LP Semeru New
LP Semeru New
I.
PENGERTIAN
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada
tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau
fisika). Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon
dioksida, energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas
normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap
aktivitas sel ( Mubarak dkk, 2008).
II.
ANATOMI FISIOLOGI
Saluran pernapasan manusia terdiri dari (Wibowo, Daniel. 2005):
A. Saluran Nafas Atas
1. Hidung
Terdiri atas bagian eksternal dan internal, antara lain:
Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung
dan kartilago
Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang
disebut septum
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak
gerakan silia
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru
Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta
menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena
reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang
struktur
seperti
tuba
yang
Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan
laring (laringofaring)
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius
dan digestif
3. Laring
Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang
bronkus)
Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus
4. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan
napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5. Duktus alveolar dan Sakus alveolar
Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan
sakus alveolar dan kemudian menjadi alveoli
6. Alveoli
Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan
seluas 70 m2
Terdiri atas 3 tipe : Sel-sel alveolar tipe I (sel epitel yang membentuk
dinding alveoli), Sel-sel alveolar tipe II (sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan
mencegah alveolar agar tidak kolaps), Sel-sel alveolar tipe III (makrofag
yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan).
pulmonal
sekitar
pertukaran
gas
alveolar,
serta
transpor
Oksigen
dan
Karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner. Saat bernafas, udara bergantian masuk-keluar paru
melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu jalan nafas yang bersih, sistem syaraf pusat dan sistem
pernafasan yang utuh, rongga toraks yang mampu mengembang dan
berkontraksi dengan baik, serta komplians paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar. Setelah Oksigen memasuki alveolus, proses
pernafasan berikutnya adalah difusi Oksigen dari Alveolus ke pembuluh
darah
pulmoner.
berkonsentrasi
Difusi
adalah
pergerakan
molekul
dari
area
III.
NILAI-NILAI NORMAL
Kebutuhan Oksigen
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5,1).
Udara yang diproses dalam paru-paru hanya sekitar 10% ( 500ml), yakni yang
dihirup (inspirasi) dan yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernafasan biasa
(Mubarak, 2008).
IV.
Bayi
30- 60 x
Dewasa
16-20x
Pola nafas
Kedalaman
dan Pernafasan
frekuensi tidak teratur
dada teratur
Pernafsan perut
Bunyi nafas
Bentuk dada
Bundar
Elips
JENIS KELAINAN/GANGGUAN
A. Jenis-jenis gangguan oksigenasi
1. Hiperventilasi: Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi
dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi, keracunan obat-obatan,
keseimbangan asam basa seperti osidosis metabolik Tanda-tanda
hiperventilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi: Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk
memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO dengan
cukup. Biasanya terjadi pada keadaaan atelektasis (Kolaps Paru). Tanda-
Penyakit
pernapasan
atau
kelainan
yang menyerang
sistem
ini
dapat
mengalami
yang
disebabkan oleh alergi, seperti debu, bulu, ataupun rambut. Kelainan ini
dapat diturunkan. Kelainan ini juga dapat kambuh jika suhu lingkungan.
3. Tuberkulosis (TBC), merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut menimbulkan bintil-bintil pada
dinding alveolus. Jika penyakit ini menyerang dan dibiarkan semakin luas,
dapat menyebabkan sel-sel paru-paru mati. Akibatnya paru-paru akan
kuncup atau mengecil. Hal tersebut menyebabkan para penderita TBC
napasnya sering terengah-engah.
4. Infuenza (flu), merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus infuenza.
Penyakit ini timbul dengan gejala bersin-bersin, demam, dan pilek.
5. Kanker paru-paru. Penyakit ini merupakan salah satu paling berbahaya.
Sel-sel kanker pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali. Penyakit ini
lama-kelamaan dapat menyerang seluruh tubuh. Salah satu pemicu kanker
paru-paru adalah kebiasaan merokok. Merokok dapat memicu terjadinya
kanker paru-paru dan kerusakan paru-paru.
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru-paru. Misalnya, sel mukosa membesar (disebut
hipertrofi) dan kelenjar mukus bertambah banyak (disebut hiperplasia). Dapat
pula terjadi radang ringan, penyempitan saluran pernapasan akibat
bertambahnya sel sel dan penumpikan lendir, dan kerusakan alveoli.
Perubahan anatomi saluran pernapasan menyebabkan fungsi paru-paru
terganggu (Tarwoto, Wartonah, 2006).
V.
Fungsi sistem jantung ialah menghantarkan oksigen, nutrien, dan substansi lain ke
jaringan dan membuang produk sisa metabolisme seluler melalui pompa jantung.
Sistem vaskuler, sirkulasi, dan integritas sitem lainnya. Namun fungsi tersebut
dapat terganggu karena penyakit dan kondisi yang mempengaruhi irama jantung,
kekuatan kontraksi, aliran darh melalui bilik jantung, aliran darah miokard dan
sirkulasi perifer. Iskemia miokard terjadi bila suplay darah dan miokard dari arteri
koroner tidak cukup dalam memenuhi oksigen. Selain itu perubahan fungsi
pernapasan juga menyebabkan gangguan oksigenasi. Hiperventilasi merupakan
kondisi ventilasi berlebih untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena,
yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat memenuhi oksigen tubuh atau mengeliminasi CO2 secara
adekuat. Apabila ventilasi alveolar menurun maka PaCo2 meningkat. Sementara
hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
1. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas
yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter
dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga
terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi
daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju
pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang
meningkat.
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari
permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya
terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah
yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi
kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan
denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan
pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit
paru.
4. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada
sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke
sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat
mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi
kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin
berfungsi
membawa
oksigen
dan
karbondioksida
maka
anemia
dapat
PATHWAYS
Patologi
(penyakit pernapasan,
infeksi, penyakit saraf,
depresi SSP, stroke)
maturasi
situasional
(mobilisasi sekunder,
kelembaban tinggi&rendah)
hipoventilasi
hiperventilasi
VI.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan radiografi, diantaranya:
a) Foto rontgen
b) Thorax
c) VLS ( vertebra, lumbal, sacral )
d) BNO ( foto abdomen )
e) Scanning ( head scanning, whole body )
f) IVP ( kontras melalui intravena )
g) Cystografi
h) Uretrocystografi
2. Tomografi computer ( CT-Scan )
3. Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
4. Angiografi pembuluh darah
5. Pemindaian paru
6. Pemeriksan sputum BTA
7. Pemeriksaan bronkoskopi
8. Pemeriksaan AGD
9. Oksimetri nadi (Brunner & suddarth, 2010).
VII.
PENATALAKSANAAN KOLABORATIF
1. Pemberian terapi oksigen
2. Pemberian terapi nebulisasi
3. Suctioning
4. Pemberian obat-obat bronkodilator (Alimul, Aziz, 2006).
a) Biodata
pasien
(umur,
sex,
pekerjaan,
pendidikan).
hubungan
dan
pengaruhnya
terhadap
terjadinya
antero-posterior
membesar
dan
sternum
sangat
ke
belakang.
Lordosis
yaitu
dada
biot
yaitu
pernapasan
yang
ritme
maupun
posisi duduk atau berdiri. Perlu juga dikaji bunyi napas, dalam
hal ini perlu dikaji adanya stertor/mendengkur yang terjadi
karena adanya obstruksi jalan napas bagian atas, atau stidor yaitu
bunyi yang kering dan nyaring dan didengar saat inspirasi, atau
wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul, atau rales yaitu
bunyi yang mendesak atau bergelembung dan didengar saat
inspirasi, ataukah ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering
serta di dengar saat ekspirasi. Perlu juga dikaji batuk dan
sekresinya, apakah klien mengalami batuk produktif yaitu batuk
yang diikuti oleh sekresi, atau batuk non produktif yaitu batuk
kering dan keras tanpa sekresi, ataukah hemoptue yaitu batuk
yang mengeluarkan darah
d) Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart rate/denyut nadi
apakah takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt, ataukah
bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60 x/mnt. Juga perlu
dikaji tekanan darah apakah hipertensi yaitu tekanan darah arteri
yang tinggi, ataukah hipotensi yaitu tekanan darah arteri
yangrendah.
Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah terjadi anoxia
yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen dalam jaringan
kurang, atau hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang, atau hipoxia yaitu berkurangnya
persediaan oksigen dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal, atau sianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang berlebihan
dari Hb, ataukah clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari
tangan akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang lama.
Palpasi:
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri tekan,
massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktilvremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan melalui
sistem bronkhopulmonal selama seseorang berbicara. Normalnya
getaran lebih terasa pada apeks paru dan dinding dada kanan
karena bronkhus kanan lebih besar. Pada pria lebih mudah terasa
karena suara pria besar.
Perkusi:
Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan
bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalits,
cairan atau udara didalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan
menekankan jari tengah(tangan non-Dominan) pemeriksaan
mendatar di antara dada pasien.Kemudian jari tersebut diketukketukdengan menggunakan ujnmg jari tengah atau jari telunjuk
tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi
resonan atau gaung perkusi (Pneumonia,emfisima), ada udaranya
pada dada dan paru menimbulkan hipersonan atau bunyi drum,
sedangkan bunyi pekak atau kempis terdengar apabila perkusi
dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.
Auskultasi:
Askultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan
didalam tubuh. Askultasi dapat dilakukan langsung atau dengan
menggunakan stetoskop. Bunyi yang didengar digambarkan
berdasarkan nada, intensitas, durasi dan kualitasny.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi
sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan
fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas
vesikuler, bronkial, bronkovesikuler, rales. Ronkhi, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu
terjadinya (Mubarak, 2008).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang mungkin muncul
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekresi (sputum).
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan dinding dada.
C. INTERVENSI
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
sekresi (sputum).
Tujuan
KH
Intervensi
KH
: - RR 16- 20 x/menit
-
Kolaborasi
dalam
(NANDA, 2014).
pemberian
obat
(Mukolitik)
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: salemba medika.
Brunner & suddarth. 2010. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 5.
Jakarta : EGC
Mubarak wahit iqbal & Nurul chahyatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: Salemba Medika
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan konsep, proses
dan praktik. Jakarta: EGC