Kelangkaan Dan Kebutuhan (IPS 8)
Kelangkaan Dan Kebutuhan (IPS 8)
Disusun Oleh :
Robby satya wicaksana
Abhirama Arasyid Dirgantara
Pengertian dari barang ilith adalah alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya sangat
melimpah (berlebihan) dan juga dapat menyebabkan suatu musibah atau bencana alam.
Misalnya, air ketika terjadi banjir, api pada saat terjadi kebakaran kebakaran dan lain
sebagainya.
Barang mentah adalah barang yang belum mengalami proses produksi, sehingga
barang ini belum siap untuk digunakan. Barang mentah merupakan bahan dasar untuk
membuat suatu barang. Contoh, hasil hutan (damar, rotan, dan kayu), hasil pertanian
(padi, jagung dan kedelai), hasil perkebunan, hasil pertambangan (batu bara, dan timah).
2. Barang setengah jadi
Barang setengah jadi merupakan barang yang sudah mengalami proses produksi
lebih lanjut, namun belum dapat digunakan karena prosesnya belum selesai. Contoh :
tekstil pada industri konveksi, kulit pada industri sepatu dan tas, tempakau pada industri
rokok dan lain sebagainya.
3. Barang jadi
Barang jadi adalah barang yang sudah melalui proses pengolahan sehingga siap
digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Contoh, pakaian, sepatu, tas, sepeda motor,
komputer, televisi dan lain-lain.
Barang infreior adalah alat pemuas kebutuhan yang berkualitas rendah. Biasanya
barang inferior dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan rendah. bekas dan impor
Seperti barang-barang loakan yang dijual diemper-emper toko atau pakaian
menuntut adanya pemenuhan maka menjadi kebutuhan untuk makan. Untuk dapat memenuhi
kebutuhan tersebut diperlukan adanya alat pemuas kebutuhan, yaitu barang dan jasa.
Barang dan jasa yang digunakan sebagai alat pemuas kebutuhan
dihasilkan dari sumber daya atau faktor produksi. Akibat keterbatasan sumberdaya maka barang
dan jasa yang tersedia juga terbatas, atau akibat sumberdaya langka maka barang dan jasa juga
langka. Barang dan jasa dikatakan langka jika jumlah yang diinginkan melebihi jumlah yang tersedia.
Kelangkaan berbeda dengan kekurangan barang dan jasa. Perhatikan ilustrasi berikut ini:
Ilustrasi 1:
Seorang guru menggunakan keilmuan yang ia miliki dan sumberdaya lain yang langka
seperti kemampuan mengajar, waktu dan tenaganya dalam mengajar untuk mendapatkan
penghasilan. Penghasilan yang diperoleh tersebut ditukarkan dengan
tempat tinggal, pakaian, makanan, dan ribuan barang dan jasa lainnya untuk memenuhi
keinginan guru tersebut.
Ilustrasi 2:
Hujan deras yang mengguyur beberapa kota di pulau jawa selama dua hari telah
menimbulkan musibah banjir dan berdampak pada lumpuhnya jalur transportasi antar kota.
Akibatnya distribusi bahan pangan, khususnya komoditas beras ke berbagai kota, khususnya
Surabaya terhenti. Situasi ini mengakibatkan jumlah persediaan beras di Kota Surabaya menipis dan
beras pun sulit dijumpai di pasar.
Ilustrasi pertama merupakan contoh kasus kelangkaan. Kasus yang dialami oleh guru tersebut
mencerminkan kelangkaan.
Sumber daya yang dimiliki oleh guru, seperti keilmuan, kemampuan mengajar, waktu dan
tenaga adalah terbatas, sedangkan keinginan yang dimiliki guru tersebut tidak
terbatas, maka munculah masalah kelangkaan.
Permasalahan kelangkaan tersebut dapat diatasi dengan membuat pilihan. Pembuatan pilihan
dalam kondisi yang serba langka mengharuskan guru tersebut kehilangan kesempatan untuk
memperoleh barang dan jasa tertentu.
Adapun ilustrasi yang kedua bukan merupakan kelangkaan
melainkan kekurangan barang dan jasa dalam hal ini kekurangan beras. Akibat terputusnya jalur
transportasi, distribusi beras ke Kota Surabaya terhambat sehingga jumlah persediaan beras pun
menipis. Dalam hal ini masyarakat di Kota Surabaya mengalami kekurangan beras bukan kelangkaan
beras.
Dengan demikian perbedaaan utama antara kelangkaan dan kekurangan terletak pada ada tidaknya
keputusan untuk membuat pilihan. Barang dan jasa langka karena sumber daya langka. Keterbatasan
sumber daya berakibat tidak semua keinginan dapat terpenuhi, maka kita harus membuat pilihan dan
setiap pilihan yang kita ambil mengandung biaya peluang, yaitu hilangnya kesempatan untuk
memperoleh barang dan jasa tertentu. Inilah yang disebut
dengan kelangkaan. Sementara dalam kasus kekurangan tidak menuntut adanya keputusan untuk
membuat pilihan. Kekurangan jumlah barang dan jasa akan berdampak pada naiknya harga barang
tersebut. Adapun implikasi perilaku atas kekurangan tersebut adalah mengurangi jumlah barang
yang dikonsumsi.
Kelangkaan adalah kondisi di mana kita tidak mempunyai cukup sumber daya untuk memuaskan
semua kebutuhan kita. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah kebutuhan lebih banyak
dari jumlah barang dan jasa yang tersedia. Kelangkaan bukan berarti segalanya sulit diperoleh atau
ditemukan. Kelangkaan juga dapat diartikan alat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
jumlahnya tidak seimbang dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Kelangkaan mengandung dua
pengertian:
1. Alat pemenuhan kebutuhan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.
2. Untuk mendapatkan alat pemuas kebutuhan memerlukan pengorbanan yang lain.
Masalah kelangkaan selalu dihadapi merupakan masalah bagaimana seseorang dapat memenuhi
kebutuhan yang banyak dan beraneka ragam dengan alat pemuas yang terbatas. Dalam menghadapi
masalah kelangkaan, ilmu ekonomi berperan penting karena masal ekonomi yang sebenarnya adalah
bagaimana kita mampu menyeimbangkan antara keinginan yang tidak terbatas dan alat pemuas
kebutuhan yang terbatas. Apabila suatu sumber daya dapat digunakan untuk menghasilkan suatu alat
pemuas kebutuhan dalam jumlah tidak terbatas, maka sumber daya tersebut dikatakan tidak
mengalami kelangkaan
Kerusakan bangunan, tempat usaha, sumber daya alam, dan bahkan korban jiwa yang menjadi korban
bencana alam tersebut
6.
Kerusakan sumber daya alam akibat ulah manusia
Manusia harus berhati-hati menggunakan SDA yang tersedia. Jangan karena kesalahan manusia,
sumber daya yang tersedia menjadi rusak. Misalnya penebangan hutan yang tidak terencana dengan
baik mengakibatkan hutan menjadi gundul dan mengakibatkan banjir
7.
Keterbatasan manusia untuk mengolah sumber daya yang ada
Keterbatasan kemampuan manusia untuk mengolah Sumber Daya terjadi karena kekurangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, modal dan faktor-faktor yang lain