Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Infeksi Saluran Kemih (lSK) adalah keadaan adanya infeksi
(ada perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih, meliputi
infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih
dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.1
Infeksi akut saluran kemih digolongkan menjadi dua
kategori anatomik umum, yaitu infeksi saluran bawah seperti
uretritis dan sistitis, dan infeksi saluran atas seperti pielonefritis
akut, prostatitis, abses intrarenal dan perinefrik. Infeksi di
berbagai tempat dapat terjadi bersama-sama atau secara
independen dan mungkin asimtomatik atau menyebabkan salah
satu sindrom klinis. Infeksi uretra dan kandung kemih sering
dianggap infeksi superfisial (atau mukosa), sedangkan prostatitis,
pielonefritis, dan supurasi ginjal menandakan telah adanya invasi
ke dalam jaringan.
Pielonefritis

akut

nonkomplikata

adalah

suatu

proses

inflamasi dari parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi


bakteri.3

Insiden pielonefritis akut nonkomplikata lebih sering

ditemukan
meskipun

pada

pada

perbedaan

wanita

ini

akan

dibandingkan
menyempit

dengan
seiring

pria,

dengan

perkembangan usia, terutama pada pasien usia 65 tahun ke


atas.4
Pada wanita, pielonefritis menunjukkan distribusi trimodal,
dengan peningkatan insiden pada perempuan usia 0-4 tahun,
memuncak

pada

usia

15-35

tahun,

dan

secara

bertahap

meningkat lagi setelah usia 50 tahun hingga memuncak kembali


pada usia 80 tahun. Sementara pada pria, distribusi umur dari
pielonefritis merupakan distribusi bimodal. Insidensi pielonefritis

pada pria terjadi peningkatan yang pesat pada usia 0-4 tahun
dan secara bertahap meningkat setelah usia 35 tahun dan
memuncak pada usia 85 tahun. Studi berbasis populasi terhadap
pielonefritis akut yang dilakukan di Amerika Serikat menemukan
fakta bahwa rata-rata kasus pielonefritis setiap tahunnya adalah
15-17 kasus dari 10.000 wanita dan 3-4 kasus dari 10.000 pria.4
Etiologi

sebagian

besar

kasus

pielonefritis

akut

nonkomplikata tanpa tanda-tanda klinis batu atau kelainan


urologik sering disebabkan oleh bakteri E. coli.2
beberapa

faktor

risiko

juga

dapat

Selain itu,

meningkatkan

insiden

terjadinya pielonefritis seperti uretra pada wanita yang lebih


pendek daripada pria, batu pada ginjal atau kandung kemih,
massa

intraabdomen

atau

pelvis,

pembesaran prostat jinak pada pria.5

dan

bisa

juga

karena

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI dan FISIOLOGI GINJAL
Saluran kemih dibagi dua berdasarkan anatomi, bagian atas dan bawah.
Saluran kemih bagian atas meliputi ginjal dan ureter. Batas antara saluran kemih
bagian bawah dan atas adalah ureterovesikular junction yang merupakan peralihan
ureter terhadap vesika urinaria. Saluran kemih bagian bawah meliputi vesika
urinaria dan uretra.
Selain fungsi ekskresi, fungsi sistem urinaria melainkan menyimpan urin,
regulasi volume darah dan regulasi pembentukan eritrosit.5

Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang letaknya retroperitoneal, pada
bagian posterior dinding abdomen. Fungsi ginjal adalah untuk mengekskresi air,
garam dan sisa metabolisme dalam darah dalam bentuk urin dan sebagai pengatur
keseimbangan cairan dan asam basa pada tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada
manusia, masing masing di sisi kiri dan kanan tulang vertebra. Ginjal kanan
secara anatomis terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar
pada bagian superior. Ginjal terbungkus oleh 3 lapisan yaitu perirenal fat, renal
fascia dan pararenal fat.5
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian6:
Korteks: bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus
renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal
dan tubulus kontortus distalis.
Medula: terdiri dari 9-14 pyramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus,
lengkung Henle dan tubulus pengumpul (ductus collectivus).
Columna renalis: bagian korteks di antara pyramid ginjal
Processus renalis: bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks

Hilus renalis: suatu bagian di mana pembuluh darah, serabut saraf atau
duktus memasuki/meninggalkan ginjal.
Papilla renalis: bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul
dan calix minor.
Calix minor: percabangan dari calix major.
Calix major: percabangan dari pelvis renalis.
Pelvis

renalis:

disebut

juga

piala

ginjal,

yaitu

bagian

yang

menghubungkan antara calix major dan ureter.


Ureter: saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Masing masing ginjal memiliki kurang lebih 1 juta nefron. Nefron
merupakan unit fungsional ginjal yang terdiri dari badan malphigi. Badan
malphigi terdiri dari kapsula bowman, glomerulus, tubulus kontortus proksimal,
lengkung henle, tubulus kontortus distal yang akan bermuara di tubulus
kolektivus. Pada sekeliling tubulus terdapat pembuluh darah kapiler arteriol yang
akan membawa darah dari dan menuju glomerulus serta kapiler peritubulus.
Nefron terbagi menjadi dua berdasarkan tempatnya, nefron kortikal
(glomerulus terletak di korteks dan sebagian lengkung henle sampai medulla
renal) dan nefron juxtamedula (glomerulus terletak di tepi medula dengan
sebagian besar lengkung henle terdapat pada bagian medula).5
Ginjal mendapatkan perdarahan dari A. renalis yang merupakan
percabangan dari aorta abdominalis, sedangkan vena renalis akan bermuara pada
vena cava inferior. Ginjal mendapatkan sekitar 22 persen dari cardiac output atau
1100 ml/menit. A. renalis memasuki ginjal melewati hilus dan bercabang secara
progresif menjadi A. interlobaris, A. arcuate, A. interlobularis dan arteriol aferen.
Distal dari arteriol aferen yang membentuk glomerulus akan membentuk arteriol
eferen yang selanjutnya membentuk second capillary network (kapiler
peritubular). Ginjal memiliki persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan
simpatis ginjal melalui segmen T10-L1 atau L2 melalui n.splanchnicus mayor,
n.splanchnicus imus dan n.lumbalis. Saraf ini berperan untuk vasomotrik dan
aferen iseral. Sedangkan persarafan simpatis melalui n.vagus. 6

Fisiologi Ginjal
Selain mengatur keseimbangan biokimia tubuh dengan cara mengatur
keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah dan asam basa ginjal juga
berperan dalam produksi hormon seperti4:
Eritropoietin: menstimulasi produksi eritrosit di sumsum tulang.
Eritropoietin disekresikan saat ginjal mengalami hipoksia. Hampir semua hormon
eritropoietin yang terdapat dalam darah disekresi oleh ginjal.
1,25-Dihydroxyvitamin D3 (calcitriol): merupakan bahan aktif dari
vitamin D. Prekursor vitamin D terhidroksilasi di ginjal. Calcitriol adalah vitamin
esensial untuk meregulasi kalsium deposisi pada tulang dan kalsium reabsorbsi
dalam traktus digestivus. Calcitriol juga mempunyai peran penting dalam refulasi
kalsium dan fosfat.
Renin: berfungsi sebagai regulator tekanan arteri jangka pendek. Renin
bekerja pada jalur angiotensin untuk meningkatkan tekanan vaskuler dan produksi
aldosteron.
Prostaglandin: berfungsi sebagai vasokonstriktor dan regulasi garam dan
air.
3 tahap pembentukan urin4,7:

1) Filtrasi glomerular
Pembentukan kemih dimulai dengan filtrasi plasma pada glomerulus,
seperti kapiler tubuh lainnya, kapiler glomerulus secara relatif bersifat
impermeabel terhadap protein plasma yang besar dan cukup permeabel terhadap
air dan larutan yang lebih kecil seperti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Aliran darah ginjal (RBF = Renal Blood Flow) adalah sekitar 22% dari
curah jantung atau sekitar 1100 ml/menit. Sekitar seperlima dari plasma atau
sekitar 125 ml/menit dialirkan melalui glomerulus ke kapsul Bowman. Ini dikenal
dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan
masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan
tekanan yang terdapat antara kapiler glomerulus dan kapsula bowmans, tekanan
hidrostatik darah dalam kapiler glomerulus mempermudah filtrasi dan kekuatan
ini dilawan oleh tekanan hidrostatik filtrat dalam kapsula bowmans serta tekanan
osmotik koloid darah. Filtrasi glomerulus tidak hanya dipengaruhi oleh tekanantekanan koloid diatas namun juga oleh permeabilitas dinding kapiler.
2) Reabsorpsi
Zat-zat yang difilltrasi ginjal dibagi dalam 3 bagian yaitu : non elektrolit,
elektrolit dan air. Setelah filtrasi langkah kedua adalah reabsorpsi selektif zat-zat
tersebut kembali lagi zat-zat yang sudah difiltrasi. Hasil sisa metabolisme seperti
urea, kreatinin, asam urat sedikit di reabsorbsi pada tubulus ginjal. Sebaliknya
elektrolit seperti natrium, klorida dan bikarbonat terreabsorbsi dalam jumlah
banyak, hingga kadar elektrolit dalam urin akan rendah. Beberapa zat hasil filtrasi
akan direabsorpsi sepenuhnya, seperti asam amino dan glukosa. Reabsorbsi terjadi
dalam tubulus kontortus proksimal, lengkung henle dan tubulus kontortus distal.
3) Sekresi
Sekresi tubular melibatkan transport aktif molekul-molekul dari aliran
darah melalui tubulus kedalam filtrat. Banyak substansi yang disekresi tidak
terjadi secara alamiah dalam tubuh (misalnya penisilin). Substansi yang secara
alamiah terjadi dalam tubuh termasuk asam urat dan kalium serta ion-ion
hidrogen.

Pada tubulus kontortus distal, transport aktif natrium sistem carier yang
juga telibat dalam sekresi hidrogen dan ion-ion kalium tubular. Dalam hubungan
ini, tiap kali carier membawa natrium keluar dari cairan tubular, cariernya bisa
hidrogen atau ion kalium kedalam cairan tubular perjalanannya kembali jadi,
untuk setiap ion natrium yang diabsorpsi, hidrogen atau kalium harus disekresi
dan sebaliknya. Pilihan kation yang akan disekresi tergantung pada konsentrasi
cairan ekstratubular (CES) dari ion-ion ini (hidrogen dan kalium). Pengetahuan
tentang pertukaran kation dalam tubulus distalis ini membantu kita memahami
beberapa hubungan yang dimiliki elektrolit dengan lainnya. Sebagai contoh, kita
dapat mengerti mengapa bloker aldosteron dapat menyebabkan hiperkalemia atau
mengapa pada awalnya dapat terjadi penurunan kalium plasma ketika asidosis
berat dikoreksi secara theurapeutik.
Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan
kandung kemih, dengan panjang 25 -30 cm dan diameter < 5
mm.Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada pelvis
ginjal (ureteropelvic junction), di titik saat ureter menyilang dengan A. illiaka, dan
di titik pertemuannya dengan kendung kemih (ureterovesicular junction). Lapisan
dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa jaringan ikat (jaringan fibrosa),
lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos, lapisan sebelah dalam merupakan
lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik
tiap 5menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih. Gerakan peristaltic ureter dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis
dimana gerakan di stimulasikan oleh parasimpatis dan dihambat oleh simpatis.6
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter.
Sfingter adalah suatu struktur muskuler yang dapat membuka dan menutup
sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam vesika
urinaria. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di
tampung dan terkumpul di dalam vesika urinaria.6

Vesika urinaria
Vesika urinaria merupakan kantong muskular yang bagian dalamnya
dilapisi oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai
tempat menampung air kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang
merupakan hasil buangan penyaringan darah. Dalam menampung air kemih
kandung kemih mempunyai kapasitas maksimal yaitu untuk volume orang dewasa
lebih kurang adalah 300-450 ml.5
Vesika urinaria bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan
mengkerut. Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada
pelvis dan ketika lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada
pada abdomen di atas pubis. Ukurannya secara bertahap membesar ketika sedang
menampung jumlah air kemih yang secara teratur bertambah. Saat vesika urinaria
penuh terjadi micturition reflex dimana m. detrusor akan berkontraksi untuk
meningkatkan tekanan dalam vesika. Pada puncak reflex ini, impuls akan
ditransmisikan melalui n. pudendus untuk menginhibisi kontraksi sphingter
eksterna.6
Uretra
Uretra merupakan saluran yang membawa urin keluar dari vesica urinaria
menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita.
Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ
seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita
panjangnya sekitar 3.5 cm. Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter
interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan
m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan
wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih
dan bersifat volunter).8,6
Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars preprostatika, pars prostatika, pars
membranosa dan pars spongiosa.5,6
Pars preprostatika (1-1.5 cm): bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae

internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh
persarafan simpatis.
Pars prostatika (3-4 cm): bagian yang melewati/menembus kelenjar
prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
Pars membranosa (12-19 mm): bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal
yang berada di bawah kendali volunter (somatis).
Pars spongiosa (15 cm): bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi
oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.
Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding
uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara
pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m.
spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak
seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.5

Anda mungkin juga menyukai