Referat Batu Saluran Kemih
Referat Batu Saluran Kemih
PENDAHULUAN
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah adanya batu dalam saluran kemih,
mulai dari ginjal hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri atas
salah satu atau campuran dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, sistin,
struvit atau santin.1 Angka kejadian urolithiasis berbeda pada setiap negara. Di
negara-negara berkembang banyak dijumpai pasien batu buli-buli sedangkan di
negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih atas. Hal ini dapat terjadi
karena adanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien sehari-hari.2 Peningkatan
kejadian batu pada saluran kemih bagian atas terjadi di abad-20, khususnya di
daerah bersuhu tinggi dan Negara berkembang. Epidemiologi batu saluran kemih
bagian atas di Negara berkembang dijumpai ada hubungan yang erat dengan
perkembangan ekonomi serta dengan peningkatan pengeluaran biaya untuk
kebutuhan makanan perkapita.2,3
Urolithiasis dapat dibagi atas empat lokasi dalam saluran kemih,
nephrolithiasis, ureterolithiasis, cystolithiasis dan urethrolithiasis. Terbentuknya
batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktorfaktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari tubuh seseorang
dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan di sekitarnya.1,3
Kekambuhan pembentukan batu merupakan masalah yang sering muncul
pada semua jenis batu dan oleh karena itu menjadi bagian penting perawatan
medis pada pasien dengan batu saluran kemih. Dengan perkembangan teknologi
kedokteran terdapat banyak pilihan tindakan yang tersedia untuk pasien, namun
pilihan ini dapat juga terbatas karena adanya variabilitas dalam ketersediaan
sarana di masing-masing rumah sakit maupun daerah.4
Referat ini membahas batu saluran kemih dalam hal anatomi, definisi, etiologi,
patogenesis, gambaran klinis, pemeriksaan penunjang, tatalaksana, komplikasi
dan pencegahan sehingga penyakit batu saluran kemih dapat didiagnosis secara
tepat dan ditatalaksana dengan baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI dan FISIOLOGI GINJAL
Saluran kemih dibagi dua berdasarkan anatomi, bagian atas dan bawah.
Saluran kemih bagian atas meliputi ginjal dan ureter. Batas antara saluran kemih
bagian bawah dan atas adalah ureterovesikular junction yang merupakan peralihan
ureter terhadap vesika urinaria. Saluran kemih bagian bawah meliputi vesika
urinaria dan uretra.
Selain fungsi ekskresi, fungsi sistem urinaria melainkan menyimpan urin,
regulasi volume darah dan regulasi pembentukan eritrosit.5
Ginjal
Ginjal merupakan salah satu organ yang letaknya retroperitoneal, pada
bagian posterior dinding abdomen. Fungsi ginjal adalah untuk mengekskresi air,
garam dan sisa metabolisme dalam darah dalam bentuk urin dan sebagai pengatur
keseimbangan cairan dan asam basa pada tubuh. Terdapat sepasang ginjal pada
manusia, masing masing di sisi kiri dan kanan tulang vertebra. Ginjal kanan
secara anatomis terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena terdesak oleh hepar
pada bagian superior. Ginjal terbungkus oleh 3 lapisan yaitu perirenal fat, renal
fascia dan pararenal fat.5
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian6:
Korteks:
Fisiologi Ginjal
Selain mengatur keseimbangan biokimia tubuh dengan cara mengatur
keseimbangan air, konsentrasi garam dalam darah dan asam basa ginjal juga
berperan dalam produksi hormon seperti4:
Eritropoietin: menstimulasi produksi eritrosit di sumsum tulang. Eritropoietin
disekresikan saat ginjal mengalami hipoksia. Hampir semua hormon eritropoietin
yang terdapat dalam darah disekresi oleh ginjal.
UROLITHIASIS
Definisi
Batu saluran kemih (urolithiasis) adalah adanya batu dalam saluran kemih,
mulai dari ginjal hingga uretra. Komposisi batu yang terbentuk dapat terdiri atas
salah satu atau campuran dari asam urat, kalsium oksalat, kalsium fosfat, sistin,
struvit atau santin.1
Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan
gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan
keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara
epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh
yang berasal dari lingkungan sekitarnya2,3.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan)
Penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.
2. Umur
Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1. Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih yang
lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah stone belt
(sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak
dijumpai penyakit batu saluran kemih.
2. Asupan air
10
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
3. Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
batu saluran kemih.
4. Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk
atau kurang aktivitas atau sedentary life.
Patogenesis
Batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempattempat yang sering mengalami stasis urin seperti pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, obstruksi
infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna merupakaan keadaan
keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu.9
Terdapat 2 mekanisme pembentukan batu yaitu supersaturasi atau infeksi.
Batu yang terbentuk dapat berbeda, pada supersaturasi (free stone formation) batu
yang terbentuk biasanya adalah batu asam urat dan sistein. Pada infeksi batu yang
terbentuk adalah hasil dari metabolisme bakteri. Sedangkan formasi batu yang
frekuensinya paling banyak, kalkulus yang mengandung kalsium, lebih kompleks
masih belum dapat jelas dimengerti.10
Batu terdiri dari bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut
dalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable dalam
urin jika tidak ada keadaan keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti
batu yang kemudian akan mengadakan agregasi dan menarik bahan bahan lain
sehingga menjadi kristal yang lebih besar. Kristal tersebut bersifat rapuh dan
belum cukup membuntukan saluran kemih. Maka dari itu agregat Kristal
menempel pada epitel saluran kemih dan membentuk retensi kristal. Dengan
mekanisme ini bahan-bahan lain diendapkan pada agregat tersebut hingga
membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.9
11
12
meningkatkan
risiko
terbentuknya
batu
kalsium
oksalat.
13
Kekurangan intake
cairan
Adanya bakteri
pemecah urea
Osmolaritas urin
meningkat (pekat)
Memudahkan
terjadinya
pengendapan
(kristalisasi)
Progresif
Gangguan metabolik
Diet
Intake kalsium/
oksalat/ purin >
intake magnesium
Hipositraturia
Reabsorbsi kalsium/
Konsentrasi Oksalat
plasma/ Konsentrasi
Purin plasma, akan
meninkat
Hiperkalsiuria/
Hiperokslauria/
Hiperurikosuria.
Batu Struvit
Gambaran Klinis
Gambaran klinis pada batu ginjal berbeda tergantung lokasi batu, ukuran dan
penyulit yang telah terjadi11:
14
Jika terjadi komplikasi seperti hidronefrosis ataupun infeksi maka gejala obstruksi
saluran kemih bagian atas seperti demam dan mual muntahpun dapat dirasakan
oleh pasien.11
Pemeriksaan Penunjang
Foto BNO polos: Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya batu radiopaque di saluran kemih3.
BNO IVP: Untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal, BNO IVP juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi batu non opaque3.
USG: Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu di ginjal ataupun di vesika
urinaria, gambaran positif batu dapat terlihat adanya posterior acoustic shadow.
USG juga dapat mengidentifikasi adanya hidronefrosis, pionefrosis atau
pengerutan ginjal3.
Pemeriksaan darah: Untuk menilai kadar komponen pembentuk batu yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya batu seperti asam urat3.
Pemeriksaan urin: Menilai adanya infeksi pada saluran kemih dari kekeruhan,
uji nitrat, leukosit, bakteri dan darah3.
Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyakit yang lebih parah. Batu dapat
dikeluarkan dengan cara medika mentosa dan non medika mentosa:
Farmakologi:
15
o Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm diharapkan
dapat keluar dengan spontan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri saat
proses pengeluaran batu dengan cara miksi. Pemberian diuretik dapat
digunakan untuk memperlancar aliran urin. Edukasi pasien untuk minum
banyak juga dapat dilakukan untuk memperlancar aliran urin11.
o Oral alkanizing agents seperti natrium atau kalium bikarbonat dapat
mendisolusikan batu yang bersifat asam. Kontraindikasi obat ini adalah pasien
dengan riwayat gagal jantung atau gagal ginjal11.
Non Farmakologi
o ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) : alat ini dapat memecah
batu ginjal, ureter proksimal atau buli buli tanpa melalui tindakan invasive dan
tanpa pembiusan. Menggunakan shockwave batu dapat dipecahkan. Pasien
dapat merasa nyeri kolik pada proses pemecahan batu. Kontraindikasi
pemecahan batu menggunakan ESWL adalah pasien hamil, infeksi saluran
kemih dan batu sistein11.
o PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy): menggunakan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dipecah menjadi
ukuran yang lebih kecil11.
o Litotripsi: menggunakan alat litotriptor dengan akses dari uretra, batu dapat
dipecahkan menjadi fragmen kecil. Pecahan batu dapat dikeluarkan dengan
evakuator Ellik11.
o Ureteroskopi: dengan memasukkan alat ureteroskopi per uretram guna
melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal11.
o Bedah laparoskopi: cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter11.
o Bedah terbuka: terbagi atas pielolitotomi dan ureterolitotomi. Pada tindakan
ini pasienpun dapat dilakukan nefrektomi jika terjadi gagal ginjal ataupun
pionefrosis11.
16
17
Komplikasi
Batu yang menyumbat pada saluran kemih dapat menyebabkan komplikasi
terhadap organ superior terhadap penyumbatan. Beberapa komplikasi urolithiasis
adalah obstruksi ureter yang dapat menyebabkan hidroureter hingga hidronefrosis.
Urin yang statis karena penyumbatan ginjalpun dapat menjadi media yang baik
untuk berkembangnya bakteri hingga dapat menyebabkan infeksi hingga
urosepsis. Pada keadaan tertentu pyonefrosis juga dapat terjadi pada batu saluran
18
kemih bagian atas. Perjalan pengeluaran batu juga dapat menimbulkan trauma
pada ureter hingga dapat membetuk striktur ureter. Dalam jangka waktu yang
lama batu dapat mengiritasi mukosa vesika urinaria secara kronis, hingga dapat
menyebabkan komplikasi karsinoma sel skuamosa.2
Pencegahan
Pencegahan urolithiasis dapat dilakukan dan dibedakan bergantung pada
komposisi batu1:
Batu asam urat: pengaturan diet rendah purin dan pemberian allopurinol
asupan cairan yang mencukupi, aktivitas yang cukup dan mengontrol beberapa
kadar zat dalam urin. Pada keadaan infeksi, pencegahan pembentukkan batu dapat
dilakukan dengan cara mengobati infeksi yang ada dengan antibiotik dan asupan
cairan yang banyak1,2.
BAB III
19
SIMPULAN
Urolithiasis adalah keadaan dimana adanya batu pada saluran kemih
dimulai dari ginjal, ureter, vesika urinaria, hingga uretra. Penyakit batu saluran
kemih menempati posisi ke dua paling sering ditemukan pada urologi dengan
seiringnya waktu karena perubahan pola hidup dan diet masyarakat. Ada beberapa
jenis batu yang dapat terakumulasi pada saluran kemih, batu kalsium oksalat,
kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit dan batu campuran. Gejala yang
ditimbulkan pada penyakit ini bergantung pada lokasi ataupun obstruksi yang
ditimbulkan oleh batu tersebut.
Komplikasi batu saluran kemih yang sering tejadi adalah penyumbatan
total dari saluran sehingga menyebabkan flow back pada urin. Efek dari flow
back dari urin adalah dapat terjadinya hidroureter hingga hidronefrosis. Pada
kasus tertentu urosepsis dapat terjadi pada pasien. Gejala yang terdapat pada
urolithiasis adalah antara lain Obstructive Lower Urinary Track Syndrome, mual
muntah, demam, nyeri kolik pada pinggang, hematuria dan sensasi keluarnya
pasir saat berkemih.
Penatalaksanaan urolithiasis antara lain adalah dengan farmakologi dan
non farmakologi. Tindakan non farmakologi yang dilakukan seperti ESWL, PNL,
litotripsi, dan bedah laparoskopi. Pencegahan penyakit batu saluran kemih dapat
dilakukan dengan cara mengatasi infeksi saluran kemih, mengontrol kadar zat
dalam darah dan hidrasi yang cukup.
DAFTAR PUSATAKA
20
21