Anda di halaman 1dari 29

Konsep Dasar

A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output.
Dimana pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman,
dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari
air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah
satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
B. Komposisi Cairan Utama
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
1. Cairan Intraseluler (CIS)
Cairan intraseluler yaitu cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh
(Abdul H, 2008). Cairan ini menyusun sekitar 70% dari total cairan tubuh
(total body water[TBW]). CIS merupakan media tempat terjadinya
aktivitas kimia sel (Taylor, 1989). Pada orang dewasa, CIS menyusun
sekitar 40% berat tubuh atau dari TBW, contoh: pria dewasa 70kg CIS
25liter. Sedangkan pada bayi 50% cairan tubuhnya

adalah cairan

intraseluler.
2. Cairan Ekstraseluler (CES)
Cairan Exstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan menyusun
sekitar 30% dari total cairan tubuh. Pada orang dewasa CES menyusun

sekitar 20% berat tubuh (Price & Wilson, 1986). CES terdiri dari tiga
kelompok yaitu (Abdul H, 2008) :
a. Cairan intravaskuler (plasma) yaitu cairan di dalam sistem vaskuler.
b. Cairan intersitial yaitu cairan yang terletak diantara sel.
c. Cairan transeluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan
serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Guna mempertahankan keseimbangan kimia dan elektrolit tubuh serta
mempertahankan pH yang normal, tubuh melakukan mekanisme pertukaran
dua arah antara CIS dan CES. Elektrolit yang berperan yaitu:anion dan kation.
C. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan
cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan
elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di
lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak
sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal
keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal
ini akan menyebabkan edema.

4.

Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan

intake

cairan

karena

kehilangan

kemampuan

untuk

memenuhinya secara mandiri.


Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.
Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal. Kehilangan
cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius
merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal
outputurine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam
pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Invisible Water Loss)


IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme
difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini
adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu
tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang
diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
D. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses (proses
transport) yaitu :
1) Difusi
Yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel.
Kecepatan difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul,
konsentrasi larutan, dan temperatur larutan
2) Filtrasi
Yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi
penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini
memungkinkan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180
liter/hari.
3) Transport Aktif
Yaitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk berpindah
melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan partikel
dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.

4) Osmosis
Yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat
melewati semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.
E. Regulasi Elektrolit
1. Kation, terdiri dari :
a. Sodium (Na+) :
1) Kation berlebih di ruang ekstraseluler.
2) Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler.
3) Sodium adalah komunikasi antara nerves dan musculus.
4) Membantu proses keseimbangan asam-basa dengan menukar ion
hidrigen pada ion sodium di tubulus ginjal : ion hidrogen di ekresikan
5) Sumber : snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
b. Potassium (K+) :
1) Kation berlebih di ruang intraseluler.
2) Menjaga keseimbangan kalium di ruang intrasel.
3) Mengatur kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan
nerves.
4) Sumber : Pisang, alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
c. Calcium (Ca++) :
1)

Membentuk garam bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di


dalam tulang dan gigi untuk membuatnya keras dan kuat.

2)

Meningkatkan fungsi syaraf dan muscle.

3)

Meningkatkan efektifitas proses pembekuan darah dengan proses


pengaktifan protrombin dan trombin.

4)

Sumber : susu dengan kalsium tinggi, ikan dengan tulang, sayuran,


dll.

2. Anion, terdiri dari :


a. Chloride (Cl-) :
1) Kadar berlebih di ruang ekstrasel.
2) Membantu proses keseimbangan natrium.

3) Komponen utama dari sekresi kelenjar gaster.


4) Sumber : garam dapur.
b. Bicarbonat (HCO3-) :
1)

Bagian dari bicarbonat buffer system.

2)

Bereaksi dengan asam kuat untuk membentuk asam karbonat dan


suasana garam untuk menurunkan PH.

3)

Regulasi bikarbonat dilakukan oleh ginjal.

c. Fosfat ( H2PO4- dan HPO42-) :


1)

Bagian dari fosfat buffer system.

2)

Berfungsi untuk menjadi energi pad metabolisme sel.

3)

Bersama dengan ion kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan


tulang.

4)

Masuk dalam struktur genetik yaitu : DNA dan RNA.

F. Gangguan Volume Cairan


1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)
Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal
sehingga rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner &
suddarth, 2002), pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).
c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian
ekstraseluler (CES).
Etiologi
Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukkan.
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
c. Perdarahan.

Patofisiologi:
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi
seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan
cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh
melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume
cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan
ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler
istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain
itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran
pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipovolemia antara lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia,
mual, muntah, haus, kekacauan mental, konstipasi, oliguria. Tergantung
jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai ketidak seimbangan
asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia
adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis
(peningkatan frekwensi jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn gagal ginjal akut.
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
a. Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Kejang pada dehidrasi hipertonik.

2. Hipervolemia (kelebihan Volume Cairan)


Hipervolemia (FVE) yaitu Keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial.
(Carpenito, 2000). Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan
isotonok dari CES yang disebabkan oleh retensi air dan natrium yang
abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara
normal berada dalam CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan
kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya menyebabkan
peningkatan air tubuh total. (Brunner & Suddarth. 2002).
Etiologi
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan interstisial ke plasma.
Patofisiologi
Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan
isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan
tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam
serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan
mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan
hipervolemia antara lain : sesak nafas, ortopnea. Mekanisme kompensasi
tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa pelepasan Peptida Natriuretik
Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi natrium dan
air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas
pada homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas
sering menyertai hipervolemia. Hipervolemia dapat menimbulkan gagal
jantung dan edema pulmuner, khususnya pada pasien dengan disfungsi
kardiovaskuler.

Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan
preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan
osmotik koloid plasma rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan
kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis
Sedangkan gangguan lainya meliputi :
Gangguan Ketidak Seimbangan Elektrolit yaitu :
1. Hyponatremia dan hypernatremia
Hyponatremia yaitu kekurangan sodium pd cairan extrasel maksudnya
terjadi perubahan tekanan osmotic sehingga cairan bergerak dari extrasel
ke intrasel mengakibatkan sel membengkak. Sedangkan hypernatremia
yaitu kelebihan sodium pada cairan extrasel sehingga tekanan osmotic
extrasel meningkat mengakibatkan cairan intrasel keluar maka sel
mengalami dehidrasi.
2. Hipokalemia dan hiperkalemia
Hipokalemia adalah kekurangan kadar potasium dalam cairan extrasel
sehingga potasium keluar dari sel mengakibatkan hidrogen dan sodium
ditahan oleh sel maka terjadi gangguan (perubahan) pH plasma. Sedangkan
hyperkalemia yaitu kelebihan kadar potasium pada cairan ektrasel, hal ini
jarang terjadi, kalaupun ada hal ini sangat membahayakan kehidupan sebab
akan menghambat transmisi impuls jantung dan menyebabkan serangan
jantung.

3. Hipokalsemia dan hiperkalsemia


Hipokalsemia yaitu kekurangan kadar calcium di cairan ekstrasel, bila
berlangsung lama, kondisi ini dapat manyebabkan osteomalasia sebab
tubuh akan berusaha memenuhi kebutuhan calcium dengan mengambilnya
dari tulang. Hiperkalsemia yaitu kelebihan kadar calcium pada cairan
extrasel, kondisi ini menyebabkan penurunan eksitabilitas otot dan saraf
yang pada akhirnya menimbulkan flaksiditas.
4. Hipokloremia dan hiperkloremia
Hipokloremia yaitu penurunan kadar ion klorida dalam serum, kondisi ini
disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan.
Hiperkloremia yaitu peningkatan kadar ion klorida dalam serum, kondisi
ini kerap dikaitkan dengan hipernatremia, khususnya saat terdapat
dehidrasi dan masalah ginjal.
5. Hipofosfatemia dan hiperfosfatemia
Hipofosfatemia yaitu penurunan kadar fosfat di dalam serum, kondisi ini
dapat muncul akibat penurunan absorbsi fosfat di usus, peningkatan
ekskresi

fosfat

dan

peningkatan

ambilan

fosfat

untuk

tulang.

Hiperfosfatemia yaitu peningkatan kadar ion fosfat dalam serum, kondisi


ini dapat muncul pada kasus gagal ginjal atau saat kadar hormon paratiroid
menurun.
Gangguan Ketidak Seimbangan Asam Basa yaitu :
1. Asidosis Respiratorik
Yaitu gangguan keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2
akibat kondisi hiperkapnia. Karena jumlah CO2 yang keluar melalui paru
berkurang, terjadi peningkatan H2CO2 yang kemudian menyebabkan
peningkatan [H+]. Tanda dan gejala klinisnya meliputi :
a. Napas dangkal, gangguan pernapasan yang menyebabkan hipoventilasi
b. Adanya tanda-tanda depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran,
dan disorientasi.
c. pH plasma <7,35; pH urine <6
d. PCO2 tinggi (>45 mm Hg)

2. Asidosis Metabolik
Yaitu gangguan yang mencakup semua jenis asidosis yg bukan disebabkan
oleh kelebihan CO2 dalam cairan tubuh. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Pernapasan kussmaul (pernapasan cepat dan dalam)
b. Kelelahan (malaise)
c. Disorientasi
d. Koma
e. pH plasma <3,5
f. PCO2 normal atau rendah jika sudah terjadi kompensasi
g. Kadar bikarbonat rendah (anak-anak <20mEq/l, dewasa <21 mEq/l)
3. Alkalosis Respiratorik
Yaitu dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi. Tanda
dan gejala klinisnya :
a. Penglihatan kabur
b. Baal dan kesemutan pada ujung jari tangan dan kaki
c. Kemampuan konsentrasi terganggu
d. Tetani, kejang, aritmia jantung (pada kasus yang gawat)
e. pH >7,45
4. Alkalosis Metabolik
Yaitu penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh defesiensi relatif asamasam nonkarbonat. Tanda dan gejala klinisnya :
a. Apatis
b. Lemah
c. Gangguan mental
d. Kram
e. pusing

Konsep Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status
cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
1) Ringan

: 2%

2) Sedang

: 5%

3) Berat

: 10%

Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral

: NGT dan oral

2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena


3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter

d. Pengukuran keluaran cairan


1) Urin

: volume, kejernihan/kepekatan

2) Feses

: jumlah dan konsistensi

3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler

: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin


dan bunyi jantung.

c. Mata

: cekung, air mata kering.

d. Neurology

reflek,

gangguan

motorik

dan

sensorik,

tingkat

kesadaran.
e. Gastrointestinal

: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntahmuntah dan.

4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik

: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun

: adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.

Hb naik

: adanya hemokonsentrasi

Hb turun

: adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

c. pH dan berat jenis urine


Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

d. Analisa gas darah


Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 40 mmHg; PO 2 : 80 100 mmHg; HCO 3- : 25
29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam
darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya
di arteri (95 98 %) dan vena (60 85 %).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c Penurunan berat badan.
d Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e Peningkatan natrium serum.
f Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g Urine pekat atau sering berkemih.
h Penurunan turgor kulit.
i Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.

f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi


atau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi
tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan
beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder
akibat gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit
katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat
varises vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.

g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak,


malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder
akibat mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia
c. Kram tungkai
d. Mual
e. Hipotensi
f. Bradikardia
g. Kesemutan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium.
C. Intervensi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih
asupan cairan min.

disukai klien dalam

2000ml/hari

batas diet.

(kecuali

terjadi b. Rencanakan

kontraindikasi).

pemberian

kooperatif.
b. Mempermudah

target
asupan

untuk memantauan
kondisi klien.

b. Menjelaskan perlu-

cairan untuk setiap

nya meningkatkan

sif, mis : siang 1000

asupan cairan pada

ml, sore 800 ml dan

saat

malam 200 ml.

stress/cuaca

panas.
c. Mempertahankan

c. Kaji

pemahaman c. Pemahaman tentang

klien tentang alasan

alsan tsb membantu

berat jenis urine

mempertahankan

klien dlm mengatasi

dalm batas normal.

hidrasi yg adekuat.

gangguan.

d. Tidak menunjukan d. Catat asupan dan d. Untuk


tanda-tanda
dehidrasi.

haluaran.

mengontrol

asupan klien.

e. Pantau asupan per e. Untuk

mengetahui

oral, min. 1500 ml/

prkembangan status

24 jam.

kesehatan klien.

f. Pantau

haluaran

cairan 1000-1500ml
/24jam. Pantau berat
jenis urine.

2. Kelebihan volume cairan


Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
tubuh klien.
Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

a. Klien

akan a. Kaji asupan diet a. Untuk mengontrol

menyebutkan faktor

dan kebiasaan yg

penyebab & metode

mendorong terjadi-

pencegahan edema.

nya retensi cairan.

b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan


penurunan edema.

asupan klien.

klien b. Konsumsi garam yg

untuk menurunkan

berlebihan

me-

konsumsi garam.

ningktkan tekanan
darah.

c. Anjurkan

klien c. Makanan yg meng-

untuk:

gunakan penyedap

i.Menghindari
makanan

rasa dan pengawet.


gurih, d. Na+

makanan kaleng &

mengikat air, jadi

makanan beku.

tubuh akan lebih

ii.Mengkonsumsi

merasa lebih cepat

mkann tnpa garam

haus.

dan menambahkan
bumbu aroma.
iii.Mggunakan cuka
pengganti

garam

utk penyedap rasa


sop, rebusan dll.
d. Kaji adanya tanda e. Venostasis dapat
venostasis

dan

bendungan

vena

pada bagian tubuh

mengakibatkan
terhambatnya aliran
darah.

yang mengantung.
e. Untuk

drainase f. Guna

limfatik yang tidak

memperlancar

adekuat:

sirkulasi.

i.Tinggikan
ekstremitas dengan

g. Perlukaan pada
daerah yang sakit

mnggunakn bantal,

menyebabkan

imobilitas,

kurang lancarnya

bidai/

balutan yang kuat,

sirkulasi peredaran

serta berdiri/duduk

darah di daerah tsb.

dlm waktu yg lama


ii.Jngn

memberikan

suntikan/infuse

pd

lengan yang sakit.


iii.Ingatkan

klien h. Semua kegiataan

untuk menghindari

tersebut

detergen yang keras,

memperparah

membawa

keadaan klien

beban

berat,

memegang

rokok,

mencabut

kutikula/
kuku,

bintil

me-nyentuh

kompor

gas,

memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
iv. Lindungi kulit yg i. Untuk mepercepat
edema dari cidera.

perbaikan jaringan
tubuh.

3. Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium)


Tujuan : Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa
dalam 48 jam.
Kriteria Hasil
Intervensi
a. Klien menjelaskan Penurunan
kadar

Rasional
a. Dengan
meng-

diet yang sesuai kalium

etahui tanda hipo-

utk mmpertahnkan a. Observasi tanda dan

kalemia, perawat

kadar kalium dlam

gejala

dapat menetapkn

batas normal.

(vertigo,

b. Klien berpartipasi

hipokalemia
hipotensi

lngkh slanjutnya.

ariotmia,

mual, b. Poliuria dpat me-

untuk melaporkan

muntah,

diare,

tanda tanda klinis

distensi

abdomen

ngeluaran kalium

hipokalemia/hiper-

,pnurunn peristaltis,

secara berlebihan.

kaenia.

kelemahan otot, dan c. Kelebihan cairan

c. Kadar kalium dlam

kram tungkai).

batas normal/dapat b. Catat


ditoleransi.

dan

haluaran.
status
klien

kalium

se-

rum.

bila d. Nilai kalium yg

terjadi hipokalemia.
d. Kenali

kan pnurunan kadar

c. Tentukan

pe-

dapat menyebab-

asupan

hidrasi

nyebabkan

perubahan

rendah dapat menyebabkan

kon-

tingkah laku yang

fusi, mudh mrah,

merupakan

depresi mental.

tanda-

tanda hipokalemia.
e. Anjurkan klien dan
keluarga

untuk

e. Kalium membantu menyeimbangkan cairan tubuh.

mngkonsmsi makan- f. Segmen ST dan


an

tinggi

kalium

gelombang T yg

(mis. Buah-buahan,

datar atau terbalik

sari

merupkn indikasi

buah,

buah

kering, syur, daging,


kacang-kacangan,
teh, kopi, dan kola).

hipokalemia.
g. Utk mengurangi
resiko

iritasi

f. Laporkan perubahan

mukosa lambung.

EKG; segmen ST yg h. Streoid

kortison

memanjang, depresi.

dapat menyebab-

g. Encerkan suplemen

kan retensi natri-

kalium

per

sedikitnya

oral
dalam

um

dan

ekresi

kalium.

113,2 gram air/sari i. Nilai kalium yang


buah utk mngurangi

rendah dapat me-

resiko iritasi mukosa

ningkatkan kerja

lambung.

digitalis.

h. Pantau nilai kalium j. Dengan


serum

klien

tahui tanda hipo-

yang mendapat obat

kalemia, perawat

diuretic dan steroid.

dpt

i. Kaji

pada

menge-

tanda

gejala

dan

menetapkan

langkah slnjutnya

toksisitas

digitalis jika klien


tengah

mendapat

obat

golongan

digitalis dan diuretik


atau steroid.
Peningkatan

Kadar

Kalium

k. Haluaran urin yg

a. Observasi tanda dan

sedikit dapat me-

gejala hiperkalemia

nyebabkan hiper-

(mis.Bradikardia,

kalemia.

kram

abdomen, l. Nilai

kalium

oliguria, ksemutan&

lebih dari 7mEq/ l

kebas pd ekstremtas)

dapat

b. Kaji haluaran urin.


Sedikitnya 25ml/jam
atau 600 ml/ hari.

babkan

menyehenti

jantung.
m. Untuk

melihat

c. Laporkan

nilai

adanya pelebaran

kalium serum yang

kompleks

QRS

melebihi

5mEq/l

dan gelombang T

batasi asupan kalium

tggi yg merupkan

jika perlu.

tanda

d. Pantau EKG

lemia.

hiperka-

D. Implementasi (Penatalaksanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.
b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang
1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang
adekuat Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis
urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi
cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
i. Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku.
ii. Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
iii. Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan
dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian
tubuh yang mengantung.

e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level


jantung,bila memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f.

Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:


i. Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
ii. Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
iii. Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
iv. Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras,
membawa beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau
bintil kuku, memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam
tangan.
v. Melindungi kulit yang edema dari cidera

3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)


Penurunan kadar kaliu:
a. Mengobservasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo,hipotensi ariotmia,
mual, muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristaltis, kelemahan
otot, dan kram tungkai
b. Mencatat asupan dan haluaran. (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran
kalium secara berlebihan).
c. Menentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia. (kelebihan
cairan dapat menyebabkan serum).
d. Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda
hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi,
mudah marah, depresi mental.
e. Menganjurkan klien dan keluarga untuka mengkonsumsi makanan tinggi
kalium (mis. Buahbuahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacangkacangan, teh, kopi,dan kola)
f. Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang nmemanjang, depresin
segmen ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi
hipokalemia.
g. Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram
air/sari buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.

h. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic
dan steroid. (Streoid kortisonndapat menyebabkan retensi natrium dan
ekresi kalium).
i.

Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah


mendapat obat golongan digitalis dan diuretikatau steroid. (nilai kalium
yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis.

Peningkatan Kadar Kalium:


a. Mengobservasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis. Bradikardia, kram
abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/ jam atau 600 ml/ hari
(haluaran urin yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/ l. batasi asupan
kalium jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/ l dapat menyebabkan
henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan
gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema..
Tindakan Keperawatan
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien-pasien
tertentu, misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000 cc per hari.
c. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a.Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk
memenuhi cairan extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu
mengkonsumsi cairan per oral secara adekuat.
2) Memberikan

masukan-masukan

elektrolit

keseimbangan elektrolit.
c.Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :

untuk

menjaga

1) Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, misalnya


dextrosa dan glukosa. Yang digunakan yaitu 5% dextrosa in water
(DSW) dan amigen, aminovel.
2) Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hypotonik,
maupun hypertonik. Yang banyak digunakan yaitu normal saline
(isotonik) : NaCL 0,9%.
3) Cairan asam basa, contohnya sodium laktate dan sodium bicarbonat.
4) Blood volume expanders, berfungsi untuk meningkatkan volume
pembuluh darah atau plasma. Cara kerjanya adalah meningkatkan
tekanan osmotik darah.
3. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang infus
a.Mempertahankan infus intravena terhadap daerah pemasangan infus dan
memberikan pendidikan kesehatan pada pasien.
b. Memenuhi rasa nyaman dan membantu aktivitas pasien misalnya dalam
pemenuhan personal hygiene, membantu mobilitas.
c.Observasi komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya :
1) Infiltrat
Gejala

: masukkannya cairan ke sub kutan.


: bengkak, dingin, nyeri, tetesan infus lambat.

2) Phlebitis : trauma mekanik pada vena atau iritasi bahan kimia.


Gejala

: nyeri, panas, kemerahan pada vena tempat pemasangan.

3) Kelebihan inteke cairan : akibat tetesan infus yang terlalu cepat.


d. Mengatur tetesan infus
Dilakukan setiap 30 menit sampai dengan 1 jam. Tetesan terlalu cepat
menyebabkan masalah pada paru-paru dan jantung. Tetesan yang lambat
dapat menyebabkan intake cairan dan elektrolit yang tidak adekuat. Faktor
yang mempengaruhi jumlah tetesan :
1) Posisi pemasangan
2) Posisi dan patency tube/selang
3) Tinggi botol infus
4) Kemungkinan adanya infiltrat
e.Mengganti botol infus
Dilakukan jika cairan sudah di leher botol dan tetesan masih berjalan.

Prosedurnya :
1) Siapkan botol yang baru.
2) Klem selang.
3) Tarik jarum dan segera tusukan pada botol yang baru.
4) Gantungkan botol.
5) Buka klem dan hitung kembali tetesan.
6) Pasang label.
7) Catat tindakan yang dilakukan.
f. Mengganti selang infus
Minimal 3x4 jam, langkah-langkahnya :
1) Siapkan infus set yang baru, termasuk botol.
2) Masukkan cairan sepanjang selang dan gantungkan botol serta tutup
klem.
3) Pegang poros jarum dan tangan lain melepas selang.
4) Tusukan tube yang baru ke poros jarum.
5) Lanhkah berikutnya seperti memasang infus.
g. Menghentikan infus
Dilakukan bila program terapi telah selesai atau bila akan mengganti
tusukan yang baru. Langkah-langkahnya :
1) Tutup klem infus.
2) Buka tape pada daerah tusukan sambil memegang jarum.
3) Tarik jarum sepenuhnya dan beri penekanan pada daerah bebas
tusukan dengan kapas beralkohol selama 2-3 menit untuk mencegah
perdarahan.
4) Tutup daerah bebas dengan kassa steril.
5) Catat waktu penghentian infus dan jumlah cairan yang masuk dan
yang tersisa dalam botol.
4. Tindakan keperawatan pada pasien yang terpasang transfusi darah
Pengertian disini adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah
ke dalam sirkulasi vena.
Tujuannya yaitu untuk :
a.Mengembalikan jumlah darah setelah perdarahan hebat.

b. Mengembalikan sel darah merah misalnya pada anemia berat.


c.Memberikan faktor-faktor plasma seperti antihemofilik.
Reaksi-reaksi transfusi yang mungkin timbul yaitu :
a. Hemofilik

: terjadi apabila aglutinogen dengan anti aglutinin dengan


tipe sama bertemu.

b. Febris

: karena adanya kontaminasi pada darah atau sensitivitas


dari sel darah putih.

c. Reaksi alergi : biasanya karena adanya antibody pada plasma donor.


Risiko transfusi yang utama adalah transfusi penyakit hepatitis, AIDS, dsb.
E. Evaluasi tindakan keperawatan
1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral,
therapy intravena atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.1995.Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC

Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/,


diakses 24 April 2010)
Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.Kebutuhan Dasar Manusia.
Jakarta: EGC.
Faqih,

Moh. Ubaidillah.2009.Cairan dan Elektrolit


(http://www.scribd.com/ diakses 25 april 2010)

dalam

Tubuh

Manusia,

Obet.2010.Kebutuhan Cairan dalam Tubuh, (http://akarrumput21.blogspot.com/,


diakses 24 April 2010)

Anda mungkin juga menyukai