PJ Dosen
Asisten
SANITASI PERALATAN
Kelompok 7/AP2
Imma Nuriana
J3E113014
J3E113052
Romarta Pardede
J3E413130
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi memegang peranan penting dalam industri pangan karena
merupakan usaha atau tindakan yang diterapkan untuk mencegah terjadinya
perpindahan penyakit pada makanan. Dengan menerapkan sanitasi yang tepat dan
baik, maka keamanan dari pangan yang diproduksi akan dijamin aman untuk
dikonsumsi (Rachmawan, 2001).
Penggunaan wadah dan alat-alat pengolahan yang kotor dan mengandung
mikroba dalam jumlah yang cukup tinggi merupakan salah satu sumber
kontaminasi utama dalam pengolahan pangan. Perlakuan sanitasi terhadap wadah
dan alat-alat tersebut harus efektif sehingga bebas dari mikroorganisme pembusuk
dan pathogen yang dapat membahayakan kesehatan.
Untuk mendapatkan makanan yang aman dan berkualitas maka diperlukan
alat-alat yang aman, bersih, bebas kontaminasi, serta kondisi yang baik. Hal ini
terkait dengan penyimpanan dan perlakuan yang diberikan pada bahan sebelum
diolah. Penanganan yang tepat akan mempertahankan mutu dan sanitasi bahan
sebelum diproses. Sangat tidak dianjurkan mengguakan alat-alat yang sudah
mengalami cacat visual, rusak dan berjamur karena akan menyebabkan terjadinya
kontaminasi pada produk akhir yang dihasilkan dan dapat menurunkan kualitas
produk akhir olahan pangan (Puspitasari, 2004).
Untuk menguji efisiensi proses sanitasi terhadaap wadah dan alat-alat
pengolahan dapat digunakan metode bilas, metode celup maupun metode oles
(swab). Metode yang dipilih disesuaikan dengan jenis atau bentuk wadah dan alatalat pengolahannya.
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk menguji kehigienitasan pada suatu wadah dan
alat dengan metode bilas, metode celup ataupun metode oles (swab), serta untuk
menguji efisiensi proses sanitasi terhadap wadah dan alat-alat pengolahan.
BAB II
Metode bilas/celup
METODOLOGI
2.1 Alat dan bahan
-Bahan
-Alat
Media APDA
Asam tartarat
Media NA
Media EMBA
Inkubasi 3
Amati kuantitatif
Pewarnaan spora
1ml
Metode oles/swab
9ml
1ml
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel pengamatan sanitasi peralatan
Kelompok 1. Metode Celup (Sendok Sayur)
Media
APDA
NA
100
TBUD
Koloni
menyebar
Pengenceran
10-1
TBUD
Koloni
menyebar
10-2
TBUD
Koloni
menyebar
Jumlah
koloni/wadah
> 2,5 x 102
-
100
TBUD
Koloni
menyebar
Pengenceran
10-1
TBUD
Koloni
menyebar
10-2
TBUD
Koloni
menyebar
Jumlah
koloni/wadah
> 2,5 x 102
-
100
3
Koloni
menyebar
Pengenceran
10-1
-
10-2
-
Jumlah
koloni/wadah
> 2,5 x 102
10-2
Jumlah
koloni/wadah
TBUD
TBUD
>2,5 X 102
100
1 koloni
menyebar
TBUD
Pengenceran
10-1
Pengenceran
0
EMBA
APDA
NA
10
33
13
Koloni
menyebar
10-1
6
0
TBUD
Jumlah koloni/cm2
4,0 koloni/cm2
1,3 koloni//cm2
Pengenceran
0
EMBA
APDA
NA
10-1
TBUD
TBUD
10
TBUD
18
TBUD
Jumlah koloni/cm2
>2,5 x 102
<2,5 x 102
>2,5 x 102
Pengenceran
100
0
1
21
10-1
0
0
7
Pengenceran
0
EMBA
APDA
NA
10
Koloni
menyebar
0
Koloni
menyebar
10-1
9
0
Koloni menyebar
3.2 Pembahasan
Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan berasal dari
penggunaan wadah dan alat pengolahan yang kotor dan mengandung mikroba
dalam jumlah cukup tinggi. Pencucian alat pengolahan dengan menggunakan air
yang kotor, dapat menyebabkan mikroba yang berasal dari air pencuci dapat
menempel pada wadah / alat tersebut.
Praktikum ini akan membahas hasil pengujian sanitasi wadah dan alat
pengolahan. Salah satu sumber kontaminan utama dalam pengolahan pangan
berasal dari penggunaan wadah dan alat-alat pengolahan yang kurang bersih.
Sanitasi yang dilakukan terhadap wadah dan alat-alat pengolahan meliputi
pencucian untuk menghilangkan kotoran dari sisa-sisa makanan. Pengujian
efisiensi dari proses sanitasi dapat digunakan metode bilas untuk wadah dan alatalat pengolahan yang tertutup, sedangkan untuk alat-alat pengolahan yang
besar menggunakan metode swab.
Sanitasi sendok sayur (metode celup)
Pengujian sanitasi sendok sayur dengan menggunakan metode bilas terdiri
dari dua perlakuan yaitu sendok tanpa dicuci dan sendok yang dicuci. Metode
celup biasanya diujikan terhadap peralatan atau wadah yang berukuran
kecil,termasuk sendok. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan sendok
kedalam 200 ml larutan fisiologis. Dari 200 ml larutan fisiologis tersebut dipipet
1ml dimasukkan kedalam 9 ml larfis. Tahap selanjutnya adalah inokulasi sampel 1
ml dari 200 ml larfis ke dalam cawan petri, 1 ml dari 9 ml larfis, dan 0,1 ml dari 9
ml larfis kemudian ditambahkan media APDA dan didiamkan hingga membeku.
Sisa dari larfis 200 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 10 ml, dan
juga sisa dari larfis 9 ml kemudian didihkan dalam waterbath suhu 800 selama 15
menit, lalu sebanyak 1 ml dari larfis 10 ml, 1ml dan 0,1 ml dari larfis 9 ml
diinokulasikan ke dalam cawan petri kemudian ditambahkan media NA serta
didiamkan hingga beku. Tahap terakhir adalah inkubasi selama 48 jam pada suhu
30oC kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni mikroorganisme.
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan kelompok 1 dan kelompok 2
terdapat koloni menyebar dan tidak bisa untuk dihitung dari semua cawan baik
dari media APDA maupun NA. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
mikroba dalam jumlah yang tinggi pada sendok. Berdasarkan perlakuan yang
dilakukan seharusnya sendok yang telah dicuci terlebih dahulu memiliki jumlah
mikroba yang lebih kecil dibandingkan dengan sendok yang tidak dicuci terlebih
dahulu. Hal tersebut dapat terjadi karena setelah di cuci, air yang digunakan
untuk membilas terdapat mikroorganisme kontaminan. Hal ini menunjukkan
proses pencuciana terhadap wadah botol belum tentu efektif untuk mengurangi
adanya pertumbuhan mikroorganisme yang akan mengkontaminasi bahan
makanan yang akan diolah dan dihasilkan. Hasilnya tergantung dari desinfektan
atau sanitizer yang dipakai serta air yang digunakan untuk membilas setelah
pencucian.
Media APDA digunakan untuk menumbuhkan dan menghitunng jumlah
khamir beserta kapang dalam suatu sampel. Sedangkan media NA merupakan
media yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana
medium ini berasal dari sentetik dan memiliki kegunaan sebagai media yang baik
untuk pertumbuhan bakteri. Peralatan dalam industri pengolahan pangan
merupakan alat yang bersentuhan langsung dengan bahan, untuk menghindari
terjadinya kontaminasi maka peralatan yang digunakan untuk mengolah dan
menyajikanmakanan harus sesuai dengan peruntukannya dan memenuhi
persyaratan
higiene
sanitasi.
Peralatan
harus
segera
dibersihkan
dan
Tidak berbeda dengan sendok, saringan pun memiliki jumlah mikroba yang
cukup tinggi baik saringan yang sudah dicuci maupun saringan yang belum
dicuci. Berdasarkan perlakuan yang berbeda terhadap saringan seharusnya data
yang diperoleh juga berbeda. Hal tersebut dapat terjadi karena setelah di cuci, air
yang digunakan untuk membilas terdapat mikroorganisme kontaminan. Hal ini
menunjukkan proses pencuciana terhadap wadah botol belum tentu efektif untuk
mengurangi adanya pertumbuhan mikroorganisme yang akan mengkontaminasi
bahan makanan yang akan diolah dan dihasilkan.
Sanitasi mangkok (metode swab)
Peralatan pengolahan pangan khususnya yang langsung kontak dengan
pangan dapat mencemari pangan jika kotor. Oleh karena itu, peralatan pengolahan
pangan harus dijaga agar selalu tetap bersih. Untuk menghindari pencemaran
bahaya fisik, kimia maupun biologis dari peralatan. Untuk itu perlu di lakukannya
sanitasi alat pengolahan.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian sanitasi alat pengolahan
dengan menggunakan metode swab. Pengujian sanitasi pada alat pengolahan
dengan metode swab ini adalah dengan cara mengolesi permukaan alat yang akan
diuji sanitasinya. Alat pengolahan serta perlakuan yang digunakan dalam
pengujian yaitu mangkok , perlakuan yang diberikan yaitu mangkok tidak dicuci
dan mangkok yang dicuci.
Pengujian sanitasi alat pengolahan yaitu dengan cara memasukkan swab
kedalam tabung reaksi yang berisi atau larutan fisiologis steril 9 ml yang
bertujuan untuk membasahi swab agar mikroorganisme dapat menempel pada
swab saat mengoles pada alat pengolahan yang diuji setelah itu di peras
(menekannya pada dinding tabung bagian atas sambil diputar-putar). Kemudian
dilanjutkan dengan mengoles sebanyak 3 kali permukaan peralatan yang diuji.
Tahap selanjutnya adalah mencelupkan hasil swab ke dalam larfis kembali agar
mikroorganisme yang menempel saat pen-swab-an dilakukan dapat tercampur
pada larutan fisiologis steril. Kemudian dipipet 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan
kedalam cawan dan diberi media APDA dan EMBA (duplo). Sisa hasil larfis
dimasukkaan kedalam waterbath suhu 80o selama 15 menit. Setelah keluar dari
-1
Pada cawan yang diberi media EMBA pada tingkat pengenceran pertama maupun
kedua tidak ada koloni yang tumbuh , hal ini berarti pada alat tersebut tidak
mengandung mikroba koliform. Pada cawan yang diberi media NA pada tingkat
pengenceran 10 o terdapat jumlah koloni 600 dan pada 10 -1 terdapat jumlah koloni
54. Hal ini menunjukan bahwa pada alat pengolahan jenis mikroba yang tumbuh
paling banyak adalah bakteri. Karena dilihat dari hasil yang di dapat pada tingkat
pengenceran pertama didapat jumlah koloni yang sangat banyak , begitu pun pada
tingkat pengenceran kedua.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pada sendok
yang sudah dicuci dan belum dicuci dan diuji dengan metode celup terdapat
kapang dan khamir,serta bakteri yang menempel pada sendok tersebut dengan
koloni yang menyebar dan tidak bisa untuk dihitung. Pada saringan yang belum
dicuci dan sudah dicuci yang diuji dengan metode celup terdapat koloni menyebar
dan tidak bisa untuk dihitung yaitu bakteri,kapang dan khamir.
Pada mangkuk yang sudah dicuci dan belum dicuci yang diuji dengan
metode swab terdapat bakteri koliform dan total bakteri dalam jumlah koloni yang
menyebar dan tidak bisa untuk dihitung sedangkan pada APDA ditemukan kapang
dan khamir dalam jumlah yang sedikit. Pada gelas yang belum dicuci yang diuji
dengan metode swab tidak terdapat bakteri koliform, kapang dan khamir,namun
terdapat total bakteri pada media NA. Pada gelas yang sudah dicuci dan diuji
dengan metode swab tidak terdapat kapang dan khamir,namun ditemukan bakteri
dan bakteri koliform dengan koloni menyebar dan tidak bisa untuk dihitung.
4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum sanitasi peralatan ini yaitu sebaiknya
praktikan melakukan praktikum dengan benar dan bekerja secara aseptis agar
hasil yang didapatkan sesuai dan tidak terjadi kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, 1989. Dsar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan.UNBRA. Malang.
Puspitasari. 2004. Sanitasi dan Higiene dalam Industri Pangan. Jember: Jurusan
THP FTP UNEJ.
Rachmawan, Obin. 2001. Sumber Kontaminasi dan Teknik Sanitasi. Available
online at http://www. bos.fkip.uns.ac.id. (05 November 2014).
LAMPIRAN
Tabel gambar Sanitasi Peralatan metode Swab (Kelompok 7)
APDA + 1 mL sampel
NA + 0,1 mL sampel
NA + 1 mL sampel
EMBA + 1 mL sampel