Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN KARET

( Mata Kuliah: Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman )

Oleh Kelompok :
Marino
Puji Rahayu
Rendra Prastiyo
Reni Tri Syafitri

Budidaya Tanaman Perkebunan (A)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PDD POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
AKADEMI KOMUNITAS NEGERI BANYUASIN
2016

DAFTAR ISI
Cover ..................................................................................................................i
Kata Pengantar ...................................................................................................ii
Daftar Isi .............................................................................................................3
I. PENDAHULUAN .............................................................................................4
I.1 Latar Belakang .......................................................................................4
I.2 Tujuan......................................................................................................5
II. PEMBAHASAN ................................................................................................6
II.1Pengertian Tanah Sulfat Masam dan Lahan Sulfat Masam ...................6
II.2Karakteristik Tanah Sulfat Masam ........................................................7
II.3Permasalahan Tanah Sulfat Masam .......................................................8
II.4Pengelolaan Tanah Sulfat Masam ..........................................................9
III.
KESIMPULAN............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................12

I.

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Karet (Havea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi perkebunan
penting, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan devisa,
pendorong pertumbuhan ekonomi sentra-sentra baru di wilayah sekitar
perkebunan karet maupun pelestarian lingkungan dan sumberdaya hayati.
Namun sebagai negara dengan luas areal terbesar dan produksi kedua terbesar
dunia, Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu rendahnya
produktivitas, terutama karet rakyat yang merupakan mayoritas (91%) areal
karet nasional dan ragam produk olahan yang masih terbatas, yang
didominasi oleh karet remah (crumb rubber). Indonesiamemiliki areal
perkebunan karet terluas di dunia yaitu sekitar 3,40 juta ha pada tahun 2007,
namun dari sisi produksi hanya berada posisi kedua setelah Thailand yakni
2,76 juta Ton (Ditjenbun, 2008). Produktivitas karet rakyat masih relatif
rendah yaitu 700-900 kg/ha/tahun. Rendahnya produktivitas karet salah
satunya disebabkan penyakit tanaman (Siagian, 1995).
Penyakit pada tanaman karet merupakan salah satu faktor pengganggu
yang penting dari pada masalah gangguan lainnya, dan bahkan seringkali
dapat menggagalkan suatu usaha pertanaman. Penyakit tanaman karet dapat
dijumpai sejak tanaman di pembibitan sampai di tanaman yang telah tua, dari
bagian akar sampai pada daun. Penyebab penyakit pada karet umumnya
disebabkan oleh cendawan dan sampai saat ini belum diketahui adanya
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus atau patogen lainnya. Diagnosa
penyakit yang tepat dan cepat akan sangat menentukan keberhasilan
penanggulangan penyakit.
Sampai saat ini, cara-cara penanggulangan penyakit karet yang
dianjurkan dapat berupa kombinasi dari aspek kultur teknis, manipulasi
lingkungan, dan/atau penggunaan pestisida, atau masing-masing aspek
tersebut. Khusus dalam penggunaan pestisida, perlu diperhatikan akan
dampak negatifnya terhadap manusia, lingkungan, tanaman, dan organisme
pengganggunya itu sendiri. Pada tanaman karet, beberapa penyakit yang
sering menyerang tanaman dan merugikan pekebun antara lain penyakit
Jamur Akar Putih (JAP) (Rigidoporus microporus), Penyakit batang Kanker

Garis (Phytophthora palmivora butl), gugur (Colletotrichum, Corynespora),


dan penyakit layu Fusarium ( Fusarium sp) pada bibit karet. (Haryono, 1999).
Selain penyakit yang dapat merusak tanaman karet, hama adalah suatu
organisme yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
karet terganggu bahkan bisa mematikan tanaman. Kerugian yang diakibatkan
oleh serangan hama nilainya cukup berarti ditinjau dari segi ekonomi
(Setyamidjaja, 2004). Hama yang sering menyerang tanaman karet
diantaranya adalah insekta, molusca dan binatang memamalia. Hama-hama
ini bisa merusak tanaman pada fase pembibitan, fase penanaman bahkan
sampai pada fase produksi. Guna

menghindari risiko kerusakan akibat

gangguan hama dan penyakit maka diperlukan usaha pengendalian hama


penyakit secara tepat, yakni tepat guna, tepat sasaran dan tepat waktunya.
Istilah pengendalian bukanlah berarti memusnahkan hama sampai habis
(pemberantasan), tetapi menekan populasi hama.
Pengendalian hama dan penyakit mutlak diperlukan agar produktivitas
karet tetap terjaga kualitas dan kuantitasnya. Sebab tanaman karet yang
dirusak oleh hama akan terganggu produktivitasnya dan hal ini bisa
menyebabkan menurunnya harga jual dari lateks yang dihasilkan oleh karet.
Pada

akhhirnya

akan

merugikan

petani

ataupun

perusahaan

yang

membudidayakan karet sebagai sebuah komoditas unggulan pertanian.


2.1 Tujuan
1. Mengetahui hama dan penyakit pada tanaman karet.
2. Mengenali ciri-ciri tanaman karet yang diserang oleh hama dan penyakit.
3. Mengetahui cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet.

II. PEMBAHASAN
II.1

Klasifikasi Tanaman Karet


Genus tanaman karet terdiri atas 20 spesies yang keseluruhannya berasal

dari lembah Amazon. Beberapa di antara spesies tersebut mempunyai


morfologi dan sitologi yang berbeda yakni Hevea brasiliensis, Hevea
spruceana, Hevea benthamiana, Hevea pauciflora dan Heveaa rigidifolia.
Spesies yang mampu memproduksi lateks adalah Hevea brasiliensis (Anwar,
2001). Klasifikasi botani tanaman karet Hevea brasiliensis termasuk pada
Famili Euphorbiaceae, Genus Hevea, Spesies Hevea brasiliaensis.
Karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar.
Batang tanaman mengandung getah yang dinamakan lateks. Daun karet
berwarna hijau terdiri dari tangkai daun. Panjang tangkai daun utama 3-20
cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10 cm dan ujungnya bergetah.
Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak
daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing. Biji karet
terdapat dalam setiap ruang buah. Jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam
sesuai dengan jumlah ruang. Akar tanaman karet merupakan akar tunggang.
Akar tersebut mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan
besar (Anwar, 2001).
Klasifikasi Tanaman Karet
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobionta
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Sub Kelas
: Rosidae
Ordo
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell. Arg
II.2 Hama dan Penyakit Pada Tanaman Karet
A. Hama Pada Tanaman Karet
Hama adalah hewan yang mengganggu atau merusak tanaman sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya terganggu. Hama dapat merusak
tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan atau serangan
hama dapat terjadi sejak benih, pembibitan, pemanenan, hingga di gudang

penyimpanan. Gangguan dan serangan itu dapat menghambat pertumbuhan


dan perkembangan tanaman.
Hama yang menyerang tanaman karet cukup banyak. Walaupun demikian
yang terpenting dan seringkali menimbulkan kerusakan yang berarti hanya
beberapa saja, terutama yang termasuk dalam familia Mamalia, Insekta dan
Molusca.
Berikut beberapa contoh hama pada tanaman karet:
1. Rayap
Klasifikasi rayap menurut Kalshoven (1981), masuk ke dalam
Kingdom Animalia, Phylum Arthropoda,Class Insecta, Ordo Isoptera,
Family Rhinotermitidae dan Termitidae, Genus Coptotermes dan
Microtermes,

Species

Coptotermes

curvignathus

Holmgr.

dan

Microtermes inspiratus Kemn. Rayap hidup dalam bentuk koloni sebagai


serangga sosial. Sebuah koloni dapat beranggotakan ratusan hingga jutaan
individual. Bersarang diatas maupun di bawah tanah pada batang pohon
yang mati dan banyak menyerang kayu-kayu konstruksi pada bangunan
dengan sifat serangannya yang meluas.
Pada perkebunan karet hama ini menyerang tanaman baru tanam
(TBM). Coptotermes dan Microtermes dapat dibedakan berdasarkan
ukuran dan daya rusak terhadap serangganya. Pada umumnya rayap mulai
menyerang tanaman karet dari akar yang mati serta pangkal kayu yang ada
di sekitar batang karet. Adanya gerekan pada batang dari ujung sampai ke
akar dan memakan akar. Biasanya pada kebun yang terserang JAP akan
diiringi dengan serangan rayap sehingga mempercepat tanaman mati.

III.

KESIMPULAN

1. Tanah sulfat masam dikenal dengan sebutan cat clay yang diambil dari asal
kata katteklei (bahasa Belanda), yang diartikan sebagai lempung yang
berwarna seperti warna pada bulu kucing, yaitu warna kelabu dengan bercak
kuning pucat (jerami). Istilah tanah sulfat masam sendiri digunakan karena
berkaitan dengan adanya bahan sulfida (pirit) dalam tanah yang apabila
teroksidasi menghasilkan asam sulfat sehingga menyebabkan tanah menjadi
masam sampai sangat masam (pH 2-3).
2. Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik (pirit) di
dalam kedalaman <50 cm atau sulfurik di dalam kedalaman < 120 cm (Dent,
1986). Bahan sulfidik adalah sumber kemasaman tanah apabila bahan ini
teroksidasi dan menghasilkan kondisi sangat masam. Kemasaman tanah yang
tinggi memicu larutnya unsur beracun sehingga tanah menjadi tidak
produktif. Diperlukan upaya ekstra untuk mengelola lahan ini menjadi
produktif.
3. Pengelolaan lahan sulfat masam dapat dilakukan beberapa cara yaitu di
antaranya olah tanah konservasi, pemberian kapur dan pupuk, penggunaan
varietas yang adaptif, pengelolaan tanah dan air dan pengelolaan surjan.

DAFTAR PUSTAKA
http://dasar2ilmutanah.blogspot.co.id/2009/06/pengelolaan-kesuburan-tanahsulfat_2139.html ( Diakses tanggal 31 Mei 2016 ).
http://adibfauzanh0712004.blogspot.co.id/2014/09/makalah-pengelolaan-tanahpengelolaan_24.html ( Diakses tanggal 31 Mei 2016 ).
Madjid, A. R. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online untuk mata
kuliah: (1) Dasar-Dasar Ilmu Tanah, (2) Kesuburan Tanah, dan (3)
Pengelolaan Kesuburan Tanah Lanjut. Fakultas Pertanian Unsri & Program
Pascasarjana Unsri.http://dasar2ilmutanah.blogspot.com.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1998. Pengembangan dan Pengelolaan
Lahan Rawa. Laporan Juli 1998 untuk Tim PLBT.

Anda mungkin juga menyukai