Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
A.G FALANOE LUTFI
2412001
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST OP. SC (SECTIO
CAESARIA) DENGANG KPD (KETUBAN PECAH DINI) DI RUANG
MAWAR I RSUD. DR. MOEWARDI SURAKARTA
Pembimbing Akademik
PembimbingKlinik
Mahasiswa
A. Pengertian
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Arif Mansjoer, 2002).
Sectio Cesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat
diatas 500 gr, melalui sayatan pada dinding perut dan dinding rahim yang
masih utuh. (Prawirro, Sarwono. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan
neonatal).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen
seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu
bayi atau lebih (Dewi Y, 2007). Sehingga penulis dapat menyimpulkan
bahwa sectio caesarea adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk
melahirkan bayi dengan jalan pembukaan dinding perut.
B. Sectio cesaria dibagi menjadi :
1.
2.
3.
4.
a) Usia : Ibu yang melahirkan untuk pertama kali pada usia sekitar 35 tahun,
memiliki resiko melahirkan dengan operasi. Apalagi pada wanita dengan
usia 40 tahun ke atas. Pada usia ini, biasanya seseorang memiliki penyakit
yang beresiko, misalnya tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing
manis, dan preeklamsia. Eklampsia (keracunan kehamilan) dapat
menyebabkan ibu kejang sehingga dokter memutuskan persalinan dengan
sectio caesarea.
b) Tulang Panggul : Cephalopelvic diproportion (CPD) adalah ukuran lingkar
panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat
menyebabkan ibu tidak melahirkan secara alami. Tulang panggul sangat
menentukan mulus tidaknya proses persalinan.
c) Persalinan Sebelumnya dengan sectio caesarea : Sebenarnya, persalinan
melalui bedah caesar tidak mempengaruhi persalinan selanjutnya harus
berlangsung secara operasi atau tidak. Apabila memang ada indikasi yang
mengharuskan dilakukanya tindakan pembedahan, seperti bayi terlalu
besar, panggul terlalu sempit, atau jalan lahir yang tidak mau membuka,
operasi bisa saja dilakukan.
d) Faktor Hambatan Jalan Lahir : Adanya gangguan pada jalan lahir,
misalnya jalan lahir yang kaku sehingga tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat
pendek, dan ibu sulit bernafas.
e) Kelainan Kontraksi Rahim : Jika kontraksi rahim lemah dan tidak
terkoordinasi (inkordinate uterine action) atau tidak elastisnya leher rahim
sehingga tidak dapat melebar pada proses persalinan, menyebabkan kepala
bayi tidak terdorong, tidak dapat melewati jalan lahir dengan lancar.
f) Ketuban Pecah Dini : Robeknya kantung ketuban sebelum waktunya dapat
menyebabkan bayi harus segera dilahirkan. Kondisi ini membuat air
ketuban merembes ke luar sehingga tinggal sedikit atau habis. Air ketuban
(amnion) adalah cairan yang mengelilingi janin dalam rahim. Ketuban
3. Indikasi Janin
a) Ancaman Gawat Janin (fetal distress) : Detak jantung janin melambat,
normalnya detak jantung janin berkisar 120- 160. Namun dengan CTG
(cardiotography) detak jantung janin melemah, lakukan segera sectio
caesarea segara untuk menyelematkan janin.
b) Bayi Besar (makrosemia)
c) Letak Sungsang : Letak yang demikian dapat menyebabkan poros janin
tidak sesuai dengan arah jalan lahir. Pada keadaan ini, letak kepala pada
posisi yang satu dan bokong pada posisi yang lain.
d) Faktor Plasenta
Plasenta previa : Posisi plasenta terletak dibawah rahim dan menutupi
sebagian atau selruh jalan lahir.
Plasenta lepas (Solution placenta) : Kondisi ini merupakan keadaan
plasenta yang lepas lebih cepat dari dinding rahim sebelum waktunya.
Persalinan dengan operasi dilakukan untuk menolong janin segera
lahir sebelum ia mengalami kekurangan oksigen atau keracunan air
ketuban.
PAHTWAY :
Insufisiensi plasenta
Faktor predisposisi :
Ketidak seimbangan
sepalo pelvic
Kehamilan kembar
Distress janin
Presentsi janin
Preeklampsi
/
Kelahiran terhambat
Post date
SC
Persalinan tidak
normal
Kurang
pengetahuan
Ansietas
Nifas
(post pembedahan)
Nyeri
Imobilisasi
Resti
Infeksi
Ansietas
Estrogen
meningkat
Penurunan laktasi
Pembendungan
laktasi
D. Pemerisaan Penunjang
1. Elektroensefalogram (EEG) : Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
2. Pemindaian CT : Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
secara jelujur
H. Penatalaksaan post SC
1. Pemberian cairan :
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh lainnya.
Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL
secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
2. Diet :
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman
dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca
operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi :
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
c) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan
diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
d) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
e) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
4. Kateterisasi :
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.
Kateter biasanya terpasang 24-48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis
operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian Obat-obatan
a) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
b) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
c) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
6. Perawatan Luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Fokus
a.
Sirkulasi
Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 ml
b.
Integritas ego
Memperlihatkan ketidakmampuan menghadapi sesuatu
Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan,
marah atau menarik diri
Klien / pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima dalam
pengalaman kelahiran
c.
Eliminasi
Adanya kateter urinary
Bising usus
d.
Makanan / Cairan
Abdomen lunak / tak ada distensi awal (diet ditentukan)
e.
Neuro sensori
Kerusakan gerakan dan sensori dibawah tingkat anastesi spinal epidural
f.
Nyeri / ketidaknyamanan
Mulut mungkin kering
Menunjukkan sikap tak nyaman pasca oprasi, nyeri penyerta
Distensi kandung kemih / abdomen
g.
Pernafasan
Bunyi paru jelas dan vesicular
h.
Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh
Jalur parenteral, bila digunakan, paten dan sisi bekas eritema bengkak /
nyeri tekan
i.
Seksualiatas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus
Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan berlebihan / banyak
E. Komplikasi KPD
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi
baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil
dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya
korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu kejadian prolaps
atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm.
Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 23 minggu.
Kontraksi akan terjadi dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah apabila
kehamilan sudah memasuki fase akhir. Semakin dini ketuban pecah terjadi
maka semakin lama jarak antara ketuban pecah dengan kontraksi. Jika
tanggal persalinan sebenarnya belum tiba, dokter biasanya akan
menginduksi
persalinan
dengan
pemberian
oksitosin
(perangsang
RENCANA KEPERAWATAN :
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO
1.
DIAGNOSA
PERENCANAAN
TUJUAN
KEPERAWATAN
Menyusui tidak
INTERVENSI
Health education:
1. Berikan informasi mengenai :
dengan kurangnya
Fisiologi menyusui
pengetahuan ibu
indikator:
Keuntungan menyusui
Perawatan payudara
tentang cara
menyusui yang
bernar
perawatan payudara
2.
3.
4.
Berikan
dukungan
dan
semangat
pada
ibu
untuk
6.
7.
2.
selama
3x24
jam
diharapkan
insisi operasi)
nteri
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu
penyebab
nyeri,
menggunakan
mampu
tehnik
dukungan
nyeri
Tingkatkan istirahat
nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Analgesic Administration
3.
Kurang
pengetahuan
tentang
ibu
perawatan
operasi
dan
post NOC :
b/d
kurangnya sumber
tepat.
informasi
Kriteria Hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan
pengobatan
yang tepat
lainnya.
4.
Defisit
selama 3x24 jam ADLs klien meningkat Self Care assistane : ADLs
dengan indicator:
NOC :
Self care : Activity of Daily Living
(ADLs)
Kriteria Hasil :
melakukan self-care.
bantuan
5.
NIC :
Infection Control (Kontrol infeksi)
patogen
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala
infeksi
Mendeskripsikan proses penularan
penyakit, factor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya,
Menunjukkan
kemampuan
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
untuk
kencing
Batasi pengunjung
Dorong istirahat
DAFTAR PUSTAKA
Abdul bari saifuddin,Prof Dr, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta.
Abdul Bari Saifuddin,, 2002 , Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Arif Mansjoer. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Salemba Medika. Jakarta
Manuaba, I.B. 2002. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta : EGC
Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC. Yogyakarta :
mocaMedia
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi
Manuaba, I.B.G., 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Arcan.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 1. Jakarata : EGC.
NANDA, 2007. Nursing Diagnoses : Definition and Clssification 2007 2008, NANDA
Sarwono P. 2006. Ilmu Kebidanan edisi 3. Bina Pustaka : Jakarta.
Widiastuti. (2010). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Preeklampsia.
Diakses pada tanggal 11 Februari 2012.
Winknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Cunningham FG et al.(2005). Normal Labor and Delivery in Williams Obstetrics , 22nd
ed, McGraw-Hill.