PEMBAHASAN
dengan Vdc dan Ep masing-masing adalah tegangan keluaran searah dan tegangan bolakbalik antar fasa-masukan.
transistor T2 akan menerima sinyal ON, pada kondisi ini tegangan nilai fasa U bernilai
Ed/2. Komponen dasar gelombang tegangan keluaran VVVF akan mempunyai nilai
sebagai berikut :
adalah factor modulasi dengan nilai maksimum sama dengan satu. Sin t adalah
frekuensi sudut gelombang referensi, Vr dan Vc masing-masing adalah amplitudo
gelombang referensi dan gelombang pembawa. Jadi, komponen dasar gelombang keluaran
VVVF dapat diatur amplitudo dan frekuensinya dengan cara mengatur amplitude dan
frekuensi gelombang referensi yang menentukan kualitas modulasi frekuensi yang didapat.
Untuk VVVF factor modulasi maksimum adalah satu, maka tegangan keluaran maksimum
VVVF adalah :
Konfigurasi inverter 3 fasa 3 lengan dibentuk oleh 6 buah saklar daya dengan masingmasing dua saklar berpasangan untuk menghasilkan setiap fasa untuk setiap lengannya.
Lengan a dibentuk oleh saklar A pada sisi positif dan saklar A pada sisi negatif yang
bekerja secara bergantian demikian pula dengan saklar b dan c. Dengan teknik kendali
SPWM maka konfigurasi saklar daya inverter diatas dapat menghasilkan beberapa
kemungkinan pensaklaran seperti pada gambar berikut :
Dari konfigurasi pensaklaran diatas maka dapat diturunkan suatu persamaan tegangan
antar fasa sebagai berikut :
Sedangkan persamaan tegangan fasa yang dihasilkan oleh inverter diatas adalah
sebagai berikut :
Faktor daya pada inverter VVI dan CSI menurun mengikuti kecepatan,
sedangkan pada inverter PWM mempunyai faktor daya mendekati satu pada
seluruh tingkat kecepatan.
PWM adalah satu teknik yang terbukti baik untuk mengatur inverter guna mendapatkan
tegangan berubah dan frekuensi berubah dari tegangan tetap sumber DC (Grant dan Seidner:
1981). Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter tidak sinusoida murni karena mengandung
banyak komponen frekuensi yang tidak diinginkan. Jika keluaran inverter ini dicatu ke motor AC,
komponen tersebut akan menambah kerugian, getaran dan riak pada motor. Grant dan Seidner
juga menyatakan bahwa harmonik yang timbul dapat dihindari jika frekuensi pembawa
mempunyai variasi berupa kelipatan dari frekuensi pemodulasi. Teknik modulasi dengan
perbandingan frekuensi pembawa dan pemodulasi yang demikian disebut PWM sinkron. Teknik
PWM sinkron ini mampu menghasilkan bentuk gelombang dengan komponen harmonik
berfrekuensi jauh lebih tinggi dari frekuensi fundamental. Frekuensi tinggi ini memberikan
keuntungan pada sistem. Karena kebocoran induktansi motor menyebabkan impedansi tinggi
pada komponen yang tidak diinginkan, maka secara efektif menapis keluaran inverter
(Gendroyono: 1999).
(7)
Prinsip kerja pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa adalah mengatur lebar
pulsa mengikuti pola gelombang sinusoida. Frekuensi sinyal referensi menentukan frekuensi
keluaran inverter.
Dari gambar 4 pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 buah sinyal sinus (sin(t) dan -sin(t)) dan 1 sinyal segitiga. Sedangkan
pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan menggunakan 1
sinyal sinus (sin(t)) dan 2 sinyal segitiga (sgt(t) dan sgt(t).
Dari mekanisme teknik PWM (Gambar 4) diperoleh nilai rata-rata tegangan beban
sebanding secara proporsional dengan nilai sesaat gelombang referensi. Sehingga dengan
meningkatnya nilai sesaat gelombang referensi, tegangan keluaran juga akan meningkat dan
sebaliknya jika menurun maka tegangan keluaran akan menurun. Aplikasi teknik PWM
dengan menggunakan referensi gelombang sinus selanjutnya dikenal dengan istilah SPWM
(Sinusoidal Pulse Width Modulation) dengan prinsip yang sama dengan cara kerja teknik
PWM diatas. Pada teknik ini sifat tegangan keluaran akan mengikuti referensi yang diberikan
dan jika sinyal sinusoidal sebagai sinyal referensi yang diberikan berupa gelombang 3 fasa
maka sinyal keluaran yang dihasilkan juga pola pensaklaran 3 fasa sesuai referensinya.
2.4 Perancangan inverter V/Hz kontrol
Pengendalian inverter 3 fasa dengan metode kendali volt/hertz control ini
menggunakan sistem open loop dengan bentuk yang sederhana mengambil perintah referensi
dari sumber luar. Sumber luar ini berupa konverter tegangan ke frekuensi yang diaplikasikan
dengan kombinasi rangkaian LM 331.
Sumber AC yang tersedia oleh PLN merupakan sumber 1 fasa ataupun 3 fasa dengan
tegangan tetap dan frekuensi yang tidak dapat diatur. Kondisi ini memaksa semua peralatan
listrik seperti motor dan lain-lainnya bekerja pada frekuensi dan tegangan yang tetap. Hal ini
sangat merugikan jika dilihat dari efisiensi daya listrik dan peralatan listrik itu sendiri. Untuk
merancang suatu inverter baik satu fasa ataupun 3 fasa diperlukan tegangan DC sebagai
masukannya sehingga tegangan AC yang disediakan oleh PLN perlu disearahkan terlebih
dulu melalui rangkaian single phase rectifier ataupun three phase rectifier. Tegangan DC
yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah ini berfungsi sebagai tegangan sumber rangkaian
daya inverter.
Untuk mengendalikan inverter 3 fasa maka diperlukan adanya pulsa pemicu saklar
daya dengan sistem kontrol 3 fasa. Pulsa-pulsa pemicu saklar daya pada sistem ini dihasilkan
melalui metode SPWM inverter yang memadukan sinyal referensi 3 fasa dengan sebuah
sinyal carrier frekuensi tinggi. Referensi 3 fasa dihasilkan dari pemrograman mikrokontrol
yang memanfaatkan pulsa masukan berskala digital dari rangkaian V to F konverter.
Sinyal keluaran LM 331 merupakan pulsa kotak dapat terkendali frekuensinya melalui
perubahan tegangan referensi masukan. Pulsa persegi yang dihasilkan LM 331 merupakan
pulsa clock untuk menghasilkan 8 bit pulsa dari rangkaian konter 4520. Delapan bit pulsa
rangkaian konter 4520 merupakan data masukan yang diperlukan oleh mikrokontroller untuk
membangkitkan referensi 3 fasa.
Sinyal 3 fasa yang dihasilkan oleh mikrokontroller juga masih berbentuk nilai-nilai
diskret yang harus diubah kembali menjadi sinyal analog. Untuk itu diperlukan konverter
Digital to Analog yang menterjemahkan sinyal diskret tersebut menjadi sinyal analog. Untuk
realisasi ini keluaran mikrokontroller terkoneksi dengan rangkaian DAC 0808 yang
terkombinasi dengan beberapa rangkaian penguat sebagai berikut :
Pada rangkaian DAC ini juga diberikan rangkaian summing amplifier dan penguat
operasional sehingga gelombang persegi ataupun sinusoida yang dihasilkan dapat diatur posisi
offset-nya hingga membentuk gelombang AC dan dapat diatur amplitudonya.
Multiplier AD 633 diatas berfungsi sebagai pengali sinyal sinusoidal dari rangkaian
DAC dengan tegangan referensi yang mengendalikan frekuensi rangkaian V to F. Gelombang
sinusoidal yang dihasilkan oleh DAC merupakan gelombang yang terkendali frekuensinya
oleh perubahan frekuensi dari rangkaian V to F. Frekuensi gelombang sinusoidal menjadi
berubah jika tegangan refrensi pada rangkaian V to F tersebut juga berubah. Sehingga sinyal
keluaran rangkaian pengali AD 633 mengalami dua bentuk perubahan seiring berubahnya
tegangan DC referensi rangkaian V to F, yaitu perubahan amplitudo sekaligus perubahan
frekuensinya.