Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) dengan kekuatan
500 kV ditujukan untuk menyalurkan energy listrik dari pusat-pusat
pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi
listrik bisa disalurkan dengan efisien. Pembuatan jaringan ini pun dibuat
seaman mungkin untuk lingkungan dan tentunya masyarakat yang tinggal
di sekitar SUTET.

Gambar 1. Menara transmisi listrik

Di dalam penyaluran tenaga listrik melalui transmisi ke pusatpusat, bukan berarti tanpa hambatan. Banyak faktor yang ternyata
membuat energy listrik yang disalurkan banyak mengalami kerugian dan
membuat peralatan listrik tegangan tinggi yang ada menjadi rusak. Factor
tersebut antara lain adalah hubung singkat fasa-fasa, fasa-tanah, dan gejala
korona.
Korona merupakan gejala/fenomena yang sering terjadi pada saat
penyaluran tenaga listrik yang menimbulkan kerugian baik rugi daya
maupun merusak peralatan listrik. Untuk mengetahui lebih lanjut

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

mengenai gejala korona, pada pembahasan dalam makalah kali ini, penulis
akan menjabarkan mengenai gejala korona yang terjadi dalam jaringan
transmisi dengan judul Korona pada Jaringan Transmisi.

1.2. Rumusan Masalah


1.

Apa itu korona?

2.

Bagaimana mekanisme terjadinya korona?

3.

Apa itu tegangan kritis?

4.

Apa saja dampak terjadinya korona?

1.3. Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dari penulisan makalah ini adalah hanya
akan membahas tentang korona dan tidak akan membahas faktor-faktor
lain yang mungkin akan berpengaruh maupun tidak pada keadaan tersebut.

1.4. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu memahami tentang korona
2. Mahasiswa mampu memahami mekanisme terjadinya korona
3. Mahasiswa mampu memahami apa itu tegangan kritis
4. Mahasiswa

mampu

memahami

dan

menjelaskan dampak

terjadinya korona

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Korona

Gambar 2. Gejala Korona

Peristiwa korona berdasarkan ANSI adalah peluahan sebagian


(partial discharge) ditandai dengan timbulnya cahaya violet karena terjadi
ionisasi udara di sekitar permukaan konduktor ketika gradien tegangan
permukaan konduktor melebihi nilai kuat medan listrik disruptifnya.
Terjadinya korona juga ditandai dengan suara mendesis (hissing) dan bau
ozone. Korona makin nyata kelihatan pada bagian yang kasar, runcing dan
kotor.
Terjadinya ionisasi pada ion-ion diudara disekitar konduktor akan
menimbulkan cahaya redup bersamaan dengan suara mendesis disertai
dengan pembebasan ozon, yang mudah diidentifikasi karena baunya yang
khas. Efek korona ini dapat mengurangi efisiensi pada saluran transmisi
terutama pada saluran EHV (Extra High Voltage).
Korona bisa didefinisikan juga sebagai hasil terakselerasinya
ionisasi dibawah pengaruh suatu medan listrik. Ini merupakan proses
fisika dimana struktur molekul netral atau atom diubah akibat benturan

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

atom atau molekul netral dengan elektron bebas, photon atau ion negatif.
Setiap sistem isolasi atau elektroda dimana korona dapat terjadi
merupakan sumber korona. Wilayah dimana korona terjadi disebut lokasi
korona (corona sites).
Dalam Gambar 3, untuk sistem isolasi sederhana diperlihatkan
beberapa lokasi korona yang sering dijumpai dalam kenyataan sehari-hari.

Gambar. 3. Lokasi terjadinya korona

Keterangan Gambar 3, antara lain:


1. Permukaan runcing konduktor yang bersentuhan dengan gas yang
dapat bersikulasi dengan bebas.
2. Daerah tertentu pada permukaan material isolasi yang bersentuhan
dengan gas yang memiliki resistivitas permukaan yang lebih
rendah dibandingkan wilayah yang mengelilinginya sehingga
muatan-muatan bebas dapat terbentuk pada daerah itu hingga
tegangan diantara daerah itu dan daerah lainnya cukup tinggi untuk
menyebabkan terjadinya korona di udara yang mengelilinginya.
3. Sela

diantara

permukaan

bidang

konduktor

dan

material

pengisolasi yang berisi gas dimana medan listrik timbul dengan

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

kekuatan yang cukup untuk memulai tembus listrik gas bukan


material isolasi padat yang memisahkan elektroda sistem.
4. Rongga atau celah berisi gas yang dikelilingi sebagian atau
seluruhnya oleh permukaan konduktor dan material pengisolasi
padat atau cair.
5. Rongga berisi gas yang dikelilingi seluruhnya oleh material
pengisolasi padat ataupun cair, biasanya disebut kekosongan (void)
terlepas dari kenyataan bahwa mereka terisi dengan gas dengan
kerapatan yang dapat sangat bervariasi tergantung tekanan dan
temperatur gas.

2.2. Mekanisme Terjadinya Korona


Bila dua kawat sejajar yang penampangnya kecil dibandingkan
dengan jarak antar kawat tersebut diberi tegangan, maka udara disekitar
konduktor yang terdiri dari ion-ion mengalami stres dielektrik. Pada
tegangan yang cukup rendah tidak terlihat apa-apa karena stres dielektrik
yang dialami oleh udara disekeliling konduktor tersebut tidak cukup untuk
mengionisasi udara disekitar konduktor, namun bila tegangan dinaikkan
melebihi nilai ambang batas sekitar 30 kV yang dikenal sebagai
titik Critical Disruptive Voltage, maka udara disekitar konduktor
mengalami stres cukup tinggi sehingga terjadi ionisasi terhadap ion-ion
yang dikandung didalam udara tersebut sehingga akan terjadi korona
secara bertahap. Pertama kali, kawat kelihatan bercahaya yang berwarna
ungu muda, mengeluarkan suara berdesis ( hissing ) dan berbau ozon. Jika
tegangan dinaikkan terus, maka karakteristik diatas akan terlihat semakin
jelas, terutama pada bagian yang kasar, runcing atau kotor serta cahaya
bertambah besar dan terang. Bila tegangan masih terus dinaikkan akan
terjadi busur api.
Dalam keadaan udara lembab, korona menghasilkan asam nitrogen
yang menyebabkan kawat menjadi berkarat bila kehilangan daya yang

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

cukup besar. Apabila tegangan searah yang diberikan, maka pada kawat
positif korona menampakkan diri dalam bentuk cahaya yang seragam pada
permukaan kawat, sedangkan pada kawat negatifnya hanya pada tempattempat tertentu saja.
Korona terjadi karena adanya ionisasi dalam udara, yaitu adanya
kehilangan elektron dari molekul udara. Oleh karena lepasnya elektron dan
ion, maka jika disekitarnya terdapat medan listrik, maka elektron-elektron
bebas ini mengalami gaya yang mempercepat geraknya, sehingga
terjadilah tabrakan dengan molekul lainnya. Akibatnya timbul elektron dan
ion yang baru. Proses ini berjalan terus-menerus bila gradien tegangan
cukup besar, peristiwa ini dinamakan dengan korona. Jika gradien udara
diantara dua kawat lebih besar dari gradien udara normal, maka akan
terjadi lompatan api, bila hanya sebagian saja udara diantara dua kawat
terionisasikan, maka korona merupakan sampul mengelilingi kawat.
Gradien tegangan seragam yang dapat menimbulkan ionisasi kumulatif di
udara normal adalah 30 kV/cm.
Korona bila bermuatan positif atau negatif. Hal ini ditentukan oleh
polaritas tegangan di elektroda yang kelengkungannya tinggi. Jika
elektroda melengkung bermuatan positif berkenaan dengan elektroda rata
terciptalah korona positif, tapi jika negatif yang tercipta adalah korona
negatif. Ketidaksamaan sifat korona positif dengan korona negatif yang
amat berbeda disebabkan oleh jauh berbedanya massa elektron dengan ion
bermuatan

positif,

dengan

hanya

elektron

memiliki

kemampuan

mengalami tingkat benturan tak lenting pengion yang signifikan pada


temperatur dan tekanan bersama. Fungsi lucutan korona yang utama
adalah terciptanya ozon di sekitar konduktor yang mengalami proses
korona. Korona negatif menghasilkan ozon jauh lebih banyak daripada
korona positif.

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

2.3. Tegangan Kritis


Tegangan kritis disruptif merupakan tegangan minimal yang
dibutuhkan untuk terjadinya ionisasi pertama kali dipermukaan konduktor.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Peeks , kekuatan
dielektrik udara maksimum pada kodisi standar dengan tekanan udara 1
atm (760 mmHg), suhu udara 25 c adalah 30 kV/cm. Kekuatan dielektrik
udara sebanding dengan kepadatan udara sekitar. Besarnya kepadatan
udara dapat dirumuskan:

Dimana :
P= tekanan udara (mm Hg)
t = suhu udara (C0 )

Tegangan kritis disruptif dengan mempertimbangkan pengaruh


faktor konduktor, keseragaman permukaan konduktor dan lingkungan
sebagaimana diteliti oleh peeks adalah sebagai berikut:

Dimana:
= tegangan kritis disruptif fasa ke netral (kV rms)
= gradien tegangan permukaan maksimum (kV rms/cm)
= faktor keseragaman konduktor
= 1 untuk konduktor silinder solid dengan permukaan mulus
= 0.92 < < 0.94 untuk permukaan konduktor kasar
= 0.82 konduktor pilin (stranded)

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

= faktor kepadatan udara


r = jari-jari konduktor
D = jarak antar fasa
Dari persamaan itu terlihat bahwa tegangan kritis ini dari kawat
transmisi nilainya dapat dinaikkan dengan cara:
a.

Menaikkan jarak kedua kawat (D)

b.

Memperbesar diameter kawat (r)


Dari kedua alternatif diatas, lebih baik dipilih memperbesar

diameter (r), karena dengan menaikkan nilai r, maka biaya untuk


pembuatan tiang listrik dapat ditekan rendah dan juga reaktansi dari sistem
transmisi dapat dibuat rendah.
Oleh karena itu, supaya r besar maka dapat dipakai kawat yang
stranded atau bundle conductor. Didalam prakteknya penggunaan bundle
conductor mungkin tidak menguntungkan pada sistem dengan tegangan
lebih rendah dari 220 kV. Tetapi dengan sistem Tegangan Ekstra Tinggi,
pengguna bundle conductor lebih menguntungkan.
Pada sistem tiga fasa, gradient tegangan dari setiap kawat
tergantung dari susunan kawat tersebut. Sebagai contoh untuk menghitung
gradient tegangan dari system tiga fasa adalah seperti berikut: misal setiap
fasa terdiri dari satu kawat dan kawat disusun secara mendatar.

Gambar 4. Gradient tegangan pada susunan kawat secara


mendatar
TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK
KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

2.4. Dampak Terjadinya Korona

A. Hilangnya Daya karena Korona


kW/mile/phase

kW/km/phase
Dimana :
f = frekuensi ( Hz )
r = Jari-jari kawat ( cm )
D = Jarak antar kawat ( cm )
V = Tegangan kawat ke netral, kV rms
= Tegangan kritis ( critical voltage )
Pada tempat-tempat tertentu pada jaring transmisi hilang korona
dapat mencapai harga tertinggi sekali dalam keadaan hujan. Tetapi
keadaan ini tidak mungkin terjadi secara simultan pada seluruh bagian
jaringan tersebut. Untuk cuaca baik, tegangan hampir sama dengan
tegangan kritis . Oleh sebab itu jaring transmisi harus diberi tegangan
kurang dari tegangan kritis ini.

B. Gangguan Radio
Gangguan radio (Radio Interference, disingkat RI ) adalah faktor
yang membatasi pilihan penghantar untuk suatu tegangan tertentu.
Gangguan radio sebagai fungsi dari tegangan mempunyai karakteristik
yang naik secara lambat sampai tegangan sedikit kurang dari tegangan
minimum di mana hilang korona dipengaruhi oleh permukaan dan jari-jari.
TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK
KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

Diatas suatu tegangan tertentu, besarnya RI menjadi konstan ini terlalu


tinggi, sehingga bilamana RI adalah faktor yang menentukan, jaring harus
direncanakan sehingga ia beroperasi pada tegangan lebih rendah daripada
tegangan di mana Ri mulai naik dengan cepat.

C. Noise
Noise adalah bunyi yang kontinu baik yang merata,tak teratur serta
tidak nyaman didengar oleh rasa pendengaran manusia normal. Tingkat
Noise diukur dalam satuan dB yang sesuai dengan satuan pendengaran
manusia.Besar Noise sebanding dengan peningkatan tegangan saluran.
Noise cenderung besar ketika cuaca buruk. Pada musim hujan, tetes air
yang jatuh di permukaan konduktor menghasilkan korona yang lebih besar
sehingga terjadi noise. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
noise yaitu gradien tegangan permukaan konduktor, diameter konduktor,
kondisi atmosfer.

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Korona merupakan proses dimana arus mungkin diteruskan, muncul dari
sebuah elektroda berpotensial tinggi di dalam sebuah fluida yang netral, biasanya
udara, dengan mengionisasi fluida hingga menciptakan plasma di sekitar
elektroda. Ion-ion yang dihasilkan akhirnya akan melampaui muatan listrik
menuju area-area berpotensi rendah terdekat, atau bergabung kembali untuk
membentuk

molekul-molekul

gas

netral.

3.2 SARAN
Penulisan makalah ini memuat saran-saran yang ditujukan ke berbagai
pihak, antara lain:
Bagi pembaca, terutama mahasiswa diharapkan dapat menggunakan makalah ini
sebagai referensi untuk menambah pengetahuan tentang korona. Dan diharapkan
dapat memperbaiki segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini, sehingga
makalah ini dapat terbit dengan kondisi yang lebih baik.

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

DAFTAR PUSTAKA

1. http://ft.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2013/10/Perhitungan-Rugi-KoronaDan-Bising-Korona-pada-Saluran-Udara-Tegangan-Tinggi-150-KVAplikasi-di-Belawan-Sei-Rotan.pdf
2. aeniparhani.blogspot.com/2013/07/korona-listrik-umt-rifti-fauzan.html
3. http://direktorilistrik.blogspot.com/2013/11/efek-corona-pada-salurantransmisi.html
4. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37385/4/Chapter%20II.pdf

TRANSMISI DAYA ARUS BOLAK BALIK


KORONA PADA JARINGAN TRANSMISI

Anda mungkin juga menyukai