Anda di halaman 1dari 14

BAB II

ANALISA BALOK LENTUR


2.1

PENDAHULUAN
Hal ini diasumsikan bahwa beban kecil melintang ditempatkan pada balok beton

dengan tulangan tarik dan mendapat beban meningkat secara bertahap sampai balok menjadi
hancur. Sebelum hancur balok mengalami tiga tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Tahap balok beton belum retak (uncracked concrete stage)
2. Tahap balok beton retak tahap tegangan elastis (concrete cracked elastic stresses
stage)
3. Tahap kekuatan ultimate (ultimate-strength stage)
2.2

Tahap Belum Retak (Uncracked Concrete Stage)


Adanya beban kecil dimana tegangan Tarik lebih kecil dari fr (modulus of rupture).
= 0.62 MPa.

Dimana :

(SNI 2847-13 : 9.5.2.3)


(SNI 2847-13 : 8.61)

Untuk beton normal, = 1,0.

Batasan dari tahap ini adalah dimulai dari Momen = 0, dan tahap maximum terjadinya
Momen Retak (cracking moment, Mcr),

(SNI 2847:13 pers 9-9)

dimana :
fr

= (modulus of rupture).

Ig

= Moment Inersia dari balok

yt

= jarak dari garis netral ke serat terluar balok

Variasi tegangan dan regangan di perlihatkan pada gambar 2.1


Contoh 2.1:
a) Asumsikan beton belum retak, hitung tegangan pada serat terekstrim dari balok
gambar 2.2 untuk momen lentur = 33 kN-m,
fc = 28 MPa, = 0.62 (1) (28) = 3.3 MPa
b) Tentukan momen retak pada penampang tersebut

Gambar 2.1 Tahap Beton Belum Retak


Penyelesaian :
1
1
a) = 12 3 = 12 (300)(450)3 = 2278125000 mm

(33106 )(225)

= 3.26 MPa < fr (= 3.3) MPa

2278125000
Karena f < fr, maka penampang balok belum retak
d = 380 mm
h = 450 mm
d = 70 mm
h d
b = 300 mm
As = 3 D 29 = 1935 mm

As

d'
b

Gambar 2.2 Penampang Persegi untuk Contoh 2.1


b)

(3.3)(2278125000)

=

225
Mcr = 33412500 N-mm = 33.4 kN-m
=

Contoh 2.2 (gambar 2.3)


a) Bila Balok T dalam posisi uncrack. Hitung tegangan pada beton di serat teratas dan
terbawah, bila mendapat Momen = 110 kN-m
b) Bila fc = 21 MPa, dan beton normal digunakan, hitung beban terbagi rata yang dapat
di tahan dengan anggapan balok sederhana dengan bentang = 7.3 m
c) Ulangi (b), bila balok di balik

bf

hf

Centroid

M
M
bf
bw
h
hf

=
=
=
=
=
=

110
kNm
110000000 Nmm
1500 mm
300
mm
800
mm
125
mm

bw
Gambar 2.3 Penampang Balok T untuk Contoh 2.2
Penyelesaian :
a) Tentukan garis netral dan Momen Inersia
Garis Netral


( 2 ) + ( )( ) ( + 2 )
+ ( )( )

= (1500)(125) (125/2) + (300) (800-125) (125+(800-125)/2)


1500125 + 300(800-125)

= 270.1923077 mm = 270. 2 mm
Momen Inersia
2

( )
3

( )
]
=
+ ( ) +
+ ( ) [
12
2
12
2
Ig = 1500125 / 12 + 1500125(270.2 - 125/2) + 300(800-125) /12
+ 300(800 - 125)[270.2 - 125 - (800 - 125)/2]
Ig = 244140625 + 8088017751 + 7688671875 + 7488905325
Ig = 23509735577 mm
Tegangan pada serat teratas akibat Momen
fa = Mc/I
fa = (110000000 270.2) / 23509735577
fa = 1.26 MPa

Tegangan pada serat terbawah akibat Momen


fb = Mc/I
fb = [110000000 (800 - 270.2)] / 23509735577
fb = 2.48 MPa
b)

Hitung modulus of rupture

fc' = 21MPa
fr = 0.62()(fc') = 0.62(1)(21)
fr = 2.8Mpa
Moment Retak
Mcr = fr Ig/c
Mcr = (2.8 23 509 735 577) / (800 - 270.2)
Mcr = 124 247 459 Nmm
L = 7300 mm
w = 8 M / L
w = (8 124 247 459) / 7300
w = 18.65 N/mm
c) Bila Balok T di balik
Mcr = fr Ig/c
Mcr = (2.8 23 509 735 577) / 270.2
Mcr = 243 631 139 Nmm
L = 7300 mm
w = 8 M / L
w = (8 243 631 139) / 7300
w = 36.57 N/mm
2.3

Tahap Beton Retak (Concrete cracked Elastic Stress Stage)


Ketika momen lentur menjadi lebih besar dan menyebabkan tegangan tarik pada serat

terekstrim lebih besar dari fr (modulus of rupture), hal ini dianggap bahwa terjadi retak pada
beton dan tegangan tarik pada beton diabaikan. Dan tegangan tarik di beton digantikan
posisinya oleh tegangan tarik pada penulangan.

Tegangan pada umumnya dianggap kurang dari 0.5 fc. Pada tahap ini, karena beton
(dalam hal ini luas beton), daerah tarik diabaikan, dan digantikan fungsinya oleh baja
tulangan, sedang material beton dan material tulangan berbeda, untuk itu luas tulangan dari
baja perlu sesuatu nilai, yang disebut modular rasio = n, agar luas bagian yang diabaikan di
gantikan dengan luas tulangan dikalian dengan nilai n.
Nilai modular rasio = n adalah sebagai berikut:
=

Gambar 2.4 Beton Retak Tahap Tegangan Elastis


Dimana Es dan Ec, masing-masing Es adalah Modulus Elasitas Baja Tulangan, sedang Ec
adalah Modulus Elastisitas Beton.
Dimana

Es = 200 000 MPa

(SNI 2847-13 : 8:5:2)

Ec = 4700 (fc) MPa

(SNI 2847-13 : 8.5.1)

Gambar 2.5 Beton retak, penampang transformasi

Contoh 2.3
Hitung tegangan akibat lentur (spt gambar berikut), menggunakan metode luas transformasi
b

x
h d

d
d-x

NA(Neutral Axis)

As

nAs

d'

fc'
n
M
b
h
d
As

=
=
=
=
=
=
=

21
9
95
300
500
430
1935

MPa
kN-m =
mm
mm
mm
mm

95106 N-mm

Penyelesaian :
mencari nilai x
(b)(x)(x/2)
(b/2)x
(b/2)x + (nAs)x - (nAs)(d)

= (nAs)(d - x)
= (nAsd) - (nAs)x
= 0

(300/2 )x + (91935)x - (91935)(430) = 0


(150)x + (17415)x - (7488450)
= 0
dimana :
a=
150
b=
17415
c=
-7488450

=
x=
x=

2 4
2

172.8023392 mm
-288.9023392 mm

gunakan x = 173

mm

Momen Inersia
Ig = (1/3)(bx) + (nAs)(d - x)
(1/3)(300)(173) + (91935)(430 - 173)
1668015035 mm

Bending Stresses
fc = My/Ig
95000000173/1668015035
9.85 MPa
fs = nM(d-y)/Ig
995000000(430 - 173)/1668015035
131.73 MPa
Contoh 2.4
Tentukan Ketahanan Momen (Moment Resisting) yang di ijinkan, bila
fc' =
fs =

10
140

MPa
MPa

Mc = fc I / y
101668015035/173
96,417,054 Nmm
Ms = (fs I) / (n y)
(1401668015035)/(9(430 - 173))
100,960,703 Nmm
Contoh 2.5

Hitung tegangan pada balok dari gambar menggunakan metode Luas Transformasi
n=
M=
b=
h=
d=
b1 =
h1 =
As =

8
150
450
650
580
150
150
3265

kN-m = 15106
mm
mm
mm
mm
mm
mm

N-mm

Penyelesaian
Asumsi garis netral berada dibawah lubang
(b)(x)(x/2) - (b1)(h1)(x-h1/2)
= (n As)(d - x)
(450/2) x - (150)(150)(x - 150/2) = (83265)(580 - x)
225 x - (22500)(x - 75)
= (26120)(580 - x)
225 x - 22500x + 1687500
= 15149600 - (26120)x
225 x - 22500x + 26120x
= 15149600 - 1687500
225 x + 3620 x
= 13462100
225 x + 3620 x - 13462100
= 0
a = 225
b = 3620
c = -13462100
menggunakan rumus a,b,c didapatkan
x = 237 mm > 150

mm (sesuai dari asumsi)

Momen Inersia

2(1/3)(b1)(x)
(1/3)(b1)(x - h1)
(nAs)(d - x)

= 2(1/3)(150)(237)
= (1/3)(150)(237 - 150)
= (26120)(580 - 237)

(1/3)(b1)(x)
(1/3)(b1)(x - h1)
(nAs)(d - x)
Ig

=
=
=
=

1331205300
32925150
3072991880
4,437,122,330 mm

Menghitung Tegangan
fc =
=
=
fs =
=
=

My/I
150000000237 / 4437122330
8
MPa
nM(d-y)/I
8150000000 (580 - 237)/4437122330
93 MPa

CONTOH 2.6

bf

hf

d
As
bw
fc'
n=
M=
bf =
bw =
hf =
d=
As =
n As =

21
9
340
1500
300
125
700
3040
27360

MPa
kNm = 340000000 Nmm
mm
mm
mm
mm
mm
mm
bf
bw
hf

d

n As
Penyelesaian
Asumsikan garis netral berada di badan
(bf - bw)(hf)(x - hf/2) + (bw)(x)(x/2)
(1500 - 300)(125)(x - 125/2) + (300/2) x
(1200)(125)(x - 125/2) + (150) x
(150000)(x - 125/2) + (150) x
150 x + 150000x - 9375000
150 x + 150000x + 27360x
150 x + 177360x
x + 1182.4x
(x + 591.2)(x + 591.2)
(x + 591.2)
(x + 591.2)
(x + 591.2)

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

(nAs)(d - x)
(27360)(700 - x)
19152000 - 27360x
- 27360x + 19152000
- 27360x + 19152000
19152000 + 9375000
28527000
190180
190180 + (591.2)
539697.44
(539697.44)
734.641

x=
734.641 - 591.2
x=
143.441
x=
143
mm
x > hf = 143 > 125 asumsi benar, bila sebaliknya dihitung ulang
Icr pada Luasan Transformasi
(1/12)(bf - bw)(hf)
= (1/12)(1500 - 300)(125)
(bf - bw)(hf)(x - hf/2) = (1500 - 300)(125)(143 - 125/2)
(1/12)(bw)(x)
(bw)(x)(x/2)
(nAs)(d-x)
(1/12)(bf - bw)(hf)
(bf - bw)(hf)(x - hf/2)
(1/12)(bw)(x)
(bw)(x)(x/2)
(nAs)(d-x)
Icr

= (1/12)(300)(143)
= (300)(143)/4
= 27360(700 - 143)
=
=
=
=
=
=

195312500
972037500
73105175
219315525
8488412640
9,948,183,340

mm

Tegangan pada Beton


fc = Mx/Icr
= 340000000143 / 9948183340
= 4.89 MPa
Tegangan pada Tulangan
fs = nM(d-x)/Icr
= 9340000000 (700 - 143) / 9948183340
= 171.33 MPa
2.4

Tahap Kekuatan Ultimate


Bila tegangan tekan melebihi 0.5 fc, retak akibat tegangan tarik bergerak ke atas, dan

tegangan tekan beton tidak lagi menjadi lurus, Tegangan tarikpun menjadi tegangan leleh
(yield). Variasi tegangan diperlihatkan pada gambar 2.6.
Untuk lebih menggambarkan tiga tahap perilaku balok yang baru saja dijelaskan,
diagram momen kelengkungan ditunjukkan pada gambar 2.7. Pada diagram ini,
didefinisikan sebagai perubahan sudut dari balok lebih panjang tertentu dan dihitung dengan
persamaan berikut di mana adalah regangan dari serat terjauh dari balok, y, dari sumbu
netral balok.
=

Tahap pertama dari diagram akibat momen yang kecil dimana lebih kecil dari Momen
retak (cracking Momen, Mcr). Pada daerah ini regangan adalah kecil, pada diagram relative

mendekati vertical dan sangat dekat dengan garis lurus. Ketika Momen di tambah dan
melebihi momen retak (Mcr), sudut kelengkungan berkurang sedikit, hal ini disebabkan balok
tidak cukup kaku dalam tahap awal sebelum beton retak. Diagram hampir sebagai garis lurus
mulai dari Mcr ke titik tulangan mulai leleh. Setelah tulangan meleleh, balok mempunyai
pertambahan kapasitas Momen yang sangat kecil, sudut kelengkungan menjadi sangat datar.

Gambar 2.6 Tahap Ultimate

Gambar 2.7 Diagram Curvature vs Momen untuk beton bertulang dengan hanya tulangan
tarik.

0.85 fc
a = c

c
h

tegangan
tekan beton

As

C=0.85 fc a b

(d - a/2)

fy

d'
b

balok

Tegangan
tekan aktual

Tegangan
tekan asumsi

Gambar 2.8. Tekan dan Tarik dan Momen Nominal


CONTOH 2.8
Tentukan Moment Nominal (Mn) dari penampang balok
fy = 420 MPa
fc' = 28
MPa
b = 300 mm
h = 500 mm
d = 430 mm
As = 1530 mm
Penyelesaian
Hitung Gaya Tarik dan Tekan (T dan C)
T = As fy
= 1530420
= 642600
C = 0.85 fc' a b
= 0.8528300a
= 7140 a
H
T
7140 a
a
a

=
=
=
=
=

0
C
642600
642600/7140
90 mm

Mn

=
=
=
=

C ( d - a/2)
642600(430 - 90/2)
247401000
Nmm
247.401 kN-m

atau
T =
As fy =
a =
a =
a =
Mn

=
=
=
=
=

C
0.85 fc' a b
(As fy)/(0.85 fc' b)
(1530420)/(0.8528300)
90
mm

T(d - a/2)
(As fy)(d - a/2)
(1530420)(430 - 90/2)
247401000
Nmm
247.4
kNm

SOAL LATIHAN
d'

As'
h

As

As2

As

As1
d'

b
(a) Tulangan Tunggal

(b) Tulangan Rangkap


Gambar 2.9. Balok Persegi

(c) Tulangan Tunggal 2 lapis

bf
hf

d
As
bw
Gambar 2.10. Balok T

d1
'd1
'

No (1 - 3) : hitung Momen Retak (Mcr)


1. Gambar 2.9(a), fc = 28 MPa, b = 350 mm, h = 600 mm, d = 520 mm, As = 3 D19
2. Gambar 2.9(a), fc = 28 MPa, b = 300 mm, h = 500 mm, d = 420 mm, As = 2 D25
3. Gambar 2.10 (T), fc = 28 MPa, bf = 600 mm, bw = 200mm, h = 500 mm, hf= 100
mm, d = 420 mm, As = 2 D19
No (4-6), Hitung tegangan pada beton dan baja menggunakan metode Luas Transformasi
4. Gambar 2.9(a), fc = 28 MPa, b = 350 mm, h = 600 mm, d = 530 mm, As = 4 D29,
n = 9, M = 130 kNm
5. Gambar 2.9(a), fc = 28 MPa, b = 350 mm, h = 500 mm, d = 420 mm, As = 4 D36,
n=9
q = 20 kN/m (termasuk BS)
q
L =8m
L
6. Gambar 2.9(b), fc = 28 MPa, b = 400 mm, h = 700 mm, d = 630 mm, d = 70 mm,
As = 4 D29, As = 2 D25 , n = 9 , M = 275 kN-m
No (7-12). Hitung nilai Mn dengan gambar 2.9(a) untuk no 7-11
7. fc' = 35 MPa ; fy = 350 MPa ; b = 300 mm ; d = 600 mm, As = 3 D 36
8. fc' = 28 MPa ; fy = 350 MPa ; b = 320 mm ; d = 600 mm, As = 3 D 36
9. fc' = 24 MPa ; fy = 420 MPa ; b = 350 mm ; d = 530 mm, As = 3 D 25
10. fc' = 24 MPa ; fy = 420 MPa ; b = 370 mm ; d = 530 mm, As = 3 D 25
11. fc' = 35 MPa ; fy = 350 MPa ; b = 300 mm ; d = 600 mm, As = 4 D 36
12. Gambar 2.9(c) : fc' = 24 MPa ; fy = 420 MPa ; b = 350 mm ; h = 600 mm, d = 460
mm ; d1 = 70 mm ; As1 = 3 D 25 ; As2 = 3 D 25

Anda mungkin juga menyukai