologi yang stereotipikal
pada kebanyakan septal paniculitis tanpa vaskulitis. Septa jaringan penyambung
subkutis tanpa menebal dengan sel infalamsi yang meluas hingga periseptal area
13

lobulus lemak. Sama seperti paniculitis lainnya, komposisi infiltrate inflamasi dalam
septa lesi eritema nodosum bervariasi sesuai usia lesi, dengan neurtofil menjadi sel
predominant pada lesi awal, sedangkan histiosit dan granuloma kecil terlihat pada lesi
stage akhir. Sebuah tanda histopatologi yang khas pada eritema nodosum disebut
Miescher radial granuloma, yang terdiri dari nodular kecil, bulat, batas tegas hasil
agregasi small histiocytes yang tersusun secara radial mengelilingi sebuah celah.
Secara alami, terdapat celah di pusat yang tidak diketahui, dan penelitian
imunohistokimia dan ultrastruktural gagal mendemonstrasikan sel endothelial
ataupun sel lainnya yang melapisi celah tersebut.

14

Gambaran khas histopatologi eritema nodosum lainnya adalah tidak


terdapatnya

vaskulitis.3,6

Gambar 3 : B : Histopathology : scanning power showing a mostly septal


panniculitis. C : Higher magnification showing a Miescher radial granuloma, which
consists of a small, round, well-defined nodular aggregation of small histiocytes
radially arranged around a central slit.3
2.7 DIAGNOSIS BANDING
Erisipelas
15

Penyakit infeksi akut yang biasanya disebabkan oleh streptococcus, gejala


utamanya adalah eritema berwarna merah cerah dan berbatas tegas serta disertai
gejala konstitusi, berupa demam, malaise. Lapisan kulit yang diserang adalah
epidermis dan dermis. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya tempat
predileksinya di tungkai bawah.7
Kelainan kulit yang utama adalah eritema yang berwarna merah cerah,
berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat
disertai dengan edema, vesikel, dan bula. Pada pemeriksaan penunjang didapati
leukositosis. Jika penyakit ini tidak diobati, akan menjalar ke sekitarnya terutama ke
proksimal. Jika sering residif di tempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.7

Gambar 4 : Ersipelas : panah putih menunjukkan lesi tempat masuk bakteri.8


Erythema Induratum (Nodular Vaskulitis)
Kelainan kulit berupa eritema dan nodus-nodus indolen seperti eritema
nodosum, tetapi tempat predileksinya pada ekstremitas daerah fleksor. Perbedaan
lain, pada eritema induratum terjadi supurasi sehingga membentuk ulkus-ulkus.

16

Kadang-kadang tidak mengalami supurasi, tetapi regresi sehingga terjadi hipotrofi


berupa lekukan-lekukan. Perjalanan penyakit kronik-residif.7

Gambar 5 : Eritema Induratum9


Insect Bites
Kelainan akibat gigitan atau tusukan serangga yang disebabkan reaksi
terhadap toksin atau allergen yang dikeluarkan oleh artropoda penyerang. Biasanya
banyak terjadi pada lingkungan yang banyak serangga, seperti persawahan,
perkebunan. Umumnya, setelah digigit serangga timbul edema pada kulit, disusul
jaringan nekrosis setempat. Penderita mengeluh gatal dan nyeri pada tempat gigitan.
Terdapat gejala sistemik berupa rasa tidak enak, muntah-muntah, pusing, sampai
syok, dapat menyertai gigitan dengan toksin yang berat (seperti gigitan laba-laba
hitam).6
Tempat predileksi dimana saja, diseluruh tubuh. Gambaran ruam kulit berupa
eritema morbiliformis atau bula yang dikelilingi eritema dan iskemia, kemudian
terjadi nekrosis luas dan gangrene. Kadang-kadang berupa pustular miliar sampai
lentikuler menyeluruh atau pada sebagian tubuh.6

17

Gambar 6 : Insect Bite 10


Urtikaria
Reaksi vaskular di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai
dengan eritema dan edema setempat yang berbatas tegas, kadang-kadang bagian
tengah tampak lebih pucat, cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan. Keluhan
subjektif biasanya gatal, rasa tersengat, atau tertusuk.7

18

Gambar 7 : Akut Urtikaria : urtika berukuan kecil hingga besar dengan batas eritem
dan warna yang lebih pucat di bagian tengah. Batas tegas. Lesi pada lengan kiri atas
batasnya tidak tegas pada tepi bawah, ketika terdapat pengurangan ruam kulit.3
Pembeda
Etiologi

Gejala klinis

Pemeriksaan
penunjang

Terapi

Eritema Nodosum
Erisipelas
Infeksi,
obat-obatan, Streptococcus
penyakit keganasan, dan hemolyticus
lain-lain

Urtikaria
B Bermacammacam,
diantaranya : obat,
makanan, gigitan
serangga, inhalan,
kontaktan, trauma
fisik,
infeksi,
genetic,
dan
penyakit sistemik.
Erupsi terdiri dari nodul- Terdapat
gejala Subjektif biasanya
nodul yang lunak dan plak- konstitusi : demam, gatal,
rasa
plak dengan diameter 1-10 malese. Kelainan kulit terbakar,
atau
cm yang simetris dan yang utama adalah tertusuk.
Klinis
bilateral. Biasanya ada eritema yang berwarna tampak
eritema
lebih dari 10 lesi namun merah cerah, berbatas dan
edema
pada kasus berat dapat tegas dan pinggirnya setempat berbatas
ditemukan lebih banyak. meninggi
dengan tegas,
kadangNodul berwarna merah, tanda-tanda
radang kadang
bagian
halus, sedikit meninggi dan akut.
tengah
tampak
mengkilap. Umumnya lesi
lebih pucat.
khas didapatkan di daerah
pretibial dan tibia lateral.
Histopatologis : sel raksasa Pemeriksaan
Lab: -Laboratorium
:
dan jaringan granulasi.
Leukositosis.
darah, urin dan
feses.
-Tes kulit
-Tes
eliminasi
makanan
-Mengidentifikasi trigger.
Istirahat,
tungkai -Menghindari
-Tirah
baring
dan bawah
dan
kaki penyebab.
ektremitas yang terkena elevasi.
Pengobatan -Antihistamin
diletakkan elevasi.
sistemik
adalah -Kotikosteroid
- Obat anti inflamasi yang antibiotic.
sistemik
untuk
spesifik
urtikaria akut dan
berat.

2.9 TATALAKSANA

19

Pengobatan eritema nodosum sebaiknya langsung ditujukan pada kelainan


dasar yang berhubungan dengan timbulnya eritema nodosum. 3,6 Namun, pada banyak
pasien, eritema nodosum dapat sembuh sendiri (self limited disease). Umumnya,
nodul pada eritema nodosum menghilang secara spontan dalam beberapa minggu.
Pada pengobatan eritema nodosum hanya diperlukan terapi simptomatik yang
dibagi

menjadi

terapi

medikamentosa meliputi

medikamentosa

dan

non-medikamentosa.

Terapi

aspirin, obat anti inflamasi non-steroid , serta larutan

potassium iodide. Obat anti inflamasi non-steroid seperti oxyphenbutazone, dengan


dosis 400 mg per hari, indometasin dengan dosis 100 hingga 150 mg per hari, atau
naproxen dengan dosis 500 mg per hari, dapat membantu meningkatkan efek
analgesik dan penyembuhan. Jika lesi menetap cukup lama, potassium iodide dengan
dosis 400 hingga 900 mg per hari atau larutan saturasi potassium iodide sebanyak 2
hingga 10 tetes di dalam air atau jus jeruk tiga kali sehari, dilaporkan dapat
membantu.1,2,5
Mekanisme aksi potassium iodide dalam eritema nodosum tidak diketahui,
namun mekanisme secara teori meliputi potassium iodide merangsang pelepasan
heparin dari sel mast. Heparin bertindak mensupresi reaksi hipersensitivias tipe
lambat. Terdapat laporan respon beberapa pasien dengan lesi eritema nodosum yang
diobati dengan salep heparinoid, hal tersebut mendukung dugaan mekanisme kerja
potassium iodide. Di sisi lain, potassium iodide juga menginhibisi kemotaksis
neutrofil. Potassium iodide dikontraindikasikan selama kehamilan, karena dapat
memicu terjadinya goiter pada fetus. Hipotiroid sekunder karena intake iodide

20

eksogen akibat penggunaan potassium iodide sebagai terapi eritema nodosum juga
dilaporkan.1
Terapi non-medikamentosa meliputi tirah baring, kompres basah, elevasi
tungkai, dan compressive bandage. Tirah baring sendiri sering merupakan terapi yang
efektif pada eritema nodosum. Pada fase akut dimana terdapat nyeri dan bengkak
yang nyata, mobilisasi pasien dibatasi.2,5
Kortikosteroid sistemik mempunyai respon yang cepat, tetapi jarang
diindikasikan pada eritema nodosum. Penggunaannya diindikasikan hanya ketika
etiologi diketahui dan penyebab berupa infeksi telah disingkirkan. Ketika diberikan,
prednisone dengan dosis 40 mg per hari, diikuti resolusi nodul dalam beberapa hari.
Injeksi triancinolone acetonide intralesi, dengan dosis 5mg/ml, ke dalam pusat nodul
dapat mengakibatkan nodul reda.1,2,5
Beberapa pasien dapat berespon dengan pemberian colchicines, 0,6 hingga 1,2
mg dua kali sehari. Hydroxychloroquine, 200 mg dua kali sehari, juga dilaporkan
mempunyai manfaat pada laporan terbaru.1,17

2.10 PROGNOSIS
Banyak kasus eritema nodosum regresi spontan dalam 3 hingga 4 minggu.
Pada kasus yang lebih parah membutuhkan sekitar 6 minggu untuk sembuh. Relaps
tidak umum terjadi, tetapi mereka lebih umum pada pasien dengan eritema nodosum
idiopatik dan eritema nodosum yang berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas
oleh non-streptokokus atau streptokokus. Pada pasien yang lebih tua, terutama
mereka yang mempunyai insufisiensi vena dan edema oleh gravitasi pada tungkai
21

bawah, episode akut eritema nodosum mungkin disertai dengan bengkak persendian
kaki yang persisten. Komplikasi pada eritema nodosum tidak umum.1,2,5,16

BAB III
KESIMPULAN
Angka kejadian eritema nodosum bervariasi pada tiap negara. Berdasarkan
jenis kelamin, wanita lebih banyak menderita eritema nodosum dibandingkan lakilaki. Eritema nodosum dapat terjadi pada anak-anak maupun pasien tua lebih dari 70
tahun, tetapi usia yang lebih sering mengalami eritema nodosum adalah dewasa muda
berusia 18 hingga 34 tahun.
22

Eritema nodosum adalah kondisi kulit yang ditandai dengan nodul yang
berwarna merah yang terbentuk di bagian anterior tungkai bawah, yang merupakan
salah satu tipe septal paniculitis yang paling umum. Eritema nodosum bukan suatu
penyakit, tetapi merupakan sebuah rekasi terhadap berbagai agen penyebab.
Penyebab eritema nodosum sangat beragam, tetapi penyebab pasti belum diketahui.
Eritema nodosum diperkirakan sebagai respon hipersensitivitas terhadap berbagai
macam faktor pencetus.
Gambaran klinis eritema nodosum : lesi terlihat seperti eritema tetapi pada
perabaan terasa seperti nodul. Dengan bertambah hari, lesi yang eritema berubah
warna seperti tahap penyembuhan hematoma. Eritema nodosum terjadi resolusi
spontan dalam 3 hingga 6 minggu. Lesi yang ada tidak pernah menjadi ulkus ataupun
jaringan skar. Diagnosis eritema nodosum, selain secara klinis dibantu dengan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorik, radiologik, skin test dan
biopsy. Pada biopsy, gambaran histopatologi yang khas berupa Miescher radial
granuloma.
Pengobatan

eritema

nodosum ditujukan

pada

kelainan

dasar

yang

berhubungan dengan eritema nodosum. Umumnya, nodul pada eritema nodosum


menghilang secara spontan dalam beberapa minggu, hanya diperlukan terapi
simptomatik (analgesik, anti inflamasi non steroid, dan tirah baring).

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Requena L, Requena C. Erythema Nodosum in Dermatology Online Journal 8 (1):
4. Spain. 2002. Diunduh dari : http://dermatology.cdlib.org/DOJvol8num1/
2. Hebel JL. Erythema Nodosum. 2012.
Diunduh dari : http://emedicine.medscape.com/article/1081633-overview
3. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Et al. Fitzpatricks Dermatology
in General Medicine. 7th Ed. New York: McGraw-Hill, 2008
4. Anonymous. Erythema Nodosum. 2012
Diunduh dari : http://dermnetnz.org/vascular/erythema-nodosum.html
5. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis of
Clinical Dermatology. 5th Ed. New York: McGraw-Hill, 2007
6. Siregar R. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Cetakan 1. Jakarta:
EGC, 2005
24

7. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5.
Cetakan 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.
8. Anonymous.
Erysipelas.
Diunduh

dari

http://classroom.sdmesa.edu/eschmid/Lecture16-Microbio.htm
9. Anonymous. Eritema Induratum. Diunduh dari :
http://accessmedicine.net/loadBinary.aspx?
name=wolf7&filename=wolf7_c068f006t.jpg
10. Anonymous. Insect bites
Diunduh dari : http://www.bedbugsbronx.com/bedbug-nyc-bronx-pest-controlexterminator-bites.php
11. Bandyopadhyay D. Erythema Nodosum in Dermatology Lecture Note. India.
Diunduh dari : http://dermind.tripod.com/enodosum.htm
12. William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Viral Diseases. In: Sue Hodgson/Karen
Bowler, editors. Andrews Disease of the skin: Clinical Dermatology. 10th ed.
Canada: Saunders Elsevier; 2006. p. 487-89.
13. Harlim,
A.;

Kosasih,

A.:

www.medicastore.com/penyakit/806/Eritema_Nodosum.html

14. Juanda PDdA, Hamzah dM, Aisah PDdS, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 5th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 6061, 69, 169-175.
15. Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook's Textbook of
Dermatology. 1-4. Oxford: Blackwell Publishing Company; 2010. p. 50.82-87.
16. Hebel,
Jeanette
L.;
Habif,
Thomas:
www.emedicine.medscape.com/article/1081633-overview , Last update 13

April 2015.
17. Wolff K, Goldsmith LA, Ktz SI, Gilcrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Flitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th ed. United States of Amerika:
McGraw-Hill Companies, Inc.; 2008. p. 571-573.
18. Silbernagl, Stefan; Lang, Florian: Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC,
2007, P : 54
19. Requena, Luis,; Yus, Evaristo Snchez, : Eritema Nodosum. Semin Cutan Med
Surg Elsevier Inc. All rights reserved. 2007. 26:114-125.

25

Anda mungkin juga menyukai