Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 6 :

Handari Febiana

14303241036

Anisa Novianti

14303241046

M. Dihan Ismunandar

14303244009

SEJARAH TENTANG PENEMUAN GAS HIDROGEN


Hidrogen adalah yang paling sederhana dari semua unsur kimia.[ Ini adalah tidak berwarna,
tidak berbau, gas hambar yang membakar di udara untuk menghasilkan air. Memiliki salah
satu titik didih terendah, -252,9 C (-423,2 F), dan titik beku, -259,3 C (-434,7 F), dari
semua elemen. Sebuah atom hidrogen mengandung satu proton
dan satu elektron, sehingga atom paling sederhana yang dapat
dibangun. Karena satu proton dalam intinya, hidrogen diberikan
nomor atom 1. Sebanyak tiga isotop hidrogen yang ada. Isotop
adalah bentuk dari unsur dengan nomor atom yang sama tetapi
massa atom yang berbeda. Protium dan deuterium keduanya
isotop stabil, tapi tritium radioaktif.
Hidrogen adalah unsur pertama dalam tabel periodik.
Kotaknya terletak di puncak klasemen Grup 1 dalam tabel
periodik, tetapi umumnya tidak dianggap sebagai anggota keluarga alkali, unsur-unsur
lain
yang
membentuk Kelompok 1. Sifat
Henry
kimianya
adalah
unik di antara unsur-unsur, dan
Cavendish
biasanya dianggap
berada dalam keluarga sendiri.

Hidrogen ditemukan oleh Henry Cavendish di 1766 di London, Inggris. Asal nama:
dari kata Yunani "hydro" dan "gen" yang berarti "air" dan "generator".
Robert Boyle (1627-1691; ahli kimia dan fisika dari Inggris) menerbitkan sebuah
makalah ( "percobaan baru menyentuh hubungan antara api dan udara") pada 1671 di mana
dia menggambarkan reaksi antara serbuk besi dan encer asam yang menyebabkan evolusi gas
hidrogen ( "zat mudah terbakar dari Mars").
Hidrogen telah digunakan bertahun-tahun sebelum akhirnya dinyatakan sebagai unsur
yang unik oleh Cavendish di tahun 1776.
Dinamakan hidrogen oleh Lavoisier, hidrogen adalah unsur yang terbanyak dari
semua unsur di alam semesta. Elemen-elemen yang berat pada awalnya dibentuk dari atomatom hidrogen atau dari elemen-elemen yang mulanya terbuat dari atom-atom hidrogen.
Gas hidrogen, H2, pertama kali dihasilkan secara artifisial oleh T. Von Hohenheim
(dikenal juga sebagai Paracelsus, 14931541) melalui pencampuran logam dengan asam kuat.
Dia tidak menyadari bahwa gas mudah terbakar yang dihasilkan oleh reaksi kimia ini
adalah unsur kimia yang baru. Pada tahun, Robert Boyle menemukan kembali dan
mendeskripsikan reaksi antara besi dan asam yang menghasilkan gas hidrogen. Pada tahun
1766, Henry Cavendish adalah orang yang pertama mengenali gas hidrogen sebagai zat
diskret dengan mengidentifikasikan gas tersebut dari reaksi logam-asam sebagai "udara yang

mudah terbakar". Pada tahun 1781 dia lebih lanjut menemukan bahwa gas ini menghasilkan
air ketika dibakar. Pada tahun 1783, Antoine Lavoisier memberikan unsur ini dengan nama
hidrogen ketika dia dan Laplace mengulang kembali penemuan Cavendish yang mengatakan
pembakaran hidrogen menghasilkan air.
Hidrogen pertama kali dicairkan oleh James Dewar pada tahun 1898 dengan
menggunakan penemuannya, guci hampa. Dia kemudian menghasilkan hidrogen padat
setahun kemudian. Deuterium ditemukan pada tahun 1931 Desember oleh Harold Urey,
dan tritium dibuat pada tahun 1934 oleh Ernest Rutherford, Mark Oliphant, and Paul
Harteck. Air berat, yang mengandung deuterium menggantikan hidrogen biasa, ditemukan
oleh Urey dkk. pada tahun 1932. Salah satu dari penggunaan pertama H 2 adalah untuk sinar
sorot.
Balon pertama yang diisikan dengan hidrogen diciptakan oleh Jacques Charles pada
tahun 1783. Hidrogen memberikan tenaga dorong untuk perjalanan udara yang aman dan
pada tahun 1852 Henri Giffard menciptakan kapal udara yang diangkat oleh hidrogen.
Bangsawan Jerman Ferdinand von Zeppelin mempromosikan idenya tentang kapal udara
yang diangkat dengan hidrogen dan kemudian dinamakan Zeppelin dengan penerbangan
perdana pada tahun 1900. Penerbangan yang terjadwal dimulai pada tahun 1910 dan sampai
pecahnya Perang dunia II, Zeppelin telah membawa 35.000 penumpang tanpa insiden yang
serius.
Penerbangan tanpa henti melewati samudra atlantik pertama kali dilakukan kapal
udara Britania R34 pada tahun 1919. Pelayanan penerbangan udara dipulihkan pada tahun
1920 dan penemuan cadangan helium di Amerika Serikatmemberikan peluang
ditingkatkannya keamanan penerbangan, namun pemerintah Amerika Serikat menolak
menjual gas tersebut untuk digunakan dalam penerbangan. Oleh karenanya, gas H2 digunakan
di pesawat Hindenburg, yang pada akhirnya meledak di langit New Jersey pada tanggal 6
Mei 1937. Insiden ini ditayangkan secara langsung di radio dan direkam. Banyak yang
menduga terbakarnya hidrogen yang bocor sebagai akibat insiden tersebut, namun investigasi
lebih lanjut membuktikan sebab insiden tersebut karena terbakarnya salut fabrik
oleh keelektrikan statis. Walaupun demikian, sejak itu keragu-raguan atas keamanan
penggunaan hidrogen muncul.

SEJARAH TENTANG PENEMUAN GAS OKSIGEN


Oksigen adalah unsur yang paling banyak terjadi di Bumi. Karena, membentuk senyawa
dengan unsur-unsur kimia hampir semua kecuali gas mulia, sebagian oksigen terestrial terikat
dengan unsur-unsur lain dalam senyawa seperti silikat, oksida, dan air.
Oksigen ditemukan oleh Joseph Priestley, Carl Scheele di 1774 di Inggris, Swedia. Asal
nama: dari kata Yunani "oxy gen" yang berarti "asam" (tajam) dan "membentuk" (pembentuk
asam). Leonardo da Vinci menunjukkan bahwa udara terdiri dari setidaknya dua gas yang
berbeda. Sebelum itu, udara terasa menjadi elemen dalam dirinya sendiri. Dia juga menyadari
bahwa salah satu gas-gas ini didukung baik api dan kehidupan. Oksigen disiapkan oleh
beberapa pekerja sebelum 1772 tapi para pekerja ini tidak mengenalinya sebagai elemen.
Joseph Priestley biasanya dikreditkan dengan penemuannya (yang membuat oksigen dengan
pemanasan timah atau oksida merkuri), tapi Carl Wilhelm Scheele juga melaporkan secara
mandiri.
Salah satu percobaan pertama yang menginvestigasi hubungan antara pembakaran
dengan udara dilakukan oleh seorang penulis Yunani abad ke-2, Philo dari Bizantium. Dalam
karyanya Pneumatica, Philo mengamati bahwa dengan membalikkan labu yang di dalamnnya
terdapat lilin yang menyala dan kemudian menutup leher labu dengan air akan
mengakibatkan permukaan air yang terdapat dalam leher labu tersebut meningkat. Philo
menyimpulkan bahwa sebagian udara dalam labu tersebut diubah menjadi unsur api sehingga
dapat melepaskan diri dari labu melalui pori-pori kaca. Beberapa abad kemudian, Leonardo
da Vinci merancang eksperimen yang sama dan mengamati bahwa udara dikonsumsi selama
pembakaran dan respirasi.
Pada akhir abad ke-17, Robert Boyle membuktikan bahwa udara diperlukan dalam
proses pembakaran. Kimiawan Inggris, John Mayow, melengkapi hasil kerja Boyle dengan
menunjukkan bahwa hanya sebagian komponen udara yang ia sebut sebagai spiritus
nitroaereus atau nitroaereus yang diperlukan dalam pembakaran. Pada satu eksperimen, ia
menemukan bahwa dengan memasukkan seekor tikus ataupun sebatang lilin ke dalam wadah
penampung yang tertutup oleh permukaan air akan mengakibatkan permukaan air tersebut
naik dan menggantikan seperempat belas volume udara yang hilang. Dari percobaan ini, ia
menyimpulkan bahwa nitroaereus digunakan dalam proses respirasi dan pembakaran.
Teori flogiston dikemukakan oleh alkimiawan Jerman, J. J. Becher pada tahun 1667, dan
dimodifikasi oleh kimiawan Georg Ernst Stahl pada tahun 1731. Teori flogiston menyatakan
bahwa semua bahan yang dapat terbakar terbuat dari dua bagian komponen. Salah satunya
adalah flogiston, yang dilepaskan ketika bahan tersebut dibakar, sedangkan bagian yang
tersisa setelah terbakar merupakan bentuk asli materi tersebut.
Oksigen pertama kali ditemukan oleh seorang ahli obat Carl Wilhelm Scheele. Ia
menghasilkan gas oksigen dengan memanaskan raksa oksida dan berbagai nitrat sekitar tahun
1772. Scheele menyebut gas ini 'udara api' karena ia merupakan satu-satunya gas yang
diketahui mendukung pembakaran. Ia menuliskan pengamatannya ke dalam sebuah

manuskrip yang berjudul Treatise on Air and Fire, yang kemudian ia kirimkan ke penerbitnya
pada tahun 1775. Namun, dokumen ini tidak dipublikasikan sampai dengan tahun 1777.
Pada satu eksperimen, Lavoisier menamai 'udara vital' menjadi oxygne pada tahun
1777. Nama tersebut berasal dari akar kata Yunani (oxys) (asam, secara harfiah "tajam")
dan - (-gens) (penghasil, secara harfiah penghasil keturunan). Ia menamainya demikian
karena ia percaya bahwa oksigen merupakan komponen dari semua asam.Ini tidaklah benar,
namun pada saat para kimiawan menemukan kesalahan ini, nama oxygne telah digunakan
secara luas dan sudah terlambat untuk menggantinya. Sebenarnya gas yang lebih tepat untuk
disebut sebagai "penghasil asam" adalah hidrogen.
Oxygne kemudian diserap menjadi oxygen dalam bahasa Inggris walaupun terdapat
penentangan dari ilmuwan-ilmuwan Inggris dikarenakan bahwa adalah seorang Inggris,
Priestley, yang pertama kali mengisolasi serta menuliskan keterangan mengenai gas ini.
Penyerapan ini secara sebagian didorong oleh sebuah puisi berjudul "Oxygen" yang memuji
gas ini dalam sebuah buku popular The Botanic Garden (1791) oleh Erasmus Darwin, kakek
Charles Darwin.

Sumber :
Cotton dan Wilkinson. 2007. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia (UIpress).
Lukman. Kimia. Diunduh dari www.wikipedia.org dan www.einow.org
Mohsin,
dari
Rizky,

Yulianto.

Situs

Kimia

Indonesia,

chem.-is-try.org.

diunduh

http://periodic.lanl.gov/elements/1.html
Muhammad.

2012.

Unsur

dan

Senyawaan

Oksigen.

Online.

(http://muhammadrizky17.wordpress.com/2012/09/14/unsur-dan-senyawaan-oksigen/,
diakses pada 3 Oktober 2016).
Saito, Taro. 1996. Buku Teks Online Kimia Anorganik. Jakarta : Iwanami Publishing
Company.
Saito,Taro. 1996. Inorganic Chemistry,terj.Ismunandar. Diunduh dari Http://oke.or.id
Saito, Taro. 2009. Oksida Nitrogen. Online. (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimiaanorganik-universitas/kimia-unsur-non-logam/ oksida-nitrogen/, diakses pada 3
Oktober 2016).

Anda mungkin juga menyukai