Anda di halaman 1dari 11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Variable Voltage Variable Frekuensi


Skema daya VVVF yang digunakan untuk pengendalian arus bolak-balik (AC Drive)
dilukiskan seperti pada Gambar 1. Bridge Rectifier yang terdiri dari enam dioda yang
dihubungkan jembatan berfungsi untuk mengkonversikan tegangan bolak-balik menjadi
tegangan searah (penyearah). Untuk meratakan tegangan keluaran dipasang tapis kapasitor
elektronik C pada terminal keluaran penyearah. Jika nilai keluaran kapasitor tersebut cukup
besar, tegangan searah yang dihasilkan adalah :

dengan Vdc dan Ep masing-masing adalah tegangan keluaran searah dan tegangan bolakbalik antar fasa-masukan.

Gambar 1 Skema daya VVVF


Tegangan searah keluaran bridge rectifier setelah ditapis dengan kapasitor, selanjutnya
dikonversi menjadi tegangan bolak-balik oleh inverter. Tegangan bolak-balik dan
frekuensi keluaran inverter dapat bervariasi sesuai dengan kendali inverter tersebut.
Inverter dikendalikan dengan menggunakan teknik modulasi lebar pulsa (PWM).
Teknik PWM pada sistem VVVF dibentuk dari suatu gelombang referensi tiga fasa
dibandingkan dengan gelombang pembawa (carrier) berupa gelombang segitiga frekuensi
tinggi (5000 Hz). Misal untuk fasa U jika nilai sesaat gelombang frekuensi fasa U (Vu)
lebih tinggi dari nilai sesaat gelombang segitiga (Vcarr) maka transistor T1 akan menerima
sinyal ON. Pada kondisi ini tegangan fasa U bernilai Vdc/2,sedangkan jika nilai sesaat
gelombang fasa U (Vu) lebih rendah dari nilai sesaat gelombang segitiga (Ecarr) maka

transistor T2 akan menerima sinyal ON, pada kondisi ini tegangan nilai fasa U bernilai
Ed/2. Komponen dasar gelombang tegangan keluaran VVVF akan mempunyai nilai
sebagai berikut :

adalah factor modulasi dengan nilai maksimum sama dengan satu. Sin t adalah
frekuensi sudut gelombang referensi, Vr dan Vc masing-masing adalah amplitudo
gelombang referensi dan gelombang pembawa. Jadi, komponen dasar gelombang keluaran
VVVF dapat diatur amplitudo dan frekuensinya dengan cara mengatur amplitude dan
frekuensi gelombang referensi yang menentukan kualitas modulasi frekuensi yang didapat.
Untuk VVVF factor modulasi maksimum adalah satu, maka tegangan keluaran maksimum
VVVF adalah :

2.2 Inverter 3 fasa


Untuk menjalankan motor AC 3 fasa dengan sistem kendali volt/hertz control
diperlukan rangkaian daya sebagai media pengasutan. Teknik SPWM inverter sangat tepat
sebagai implementasikannya. Rangkaian daya inverter tiga fasa tiga lengan (three-leg
inverter) yang memiliki enam buah saklar dan sumber tegangan DC. Suatu converter DC to
AC jenis sumber tegangan (voltage-type inverter) harus memenuhi dua syarat, yaitu saklar
yang terletak pada satu lengan tidak boleh konduksi secara bersamaan hingga menimbulkan
arus hubung singkat, dan arus sisi AC harus selalu dijaga kontinuitasnya. Mengacu pada
kedua syarat tersebut maka akan terdapat 23 kondisi (delapan kondisi saklar) seperti
ditunjukan pada Gambar berikut

Gb. 2 Konfigurasi inverter 3 fasa 3 lengan

Konfigurasi inverter 3 fasa 3 lengan dibentuk oleh 6 buah saklar daya dengan masingmasing dua saklar berpasangan untuk menghasilkan setiap fasa untuk setiap lengannya.
Lengan a dibentuk oleh saklar A pada sisi positif dan saklar A pada sisi negatif yang
bekerja secara bergantian demikian pula dengan saklar b dan c. Dengan teknik kendali
SPWM maka konfigurasi saklar daya inverter diatas dapat menghasilkan beberapa
kemungkinan pensaklaran seperti pada gambar berikut :

Gb. 3 Konfigurasi saklar daya inverter 3 fasa 3 lengan

Dari konfigurasi pensaklaran diatas maka dapat diturunkan suatu persamaan tegangan
antar fasa sebagai berikut :

Sedangkan persamaan tegangan fasa yang dihasilkan oleh inverter diatas adalah
sebagai berikut :

2.3 Teknik Modulasi Lebar Pulsa


Inverter sebagai rangkaian penyaklaran elektronik dapat mengubah
sumber tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik dengan besar
tegangan dan frekuensi dapat diatur. Baker (1991) sebagaimana dikutip
Gendroyono (1999), mengelompokkan inverter menjadi tiga kelompok utama,
yaitu:
a. Inverter tegangan berubah (VVI=Variable Voltage Inverter)
b. Inverter sumber arus (CSI)
c. Inverter PWM

Faktor daya pada inverter VVI dan CSI menurun mengikuti kecepatan,
sedangkan pada inverter PWM mempunyai faktor daya mendekati satu pada
seluruh tingkat kecepatan.
PWM adalah satu teknik yang terbukti baik untuk mengatur inverter guna mendapatkan
tegangan berubah dan frekuensi berubah dari tegangan tetap sumber DC (Grant dan Seidner:
1981). Bentuk gelombang tegangan keluaran inverter tidak sinusoida murni karena mengandung
banyak komponen frekuensi yang tidak diinginkan. Jika keluaran inverter ini dicatu ke motor AC,
komponen tersebut akan menambah kerugian, getaran dan riak pada motor. Grant dan Seidner
juga menyatakan bahwa harmonik yang timbul dapat dihindari jika frekuensi pembawa
mempunyai variasi berupa kelipatan dari frekuensi pemodulasi. Teknik modulasi dengan
perbandingan frekuensi pembawa dan pemodulasi yang demikian disebut PWM sinkron. Teknik
PWM sinkron ini mampu menghasilkan bentuk gelombang dengan komponen harmonik
berfrekuensi jauh lebih tinggi dari frekuensi fundamental. Frekuensi tinggi ini memberikan
keuntungan pada sistem. Karena kebocoran induktansi motor menyebabkan impedansi tinggi

pada komponen yang tidak diinginkan, maka secara efektif menapis keluaran inverter
(Gendroyono: 1999).

Untuk membangkitkan sinyal kontrol pada sistem PWM dilakukan dengan


mengkomparasikan sinyal referensi (biasanya sinusoidal) dengan sinyal Carrier (biasanya
gelombang segitiga) dalam suatu perbandingan amplitudo tertentu yang disebut dengan
indeks modulasi. Indeks modulasi adalah perbandingan antara amplitudo sinyal refrensi
sinusoida (Ar) dan amplitudo sinyal carrier segitiga (Ac). Indeks modulasi dirumuskan:
M = Ar/Ac

(7)

dengan M = Indeks modulasi


Ar = Amplitudo sinyal referensi
Ac = Amplitudo sinyal carrier
Indeks modulasi yang nilainya antara 0 sampai 1 akan menentukan lebar pulsa
tegangan rata-rata dalam satu periode.

Gambar 4 Pembangkitan PWM Sinusoida Satu Fasa Secara Analog

Prinsip kerja pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa adalah mengatur lebar
pulsa mengikuti pola gelombang sinusoida. Frekuensi sinyal referensi menentukan frekuensi
keluaran inverter.

Dari gambar 4 pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan
menggunakan 2 buah sinyal sinus (sin(t) dan -sin(t)) dan 1 sinyal segitiga. Sedangkan
pembangkitan sinyal PWM sinusoida satu fasa dapat dilakukan dengan menggunakan 1
sinyal sinus (sin(t)) dan 2 sinyal segitiga (sgt(t) dan sgt(t).
Dari mekanisme teknik PWM (Gambar 4) diperoleh nilai rata-rata tegangan beban
sebanding secara proporsional dengan nilai sesaat gelombang referensi. Sehingga dengan
meningkatnya nilai sesaat gelombang referensi, tegangan keluaran juga akan meningkat dan
sebaliknya jika menurun maka tegangan keluaran akan menurun. Aplikasi teknik PWM
dengan menggunakan referensi gelombang sinus selanjutnya dikenal dengan istilah SPWM
(Sinusoidal Pulse Width Modulation) dengan prinsip yang sama dengan cara kerja teknik
PWM diatas. Pada teknik ini sifat tegangan keluaran akan mengikuti referensi yang diberikan
dan jika sinyal sinusoidal sebagai sinyal referensi yang diberikan berupa gelombang 3 fasa
maka sinyal keluaran yang dihasilkan juga pola pensaklaran 3 fasa sesuai referensinya.
2.4 Perancangan inverter V/Hz kontrol
Pengendalian inverter 3 fasa dengan metode kendali volt/hertz control ini
menggunakan sistem open loop dengan bentuk yang sederhana mengambil perintah referensi
dari sumber luar. Sumber luar ini berupa konverter tegangan ke frekuensi yang diaplikasikan
dengan kombinasi rangkaian LM 331.
Sumber AC yang tersedia oleh PLN merupakan sumber 1 fasa ataupun 3 fasa dengan
tegangan tetap dan frekuensi yang tidak dapat diatur. Kondisi ini memaksa semua peralatan
listrik seperti motor dan lain-lainnya bekerja pada frekuensi dan tegangan yang tetap. Hal ini
sangat merugikan jika dilihat dari efisiensi daya listrik dan peralatan listrik itu sendiri. Untuk
merancang suatu inverter baik satu fasa ataupun 3 fasa diperlukan tegangan DC sebagai
masukannya sehingga tegangan AC yang disediakan oleh PLN perlu disearahkan terlebih
dulu melalui rangkaian single phase rectifier ataupun three phase rectifier. Tegangan DC
yang dihasilkan oleh rangkaian penyearah ini berfungsi sebagai tegangan sumber rangkaian
daya inverter.
Untuk mengendalikan inverter 3 fasa maka diperlukan adanya pulsa pemicu saklar
daya dengan sistem kontrol 3 fasa. Pulsa-pulsa pemicu saklar daya pada sistem ini dihasilkan
melalui metode SPWM inverter yang memadukan sinyal referensi 3 fasa dengan sebuah
sinyal carrier frekuensi tinggi. Referensi 3 fasa dihasilkan dari pemrograman mikrokontrol
yang memanfaatkan pulsa masukan berskala digital dari rangkaian V to F konverter.

2.4.1. Volt/Hertz konverter


Rangkaian volt /hertz mengubah nilai masukan berupa tegangan analog menjadi
sinyal dalam bentuk pulsa pada sisi keluarannya. LM 331 merupakan IC monolitik yang
didalamnya terdapat sebuah komparator yang berfungsi sebagai pembanding tegangan
masukan pada pin 7 dengan tegangan lerengan secara periodik yang dihasilkan dari rangkaian
RC pada pin 6. Jika kondisi tegangan pada pin 7 lebih positif dari tegangan pada pin 6 maka
komparator akan membangkitkan sebuah pulsa yang memicu transistor untuk melewatkan
tegangan pada sisi kolektor menjadi pulsa pada sisi keluarannya. Seiring dengan naiknya
tegangan masukan pada pin 7 maka semakin sering komparator menghasilkan pulsa sehingga
semakin tinggi frekuensi pulsa kotak yang dihasilkan oleh keluaran transistor. Untuk
menghasilkan konversi tegangan menjadi frekuensi pada aplikasi LM 331 dirumuskan
dengan persamaan berikut :

Gambar 6 Rangkaian konverter Voltage / Hertz LM 331

Sinyal keluaran LM 331 merupakan pulsa kotak dapat terkendali frekuensinya melalui
perubahan tegangan referensi masukan. Pulsa persegi yang dihasilkan LM 331 merupakan
pulsa clock untuk menghasilkan 8 bit pulsa dari rangkaian konter 4520. Delapan bit pulsa

rangkaian konter 4520 merupakan data masukan yang diperlukan oleh mikrokontroller untuk
membangkitkan referensi 3 fasa.

2.4.2. Referensi 3 fasa


Sinyal referensi berupa sinyal sinusoidal 3 fasa yang masing-masing tergeser 120 . Proses
pembentukan gelombang ini dilakukan dengan memasukkan data secara look up table dari suatu
rangkaian simulasi dengan Power Simulator yang menghasilkan gelombang sinusoida 3 fasa.
Metode look up table adalah suatu metode pengisian data-data kedalam mikrokontroller dengan
mengambil data-data sampling yang membentuk suatu gelombang analog. Secara digital suatu
gelombang sinusoidal analog terdiri dari beberapa sinyal diskret yang menjadi fundamental
terbentuknya gelombang tersebut. Data-data diskret inilah yang diambil dan dialamatkan kedalam
mikrokontroller untuk ditampilkan pada beberapa port keluarannya.
Setiap port mikrokontroller jenis AT89S52 memiliki 8 bit data maka jumlah bit maksimal
dalam satu kelompok port adalah 28 (256) data. Untuk itu data sampling diskret yang diambil
dalam proses pengisian data secara look up table untuk dimasukkan kedalam mikrokontrol
maksimal 256 data. Sedangkan untuk menghasilkan sinyal 3 fasa dilakukan pemrograman
aritmatik yang bertujuan menciptakan dua buah sinyal lainya yang saling tergeser 1200 dari
sinyal pertama.

Gambar 7 Pengalokasian Port pada mikrokontroller AT 89S52

Sinyal 3 fasa yang dihasilkan oleh mikrokontroller juga masih berbentuk nilai-nilai
diskret yang harus diubah kembali menjadi sinyal analog. Untuk itu diperlukan konverter
Digital to Analog yang menterjemahkan sinyal diskret tersebut menjadi sinyal analog. Untuk
realisasi ini keluaran mikrokontroller terkoneksi dengan rangkaian DAC 0808 yang
terkombinasi dengan beberapa rangkaian penguat sebagai berikut :

Gambar 8 Sistem Minimum DAC.

Pada rangkaian DAC ini juga diberikan rangkaian summing amplifier dan penguat
operasional sehingga gelombang persegi ataupun sinusoida yang dihasilkan dapat diatur posisi
offset-nya hingga membentuk gelombang AC dan dapat diatur amplitudonya.

2.4.3. Rangkaian Multiplier


Multiplier AD 633 merupakan rangkaian pengali analog dengan dua buah sinyal
masukan analog sebagai input device-nya.

Gambar 9 Rangkaian pengali AD 633

Multiplier AD 633 diatas berfungsi sebagai pengali sinyal sinusoidal dari rangkaian
DAC dengan tegangan referensi yang mengendalikan frekuensi rangkaian V to F. Gelombang
sinusoidal yang dihasilkan oleh DAC merupakan gelombang yang terkendali frekuensinya
oleh perubahan frekuensi dari rangkaian V to F. Frekuensi gelombang sinusoidal menjadi
berubah jika tegangan refrensi pada rangkaian V to F tersebut juga berubah. Sehingga sinyal
keluaran rangkaian pengali AD 633 mengalami dua bentuk perubahan seiring berubahnya
tegangan DC referensi rangkaian V to F, yaitu perubahan amplitudo sekaligus perubahan
frekuensinya.

2.4.4. Rangkaian SPWM 3 fasa


Teknik SPWM sebagai pengendali inverter memanfaatkan sinyal carier berupa
gelombang segitiga yang bekerja pada frekuensi 5000Hz. Teknik SPWM ini diperlukan untuk
menghasilkan pulsa pensaklaran inverter sekaligus pengatur tegangan keluaran inverter
dengan mengatur indeks modulasi pada sistem SPWM tersebut. Semakin rendah amplitudo
sinyal referensi indeks modulasinya semakin kecil hal ini berarti tegangan keluaran inverter
juga kecil dan semakin naik amplitudo gelombang referensi maka semakin naik indek
modulasinya dan semakin besar juga tegangan yang dihasilkan oleh inverter. Sementara itu
keluaran inverter akan selalu mengikuti frekuensi sinyal referensinya.
2.4.5. Rangkaian Driver
Saklar daya sejenis MOSFET atau IGBT bekerja berdasar pulsa pemicuan dari
rangkaian kontrol pada gate-nya tetapi bekerja pada ordo daya yang lebih tinggi sehingga
untuk mengendalikan setiap saklar daya diperlukan rangkaian driver. Rangkaian driver
berfungsi untuk memindahkan sinyal picu dari sistem kontrol ke sistem daya dengan
memisahkan bagian ground daya dari ground kontrol, karena keduanya bekerja pada catu
tegangan yang berbeda.
Kerusakan saklar statis MOSFET juga sering terjadi karena panas yang ditimbulkan
dari gesekan pulsa yang melewatkan arus pada saklar tersebut, untuk keamanan saklar daya
tersebut rangkaian driver juga dilengkapi dengan deadtime untuk mengatur perpindahan pulsa
pemicuan pada setiap saklar dalam satu lengan.

Gambar 10 Rangkaian driver dengan deadtime


Pada setiap aplikasi saklar daya antara gate dan source diberikan sebuah dioda Zener,
(dalam aplikasi ini menggunakan zener 18 volt). Dioda zener berfungsi untuk melindungi
driver TLP 250 dari umpan balik tegangan daya apabila terjadi hubung singkat pada rangkaian
daya.

Anda mungkin juga menyukai