Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

I.

PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel ( Mubarak dkk, 2008).

II.

ANATOMI FISIOLOGI
Saluran pernapasan manusia terdiri dari (Wibowo, Daniel. 2005):
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal, antara lain:
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung

dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang

disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak

mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.


Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi
lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh

gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-

paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang

sejalan dengan pertambahan usia


2. Faring
Faring atau tenggorok merupakan

struktur

menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring

seperti

tuba

yang

Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan

laring (laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius

dan digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang

menghubungkan faring dan trakea


Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas : Epiglotis (daun
katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan),
Glotis (ostium antara pita suara dalam laring), Kartilago tiroid (kartilago
terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adams
apple), Kartilago krikoid (satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam
laring (terletak di bawah kartilago tiroid), Kartilago aritenoid (digunakan
dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid), Pita suara (ligamen yang
dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara

melekat pada lumen laring)


Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda

asing dan memudahkan batu


4. Trakea
Disebut juga batang tenggorok dan Ujung trakea bercabang menjadi dua
bronkus yang disebut karina
B. Saluran Nafas Bawah
1. Bronkus
Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2

bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus

lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental


Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri,

limfatik dan saraf


2. Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)

4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan
sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan

seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe : Sel-sel alveolar tipe I (sel epitel yang membentuk
dinding alveoli), Sel-sel alveolar tipe II (sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps), Sel-sel alveolar tipe III (makrofag
yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan).

FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN


Bernafas/pernafasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan
lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang
(ekspirasi).
Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru
atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada
perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada
mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan
ekspirasi merupakan gerakan pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
ventilasi yaitu tekanan udara atmosfir, jalan nafas yang bersih, pengembangan
paru yang adekuat.
2. Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus
dan kapiler paru-paru. Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang
bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang
lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan
pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut
membran respirasi. Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada

masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi.


Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang
memasuki kapiler

pulmonal

sekitar

40 mmHg. Faktor-faktor yang

mempengaruhi difusi yaitu luas permukaan paru, tebal membran respirasi,


jumlah darah, keadaan/jumlah kapiler darah, afinitas, waktu adanya udara di
alveoli.
3. Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh
dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu
ditransportasikan dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida harus
ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 %
oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan
dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % ditransportasikan ke
dalam cairan plasma dan sel-sel. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
transportasi yaitu curah jantung (cardiac Output / CO), jumlah sel darah
merah, hematokrit darah, latihan (exercise).
Pernapasan manusia terdiri dari pernapasan internal dan eksternal (Mubarak,
2008), yaitu:
1. Pernafasan eksternal
Pernafasan eksternal (pernafasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran Oksigen dan Karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam tiga langka, yakni ventilasi
pulmoner,

pertukaran

gas

alveolar,

serta

transpor

Oksigen

dan

Karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner. Saat bernafas, udara bergantian masuk-keluar paru
melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jalan nafas yang bersih, sistem syaraf pusat dan sistem
pernafasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar. Setelah Oksigen memasuki alveolus, proses
pernafasan berikutnya adalah difusi Oksigen dari Alveolus ke pembuluh
darah

pulmoner.

berkonsentrasi

Difusi

adalah

pergerakan

molekul

dari

area

atau bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau

bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan membran

kapiler, dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan


gas.
c. Transpor Oksigen dan Karbondioksida. Tahap ketiga pada proses
pernafasan adalah transpor gas-gas pernafasan. Pada proses ini, Oksigen
diangkut dari paru menuju jaringan dan Karbondioksida diangkut dari
jaringan kembali menuju paru.
1) Transpor Oksigen, Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan
paru-paru. Normalnya, sebagian besar Oksigen (97%) berikatan lemah
dengan hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin, dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini
dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah Oksigen yang masuk ke paru) dan
perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang
membawa Oksigen di pengaruhi oleh jumlah Oksigen dalam plasma,
jumlah hemoglobin dan ikatan oksigen dengan Hb.
2) Transpor Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus-menerus
diproduksi dan diangkut menuju paru dan tiga cara: (1) sebagian besar
karbondioksida (70%) di angkut dalam sel darah merah dalam bentuk
bikarbinat; (2) sebanyak 23% karbon dioksida berikatan dengan
hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin , dan (3) sebanyak
7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuk
asam karbonat.
2. Pernafasan Internal
Pernfasan internal (pernafasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme
intrasel yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan oksigen dan
menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul
nutrien. Pada proses ini darah yang banyak mengandung oksigen dibawa ke
seluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti di
kapiler paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradien tekanan parsial.
Fungsi pernafasan : Pernafasan atau respirasi adalah proses pertukaran
gas antara individu dan lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk
memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan
CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernafas, tubuh mengambil O2 dari
lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruhan tubuh (sel-selnya) melalui
darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran berupa CO2

akan kembali diangkat olah darah ke paru-paru untuk dibuang kelingkungan


karena tidak berguna lagi oleh tubuh.

III.

NILAI-NILAI NORMAL
Kebutuhan Oksigen
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5,1).

Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% ( 500ml), yakni yang
dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa
(Mubarak, 2008).

Nilai-nilai normal perkembangan pada pernafasan bayi dan dewasa


Keterangan
Frekuensi
pernafasan (RR)

IV.

Bayi
30- 60 x

Dewasa
16-20x

Pola nafas

Kedalaman
dan Pernafasan
frekuensi tidak teratur
dada teratur
Pernafsan perut

Bunyi nafas

Keras, terdengar kasar Bersih


pada akhir ispirasi

Bentuk dada

Bundar

Elips

JENIS KELAINAN/GANGGUAN
A. Jenis-jenis gangguan oksigenasi
1. Hiperventilasi: Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi
dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan,
keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda
hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi: Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO dengan
cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-

tanda dan gejalanya pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala,


penurunan kesadaran, disorientasi, ketidak seimbangan elektrolit.
3. Hipoksia: Tidak adekuatnya pemenuhuan O2 seluler akibat dari defisiensi
O2 yang didinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin,
kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi jaringan seperti pada
syok, berkurannya konsentrasi O2 jika berada dipuncak gunung. Tanda
tanda Hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam sianosis, sesak
napas.
B. Tanda dan gejala
1. Suara napas tidak normal.
2. Perubahan jumlah pernapasan.
3. Batuk disertai dahak.
4. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
5. Dispnea.
6. Penurunan haluaran urin.
7. Penurunan ekspansi paru.
8. Takhipnea
C. Etiologi
1. Patologi
a) Penyakit pernafasan menahun (TBC, Asma, Bronkhitis)
b) Infeksi, Fibrosis kritik, Influensa
c) Penyakit sistem syaraf (sindrom guillain barre, sklerosis, multipel
miastania gravis)
d) Depresi SSP / Trauma kepala
e) Cedera serebrovaskuler (stroke)
2. Maturasional
a) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b) Bayi dan taddler, adanya resiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
c) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan
merokok
d) Dewasa muda dan pertengahan. Diet yang tidak sehat, kurang aktifitas
stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e) Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arterios klerosis, elastisitasi menurun, ekspansi pann menurun.
3. Situasional (Personal, Lingkungan)
a) Berhubungan dengan mobilitas sekunder akibat: pembedahan atau
trauma, nyeri, ketakutan, ancietas, keletihan.
b) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau kelembaban
rendah.

c) Berhubungan dengan menghilangnya mekanisme pembersihan siliar,


respons inflamasi, dan peningkatan pembentukan lendir sekunder
akibat rokok, pernapasan mulut.
Sistem pernapasan manusia yang terdiri atas beberapa organ dapat
mengalami gangguan. Gangguan ini biasanya berupa

kelainan atau penyakit.

Penyakit

pernapasan

atau

kelainan

yang menyerang

sistem

ini

dapat

menyebabkannya proses pernapasan. Berikut adalah beberapa contoh gangguan


pada sistem pernapasan manusia.
1. Emfisema, merupakan penyakit pada paru-paru. Paru-paru

mengalami

pembengkakan karena pembuluh darah nya kemasukan udara.


2. Asma, merupakan kelainan penyumbatan
saluran pernapasan

yang

disebabkan oleh alergi, seperti debu, bulu, ataupun rambut. Kelainan ini
dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan.
3. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada
dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin luas,
dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru akan
kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC
napasnya sering terengah-engah.
4. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza.
Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
5. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling berbahaya.
Sel-sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini
lama-kelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker
paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya
kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar (disebut
hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (disebut hiperplasia). Dapat
pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran pernapasan akibat
bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli.
Perubahan anatomi saluran pernapasan menyebabkan fungsi paru-paru
terganggu (Tarwoto, Wartonah, 2006).
V.

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS

Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa jantung.
Sistem vaskuler, sirkulasi, dan integritas sitem lainnya. Namun fungsi tersebut
dapat terganggu karena penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung,
kekuatan kontraksi, aliran darh melalui bilik jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplay darah dan miokard dari arteri
koroner tidak cukup dalam memenuhi oksigen. Selain itu perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan
kondisi ventilasi berlebih untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena,
yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat memenuhi oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara
adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun maka PaCo2 meningkat. Sementara
hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup

Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi

membawa

oksigen

dan

karbondioksida

maka

anemia

dapat

mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.


5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan
ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obatobat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi
pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksi
sebagian jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang
diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas
atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat
merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain
hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan
menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam
darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 5 menit sebelum
terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas,
lelah dan pucat.

7. Perubahan pola nafas


Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya
dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe
(sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang
meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk
bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran
pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas
meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda
asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila
individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap
dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang
terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan
tindakan yang tepat. Obstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara
mengorok selama inhalasi (inspirasi) (Perry & Potter, 2006).

PATHWAYS

Patologi
(penyakit pernapasan,
infeksi, penyakit saraf,
depresi SSP, stroke)

maturasi

situasional
(mobilisasi sekunder,
kelembaban tinggi&rendah)

tekanan partial oksigen di alveoli


gangguan transpor O2 & CO2

hipoventilasi

retensi CO2 di alveoli


kadar CO2 dalam darah
hipoksia

hiperventilasi

(Perry & Potter, .2006)

VI.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiografi, diantaranya:
a) Foto rontgen
b) Thorax
c) VLS ( vertebra, lumbal, sacral )
d) BNO ( foto abdomen )
e) Scanning ( head scanning, whole body )
f) IVP ( kontras melalui intravena )
g) Cystografi
h) Uretrocystografi
2. Tomografi computer ( CT-Scan )
3. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
4. Angiografi pembuluh darah
5. Pemindaian paru
6. Pemeriksan sputum BTA
7. Pemeriksaan bronkoskopi
8. Pemeriksaan AGD
9. Oksimetri nadi (Brunner & suddarth, 2010).

VII.

PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemberian terapi nebulisasi
3. Suctioning
4. Pemberian obat-obat bronkodilator (Alimul, Aziz, 2006).

VIII. ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data yang meliputi:

a) Biodata

pasien

(umur,

sex,

pekerjaan,

pendidikan).

Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara


fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui

hubungan

dan

pengaruhnya

terhadap

terjadinya

masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap


pengetahuan klien tentang masalahnya/penyakitnya.
b) Keluhan utama dan riwayat keluhan. Keluhan utama adalah keluhan yang
paling dirasakan mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji.
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah / penyakit yang sama.
e) Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
1) Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
2) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3) Perasaan klien terhadap sakit dan therapy
4) Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan therapy
f) Pemeriksaan fisik
1) Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa (warna,
bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
2) Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
3) Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan jari
tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas, ke bawah
dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat diketahui
4) Thoraks
Inspeksi :
a) Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah pernapasan
kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
b) Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Dada bayi
berbentuk bulat/melingkar dengan diameter antero-posterior
sama dengan diameter tranversal (1 : 1). Pada orang dewasa
perbandingan diameter antero-posterior dan tranversal adalah 1:2.
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya : Pigeon chest yaitu
bentuk dada yang ditandai dengan diameter tranversal sempit,
diameter

antero-posterior

membesar

dan

sternum

sangat

menonjol ke depan. Funnel chest merupakan kelainan bawaan


dengan ciri-ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum
menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior mengecil.
Barrel chest ditandai dengan diameter antero-posterior dan
tranversal sama atau perbandingannya 1:1.Kelainan tulang
belakang diantaranya : Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung

ke

belakang.

Lordosis

yaitu

dada

membusung ke depan atau punggung berbentuk cekung.


Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke salah satu sisi.
c) Pola napas, dalam hal ini perlu dikaji kecepatan/frekuensi
pernapasan apakah pernapasan klien eupnea yaitu pernapasan
normal dimana kecepatan 16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan
tidak butuh tenaga untuk melakukannya, atau tachipnea yaitu
pernapasan yang cepat, frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau
bradipnea yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang
dari 16 x/mnt, ataukah apnea yaitu keadaan terhentinya
pernapasan. Perlu juga dikaji volume pernapasan apakah
hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang dalam dan panjang
ataukah hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam paru-paru
yang ditandai dengan pernapasan yang lambat. Perlu juga dikaji
sifat pernapasan apakah klien menggunakan pernapasan dada
yaitu pernapasan yang ditandai dengan pengembangan dada,
ataukah pernapasan perut yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan perut. Perlu juga dikaji ritme/irama pernapasan
yang secara normal adalah reguler atau irreguler, ataukah klien
mengalami pernapasan cheyne stokes yaitu pernapasan yang
cepat kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi apnea, atau
pernapasan kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau
pernapasan

biot

yaitu

pernapasan

yang

ritme

maupun

amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea. Perlu


juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah dispnea yaitu sesak
napas yang menetap dan kebutuhan oksigen tidak terpenuhi,
ataukah ortopnea yaitu kemampuan bernapas hanya bila dalam

posisi duduk atau berdiri. Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam
hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi
karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu
bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau
wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu
bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering
serta di dengar saat ekspirasi. Perlu juga dikaji batuk dan
sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk
kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk
yang mengeluarkan darah
d) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt. Juga perlu
dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri
yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri
yangrendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia
yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal, atau sianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan
dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari
tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi:
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktilvremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui
sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya
getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan

karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa
karena suara pria besar.
Perkusi:
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan
bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalits,
cairan atau udara didalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan
menekankan jari tengah(tangan non-Dominan) pemeriksaan
mendatar di antara dada pasien.Kemudian jari tersebut diketukketukdengan menggunakan ujnmg jari tengah atau jari telunjuk
tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi
resonan atau gaung perkusi (Pneumonia,emfisima), ada udaranya
pada dada dan paru menimbulkan hipersonan atau bunyi drum,
sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi
dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
Auskultasi:
Askultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan
didalam tubuh. Askultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang didengar digambarkan
berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasny.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi
sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan
fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas
vesikuler, bronkial, bronkovesikuler, rales. Ronkhi, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu
terjadinya (Mubarak, 2008).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

sekresi (sputum).
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dinding dada.

C. INTERVENSI
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekresi (sputum).
Tujuan

: Jalan nafas kembali efektif

KH

: - Suara nafas bersih


-Pasien dapat batuk efektif dan mengeluarkan lendir
- Tidak adanya dyspnoe dan sianosis.
- Tidak dijumpai adanya retraksi dinding dada.
- RR 16-20 x/menit

Intervensi

:- Atur posisi setengah duduk (semi fowler)


-

Monitor bunyi nafas


Mengukur jumlah pernafasan
Beri minum air hangat
Ajarkan cara batuk efektif
Motivasi pasien untuk berlatih batuk efektif sendiri
Lakukan fisioterapi dada
Berikan oksigen secara adekuat
Kolaborasi dalam pemberian obat (bronkodilator)

2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi


Tujuan

: Pola nafas kembali efektif

KH

: - RR 16- 20 x/menit
-

Tidak ada dypsnoe, tachipnoe, sianosis

- Irama pernafasan teratur


Intervensi

: - Atur posisi semi fowler


-

observasi jumlah, irama dan kedalaman pernafasan

Observasi gerak dan perkembangan dada

Berikan oksigen secara adekuat

Kolaborasi

dalam

(NANDA, 2014).

pemberian

obat

(Mukolitik)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: salemba medika.

Brunner & suddarth. 2010. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 5.
Jakarta : EGC

D, Wibowo, Daniel. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo

NANDA. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis (NIC-NOC).


2014. Jakarta : Medaction publisher

Mubarak wahit iqbal & Nurul chahyatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan konsep, proses
dan praktik. Jakarta: EGC

Tarwoto, Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan


Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

SISTEM RESPIRASI PADA MANUSIA (2010).


http://organisasi.org/proses-sistem-pernapasan-respirasi-pada-manusiaorang-belajar-biologi-online

Anda mungkin juga menyukai